Anda di halaman 1dari 12

HIKAYAT RADEN KIAN SANTANG

Kian santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melogenda khususnya di
hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf di tanah air pada umumnya.

Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus di kisahkan oleh raden CAKRABUANA atau
pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirbon dan pasundan.pangeran
cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata raja pajajaran, yang di lahirkan
dari permisuri yang bernama nyai subang larang ,subang-larang sendiri anak dari mubaliq
kondang yaitu syeh maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang

Mulanya yaitu ,Ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan
atau pajajaran ,yang di sbeapkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya yang
memeluk agama ”shangyang” , diriwayatkan beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama
adiknya yaitu rara santang (ibu dari syarif hidayatullah atau ”sunan gunung jti”).dengan membuka
perkampungan di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan cirebon atau kasunanan cirebon
yang sekarang adalah ”cirebon”

Logenda kian-santang sendiri diambil dari referensi kisah nyata, dari tanah sunda tempo dulu
yang ceritanya pada waktu itu tersimpan rapi di perpustakaan kerajaan pajajaran.
Karena pajajaran adalah yang menyatukan kerajaan ”galuh” dan kerajaan ”pakuan”,yang dimana
kerajaan galuh adalah pecahan dari kerajaan ”sundapura” tempo dulu , dan sunda pura sendiri
adalah pecahan kerajaan taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga
dari kerajaan taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara dan sundapura. yang
secara historic pajajaran masih menjadi pewaris dari taruma negara

Di mana di kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450m pernah terdapat putra
mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya ”di tataran
suda dan sekitarnya, tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya .hingga suatu saat
datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun
berkat gagak lumayung ,pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang

semenjak itu raden gagak lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan
tang”

Di ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat
darahnya sendiri.

Sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab
terdapat orang sakti mandraguna
Konon : dengan Ajian Napak Sancangnya Raden Kian Santang mampu mengarungi lautan
dengan berkuda saja.
”Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya
dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang kian santang maksud tersebut”.

Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau
”Raden Kian Santang” untuk mampir dulu ke rumahnya.
Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan
minta raden Kian Santang untuk mengambilkanya, konon dikisahkan si-kian santang tak mampu
mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu
adalah orang yang di carinya.

Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi ”yang akhirnya
menjadi guru spiritualnya” tongkat tersebut dapat di cabut .dan siapakah kakek tersebut ?, ya dia
adalah Syaidina ali r.a menantu dari baginda Nabi Muhamad s.a.w.
Cerita tersebut membumi sekali cerita tersebut di kisahkan oleh Raden Walang Sungsang atau
Pangeran Cakrabuana sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirebon Sehingga
sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang
bahkan ada yang menafikan Kian Santang adalah adik Cakrabuana dan kakak dari Rara Santang.

Raden Walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan Kerajaan Pajajaran dengan
pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya
Yang di mana kian santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu
purnawarman namun di tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan istana dan tahtanya di
berikan adiknya yaitu darmayawarman
Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya
rara santang dengan saudara anak sepupu darinya pernikahan berlangsum di mesir yang dari
perkimpoian ini lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati.

Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan Prabu Siliwangi di tolak mentah-mentah dan


ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa
”konon beliau menjelma macan putih”

Pengambilan kisah seperti ini pernah pula terjadi di kerajaan panjalu atau kediri, suaktu panjalu
menaklukkan jenggala yang dimana dulunya jenggala dan panjalu adalah kerajaan satu yaitu
kahuripan yang di bagi dua oleh prabu airlangga karena kedua anaknya menginginkan tahta
semuanya :jenggala dan panjalu

Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya adalah prabu jayabaya .atas permintaanya di
suruhlah empu panuluh untuk menjiplak kitab maha barata namun di verifikasi gaya jawa.

Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala.


