Anda di halaman 1dari 17

Kisah Nabi Ayub AS lengkap: Kesabaran dan Hikmah yang Membuat Dekat dengan Allah

Nabi Ayyub A.S, anak Ish bin Ishaq bin Ibrahim A.S. Beliau seorang nabi yang sangat kaya
sekali, mempunyai ternak yang bermacam-macam, seperti: sapi,kambing, kuda, keledai, unta,
dan lain sebagainya.
Beliau seorang yang baik hati, suka mengeluarkan harta bendanya untuk membantu fakir miskin,
yatim piatu, memuliakan tamu dan sebagainya, kekayaannya itu tidak melalaikannya ibadah
kepada Allah Swt. Kekayaan yang melimpah-limpah itu tidak menyebabkan ia menjadi sombong
dan lupa kepada orang-orang yang miskin. Walauoun ia seorang yang kaya namunkehidupannya
tidak berlebih-lebihan, bahkan semakin kaya semakin bertambah taatnya kepada Allah Swt.
Dengan kekayaan yang banyak dan keturunan yang banyak pula, dia tidak makin kendor
semangatnya untuk beribadat dan bersujud kepada Allah Swt.
Setiap orang yang beriman dan taat beribadat, syaithan selalu mencoba mengodanya. Demikian
pula akan halnya terhadap Nabi Ayyub A.S Dengan berbagai cara dan akal bulus, syaithan
mencoba membujuknya dengan merayu-rayu dan dengan senjatanya yang ampuh, agar Ayyub
dapat bergeser dari imannya dan dari ibadatnya.

Cobaan Allah kepada Nabi Ayyub A.S.


Pertama harta bendanya habis, sehingga Ayyub yang tadinya kaya raya, lama kelamaan menjadi
miskin. Hal ini tidak menggoncangkan keimanannya, karena beliau senantiasa ingat bahwa
semua manusia lahir ke dunia tidak membawa apa-apa, kemudian Allah memberikannya rizqi
dan Allah lah yang memberikan kekayaan. Dan kepada Allah harta benda itu kembali, yakni
Allah lah yang mengambil kembali harta itu.
Dari ujian cobaan ini, luluslah Ayyub. Beliau tidak bergeser sedikit pun imannya dan ibadahnya
kepada Allah. Kemudian Allah mengujinya lagi, anak-anaknya yang banyak itu, sekarang
banyak pula yang mati, dari saat ke saat cobaan dan ujian itu terus berjalan.
Cobaan ini tidak mempengharui diri Nabi Ayyub, beliau ingat bahwa manusia semula dari Allah,
kemudian kembali kepada-Nya, termasuk dirinya akan kembali pula kepada-Nya.
Cobaan itu diterima oleh Ayyub dengan sabar, kemudian syaithan berusaha dengan sekuat-
kuatnya untuk menggoncangkan keimanan Nabi Ayyub. Dan Allah mngujinya dnegan
memberikan penyakit yang dahsyat, penyakit yang tidak smebuh-sembuh, sehingga rupanya
Ayyub pun berubah dan kelihatannya sangat tua sekali. tetapi ia pun tetap tenang dan sabar, tidak
pernah mengeluh karena sakitnya itu, dan segala ibadat yang dikerjakannya sebagaimana waktu
sebelum sakit ia kerjakan dengan bertambah khusyu’.
Syaithan pun putus asa, karena dengan cara apa pun tidak berhasil menggoda Ayyub, walau
bagaimanapun sakit yang dideritanya, imannya tidak bergeser sedikitpun. Maka syaithan mencari
jalan laindengan memperdaya istrinya, supaya berkurang menjaga suaminya.
Pada suatu hari istri Ayyub enggan melayani suaminya. Ayyub menjadi marah kepada istrinya
dengan berujar: “Jika aku sembuh pasti kupukul seratus kali”. dan Nabi Ayyub berdo’a kepaada
Allah Swt sebagaimana tertera dalam kitab al-Qur’an.
“Ingatlah ketika Ayyub menyeru kepada Tuhan-nya:” Ya Tuhanku, aku dapat penyakit dan
cobaan yang sebabkan oleh syaithan” (QS. Shaad ayat 41).
Do’a Nabi Ayyub dikabulkan tuhan, dan Ayyub pun sembuh dari penyakitnya, dan harta
kekayaannya pun kembali seperti sedia kala, juga keluarganya sehat-sehat seperti sedia kala.
Tuhan memperlihatkan keimanan Nabi Ayyub A.S yang tidak sedikit pun bergeser walaupun
musibah dan cobaan bertubi-tubi, sehingga syaithan menjadi kalah dan tidak berdaya. Sewaktu
Nabi Ayyub berdo’a minta sembuh, Tuhan berfirman sebagaimana tertera dalam al-Qur’an:
“Hentakkanlah (injaklah dnegan keras) kakimu ke atas bumi, niscaya terbit di sana mata air
yang sejut, maka mandi dan minumlah, lalu sembuhlah penyakitnya” (QS. Shaad ayat 42).
Setelah Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya, kemudian Nabi Ayyub ingin melaksanakan
janjinya untuk memukul istrinya seratus kali, maka hal itu dibolehkan oleh Allah sebagaimana
firman-Nya dalam al-Qur’an:
“Ambillah sekerat kayu dengan tanganmu, lalu pukullah istrimu dengan itu, maka tiadalah kamu
melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami mendapai Ayyub itu orang yang sabar, dia sebaik-baik
hamba dan banyak bertaubat kepada Allah Swt.” (QS. Shaad ayat 44).
Demikian Nabi Ayyub tidak jadi memukul istrinya seratus kali pukul, tetapi lidi yang seratus itu
dijadikan satu ikatan dan dipukulkan sekali saja, untuk melaksanakan janjinya itu sewaktu beliau
masih sakit.
Istri Ayyub adalah wanita yang shalehah, ia berbuat sesuatu bukanlah karena tabi’atnya yang
jelek, namun karena digoda oleh syathan, dan Allah Swt Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Tidak lama kemudian Nabi Ayyub mempunyai anak yang banyak, diantaranya anak laki-laki
bernama Basyir yang digelari Dzulkifli yang pada akhirnya menjadi seorang nabi pula.
Kisah Nabi Ayub as

