Anda di halaman 1dari 4

Cerita Rakyat Sangkuriang, Tangkuban Perahu

Dahulu kala hiduplah seorang wanita cantik yang bernama Dayang Sumbi, ia merupakan puteri
raja. Dayang Sumbi mempunyai seorang anak laki laki bernama Sangkuriang yang sangat suka
pergi berburu. Hampir setiap hari Sangkuriang masuk keluar hutan dan hasilnya pun sangat
memuaskan dimana ia selalu mendapatkan hewan buruan yang banyak.

Selama berburu, Sangkuriang selalu ditemani oleh seekor anjing titisan dewa bernama Tumang
yang tidak lain merupakan suami dari Dayang Sumbi atau ayah kandung Sangkuriang, hanya
saja Dayang Sumbi tidak pernah memberitahu Sangkuriang bahwa ayah kandungnya seekor
anjing karena tidak ingin anaknya merasa malu dan kecewa.

Sangkuriang hanya tahu bahwa ayah kandungnya telah lama meninggal dunia dan tidak
menyadari bahwa anjing yang selalu menemaninya itulah ayah kandungnya. Kemanapun
Sangkuriang pergi pasti selalu diikuti Tumang yang selalu menjaganya, Tumang juga selalu
membantu Sangkuriang menangkap hewan buruan.

Pada suatu hari seperti biasa Sangkuriang mengajak Tumang berburu di hutan. Dengan
kemampuan memanah yang baik, Sangkuriang membidik burung dan menembaknya. Burung
itupun terjatuh, namun ketika Sangkuriang memerintah Tumang untuk mengambil burung hasil
buruan tersebut, sang anjing tidak patuh.

Lantas Sangkuriang pun murka dan memukul Tumang hingga mati dengan sebatang kayu
lantaran sangat kesal karena tidak menuruti perintah dari Sangkuriang. Setelah Tumang mati,
sangkuriang lantas membelah perut Tumang, mengambil hatinya untuk dibawah pulang.
Setibanya dirumah, seperti biasa Sangkuriang memberikan hasil buruan kepada Dayang Sumbi
untuk dimasak, termasuk memberikan hati milik anjing kesayangannya yang sudah mati,
Tumang.

Setelah makan hidangan hasil buruan tadi, Dayang Sumbi mencari cari Tumang dengan maksud
untuk memberi makan anjing kesayangan anaknya yang sekaligus suaminya tersebut. Seluruh
rumah dan halaman sudah diperiksa namun Dayang Sumbi tidak juga menemukan Tumang,
lantas Dayang Sumbi pun bertanya kepada Sangkuriang dimana keberadaan Tumang.

Dengan entengnya Sangkuriang berkata bahwa Tumang sudah ia bunuh karena tidak patuh
menuruti perintahnya dan Sangkuriang pun mengatakan, masakan yang mereka makan
merupakan daging Tumang. Bak mendengar halilintar di siang bolong, Dayang Sumbi pun
murka dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi dan mengusirnya dari rumah.

Keputusan Dayang Sumbi mengusir Sangkuriang tersebut membawa rasa penyesalan yang
begitu dalam sehingga pada akhirnya Dayang Sumbi memutuskan untuk pergi bersemedi selama
berbulan bulan lamanya. Dewa lantas memberikan karunia kepada Dayang Sumbi yakni selalu
awet muda dan tidak pernah menjadi tua serta kecantikan abadi.
Setelah diusir oleh ibunya, Sangkuriang akhirnya pergi mengembara tanpa tujuan. Perjalanan
yang sangkuriang tempuh tidak menentu, ia pun berkali kali singgah dan berguru dengan banyak
orang orang sakti selama bertahun tahun hingga tak terasa Sangkuriang tumbuh besar menjadi
pria gagah, tampan dan berilmu tinggi.

Pada suatu ketika, Sangkuriang pun kembali ke desa tempat tinggalnya dahulu dan ia merasa
sangat terkejut dengan perubahan desa yang dulunya menjadi rumah sewaktu masa kecilnya.
Karena itulah Sangkuriang tidak mengenali lagi orang orang didesanya termasuk Dayang Sumbi.

Singkat cerita Sangkuriang akhirnya bertemu dengan ibunya, namun karena wajah Dayang
Sumbi sudah berubah menjadi sangat cantik setelah mendapatkan karunia dewa menyebabkan
Sangkuriang tidak mengenali lagi wajah ibunya begitu juga Dayang Sumbi juga tidak mengenali
lagi Sangkuriang.

Keduanya sering bertemu dan akhirnya saling jatuh cinta. Sangkuriang begitu terpersona dengan
kecantikan Dayang Sumbi dan hendak segera melamarnya. Awalnya Dayang Sumbi menerima
lamaran Sangkuriang, namun tiba tiba pada suatu hari sewaktu mereka sedang memadu kasih,
tanpa sengaja ikat kepala Sangkuriang terlepas.

