Anda di halaman 1dari 2

Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Pada zaman dahulu ada seorang raja yang bernama Sungging Perbangkara. Ia suka
berburu ke hutan. Namun dalam berburu kali ini ia tidak menemukan seekor pun binatang
buruan. Ia merasa lelah dan langsung beristirahat. Ketika itu Sang Raja membuang air seni
yang tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama Celeng Wayung
Hyang yang tengah bersembunyi sedang kehausan, ia kemudian meminum air seni sang raja
tadi. Karena telah meminum air seni Sang Raja, secara ajaib Wayung Hyang hamil dan
melahirkan seorang bayi yang cantik. 84

Pada perburuan dikemudian hari, bayi cantik itu ditemukan sang raja di tengah
hutan. Ia khawatir melihat bayi sendirian di tengah hutan. akhirnya dibawalah bayi tersebut
ke keraton. Dan diberi nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang
amat cantik jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang
pun tidak ada yang diterima. 140

Akhirnya para raja saling berperang. Atas permintaannya sendiri Dayang Sumbi pun
mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika
sedang asyik menenun kain, torompong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh
ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia
berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki,
akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudarinya. Si Tumang
mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya itu Dayang 222
Sumbi harus memegang teguh persumpahan dan janjinya, maka ia pun harus menikahi si
Tumang. Karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya
ditemani si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang dapat kembali ke wujud aslinya
sebagai dewa yang tampan, Dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan dewa
yang tampan yang sesungguhnya adalah wujud asli si Tumang. Maka Dayang Sumbi
akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh
menjadi anak yang kuat dan tampan. 301

Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia
memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian
lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya
Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si
Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayung Hyang. Karena si
Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri maka si
Tumang tidak menurut. Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti si Tumang dengan panah, 382
akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk anak
panah. Sangkuriang bingung, lalu karena tak dapat hewan buruan maka Sangkuriang pun
menyembelih tubuh si Tumang dan mengambil hatinya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang
diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi
mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, suaminya sendiri, maka
kemarahannya pun memuncak serta-merta kepala Sangkuriang dipukul dengan garpu
sehingga terluka. Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. 460

Sangkuriang kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, sakti, dan gagah
perkasa. Setelah sekian lama berjalan tanpa sadar tiba kembali di tempat Dayang Sumbi.
Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi –
ibunya. Dan Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa sang ksatria tampan itu
adalah putranya sendiri. Lalu kedua insan itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah
bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang
Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, 548

bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk
menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat
untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi
meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam
dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya. 608

Maka dibuatlah perahu. Dengan bantuan para guriang (makhluk halus), bendungan
pun hampir selesai. Dayang Sumbi merasa khawatir, akhirnya ia menebarkan helai kain putih
hingga bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak
buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari
menghilang bersembunyi. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang
menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di
Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur
dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut
kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan
713
berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Anda mungkin juga menyukai