Dunia Nabi ~ Nabi Ayub adalah cucu dari Nabi Ishaq bin Ibrahim as. Seluruh umat manusia
mengenal beliau sebagai sosok seorang Nabi Allah yang memiliki tingkat kesabaran yang paling
tinggi dalam menghadapi cobaan dari Allah swt.

Kekuranagan harta benda, menderita sakit yang berkepanjangan, dan bahkan kehilangan nyawa
anak-anak beliau, semua itu tidak dapat meruntuhkan benteng keimanan Nabi Ayub as. Justru
sebaliknya, semua itu semakin menambahkan cinta dan ketaatannya kepada Allah swt. Beliau
senantiasa beribadah kepada Allah swt, dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit,
dan kaya maupun miskin.

Di negeri tempatnya berpijak beliau dan keluarganya dikenal sebagai orang yang kaya-raya lagi
dermawan. Harta yang melimpah ruah, rumah dan gedung-gedung indah yang dimilikinya,
perhiasan emas dan perak, serta tanaman dan hasil bumi yang dihasilkannya, tidak menjadikan
beliau sombong dan angkuh. Justru beliau dan keluarga (istri dan anak-anaknya) selalu
membantu orang-orang fakir yang miskin, anak-anak yatim, dan janda-janda tua yang hidupnya
serba kekurangan.

Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun dari penduduk setempat yang meminta bantuan kepada
keluarga Nabi Ayub, pulang  dengan tangan hampa. Tidak heran, apabila seluruh orang memuji
atas kebaikkan dan kedermawanan beliau. Sanjungan tersebut tidak hanya datang dari golongan
manusia, bahkan para malaikat pun turut memuji amal saleh yang dilakukan oleh Nabi Ayub as.
Cobaan Untuk Nabi Ayub
Nabi Ayub dikenal sebagai nabi yang sangat  kuat keimananya. Iblis merasa cemburu dan sakit
hati mendengar pujian malaikat terhadap kekuatan iman Nabi Ayub. Iblis merayu Nabi Ayub
agar meninggalkan perintah Allah .Namun, hal itu tidak berhasil.

Iblis menemui Allah dan berkata, “Tuhan, Ayub  itu sebenarnya tidak ikhlas sujud kepada-Mu.
Dia hanya  menginginkan nikmat kekayaan dan anak sebagai pewarisnya.” Allah ingin
membuktikan bahwa Nabi Ayub memang seorang yang beriman, sabar, dan tabah dalam
menghadapi segala ujian. Kemudian, Allah memberikan izin kepada iblis untuk menghasut Ayub
agar lalai beribadah.

Iblis  memusnahkan seluruh harta benda Nabi Ayub. Nabi Ayub pun menjadi bangkrut.
Kemudian iblis merobohkan rumah Nabi Ayub. Seluruh anak-anak Nabi Ayub yang berada di
dalam rumah meninggal. Kemudian, iblis  menyamar sebagai seorang lelaki. Iblis itu berkata
kepada Nabi Ayub. “Tiada berguna engkau rajin beribadah karena  Allah Yang Maha Kuasa itu
pun tidak mau menyelematkanmu.” Nabi Ayub menjawab, “Wahai iblis, semua yang aku miliki
selama ini adalah pinjaman dari Allah saja. Kini sudah tiba saatnya Allah mengambilnya. Hanya
Allah yang berkuasa atas segala-galanya.”

Iblis sangat marah, dia menemui Allah lagi dan menyatakan kekecewaannya. Untuk ketiga
kalinya, Allah memberikan izin kepada iblis untuk mengganggu kesehatan Nabi Ayub. Iblis
memasukkan sesuatu penyakit yang tidak ada obatnya ke dalam tubuh Nabi Ayub. Nabi Ayub
menahan rasa sakit selama bertahun-tahun. Namun, segala rasa sakit tidak menghalangi ibadah
Nabi ayub.

Penyakit Nabi Ayub semakin lama semakin parah. Sekalipun demikian, Nabi Ayub tetap tabah
dan menerimanya sebagai cobaan dari Allah swt. Keimanannya kepada Allah swt tidak
berkurang sedikitpun, justru beliau semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
swt. Iblis sangat kecewa dan tidak puas  dengan ketabahan Nabi ayub. Dengan demikin usaha
iblis menjadi sia-sia.

Kesembuhan Nabi Ayub as


Penyakit  Nabi Ayub sangat parah sehingga ia hanya dapat berbaring. Semakin lama kondisinya
semakin memburuk. Penyakit ini ia derita  sudah 18 tahun.

Masyarakat di sekitarnya melupakan kedermawanan  Nabi Ayub. Selama beliau sakit, seluruh 
penduduk disekitarnya mengasingkan dirinya. Hanya istrinya yang mengurus segala keperluan
Nabi ayub. Namun, iblis selalu menghasut istri Nabi Ayub yang bernama Rahmah. Iblis
membisikkan kebencian ke dalam hati istri Nabi Ayub. Pada suatu hari, istri Nabi Ayub
mengatakan hal-hal yang menyakiti  Nabi ayub. Nabi Ayub pun sangat sedih. Ia bersumpah
apabila ia sembuh kelak, ia akan memukul istrinya sebanyak 100 kali.

Pada saat kondisi Nabi Ayub semakin lemah, Allah menurunkan wahyu kepadanya,
“Hentakanlah kakimu sehingga muncul air yang sejuk untuk mandi dan minum.”

Nabi Ayub menghentakan kakinya ke tanah sehingga air  keluar. Air tersebut digunakan untuk
mandi dan minum Nabi Ayub. Tidak lama kemudian, tubuh Nabi Ayub kembali sehat. Bahkan.
Ia lebih sehat dan kuat dibanding sebelumnya.

Setelah sembuh, istri Nabi Ayub kembali kepada suaminya Nabi Ayub teringat dengan
sumpahnya. Namun, ia tidak sampai hati memukul istrinya. Oleh karena itu, ia  tidak dapat 
memenuhi sumpahnya. Setelah itu, turunlah perintah Allah agar Nabi Ayub melaksanakan
sumpahnya. Ia diperintah memukul istrinya menggunakan 100 helai rumput yang diikat.

Kisah Nabi Ayub ini telah diceritakan dalam Al-Quran Surat Shaad ayat 41-44 yang artinya,
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku
diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan” (Allah berfirman). “Hantamkanlah kakimu;
inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka
pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan
ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), setelah itu pukullah  dengan ikatan rumput itu
kepada istrimu agar kamu tidak melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub)
seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)”
Kisah Nabi Ayub AS

Nabi Ayub adalah putra Ish bin lshaq bin Ibrahim. Ish merupakan peternak kaya raya di wilayah
Syam. Ketika ayahnya wafat, seluruh kekayaannya diwariskan kepada Nabi Ayub. Nabi Ayub
memiliki tiga orang istri. Salah satunya bernama Siti Rahma, putri dari Afrayim, putra Nabi
Yusuf. Beliau berdakwah dan wafat di wilayah Batsniyyah.

Nabi Ayub diutus Allah untuk berdakwah kepada penduduk Hauran dan Tih, di wilayah tempat
kelahirannya. Nabi Ayub dikenal sebagai orang yang pandai, sopan, bijaksana, dermawan, dan
suka menolong orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, ia banyak membangun sarana
peristirahatan dan ibadah untuk para musafir.
Nabi Ayub dikenal memiliki kepribadian yang menawan, pandai bersyukur, dan senantiasa
menghiasi lisannya dengan zikir. la tidak pernah meninggalkan perintah Allah.
Hal tersebut membuat iblis iri. la ingin menggoda Ayub agar terjerumus dalam dosa. lblis segera
menghadap Allah dan meminta izin untuk menguji kesabaran dan ketaatan Nabi Ayub. Allah pun
mengabulkan permintaan iblis.
Lalu lblis mulai membuat rencana untuk menjatuhkan Nabi Ayub. Berbagai cara telah disusun
dengan berbagai risikonya.
Iblis dan kelompoknya mulai melancarkan aksi pertamanya. Dalam waktu singkat, semua hewan
ternak Nabi Ayub mati ditimpa penyakit yang aneh. Rumahnya tiba-tiba saja sudah hangus
terbakar. Nabi Ayub tidak lagi bisa memberikan gaji kepada para pegawainya. la terpaksa tidak
lagi mempekerjakan mereka. Nabi Ayub dan keluarganya benar-benar menjadi miskin.
Saat Nabi Ayub sedang salat, datanglah Iblis menghasutnya, "Hai Ayub, sesungguhnya Allah
telah menghanguskan kekayaanmu hingga kamu miskin. Buat apa kamu banyak beribadah jika
kamu menjadi miskin?"
Nabi Ayub berkata, "Sesungguhnya, apa yang kumiliki adalah milik Allah. Jika Allah
menghendaki untuk mengambilnya, aku tetap akan bersyukur. Bukankah aku telah lama diberi
nikmat yang banyak oleh Allah?" Kemudian, Nabi Ayub dan keluarganya tetap menjalankan
kewajibannya untuk beribadah kepada Allah.
lblis dan kelompoknya menyusun rencana selanjutnya untuk menggoyahkan iman yang dimiliki
Nabi Ayub dan keluarganya. Ketika anak-anak Nabi Ayub sedang berkumpul di salah satu
rumahnya, iblis menghancurkan bangunan tersebut dan membunuh semua anak-anak Nabi Ayub.
Tentu saja hal ini membuat Nabi Ayub dan istrinya sangat bersedih. Kembali lblis mendatangi
Nabi Ayub dan berkata, "Hai Ayub, Allah telah mengambil semua anak-anakmu. Untuk apa lagi
kamu beribadah kepadanya?"
Akan tetapi, Nabi Ayub tetap bersabar dan berkata, "Sesungguhnya, anak-anakku milik Allah.
Jika Allah menghendaki mereka, itu adalah hak-Nya. Aku tetap bersabar dan bersyukur kepada-
Nya."
lblis kembali menemui kegagalan. la semakin kesal, namun belum berputus asa untuk menggoda
Nabi Ayub dan istrinya. Suatu hari, Nabi Ayub sedang beribadah, iblis meniup hidung dan mulut
Nabi Ayub yang menyebabkannya terkena penyakit kulit. Penyakit kulit itu menggerogoti
seluruh tubuh Nabi Ayub. Tubuhnya dipenuhi dengan bintik darah, nanah, dan banyak ulat.
Semakin hari, penyakit Nabi Ayub semakin parah. Nabi Ayub akhirnya hanya bisa berbaring dan
melaksanakan kegiatannya di atas tempat tidur. Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang
setia.
Pada awalnya, masyarakat bersimpati dengan derita yang dialami Nabi ayub. Namun, karena
penyakit Nabi Ayub semakin parah, mereka mulai menjauh dan mengucilkannya. Hanya istrinya.
yaitu Siti Rahma, yang senantiasa mendampingi Nabi Ayub dalam suka dan duka.
Pada suatu hari, para wanita datang dengan penuh kemarahan. Mereka meminta Nabi Ayub dan
istrinya meninggalkan lingkungannya. Mereka khawatir penyakit yang diderita Nabi Ayub akan
menular. Dengan penuh kesedihan, Siti Rahma menggendong Nabi Ayub untuk meninggalkan
tempat tersebut. Sebenarnya, Nabi Ayub sempat memberikan kebebasan kepada Siti Rahma jika
ia ingin meninggalkannya. Akan tetapi, Siti Rahma memilih tetap setia kepada Nabi Ayub.
Untuk mempertahankan hidup dengan Nabi Ayub, Siti Rahma rela menjual perhiasannya. Ketika
perhiasannya habis, dia rela bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Nabi Ayub Sembuh dari penyakitnya

