Anda di halaman 1dari 4

DONGENG BARU KLINTING

GUNUNG MERBABU DAN TELOMOYO INI


BANYUBIRU, AMBARAWA, SALTIGA
KONON LEGENDANYA SI BARU KLINTING
KISAH TERJADINYA RAWA PENING
Assalamu’laikum Wr. Wb.’
Perkenalkan nama saya: FAIZ SETIYA GHANI
Dari SDN DANUREJO 1
Saya akan membawakan dongeng BARU KLINTING

Ada sebuah kejadian yang membuat heboh orang-orang di Demang Mangiran.


Alkisah ada seorang gadis yang tidak pernah menikah dengan seorang laki-laki.
Namun, dia hamil dan anehnya ia melahirkan seekor ular sebesar lengan manusia
dewasa ketika usia kandungannya menginjak 9 bulan 10 hari. Wanita itu ialah
putri Ki Demang Taliwangsa.
Dengan adanya kejadian itu, Ki Demang Taliwangsa pun merasa malu karena
mempunyai anak yang melahirkan seekor ular. Lalu ia menyuruh putrinya agar
membuang anak yang berwujud ular.
“Putriku, maafkanlah ayah. Sebenarnya ayah juga tidak tega menyuruhmu untuk
membuang anakmu uang berwujud ular itu. Namun bagaimana pun kamu harus
melakukannya. Terus terang, ayah merasa malu dengan penduduk di Kademangan
ini.”
“Baiklah, kalau itu memang kemauan ayah. Aku mengerti,” ujar wanita itu
memahami kegelisahan ayahnya. Namun sungguh ajaib karena ular itu dapat
berbicara seperti manusia. Anak itu merasa sedih ketika mengetahui akan dibuang
oleh ibunya. “Mengapa ibu hendak membuangku?. Apa ibu tidak sayang
kepadaku?. “tanya ular itu pada ibunya. Namun ketika mendengar perkataan
anaknya, akhirnya wanita tersebut mengurungkan niat membuang anaknya. Dia
memelihara dan merawat ular tersebut layaknya anak-anak lainnya. Dia tidak
peduli dengan apapun yang dikatakan oleh orang-orang di desanya.
Suatu ketika wanita itu menemui Ki Demang Taliwangsa dan menjelaskan
niatnya. Akhirnya Ki Demang pun setuju dan mengabulkan permintaannya.
“Maafkanlah aku ayah. Sebab aku tidak tega membuang anakku. Izinkanlah aku
untuk merawat dan memeliharanya seperti anak-anak lain. Aku akan
menasihatinya agar tidak mengganggu penduduk Kademangan Mangiran ibi,
“kata wanita itu memohon kepada Ki Demang Taliwangsa. “Baiklah, tapi satu
pesanku agar jangan sampai ular itu diizinkan pergi keluar rumah agar tidak
menyebabkan penduduk takut, “ucap Ki Demang Taliwangsa.
Semakin lama ular itu semakin tumbuh besar. Namun, ia tidak pernah keluar
rumah. Ia juga belum memiliki nama. Suatu saat ia minta diberi nama oleh
ibunya. “Ibu, sampai sebesar ini aku masih belum kau beri nama. Berilah aku
nama yang bagus seperti anak-anak lainnya, “kata ular itu. Ibunya tersenyum
sambil memandangi ular yang sudah besar itu. Ular itu sedang melingkar di
tempatnya. Bagaimana jika aku memberimu nama Naga Baru Klinting “kata
wanita itu kepada anaknya. Naga Baru Klinting senang sekali dengan nama
pemberian ibunya. “Terima kasih ibu, itu nama yang sangat bagus, “ujar Baru
Klinting dengan senangnya.
Dari lahir hingga dewasa, Baru Klinting belum tahu siapa ayahnya, belum pernah
satu kali pun ia melihat ayahnya. Karena rasa penasarannya, ia bertanya kepada
ibunya. “Ibu bolehkah aku tahu siapa ayahku sebenarnya?, ibu siapa nama