Dayang Sumbi bermaksud merapihkan kembali ikat kepala Sangkuriang, namun Dayang Sumbi
akhirnya terkejut melihat bekas luka pada kepala Sangkuriang. Ia pun menanyakan asal muasal
bekas luka tersebut kepada Sangkuriang dan setelah mendengar ucapan Sangkuriang yang
menyebutkan bahwa luka tersebut disebabkan oleh pukulan ibunya sewaktu masih kecil dulu
karena membunuh anjing kesayangannya maka semakin yakinlah Dayang Sumbi bahwa
kekasihnya tersebut tak lain merupakan anak kandungnya yang sudah lama menghilang.

Dayang Sumbi kemudian menjelaskan kepada Sangkuriang bahwa mereka adalah ibu dan anak
yang sudah lama terpisah, namun Sangkuriang tidak mempercayai ucapan Dayang Sumbi
lantaran wajah Dayang Sumbi sama muda dengan dirinya. Sangkuriang beralasan wajah ibunya
saat ini pastinya sudah tua dan ia tidak mempercayai ucapan Dayang Sumbi sama sekali.

Sangkuriang terus mendesak Dayang Sumbi untuk segera menikah namun selalu saja mendapat
penolakan. Ibu mana yang mau menikah dengan anak kandung sendiri, demikianlah hal yang
dipikir Dayang Sumbi berkali kali.

Dayang Sumbi bersikeras menolak lamaran Sangkuriang dan mencoba menghindar untuk tidak
bertemu dengan anaknya lagi. Karena bosan diteror terus menerus oleh Sangkuriang, Dayang
Sumbi akhirnya mau menerima lamaran asalkan Sangkuriang mampu memenuhi 2 syarat yang
diajukannya.

Karena Dayang Sumbi memang tidak berniat menikah dengan Sangkuriang, dibuatkanlah syarat
yang sangat berat dengan maksud supaya Sangkuriang tidak akan sanggup memenuhinya dan
akhirnya bisa membatalkan pernikahannya dengan Sangkuriang.
Syarat pertama yaitu Dayang Sumbi meminta Sangkuriang membendung sungai Citarum untuk
dijadikan danau yang luas dan syarat kedua meminta dibuatkan kapal besar untuk bulan madu
mereka nantinya hanya dalam waktu satu malam saja. Karena kesaktiannya Sangkuriang pun
menyanggupi persyaratan yang diajukan Dayang Sumbi tersebut.

Pada hari yang ditentukan, Sangkuriang mulai membendung aliran sungai citarum, namun ia
tidak sendiri melainkan dibantu oleh bangsa Jin. Karena kesaktiaannya, Sangkuriang bisa
memanggil ratusan Jin untuk datang membantunya membendung sungai Citarum. Dalam waktu
singkat Sungai citarum akhirnya berhasil dibendung, perlahan namun pasti terbentuk sebuah
danau yang luas.

Setelah selesai menyelesaikan syarat pertama, Sangkuriang kemudian memerintahkan para Jin
mengambil kayu terbaik di hutan untuk dijadikan bahan utama pembuatan kapal besar. Tidak
butuh waktu yang lama bagi bangsa Jin melakukan apa yang diperintahkan Sangkuriang. Dayang
Sumbi yang sejak tadi diam diam melihat dari kejauhan merasa panik karena pekerjaan
Sangkuriang hampir selesai.

Dayang Sumbi kembali ke perkampungan, membangunkan dan memerintahkan warga untuk


memukul alu dan menghidupkan api secara bersama sama sehingga langit menjadi terang.
Bangsa Jin yang membantu Sangkuriang mengira hari sudah pagi sehingga memutuskan untuk
menghentikan pekerjaannyadan kembali ke alamnya.

Pekerjaan membuat perahu yang hampir selesai itupun gagal dan Sangkuriang pun murka setelah
menyadari Dayang Sumbi menipu dirinya dengan sengaja membunyi alu supaya tampak seperti
fajar. Dengan sangat marah, Sangkuriang membuang sumbatan yang membendung sungai
Citarum ke arah timur dan menjadi gunung Manglayang. Sementara itu perahu besar yang ia
buat ditendang hingga melayang di udara dan terjatuh tertelungkup menjadi gunung Tangkuban
Perahu.
Tidak hanya sampai disitu, Sangkuring kemudian mengejar Dayang Sumbi hingga ke Gunung
Putri. Sesaat ketika hampir terkejar, Dayang Sumbi berubah wujud menjadi sekuntum bunga.
Sementara itu Sangkuriang tetap mencari Dayang Sumbi hingga kawasan ujung Berung, disana
Sangkuriang tersesat dan masuk kealam gaib.

Pesan Moral

Dari cerita rakyat Sangkuriang, kita dapat memetik hikmah atau pesan moral yaitu jangan suka
memaksakan kehendak kepada orang lain. Dalam hidup harus saling menghargai dan menerima
kenyataan yang terjadi. Apapun yang bagus menurut pandangan belum tentu baik dan setiap
usaha yang dilakukan secara curang tidak mendapatkan manfaat sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai