Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salsabila

Kelas : IX.3

Legenda Sangkuriang Tangkuban Perahu

Pada Dahulu kala hiduplah seorang wanita cantik yang bernama Dayang Sumbi, ia
merupakan seseorang puteri raja. Dayang Sumbi memiliki seorang anak laki laki yang
bernama Sangkuriang yang sangat suka pergi berburu. Hampir setiap harinya Sangkuriang
masuk keluar hutan aau juga hasilnya pun sangat memuaskan dimana ia selalu mendapatkan
hewan buruan yang lumayan banyak.
Selama berburu, Sangkuriang selalu akan ditemani oleh seekor anjing titisan dewa yang
bernama Tumang yang tidak lain merupakan suami dari Dayang Sumbi maupun juga ayah
kandung Sangkuriang, hanya saja Dayang Sumbi tidak akan pernah memberitahu
Sangkuriang bahwa ayah kandungnya ialah seekor anjing karena tidak ingin anaknya merasa
malu maupun kecewa.
Sangkuriang hanya tahu bahwa ayah kandungnya telah lama sudah meninggal dunia serta
tidak menyadari bahwa anjing yang selalu menemaninya merupakan ayah kandungnya.
Kemanapun Sangkuriang pergi pasti selalu diikuti oleh Tumang yang selalu menjaganya dan
menemaninya, Tumang juga selalu membantu Sangkuriang menangkap hewan buruan itu.
Pada suatu hari seperti biasa Sangkuriang mengajak Tumang unrtuk berburu di hutan.
Dengan kemampuan memanah yang sangat baik, Sangkuriang akan membidik burung dan
lalu menembaknya. Burung itupun juga terjatuh, namun ketika Sangkuriang memerintah
Tumang untuk saat mengambil burung hasil buruan tersebut, sang anjing tersebut tidak patuh.
Lantas Sangkuriang pun murka maupun juga memukul Tumang hingga mati dengan sebatang
kayu yang besar lantaran sangat kesal karena tidak akan menuruti perintah dari Sangkuriang.
Setelah Tumang mati, sangkuriang lantas membelah perut Tumang, mengambil hatinya untuk
dibawah pulang kerumahnya. Setibanya dirumah, seperti biasa Sangkuriang akan
memberikan hasil buruan kepada Dayang Sumbi untuk dapat dimasak, termasuk memberikan
hati milik anjing kesayangannya yang sudah mati dibunuh sangkuriang yakni Tumang.
Setelah makan hidangan hasil buruan tadi, Dayang Sumbi ingin mencari cari Tumang dengan
maksud untuk dapat memberi makan anjing kesayangan anaknya yang juga sekaligus
suaminya tersebut. Seluruh rumah maupun juga halaman sudah diperiksa semua namun
Dayang Sumbi tidak juga menemukan seekor Tumang, lantas Dayang Sumbi pun dapat
bertanya kepada Sangkuriang yang dimana keberadaan Tumang.
Dengan entengnya perkataan Sangkuriang berkata bahwa Tumang sudah ia bunuh karena
tidak patuh menuruti perintahnya dan Sangkuriang pun mengatakan dengan entengnya,
masakan yang mereka makan merupakan bagian daging Tumang. Bak mendengar halilintar
di siang bolong, Dayang Sumbi pun murka dan juga memukul kepala Sangkuriang dengan
sendok nasi atau juga mengusirnya dari rumah.
Keputusan Dayang Sumbi yang telah mengusir Sangkuriang tersebut membawa rasa
penyesalan yang sangat dalam sehingga yang pada akhirnya Dayang Sumbi telah
memutuskan untuk pergi bersemedi selama berbulan bulan lamanya. Dewa lantas
memberikan suatu karunia kepada Dayang Sumbi yakni yang selalu awet muda dan tidak
pernah akan menjadi tua serta kecantikan yang selalu abadi.
Setelah diusir oleh ibunya, Sangkuriang lalu akhirnya pergi dapat mengembara tanpa tujuan.
Perjalanan yang sangkuriang tempuh tidak akan menentu, ia pun berkali kali singgah atau
juga berguru dengan banyak orang orang sakti selama bertahun tahun hingga tak terasa
Sangkuriang tumbuh besar menjadi pria yang gagah, tampan atau juga berilmu tinggi.
Pada suatu ketika, Sangkuriang pun akan kembali ke desa tempat tinggalnya dahulu lalu ia
merasa sangat terkejut dengan perubahan desa yang pada dulunya menjadi rumah sewaktu
masa kecilnya. Karena itulah Sangkuriang tidak mengenali lagi orang orang didesanya
termasuk Dayang Sumbi tersebut.
Singkat cerita Sangkuriang yang pada akhirnya bertemu dengan ibunya, namun karena wajah
Dayang Sumbi sudah berubah pesat menjadi sangat cantik setelah mendapatkan karunia dewa
menyebabkan Sangkuriang tidak akan mengenali lagi wajah ibunya begitu juga Dayang
Sumbi juga tidak mengenali siapa lagi Sangkuriang.
Keduanya sering bertemu dan lalu akhirnya saling jatuh cinta. Sangkuriang begitu sangat
terpersona dengan kecantikan Dayang Sumbi dan hendak segera melamarnya.pada Awalnya
Dayang Sumbi menerima lamaran Sangkuriang, namun tiba tiba pada suatu hari sewaktu
waktu mereka sedang memadu kasih, tanpa sengaja ikat kepala Sangkuriang terlepas.
Dayang Sumbi ingin bermaksud merapihkan kembali ikat kepala Sangkuriang, namun
Dayang Sumbi pada akhirnya terkejut melihat bekas luka pada kepala Sangkuriang. Ia pun
menanyakan asal mula bekas luka tersebut kepada Sangkuriang dan setelah mendengar
ucapan Sangkuriang yang dimana menyebutkan bahwa luka tersebut disebabkan oleh pukulan
ibunya sewaktu masih kecil dulu karena telah membunuh seekor anjing kesayangannya maka
semakin yakinlah Dayang Sumbi bahwa kekasihnya tersebut tak lain merupakan seseorang
anak kandungnya yang sudah lama sekali menghilang.
Dayang Sumbi lalu kemudian menjelaskan kepada Sangkuriang bahwa mereka ialah ibu dan
anak yang sudah lama sekali terpisah, namun Sangkuriang tidak begitu mempercayai ucapan
Dayang Sumbi lantaran wajah Dayang Sumbi sama muda dengan sama dirinya. Sangkuriang
beralasan wajah ibunya saat ini pastinya sudah tua dan ia tidak akan mempercayai ucapan
Dayang Sumbi sama sekali.
Sangkuriang terus mendesak Dayang Sumbi untuk dapat segera menikah namun selalu saja
mendapat penolakan. Ibu mana sih yang mau menikah dengan anak kandung sendiri,
demikianlah hal yang dipikir Dayang Sumbi terus berkali kali.
Dayang Sumbi bersikeras menolak lamaran Sangkuriang atau juga mencoba menghindar
untuk tidak bertemu dengan anaknya lagi. Karena bosan diteror terus menerus oleh
Sangkuriang, Dayang Sumbi lalu akhirnya mau menerima lamaran asalkan syaratnya
Sangkuriang mampu memenuhi 2 syarat yang telah diajukannya.
Karena Dayang Sumbi memang tidak ingin berniat menikah dengan Sangkuriang,
dibuatkanlah syarat yang sangat begitu berat dengan maksud supaya Sangkuriang tidak akan
bisa sanggup memenuhinya dan lalu akhirnya bisa membatalkan pernikahannya dengan
Sangkuriang.
Syarat pertama yakni Dayang Sumbi meminta Sangkuriang utuk dapat membendung sungai
Citarum untuk dapat dijadikan danau yang luas dan syarat kedua meminta dibuatkan kapal
yang besar untuk bulan madu mereka pada nantinya hanya dalam waktu satu malam saja.
Karena kesaktiannya Sangkuriang pun dapat menyanggupi persyaratan yang diajukan
Dayang Sumbi tersebut.
Pada hari yang telah ditentukan, Sangkuriang mulai membendung aliran sungai citarum,
namun ia tidak sendiri melakukannya melainkan dibantu oleh bangsa Jin. Karena
kesaktiaannya, Sangkuriang bisa saja memanggil ratusan Jin untuk datang membantunya
membendung sungai Citarum. Dalam waktu yang singkat Sungai citarum pada akhirnya
berhasil dibendung, perlahan namun pasti akan terbentuk sebuah danau yang sangat luas.
Setelah selesai menyelesaikan syarat pertama, Sangkuriang lalu kemudian memerintahkan
para Jin akan mengambil kayu terbaik di hutan untuk dapat dijadikan bahan utama
pembuatan kapal besar. Tidak butuh waktu yang lama bagi bangsa Jin melakukan apa yang
harus diperintahkan Sangkuriang. Dayang Sumbi yang sejak tadi diam diam melihat dari
kejauhan merasa panik karena pekerjaan Sangkuriang hampir selesai pada malam itu juga.
Dayang Sumbi kembali ke perkampungan, membangunkan dan juga memerintahkan warga
untuk dapat memukul alu dan menghidupkan api secara bersama sama sehingga langit
menjadi terang. Bangsa Jin yang membantu Sangkuriang mengira hari sudah terang lalu
sehingga memutuskan untuk ingin menghentikan pekerjaannyadan kembali ke
alamnya.Pekerjaan membuat perahu yang hampir selesai itupun gagal total dan Sangkuriang
pun murka setelah menyadari Dayang Sumbilah te menipu dirinya dengan sengaja membunyi
alu supaya tampak seperti fajar telah terbit. Dengan sangat marah, Sangkuriang membuang
sumbatan yang telah membendung sungai Citarum ke arah timur dan menjadi gunung
Manglayang. Sementara itu perahu besar yang ia buat juga ditendang hingga melayang di
udara dan juga terjatuh tertelungkup menjadi gunung Tangkuban Perahu.Tidak hanya itu
sampai disitu, Sangkuring lalu kemudian mengejar Dayang Sumbi hingga ke Gunung Putri.
Sesaat itu ketika hampir terkejar, Dayang Sumbi juga berubah wujud menjadi sekuntum
bunga yang indah. Sementara itu Sangkuriang tetap mencari Dayang Sumbi hingga kawasan
ujung Berung, disana Sangkuriang juga tersesat dan masuk ke alam gaib lain.
Name : Salsabila
Class : IX.3

The legend of Sangkuriang Tangkuban Perahu

Once upon a time there lived a beautiful woman named Dayang Sumbi, she was a princess of
a king. Dayang Sumbi has a son named Sangkuriang who really likes to go hunting. Almost
every day Sangkuriang goes out of the forest or the result is also very satisfying where he
always gets quite a lot of game animals.
During hunting, Sangkuriang will always be accompanied by a bead god named Tumang who
is none other than Dayang Sumbi's husband or Sangkuriang's biological father, only Dayang
Sumbi will never tell Sangkuriang that his biological father is a dog because he does not want
his children to feel ashamed or disappointed.
Sangkuriang only knew that his biological father had long passed away and did not realize
that the dog that always accompanied him was his biological father. Wherever Sangkuriang
went he always followed by Tumang who always took care of him and accompanied him,
Tumang also always helped Sangkuriang catch the hunted animal.
One day as usual Sangkuriang invited Tumang to hunt in the forest. With excellent archery
skills, Sangkuriang will aim at the bird and then shoot it. The bird fell, too, but when
Sangkuriang ordered Tumang to take the hunted bird, the dog disobeyed.
Then Sangkuriang was angry and also beat Tumang to death with a large piece of wood
because he was very upset because he would not obey orders from Sangkuriang. After
Tumang died, Sangkuriang then split Tumang's stomach, taking his heart to go home. Upon
arrival at home, as usual Sangkuriang will give the hunted results to Dayang Sumbi to be
cooked, including giving the heart of his beloved dog who was killed by Sangkuriang,
Tumang.