ayahku? “tanya Naga Baru Klinting kepada ibunya. Sang ibu pun terkejut
mendengar pertanyaan anaknya yang berbentuk ular itu. Ia pun mengatakan
kepada Baru Klinting bahwa Ki Demang Kaliwangsa adalah ayahnya. Baru
Klinting pun tak mempercayai perkataan sang ibu. Justru ia mengatakan kalau Ki
Demang Kaliwangsa adalah ayah dari ibu.
Hari-hari terus berlalu dan ibunya terus didesak dengan pertanyaan Naga Baru
Klinting, dan akhirnya sang ibu menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada
Naga Baru Klinting. “Wahai anakku, jika kamu ingin mengatahui siapa
sebenarnya ayahmu, maka ibu akan menceritakan peristiwa yang terjadi beberapa
tahun silam, “kata sang ibu. Naga Baru Klinting menyimak dengan baik cerita
ibunya.
Beberapa tahun silam, di Kademangan Mangiran akan mengadakan hajatan
berupa bersih desa. Sebagai seorang putri Ki Demang Kaliwangsa, ia turut
membantu acara itu. Suatu saat ia diminta untuk menemui Ki Wanabaya untuk
meminjam pusaka yang akan digunakan untuk upacara bersih desa selama
beberapa hari. Wanita akhirnya menemui Ki Wanabaya dan menyampai maksud
dan tujuan kedatangannya. “Aku datang menemui Ki Wanabaya karena perintah
ayahanda. Aku disuruh memminjam pusaka keris Ki Wanabaya untuk penolak
bala, karena itu Kademangan Maringan akan mengadakan hajatan bersih-bersih
desa, “ucap gadis itu.
Ki Wanabaya terlihat merasa agak keberatan jika meminjamkan keris pusakanya.
Ia khawatir jika keris yang bertuah itu hilang atau direbut oelh orang jahat ketika
di perjalanan. Setelah sekian lama berpikir, akhirnya keris itu diberikan kepada
putri Ki Demang Kaliwangsa. Ki Wanawangsa berpesan kepada gadis itu, agar
jangan menaruh keris puasaka ini sembarangan dan jangan menaruh di
pangkuannya.
Setelah mendengarkan pesan Ki Wanawangsa, akhirnya gadis itu pulang dengan
membawa keris pusaka. Sesampainya dirumah, ia melihat banyak para gadis dan
wanita yang sedang sibuk memasak makanan di dapur. Gadis itu pun membaur
bersama mereka. Karena kesibukannya ia lupa menyerahkan keris itu kepada
ayahnya. Bahkan, ia melakukan kesalahan yang sangat fatal, ia meletakkan keris
itu dipangkuannya tanpa disengaja, keris itu pun lenyap tak berbekas. Putri itu
menjerit, terkejut dan sangat takut. Mukanya menjadi pucat karena teringat pesan
Ki Wanabaya kepadanya. Ia berpikir jika Ki Wanabaya tahu pasti akan sangat
marah karena ia tidak menuruti pesannya. Dan akibatnya keris pusaka itup pun
lenyap tak berbekas.
Tak berapa lama kemudian gadis itu pingsan , semua orang panik terutama Ki
Demang Taliwangsa. Setelah putrinya sadar kembali, Ki Demang segera
memberitahukan kejadian itu kepada Ki Wanabaya. Ki Demang pun mengajak Ki
Wanabaya ke Kademangan Mangiran untuk menyembuhkan sang putri. Gadis itu
pun sangat ketakutan sekali bertemu dengan Ki Wanabaya. Ia merasa bersalah
atas perbuatannya yang sembrono dan segera meminta maaf. Ki Wanabaya
menghela nafas dan tidak marah sedikit pun. Ia kemudian mendekati Ki demang
yang berada tak jauh dari dirinyasambil berbisik sesuatu hal yang penting.
“Itu sudah menjadi suratan takdir meskipun peristiwa ini memang tidak
diinginkan. Kita harus menerimanya. Sesungguhnya, aku sudah berpesan kepada
putriku agar tidak meletakkan keris itu di pangkuannya. Akan tetapi, karena
putrimu cereboh, ia justru menaruh keris pusaka itu di pangkuannya. Akibatnya,
keris pusaka itu pun lenyap dan masuk ke dalam rahimnya. Kejadian ini membuat
putrimu hamil meskipun masih perawan, “jelas Ki Wanabaya. “Lalu bagaimana
ini Ki, nanti apa kata orang-orang di Kademangan ini terhadap putriku. Padahal ia
belum bersuami, “Ki Demang Taliwangsa tampak cemas.
Ki Wanabaya ikut merasakan kesedihan yang dialami sahabatnya ini. Ia kemudian
berupaya membantu menyelesaikan masalah ini. Setelah berfikir panjang,
kemudian Ki Wanabaya menawarkan diri untuk menjadi putrinya dengan syarat ia
tidak akan menjamah sama sekali terhadap putri Ki Demang dan harus segera
kembali ke lereng Gunung Merapi untuk bersemedi. Ki Demang pun berpikir
sejenak dan ia pun setuju dengan saran sahabatnya itu.
Setelah mendengar cerita ibunya, Naga Baru Klinting akhirnya menyadari dan
ingin menemui ayahnya. Ia menanyakan letak Gunung Merapi kepada ibunya,
untuk menyusuk ayahnya yang sedang bersemedi. Wanita itu terlihat sedih, ia
sudah terlanjur menyayangi anaknya walaupun berwujud ular. Karena desakan
anaknya akhirnya ia pun menunjukkan jalan ke Gunung Merapi.
Akhirnya Naga Baru Klinting meninggalkan Kademangan Mangiran di malam
hari dan kemudian bermukim di Kali Progo. Lama-kelamaan tubuhnya menjadi
semakin besar sehingga menjela menjadi seekor naga yang besar. Kulit dan
tubuhnya bersisik dan matanya berkilat menakutkan. Jika ika bergerak maka
daerah tapi Kali Progo menjadi longsor. Keberadaan Baru Klinting sangat
meresahkan penduduk sekitar, hal ini sampai terdengar oelh Ki Wanabaya yang
sedang bersemedi di puncak Merapi, ia menghentikan semedinya dan turun
gunung untuk mengusir ular tersebut.
Naga Baru Klinting akhirnya bertemu dengan ayahnya, Ki Wanabaya, Namun ia
belum tahu jati diri Ki Wanabaya yang sebenarnya. Ia menceritakan tujuan
kedatangannya untuk mencari ayahnya yang bernama Ki Wanabaya yang sedang
bertapa di puncak Gunung Merapi. Ki Wanabaya telah mendengar cerita Naga
Baru Klinting, akhirnya ia mengetahui kalau jelmaan keris pusakanya adalah
seekor ular dari rahum sang putri. “Jika kamu ingin mencari ayahmu, pergilah ke
Gunung Merapi karena ayahmu sedang bersemedi disana. “Bagaimana caranya,
Ki?.” “Tubuhmu harus melingkari Gunung Merapi, jika kamu berhasil, kamu
akan bertemu ayahmu!” jawab Ki Wanabaya.
Naga Baru Klinting akhirnya menuju Gunung Merapi dan melingkarkan
tubuhnya. Namun, tubuhnya tidak cukup untuk melingkarinya. Akhirnya ia
menjulurkan lidahnya agar sampai ke ujung ekornya. Bersamaan dengan itu Ki
Wanabaya mengeluarkan keris dan memotong lidahnya, Naga Baru Klinting
menjerit dan tubuhnya lenyap. Lidahnya menjelma menjadi sebuah tombak yang
di beri nama Kyai Baru Klinting.
Cukup sekian cerita dari saya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.’

Anda mungkin juga menyukai