Hari demi hari, penyakit Nabi Ayub bertambah parah. Siti Rahmah tidak tahan menyaksikan
suaminya sangat menderita. la berkata, "Wahai suamiku, mengapa engkau tidak berdoa kepada
Allah untuk kesembuhanmu? Aku tidak tega melihatmu dalam keadaan yang seperti ini."
Nabi Ayub menolak sambil berkata,"Wahai istriku, aku malu kepada Allah untuk meminta
kesembuhan, sedangkan Allah telah melimpahkan kesehatan yang lebih lama dari sakitku ini."
Nabi Ayub pun kemudian tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat
payah.
Iblis semakin geram dengan kesabaran Nabi Ayub. Dengan tipu muslihatnya, iblis menggoda Siti
Rahma agar meninggalkan Nabi Ayub yang seolah sudah tidak ada harapan lagi. Siti Rahma
sempat berpikir untuk meninggalkan Nabi Ayub saat keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan
suaminya.
Ketika memanggil istrinya, Nabi Ayub tidak mendengar jawaban dari istrinya tersebut. Beberapa
kali ia mencoba memanggil, namun istrinya tidak ada di rumahnya. Nabi Ayub pun berpikir
bahwa istrinya telah meninggalkannya. la pun berjanji bahwa jika istrinya kembali, ia akan
mencambuknya hingga seratus kali.
Nabi Ayub berdoa kepada Allah untuk memohon kesembuhan. Allah mengabulkan doanya dan
berfirman, "Hantamkanlah kakimu ke tanah."
Nabi Ayub menghantamkan kakinya ke tanah. Keluarlah air yang sangat segar. Nabi Ayub pun
kemudian mandi dan minum air tersebut. Tidak berapa lama kemudian, Nabi Ayub merasa sehat
kembali. Penyakit kulit yang dideritanya telah sembuh, bahkan wajahnya terlihat semakin
tampan dan gagah.
Tak berapa lama, istrinya kembali dan mencoba untuk menemukan suaminya. Alangkah kaget
istrinya karena yang berada di rumahnya adalah seorang laki-laki yang tidak dikenal. la pun
bertanya, "Siapa kamu? Di mana suamiku?"
Nabi Ayub kemudian menjawab, "Akulah suamimu. Allah telah menyembuhkan penyakitku."
Siti Rahma tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Akan tetapi, ia bahagia dengan keadaan
suaminya yang sekarang. la pun kemudian berlari dan menjatuhkan diri di hadapan suaminya
untuk meminta maaf. la merasa bersalah karena sempat berniat untuk meninggalkan suaminya.
Nabi Ayub memaafkan kesalahannya. Karena telah berjanji untuk mencambuk istrinya yang
telah kembali, ia pun memberitahukan perihal tersebut kepada istrinya. Siti Rahma ternyata tidak
keberatan untuk menerima hukuman tersebut. Sebelum Nabi Ayub menghukum istrinya, Allah
memerintahkan Nabi Ayub untuk mencambuknya dengan seratus helai rumput.
Allah memberikan imbalan terhadap sikap sabar dan tabah Nabi Ayub dalam menghadapi ujian.
Allah kemudian mengembalikan kekayaan Nabi Ayub karena keuletannya bekerja. Meski telah
menjadi kaya kembali, Nabi Ayub tetap baik hati dan suka menolong.
Selain mengembalikan hartanya, Allah juga memberikan anak kepada Nabi Ayub sejumlah
anaknya yang pernah tertimpa musibah dahulu. Nabi Ayub dan istrinya kemudian hidup bahagia
dan bersyukur karena dapat melalui ujian yang diberikan oleh Allah.
Mereka terus melanjutkan dakwah menyebarkan ajaran Allah, mengabarkan keselamatan,
persaudaraan, dan mengajak manusia untuk kembali dan berjuang di jalan Allah.
NABI YA'KUB AS

Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari
Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang
kedua bernama Ishu.

Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada
menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati
terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai
oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang
setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta
kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan
karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya,
Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya
yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub
kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata mengeluh : " Wahai ayahku!
Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang
membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang
menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadihubungan persaudaraan kami ber dua renggang dan
tegang tidak ada saling cinta mencintai saling sayang-menyayangi. Dia marah karena ayah
memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan
kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua orang
isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan
menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-
macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku
fikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.

Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua
puteranya yang makin hari makin meruncing:" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut
aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku
sudah membongkok raut mukaku sudah kisut berkerut dan aku sudak berada di ambang pintu
perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khuatir bila aku sudah
menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka
akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya
memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang
berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku,
engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke Fadan A'raam di daerah
Irak, di mana bermukin bapa saudaramu saudara ibumu Laban bin Batu;il. Engkau dapat
mengharap dikahwinkan kepada salah seorang puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah
kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena karena kedudukan mertuamu yang
menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa drpku semoga Allah
memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan
tenteram.

Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya'qub melihat dalam anjuran
ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu,
apalagi dengan mengikuti saranan itu ia akan dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan
anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-kemas membungkus
barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata
yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan
rumah.

Nabi Ya'qub Tiba di Irak


Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik dan angi
samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju
ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia
sesekali berhenti beristirehat bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat
perhentiannya ia berhenti karena sudah sgt letihnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang
yang besar .Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan rezeki luas,
penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucuc yang soleh dan bakti serta kerajaan
yang besar dan makmur. Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke
kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia
percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia dengan doa
ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya. Dengan diperoleh mimpi itu ,ia merasa
segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperolehi
tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju
dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.

Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah berhari-hari siang
dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas
dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan
berkeliaran di atas ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan
para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya salah seorang
penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya yang
kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi
seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah
seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada
Ya'qub:"Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah
ayahnya, ia bernama Rahil.

Dengan ahti yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang ayu itu dan cantik itu, lalu
dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya ,ia
mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Ibunya yang bernama Rifqah
adalah saudara kandung dair ayah si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu
bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban ,ayahnya
untuk menyampaikan pesanan Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu. Maka dengan senang hati
sikap yang ramah muka yang manis disilakan ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah
Laban bapa saudaranya.

berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa saudara dengan anak saudara, menandakan


kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan mengalirlah
pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan oleh rasa terharu dan sukcita. Maka
disapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya Ya'qub yang
tidak berbeda dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.

Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban ,bapa saudaranya sebagai anggota
keluarga disampaikan oleh Ya'qub kdp bapa saudranya pesanan Ishaq ayahnya, agar mereka
berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan
tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan mengahwinkan Laban dengan salah seorang
puterinya, dengan syarat sebagai maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya di dalam
perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub menyetujuinya syarat-
syarat yang dikemukakan oleh bapa saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.

Setelah mas tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan
Laban ,ia menagih janji bapa saudaranya yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya.
Laban menawarkan kepada ya'qub agar menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri,
namun anak saudaranya menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan lebih ayu
dari Laiya yang ditawarkannya itu.Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh
Ya'qub kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya memahami dan mengerti
isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat istiadat yang berlaku pada waktu itu tidak
mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kahwin lebih dahulu. karenanya sebagi jalan
tengah agak tidak mengecewakan Ya'qub dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku,
Laban menyarankan agar anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan
Rahil sebagai isteri kedua yang akan di sunting kelak setelah ia menjalani mas kerja tujuh tahun
di dalam perusahaan penternakannya.

Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi kepadanya yang
telah menerimanya di rumah sebagai keluarga, melayannya dengan baik dan tidakdibeda-
bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima
cadangan bapa saudaranya itu . Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun
kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya'qub dengan Rahil gadis yang sangat
dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadan
A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal
mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tidak terlarang akan tetapi oleh
syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu diharamkan.

Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri ya'qub seorang hamba sahaya
untuk menjadi pembantu rumahtangga mereka. Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba
sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu Rahil
sedang yang lain dari Laiya.
Kisah Nabi Yaqub AS
Nabi Yaqub adalah putra Nabi Ishaq. Beliau tinggal bersama pamannya di wilayah Babylon dan
menikah dengan kedua puteri pamannya. Beliau dikaruniai dua belas orang anak dari empat
orang istri. Nabi Yaqub berdakwah di wilayah Kan'an dan Syria. la wafat di Hebron
Nabi Ishaq memiliki dua putra, yakni Yaqub dan Ish. Kedua saudara kandung ini sering
bertengkar. Melihat kondisi tersebut, Nabi Ishaq dan istrinya (Rifqah) berencana memisahkan
keduanya. Ibunya menyarankan Yaqub agar mengunjungi pamannya yang bernama Laban.
Pamannya tinggal di Wilayah Babylon, Irak. Yaqub pun menyetujuinya.
Yaqub berangkat menuju Irak. Sesampainya di sana, ia diterima dengan baik oleh pamannya.
Laban memiliki kepribadian yang sangat baik. la dikenal sebagai orang kaya yang baik- hati,
suka menolong, dan dermawan. Yaqub kemudian dijadikan anak angkat Laban, karena ia tidak
memiliki anak laki-laki. Laban hanya memiliki dua anak perempuan bernama Layya dan Rahiel.
Dalam asuhan Laban, Yaqub tumbuh menjadi orang yang baik, rajin bekerja, dan cekatan.
Kehadirannya di rumah Laban membuat seluruh penghuninya merasa senang. Setelah Yaqub
dewasa, ayah angkatnya ingin menjodohkannya dengan Layya (anak pertamanya). Akan tetapi,
Yaqub ternyata lebih memilih Rahiel.
Akhirnya, ayah angkatnya memutuskan agar Yaqub menikahi Layya terlebih dulu. Yaqub
diperbolehkan menikahi Rahiel setelah tujuh tahun menggembala kambing yang kelak digunakan
untuk mas kawinnya. Yaqub pun menyetujuinya.
Yaqub pun menikahi Layya. Tujuh tahun kemudian, Yaqub menikahi Rahiel. Untuk
meringankan beban kedua anaknya, Labban mencarikan dua orang pembantu untuk mereka.
Seorang bernama Zulfa yang akan membantu Layya. Seorang lagi bernama Balhah yang akan
membantu Rahiel.
Setelah beberapa lama mereka bekerja menjadi pembantu, kedua istri Yaqub memberikan kedua
pembantunya untuk dinikahi Yaqub. Dengan demikian, Yaqub menikah dengan empat orang
perempuan.
Dari pernikahannya itu Yaqub memiliki dua belas keturunan yang dikenal dengan al asbath
(anak/cucu). Dari pernikahannya dengan Layya, ia dikaruniai enam orang anak bernama Robel,
Syam'un, Lewi, Yahuza, Yasyzar, dan Zabulon (Robalen). Dari Rahiel, ia memiliki dua orang
anak bernama Yusuf dan Bunyamin. Dari Balha, ia dikaruniai dua orang anak bernama Dan dan
Neftalia. Dari Zulfa, ia dikaruniai dua orang putra, yakni Jad dan Asyir.
Yaqub dianugerahi Allah memiliki sifat baik hati, dermawan, dan suka menolong sesama. la juga
memiliki ilmu yang tinggi sehingga ia menjadi seorang manusia terpilih, yakni menjadi nabi.
Allah juga mengajarkannya sebagian dari tabir mimpi-mimpi serta disempurnakan-Nya nikmat-
Nya kepada Yaqub dan keluarganya.
Yaqub sangat senang dengan apa yang disampaikan oleh Allah kepada dirinya. Kemudian, Allah
menjadikan Yaqub sebagai pemimpin yang memberi petunjuk kepada umatnya agar selalu , taat
terhadap perintah Allah dan melaksanakan kebaikan.
Yaqub memiliki kekuatan fisik dan stamina yang luar biasa. la juga memiliki semangat dan
pantang menyerah yang kelak akan diwariskan kepada anak keturunannya yang disebut bani
Israil. Karena Yaqub sendiri sering disebut dengan nama Israil.
Allah mengangkat Yaqub sebagai nabi karena ia memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya
memiliki ilmu yang tinggi, akhlak yang balk, dan semangat yang kuat dalam berdakwah. Ketika
diangkat menjadi nabi, Yaqub menjadi nabi yang kaya raya dan tetap memiliki kepribadian baik
serta ilmu yang tinggi. Kelebihannya tersebut banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah
kemanusiaan, seperti memberi bantuan kepada orang yang terkena musibah, fakir miskin, dan
orang-orang tertindas.
Dalam dakwahnya, Nabi Yaqub selalu menyerukan kepada umatnya agar mengerjakan
kebajikan, saling membantu sesama, menunaikan sholat, menunaikan zakat, dan selalu
menyembah hanya kepada Allah.
Nabi Yaqub berdakwah dengan memberikan contoh agar peduli terhadap persoalan persoalan
kemanusiaan.
Perbuatan mulia yang dilakukan Nabi Yaqub rupanya banyak menimbulkan rasa simpati bagi
orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu banyak orang yang mau mengikuti ajakannya untuk
berdakwah di jalan Allah.
Pesan moral dari Cerita Kisah Nabi Yaqub AS, yaitu :
1. Sosok Nabi Yaqub yang mandiri, ulet, cerdas, dan memiliki kebaikan hati serta suka
menolong layak dijadikan contoh. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut, kita akan mudah
bergaul dan disukai banyak orang. Hal itu dapat menjadi modal yang kuat dalam
berdakwah.
2. Memiliki ilmu yang tinggi dan mempergunakannya untuk kebaikan merupakan contoh
yang dapat ditiru dari Nabi Yaqub.
3. Amal saleh yang dilakukan oleh Nabi Yaqub, seperti mempergunakan hartanya untuk
membantu orang lain, merupakan contoh nyata dakwah dengan perbuatan yang dapat
membangkitkan sikap peduli orang lain terhadap sesama.
Sejarah Singkat Nabi Ya'qub
Nabi Yaqub AS adalah nabi kesepuluh. Ia adalah putra Nabi Ishak. Semasa remaja,
Yaqub tinggal bersama pamannya di Babylonia. Kemudian, ia menikah dengan kedua
putri pamannya. Yaqub diangkat menjadi nabi dan berdakwah di Palestina dan Syiria.
Ia wafat di Hebron, Palestina.