After eating the prey food, Dayang Sumbi wanted to find Tumang, with the intention of being
able to feed her beloved dog, who was also her husband. The entire house and yard were all
inspected, but Dayang Sumbi did not find a Tumang, so Dayang Sumbi could ask
Sangkuriang where Tumang was.
Sangkuriang's words with ease said that he had killed Tumang because he did not obey his
orders and Sangkuriang also said lightly, the food they ate was part of Tumang's meat. Bak
heard lightning in broad daylight, Dayang Sumbi was furious and also hit Sangkuriang's head
with a rice spoon or chased him from the house.
Dayang Sumbi's decision to expel Sangkuriang brought so much regret that Dayang Sumbi
finally decided to go to meditate for months. Dewa then gave a gift to Dayang Sumbi who is
always young and will never grow old and beauty that is always eternal.
After being driven out by his mother, Sangkuriang then finally left to wander aimlessly. A
trip to Sangkuriang will not be erratic, he will stop by many times or also learn with many
magicians for many years until he doesn't feel that Sangkuriang has grown up to be a man
who is handsome, handsome or also has high knowledge.
At one time, Sangkuriang will return to the village where he used to live and then he was
very surprised by the change in the village which was once a home during his childhood.
That's why Sangkuriang no longer recognizes the people in his village, including Dayang
Sumbi.
Long story short Sangkuriang who eventually met his mother, but because the face of Dayang
Sumbi has changed rapidly to be very beautiful after getting the gift of gods cause
Sangkuriang will no longer recognize the face of her mother as well as Dayang Sumbi also
does not recognize who else Sangkuriang.
The two often met and then finally fell in love. Sangkuriang was so fascinated by the beauty
of Dayang Sumbi and was about to propose to her immediately. At first Dayang Sumbi
received Sangkuriang's proposal, but suddenly arrived one day when they were making love,
accidentally Sangkuriang's headband was untied.
Dayang Sumbi wanted to intend to clean up Sangkuriang's headband, but Dayang Sumbi was
finally surprised to see a scar on Sangkuriang's head. He also asked the origin of the scar to
Sangkuriang and after hearing Sangkuriang's words which stated that the wound was caused
by his mother's beating when he was a child for killing his beloved dog, it became
increasingly reassured Dayang Sumbi that his lover was none other than his biological child
it's been a long time.

Dayang Sumbi then explained to Sangkuriang that they were mothers and children who had
been separated for a long time, but Sangkuriang did not really believe in Dayang Sumbi's
words because Dayang Sumbi's face was as young as her. Sangkuriang reasoned that his
mother's face must have been old and he would not believe Dayang Sumbi's words at all.
Sangkuriang continued to urge Dayang Sumbi to be able to get married soon, but always
refused. Which mother would want to marry her own biological child, that's what Dayang
Sumbi thinks many times.
Dayang Sumbi insisted on rejecting Sangkuriang's proposal or also trying to avoid ever
seeing her child again. Because he was bored with being constantly terrorized by
Sangkuriang, Dayang Sumbi then finally accepted the application as long as the conditions
were that Sangkuriang was able to fulfill the two conditions he had proposed.
Because Dayang Sumbi did not want to intend to marry Sangkuriang, he made very heavy
conditions with the intention that Sangkuriang would not be able to fulfill it and then finally
could cancel his marriage to Sangkuriang.
The first requirement is that Dayang Sumbi asks Sangkuriang to be able to stem the Citarum
river to be made into a large lake and the second condition requires that a large ship be made
for their honeymoon in the future in just one night. Because of his magic, Sangkuriang was
able to fulfill the requirements submitted by Dayang Sumbi.
On the appointed day, Sangkuriang began to stem the flow of the Citarum River, but he did
not do it alone but was assisted by the Jin people. Because of his magic, Sangkuriang could
have summoned hundreds of Jinns to come to help him stem the Citarum river. In a short
time the Citarum River was finally dammed, slowly but surely a vast lake would form.
After completing the first requirement, Sangkuriang then ordered the Jinns to take the best
wood in the forest to be used as the main material for making large ships. It didn't take long
for the Jin people to do what Sangkuriang had to order. Dayang Sumbi, who had been quietly
watching from a distance, felt panic because Sangkuriang's work was almost finished that
night.
Dayang Sumbi returned to the village, woke up and also ordered residents to be able to hit the
pestle and start the fire together so that the sky becomes bright. The Jinn who helped
Sangkuriang thought the day was light then decided to want to stop his work and return to his
natural state. The work of making a boat that was almost complete was also a total failure and
Sangkuriang was furious after realizing Dayang Sumbilah had deceived himself by
deliberately sounding a pestle so that it looked like dawn had risen. . Very angry,
Sangkuriang threw out the blockage that had dammed the Citarum river to the east and
became Mount Manglayang. Meanwhile, the big boat that he made was also kicked up into
the air and also fell face down into Tangkuban Perahu mountain. Not only that, Sangkuring
then chased Dayang Sumbi to Gunung Putri. At that moment when almost overtaken, Dayang
Sumbi also transformed into a beautiful flower. Meanwhile Sangkuriang is still looking for
Dayang Sumbi to the end of the Berung area, where Sangkuriang is also lost and entered
another magical world.

Anda mungkin juga menyukai