Juga kisah serupa pernah hadir ketika gerakan penyebar islam WALI SONGO menurut banyak
kalangan membuat cerita al-halaq versi indonesia yaitu Syeh Siti Jenar.
Hikayat Wangsa Yadu : Arjuna Sasrabahu, Sang Pelindung Jagad

Terlahir sebagai raja di Mahespati, Arjuna Sasrabahu dikenal sebagai raja penitisan Bathara
Wisnu yang terkenal sakti mandraguna dan pilih tanding. Walaupun dikenal sebagai petarung
ulung, Arjuna Sasrabahu adalah sosok raja yang arif dan bijaksana. Sehingga rakyat diseluruh
negerinya aman, sejahtera dan makmur. Sejak remaja Arjuna Sasrabahu pernah berperan aktif
dalam misi perdamaian antara Mahespati dengan Lokapala, kebetulan kedua kerajaan yang
berbeda jauh letaknya itu sedang berperang karena memperebutkan batas wilayah.

Kartawirya (Ayah Arjuna Sasrabahu) berseteru dengan Danapati (Raja Lokapala) sehingga terjadi
peperangan yang menyebabkan Para Dewa dari Kahyangan turun tangan mendamaikan kedua
belah pihak. Sampai suatu hari disaat yang bersamaan istri Kartawirya, yang bernama Danuwati
baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki. Anehnya anak bayi laki-laki itu ditangannya
menggenggam Senjata Cakra yang dikenal ampuh.

Kebetulan Ayah dari bayi itu sedang sibuk berperang di medan laga, sehingga tiada sempat
menyaksikan kelahiran anaknya itu. Setelah bayi itu lahir dari rahim Danuwati, datanglah para
dewa yang turut memerlukan hadir menyaksikan kelahiran putra raja Kartawirya. Kemudian para
dewa lantas membantu Danuwati yang sedang dilanda rasa sakit seusai melahirkan. Para
bidadari yang ikut dalam rombongan para dewa itu langsung membantu meringankan luka
Danuwati sesudah kelahiran.

Sementara bayi laki-laki itu di mandikan dengan Air GeeGee sehingga dalam waktu hitungan
menit tubuh bayi laki-laki itu membesar menjadi balita, lalu menjadi anak-anak, lalu menjadi
remaja dan akhirnya menjadi dewasa. Seusai di mandikan, segera dipakaikan baju ksatria dan
dipersenjatai lengkap dengan kereta kudanya. Danuwati begitu gembira setelah para dewa dan
bidadari membantu anaknya yang baru lahir itu agar cepat dewasa.

Selanjutnya anak laki-laki itu memohon restu untuk ikut berperang membela negara Mahespati
yang sedang merebut batas wilayah . Walaupun Danuwati sangat cemas terhadap anaknya, tetapi
ini merupakan saat yang tepat untuk menunjukkan hasil dari kunjungan para dewa dan bidadari
tadi.

Kemudian di medan laga, Kartawirya sibuk berperang dengan gagah berani walaupun dengan
jumlah prajurit yang sangat sedikit. Sehingga mengalami banyak tekanan selama peperangan
masih berlangsung.

Pasukan Mahespati tak bisa berbuat banyak, sementara Pasukan Lokapala pimpinan Danapati
bergerak menerjang barisan pertahanan. Banyak korban berjatuhan dari pihak Mahespati, Maka
dengan ini Kartawirya memerintahkan bala tentaranya mundur dari medan perang.

Pemuda yang menaiki kereta kencana yang melihat dari kejauhan itu merasa iba terhadap
pasukan dari pihak Mahespati yang harus mundur sebelum perang usai. Maka untuk
menyelesaikan peperangan, lantas majulah pemuda itu dengan menarik tali kemudi kuda
perangnya.

Sontak para prajurit Lokapala terkejut, melihat pemuda yang menaiki kereta kencana menyerang
sendirian. Tanpa pikir panjang, pasukan dari Lokapala menghadang laju kereta kencana itu,
dengan formasi tempur yang disebut CHAKRABYUHA' mereka mengepung pemuda tersebut
hingga kereta kencana yang dikemudikannya tidak bisa melaju kemana-mana.

Untungnya, pemuda tersebut tahu bagaimana caranya menghancurkan formasi perang prajurit
Lokapala tersebut, dengan tehnik membesarkan diri/tiwikrama menjadi raksasa berlengan seribu
yang tingginya sebesar gunung' pemuda itu berhasil mengobrak-abrik formasi CHARKABYUHA
dengan mudah. Hal semacam itu membuat Danapati tidak menyangka bahwa formasi perang
yang paling ampuh melumpuhkan lawan ternyata dapat ditembus dan dicerai-beraikan.

Pemuda itu mengamuk dengan kekuatan raksasa yang berlengan seribu, hampir tidak ada
satupun prajurit yang selamat dari amukan raksasa itu. Danapati mulai geram dengan ulah tidak
manusiawi raksasa tersebut, lalu dengan mengelurkan Jurus Rawarontek' Danapati terbang dan
menyambar raksasa berlengan seribu tersebut. Hebatnya, terjadi pertarungan yang sangat sengit
antara Danapati melawan pemuda yang menjadi raksasa berlengan seribu tersebut.

Kartawirya tidak menyangka, bahwa pemuda yang menyerbu secara mendadak pasukan
Lokapala tadi dianggap telah membantunya. Sementara pertarungan masih terus berlanjut hingga
sore menjelang bahkan berlanjut hingga malam dan ke dini hari. Pertarungan panjang itu seakan
tiada hentinya, sehingga membuat para Dewa resah dengan peristiwa itu. Lalu datanglah Bathara
Guru melerai pertarungan tersebut dan segera mendamaikan kedua belah pihak.

Pemuda yang sedang bertarung melawan Danapati tadi malah disuruh menyudahi adu fisiknya
dan kembali ke wujudnya semula. Bathara Guru berkata bahwa pemuda yang membantunya tadi
adalah anaknya sendiri yang baru lahir. Setelah mendengar pernyataan itu alangkah terkejutnya
Kartawirya, lalu ia pun lantas memeluk pemuda tersebut dengan erat. Kemudian, Danapati
meminta maaf atas perbuatannya yang hampir saja merugikan pihak Mahespati. Dengan tulus
Kartawirya segera menerima permohonan maaf Danapati. Lalu Danapati beserta bala tentaranya
pulang ke Lokapala dan berjanji untuk tidak lagi mempersoalkan perbatasan wilayah.

Sementara itu Kartawirya mengajak pemuda itu pulang ke Mahespati, kepulangannya disambut
meriah oleh rakyat dan para Brahmana. Sesampainya disana suasana haru mulai terlihat,
Danuwati yang baru keluar dari kedaton segera menemui suaminya. Begitupun dengan pemuda
tersebut yang juga disambut dengan hiburan rakyat Mahespati. Kemudian Danuwati segera
menemui pemuda tadi yang memang sebenarnya adalah anak yang baru saja ia lahirkan.

Di hadapan rakyat, Kartawirya mengumumkan bahwa perang telai usai dan ia segera menyatakan
bahwa pemuda yang membantunya dalam berperang adalah anak kandungnya sendiri. Namun,
rakyat tidak percaya dengan omongannya. Untuk membuktikannya, pemuda itu mengubah
wujudnya menjadi raksasa berlengan seribu' setelah rakyat mengetahui buktinya maka mereka
pun akhirnya percaya dengan seksama.

Kemudian di pesewakan agung, Kartawirya melantik pemuda itu menjadi Putera Mahkota Pewaris
Tahta. Setelah pelantikan, pemuda itu diberi nama oleh Kartawirya' karena kebetulan memang
sejak dilahirkan pemuda itu belum punya nama. Karena pemuda itu memiliki tutur kata yang
halus, maka pemuda itu diberi nama Arjuna Wijaya' tetapi karena ia memiliki kekuatan yang
membuatnya menjadi raksasa sebesar gunung berlengan seribu' lantas pemuda itu ditambahkan
namanya menjadi Arjuna Sasrabahu Wijaya.

(TAMAT)
Sejarah Kisah Cerita Nyi Roro Kidul yang Melegenda
Siapa yang tidak pernah mendengar sejarah kisah cerita Nyi Roro Kidul sang Ratu Pantai Selatan? Cerita
tentang Ratu Laut Selatan ini sudah menjadi legenda dan bahkan banyak orang yang mempercayai
keberadaannya. Nyi Roro Kidul terkenal sebagai penguasa Laut Selatan atau Samudera Hindia yang
terkenal akan kecantikannya. Ada banyak versi mengenai cerita atau mitos beliau mulai dari cerita rakyat
Jawa, dan cerita rakyat Sunda.