Yaqub Tinggal Bersama Pamannya


Nabi Ishak memiliki dua orang anak, Ish dan Yaqub. Ish sering merasa iri kepada
Yaqub. Ia merasa ayah dan ibunya lebih memerhatikan Yaqub daripada dirinya. Singkat
kata, Ish tidak senang kepada Yaqub.

Melihat kondisi tersebut, Nabi Ishak dan istrinya (Rifqah) menyarankan Yaqub agar
tinggal bersama pamannya, Laban. Laban tinggal di Fadan Aram, Babylonia. Yaqub
menyetujuinya.

Yaqub berangkat menuju rumah pamannya di Babylonia. Sesampainya di sana, ia


disambut dengan baik oleh pamannya. Laban adalah orang yang sangat baik hati. Ia
dikenal sebagai orang kaya yang dermawan.

Yaqub tumbuh dalam asuhan Laban. Ia tumbuh menjadi pemuda yang saleh,
cerdas, dan giat. Yaqub disukai oleh seluruh anggota keluarga Laban.

Pernikahan Yaqub
“Dan (diharamkan) mengumpulkan dalam (pernikahan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. An-Nisaa` [4]: 23)

Yaqub telah dewasa. Sudah waktunya bagi Yaqub untuk menikah. Laban
menawarkan kepada Yaqub untuk dinikahkan dengan putri sulungnya, Layya. Namun,
Yaqub menyukai Rahiel, adik Layya. Akhirnya, dicapai kesepakatan bahwa Yaqub
menikahi Layya terlebih dahulu, baru kemudian boleh menikahi Rahiel.

Yaqub pun menikahi Layya. Selama tujuh tahun, Yaqub menggembala kambing
yang kelak digunakan sebagai mas kawin menikahi Rahiel. Setelah tujuh tahun, Yaqub
pun menikahi Rahiel. Pada masa itu, belum ada larangan mengumpulkan dua
perempuan kakak beradik untuk dinikahi.

Kemudian, untuk mengurus keperluan rumah tangga anaknya, Laban memberikan


dua orang pembantu. Seorang bernama Zulfa untuk membantu Layya. Seorang lagi
bernama Balhah untuk membantu Rahiel.

Beberapa tahun kemudian, kedua istri Yaqub mempersilakan Yaqub untuk


menikahi Zulfa dan Balhah. Dari keempat istrinya, Yaqub dikaruniai dua belas orang
anak.

Dari pernikahannya dengan Layya, Yaqub dikaruniai enam orang anak; Raubin,
Syam`un, Lewi, Yahuza, Yasyzar, dan Zabulon. Dari pernikahannya dengan Rahiel,
Yaqub memiliki dua orang anak; Yusuf dan Bunyamin. Dari pernikahannya dengan
Balhah, Yaqub dikaruniai dua orang anak; Dan dan Neftalia. Dari pernikahannya
dengan Zulfa, Yaqub dikaruniai dua orang anak; Jad dan Asyir.
Yaqub Diangkat Menjadi Nabi
“Maka ketika ia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah. Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yaqub. Dan
masing-masing Kami angkat menjadi nabi.” (QS. Maryam[19]: 49)

Yaqub adalah seorang yang taat kepada Allah. Ia juga seorang yang baik hati,
dermawan, dan suka menolong sesama. Yaqub juga dikaruniai tubuh yang kuat dan
ilmu pengetahuan yang tinggi.

Dengan kelebihan yang dimilikinya itu, Yaqub akhirnya diangkat oleh Allah menjadi
nabi dan rasul. Yaqub berdakwah di Palestina dan Syiria

Dakwah Nabi Yaqub


“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat
kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami
mereka menyembah.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 73)

Nabi Yaqub menyeru umat manusia agar menyembah Allah dan bertakwa kepada-
Nya. Ia juga menyeru umatnya agar taat melaksanakan shalat, membayar zakat, dan
gemar berbuat kebajikan.

Selama menjalankan tugas dakwah, Nabi Yaqub sering menolong kaumnya.


Kelembutan hati Yaqub membuat kaumnya simpati kepadanya. Mereka banyak yang
mengikuti ajaran Nabi Yaqub. Nabi Yaqub wafat di Hebron, Palestina.

Hikmah Kisah
Kita bisa memetik pelajaran berharga dari kisah Nabi Yaqub AS. Ia mampu
bersikap bijaksana untuk menyelamatkan keretakan persaudaraan antara kakak-adik.

Selain itu, sebagai hamba Allah kita harus taat kepada-Nya, memiliki ilmu dan
wawasan yang luas, bermanfaat bagi orang lain, serta berakhlak mulia. Tujuannya,
agar kita bisa sukses dan disukai banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai