Tumang sebenarnya adalah seorang pangeran dari kayangan yang dikutuk Dewa
menjadi anjing. Saat Dayang Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba alat pintalnya
terjauh. Karena malas mengambil, Dayang Sumbi berkata “Siapa yang mau
mengambilkan alat pintalku, jika perempuan akan kujadikan adikku. Jika laki-laki
akan kujadikan suamiku!”
Si Tumang yang mendengar hal tersebut langsung mengambil alat pintal tersebut.
Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat anjing tersebut menyerahkan alat pintalnya.
Namun ia tidak mengelak dari janjinya.
Akhirnya Dayang Sumbi menikah dengan si Tumang yang dapat berubah wujud
menjadi manusia. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-
laki bernama Sangkuriang.
Namun setelah seharian berjalan di hutan, ia tak juga menemukan rusa. Karena putus
asa dan hari mulai gelap, terbesit di pikiran Sangkuriang untuk mengganti hati rusa
tersebut dengan hati si Tumang. Lalu dipanahnya si Tumang dan diambil hatinya.
Sangkuriang pun pulang ke rumah. Sejatinya Sangkuriang tidak tahu kalau anjing
itu adalah ayah kandungnya.
Lamaran Sangkuriang langsung diterima oleh wanita cantik itu. Ternyata wanita itu
tidak lain ternyata adalah ibunya sendiri yang oleh Dewa dikaruniai wajah awet
muda. Mereka sama-sama jatuh cinta dan berniat akan menikah dalam waktu dekat.
Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat ia merapikan ikat kepala
Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka. Ia mengenali bekas luka itu, “Kakanda,
mengapa ada bekas luka di kepalamu?” tanya Dayang Sumbi.
“Oh, bekas luka ini aku dapatkan dari ibuku. Ia memukul kepalaku dengan sendok
nasi.”
“Mengapa beliau memukul Kakanda? Apa yang telah Kakanda lakukan hingga
membuatnya marah?”
Mendengar jawaban tersebut, Dayang Sumbi semakin yakin kalau pemuda gagah
tersebut adalah anaknya Sangkuriang yang dulu telah pergi meninggalkan rumah.
“Kau adalah anakku, dan aku ibumu. Tak mungkin kita menikah.”
Sangkuriang merasa jengkel dan marah. Ia lalu menjebol bendungan yang sudah ia
buat dan terjadilah banjir yang merendam seluruh kota. Sangkuriang juga
menendang perahu yang telah dibuatnya.
Tantangan:
Kalian telah mengamati contoh peta pikiran isi buku Itam dan U. Sekarang kalian dapat
membuat peta pikiran sebuah bacaan fiksi “Cerita Rakyat Sangkuriang”. Ingatlah untuk
Buatlah peta pikiran dari cerita rakyat seperti contoh pada Gambar 5.3
“Peta Pikiran Itam dan U”.