Sebagai informasi tambahan, Nyi Roro Kidul sering disamakan dengan Kanjeng Ratu Kidul, namun
rupanya mereka adalah dua tokoh yang berbeda menurut kepercayaan jawa. Nyi Roro Kidul sebenarnya
adalah bawahan setia dari sang Kanjeng Ratu Kidul. Kanjeng Ratu Kidul adalah roh suci yang sering
datang ke dunia dalam berbagai macam wujud untuk memberikan berbagai macam peringatan-peringatan
kepada manusia, sedangkan Nyi Roro Kidul sendiri merupakan putri dari Kerajaan Sunda yang pergi
karena diusir oleh ayahnya.

Sejarah Kisah Cerita Nyi Roro Kidul yang Melegenda

Nyi Roro Kidul telah menjadi legenda karena konon dia memiliki paras yang sangat cantik. Meskipun sudah
beribu-ribu tahun dia tidak pernah tua dan kecantikannya masih tetap sama bagai bidadari. Masyarakat
percaya bahwa Nyi Roro Kidul bersemayam di bawah laut pantai selatan yaitu Samudera Hindia. Dia
adalah sesosok makhluk halus yang tinggal di kerajaan sebagai Ratu penguasa pantai selatan.

Awal sejarah kisah cerita Nyi Roro Kidul bermula dari seorang wanita bernama Kadita. Kadita adalah putri
dari Raja Munding Wangi yang memiliki paras atau wajah yang sangat cantik bagai bidadari.
Kecantikannya terkenal di mana-mana sehingga dia mendapatkan julukan Dewi Srengenge yang berarti
“Matahari Jelita”. Kadita merupakan nama asli dari Nyi Roro Kidul sebelum diusir oleh ayahnya sendiri.

Singkat cerita, Raja Munding Wangi hanya memiliki seorang putri yaitu Kadita. Meskipun putrinya memiliki
paras cantik namun Raja Munding Wangi selalu bersedih hati dan menyesalkan diri mengapa dia tidak
memiliki seorang putra untuk dijadikan pewaris kerajaan. Karena sang Raja menginginkan seorang putra
mahkota maka dia mengangkat Dewi Mutiara sebagai istri ke dua. Rupanya Dewi Mutiara berhasil
memberikan seorang putra mahkota kepada sang Raja Munding Wangi. Namun, karena hal tersebut Dewi
Mutiara mulai menuntut berbagai hal kepada suaminya. Dia meminta agar putranya mendapatkan jaminan
untuk dijadikan sebagai pewaris sekaligus putera mahkota. Selain itu, dia juga meminta agar Dewi Kadita
diusir dari kerajaan. Raja Munding Wangi setuju untuk mengangkat anak laki-laki Dewi Mutiara sebagai
pewaris kerajaan namun sang Raja tetap tidak mau mengusir putrinya sendiri yaitu Kadita. Awalnya Dewi
Mutiara tidak bisa berbuat apa-apa dan tetap tersenyum manis mendengar penolakan dari sang Raja. Akan
tetapi, di dalam hati Dewi Mutiara dia tetap mendendam dan memikirkan suatu rencana agar berhasil
mengusir Kadita dari kerajaan.

Rencana Dewi Mutiara adalah dengan mengutus inangnya untuk mencari seorang ahli sihir. Akhirnya, si
inang berhasil menyuruh sang ahli sihir untuk menemui Dewi Mutiara. Dari sana Dewi Mutiara meminta
agar Dewi Kadita diguna-guna agar parasnya yang semula cantik bagai bidadari menjadi buruk rupa,
berkudis, dan berbau busuk. Si ahli sihir pun menyanggupi hal tersebut dan akhirnya wajah Dewi Kadita
benar-benar berubah menjadi buruk rupa. Karena takut hal ini menjadi aib bagi kerajaan, Raja Munding
Wangi memutuskan untuk mengusir putrinya.

Karena diusir Dewi Kadita menjadi sedih, kemudian dia berjalan tanpa arah dan sampailah ke laut pantai
selatan. Di sana dia seperti mendengar suara yang memanggil untuk menceburkan diri ke laut pantai
selatan. Saat tubuhnya tersentuh air tiba-tiba wajahnya yang buruk rupa menjadi cantik kembali. Dia pun
sekarang menjadi penguasa dari laut pantai selatan dan mendirikan sebuah kerajaan megah yang begitu
indah. Dari situlah awal sejarah kisah cerita Nyi Roro Kidul.
Putri Malu

Cerpen Karangan: Fauziyah


Kategori: Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 18 November 2017

“Woy din” Nita menyapa Dinar, tetangganya yang sedang berdiri di tepi jalan.
“Salam dulu nit” tegur Dinar mengingatkan.
“Eh ya, Assalamualaikum Dinar”
“Wa’alaikumsalam”
“Lo lagi ngapain din?” tanya Nita yang terlihat penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh
Dinar.
“Liatin itu” tunjuk Dinar pada sebuah tanaman berduri yang memiliki bunga bulat berwarna pink
itu. Nita mengikuti arah tunjuk Dinar, sedetik kemudian Nita mengernyitkan keningnya heran.
“Ngapain liatin begituan? kaya nggak ada kerjaan lain aja”
“Lagi kepikiran aja, harusnya pribadi kita itu kaya putri malu”
“Hah? maksudnya?” tanya Nita bingung.
“Lo tau kan kenapa tanaman itu disebut putri malu?” Dinar balik bertanya.
Nita mengangguk “Karena kalo disentuh daunnya langsung menguncup kan?” Nita meyakinkan
jawabannya.
“Iya. Dan harusnya kita kaya gitu, malu kalo disentuh sama orang lain. Dalam artian disentuh
sama orang yang bukan muhrim”.
Perkataan Dinar membuat Nita terdiam, ia mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Dinar.
Dalam hati ia membenarkannya, harusnya memang begitu. Dalam agama memandang lawan
jenis saja sudah dosa apalagi bersentuhan. Tapi ya gitu, sekarang jarang ada orang apalagi anak
muda yang memperhatikan hal ini.

“Nit” 0anggilan Dinar membuyarkan lamunan Nita. “kenapa?” sambung Dinar.


“Nggak apa apa, lagi mikirin kata kata lo aja. Dan seratus persen bener, gue setuju” Nita berseru
pada akhir kalimatnya.
Dinar tersenyum “Dan satu lagi…” kata kata Dinar menggantung membuat Nita memandang
Dinar, menunggu ia melanjutkan kata katanya.
“Putri malu punya duri buat lindungin dia, biar dia nggak keinjek. Dan kita harus punya sesuatu
biar diri atau harga diri kita nggak diinjek injek sama orang lain. Dan lo tau apa?” Dinar
mengakhirinya dengan pertanyaan yang dijawab gelengan oleh Nita.
“Iman. Kita harus punya iman biar harga diri kita nggak diinjek injek” jawab Dinar dengan
semangat.

“Dan gue punya satu kesimpulan lagi” kata Nita tak kalah semangat.
“Apa?”
“Sekecil apapun ciptaan tuhan pasti ada manfaatnya. Kaya putri malu ini yang mungkin cuma
dianggep tanaman pengganggu, tapi kalo orang liatnya dari sudut pandang yang berbeda
tanaman ini bisa jadi contoh dalam kehidupan kita” Nita mengakhiri kata katanya dengan
senyuman.
“Agree with your statement” seru Dinar diakhiri tawanya yang diikuti oleh tawa Nita.

“Eh gue balik dulu ya, kayaknya emak gue nyariin” Nita terkekeh sejenak. “Assalamualaikum”
sambungnya.
“Wa’alaikumsalam. Ati ati, kalo ada belokan jangan lupa belok ya” balas Dinar. Pertemuan mereka
diakhiri dengan tawa mereka berdua.
Cerita Rakyat Singkat dari Sumatera Barat : Kisah Malim Deman
Syahdan hiduplah seorang pemuda yatim piatu pada zaman dahulu kala. Malim Deman namanya.
Dia pemuda yang rajin giat bekerja dan baik budinya. Setiap hari dia mengerjakan sawah dan
ladang milik ibunya yang berada dipinggir hutan. Dia bekerja membantu pamannya.
Di sekitar sawah milik ibu Malim Deman itu tinggal seorang janda tua. Mandeh Rubiah namanya.
Malim Deman sangat akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mandeh Rubiah telah mengaggap
Malim Deman sebagai anaknya sendiri. Mandeh Rubiah kerap mengirimkan makanan kepada
Malim Deman ketika Malim Deman tengah menjaga tanaman padinya pada malam hari.
Pada suatu malam Malim Deman kembali menjaga tanaman padinya. Dia hanya seorang diri
ditengah sawah. Dia merasa sangat haus. Malim Deman segera ke pondok Mandeh Rubiah untuk
meminta air minum. Belum juga Malim Deman tiba di pondok Madeh Rubiah, Malim Deman
mendengar suara beberapa perempuan di belakang pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan
berjingkat-jingkat, Malim Deman segera menuju sumber suara yang sangat mencurigakan
tersebut.
Terperanjatlah Malim Deman ketika melihat tujuh bidadari tengah mandi di kolam yang terletak di
belakang pondok Mandeh Rubiah. Malim Deman sangat terpesona melihat kecantikan tujuh
bidadari itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang tengah purnama. Malim Deman
juga melihat tujuh selendang tergeletak di dekat kolam itu. Malim Deman menerka, tujuh
selendang itu digunakan para bidadari untuk terbang dari khayangan ke kolam itu. Maka, dengan
berjalan mengendap-endap dia mendekati tujuh selendang itu dan mengambil salah satu
selendang. Segera disembunyikan selendang itu dan dia kembali mengintip tujuh bidadari yang
tetap mandi tersebut.
Menjelang waktu pagi datang, tujuh bidadari itu berniat kembali ke khayangan. Salah satu
bidadari, yakni bidadari bungsu, tidak dapat menemukan selendangnya. Enam kakaknya telah
berusaha turut membantu mencari selendang itu, namun hingga menjelang fajar selendang milik
bidadari bungsu tetap tidak ditemukan. Karena matahari sebentar lagi terbit, enam bidadari yang
telah mendapatkan selendang dengan terpaksa meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya
menggunakan selendang mereka masing-masing untuk terbang kembali ke Khayangan.
Sepeninggalan kakak-kakaknya, si bungsu menangis. Dia ketakutan untuk tinggal dibumi Malim
Deman lantas mendekati dan menghibur si bidadari bungsu. Malim Deman kemudian mengajak
bidadari itu kerumah Mandeh Rabiah. Dengan hati gembira Mandeh Rabiah menerima bidadari
bernama Putri Bungsu itu dan mengakuinya sebagai anak.
Malim Deman kembali ke rumahnya setelah mengantarkan bidadari bernama Putri Bungsu ke
rumah Mandeh Rabiah. Sesampainya di rumah, Malim Deman menceritakan kejadian yang
dialaminya kepada ibundanya. Dijelaskannya pula adanya bidadari yang tinggal bersama Mandeh
Rabiah. Malim Deman lalu memberikan selendang bidadari itu kepada ibunya untuk disimpan.
Malim Deman meminta ibunya untuk menyembunyikan selendang itu selamanya.
Sejak saat itu Malim Deman kian rajin berkunjung ke rumah Mandeh Rabiah untuk menemui Putri
Bungsu. Malim Deman dan Putri Bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya lantas menikah.
Tidak beberapa lama mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Malim Deman memberi nama
Sutan Duano untuk nama anak lelakinya itu.
Putri Bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan Malim Deman. Namun sejak Sutan Duano
lahir, perangai Malim Deman menjadi berubah. Malim Deman malah lebih banyak menghabiskan
waktunya di arena perjudian. Dia sangat senang menyabung ayam dengan menggunakan
taruhan. Begitu senangnya dia dengan perjudian hingga seringkali dia tidak pulang berhari-hari
lamanya.
Putri Bungsu menjadi sangat bersedih melihat perangai buruk suaminya. Dia kadang menangis
sendiri meratapi nasibnya. Kerinduannya untuk pulang kembali ke kahyangan kembali muncul.
Semakin lama rasa itu semakin besar. Hingga pada suatu saat dia menemukan selendang
miliknya di rumah ibu Malim Deman. Dia berpura-pura hendak menjemur selendang itu. Seketika
dia membawa selendang itu kerumahnya. Putri Bungsu kemudian menemui Bujang Karim
pegawai Malim Deman. “Tolong kau sampaikan kepada Malim Deman, aku akan kembali ke
Kahyangan dengan membawa Sutan Duano.”
Bujang Karim segera cepat mencari Malim Deman ke arena perjudian. setelah bertemu
diceritakannya pesan dari Putri bungsu kepada Malim Deman.
Malim Deman panik dengan terburu-buru dia segera kembali ke rumah untuk menemui istri dan
anaknya. Namun terlambat. Sesampainya dirumah, istri dan anaknya sudah tidak ada. Istrinya
telah membawa anak kesayangannya kembali ke Kahyangan. Malim Deman hanya dapat
menyesali kepergian anak dan istrinya. Benar-benar dia sangat menyesal. Namun penyesalan
hanya penyesalan, apa yang telah terjadi tidak dapat diulang lagi. Akibat sikap buruknya dia harus
kehilangan keluarga yang dicintainya.
Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah adalah seorang anak miskin. Bapaknya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang
Merdu Wati. Mereka tinggal di sebuah gubug di pinggiran Sungai Duyung. Berawal dari
terdengarnya kabar bahwa raja di kerajaan Bintan adalah seorang raja yang adil dan bijaksana.
Bintan pun menjadi negeri yang masyhur. Seperti halnya negeri masyhur, Bintan menjadi tujuan
banyak orang, tidak terkecuali Hang Mahmud, Dang Merdu Wati, dan Hang Tuah. Mereka pindah
ke Bintan untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Pada suatu malam, Hang Mahmud
bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Kemudian Hang
Mahmud terbangun dan mengangkat Hang Tuah, yang saat itu masih berusia 12 tahun, lalu
diciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sangat harum. Hang Mahmud menceritakan mimpi
itu kepada istrinya lalu meminta pemuka agama untuk mendoakan Hang Tuah.

Seperti biasa, Hang Tuah membantu orang tuanya membelah kayu. Tiba-tiba pemberontak datang
ke tengah pasar membuat keributan. Banyak orang mati dan luka-luka. Semua warga di pasar
melarikan diri, tetapi tidak dengan Hang Tuah. Dia melawan pemberontak itu dan menghabisinya
dengan menggunakan kapak sehingga kepala pemberontak terbelah. Sahabat-sahabat Hang
Tuah, yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, terkejut karena Hang Tuah
membunuh pemberontak itu. Pada suatu ketika, Hang Tuah mengajak sahabatnya untuk pergi
berlayar menuntu ilmu. Di tengah perjalanan, perahu mereka yang kecil bertemu dengan tiga
kapal besar yang berasal dari Jawa. Hang Tuah bersama sahabatnya berhasil melumpuhkan tiga
kapal Jawa itu yang ternyata perompak yang ingin membuat kerusakan di Bintan. Hang Tuah pun
kembali ke Bintan dan menyerahkan perompak itu ke kerajaan.

Kabar tentang keberanian Hang Tuah dan sahabatnya menumpas perompak terdengar sampai ke
kalangan kerajaan. Hang Tuah dan sahabatnya diangkat menjadi prajurit Bintan oleh Bendahara.
Hang Tuah yang lebih unggul dibandingkan sahabatnya pun semakin menunjukan
ketangkasannya dalam menjaga dan melindungi kerajaan Bintan.

Pada suatu hari raja Bintan yang bernama Sang Maniaka, anak Sang Purba, pergi berburu. Raja
serta pengikutnya menemukan wilayah yang luas dan bagus untuk memperluas kebesaran
kerajaan. Wilayah tersebut diberi nama Malaka, sesuai dengan nama kayu di tempat itu.
kemudian raja serta petinggi kerajaan menempati kerajaa Malaka. Kebesaran Malaka terdengar
sampai ke seluruh kerajaan tetangga.

Raja Malaka sebagai raja yang besar belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak
Bendara kerajaan Indrapura yang bernama Tun Teja sangat cantik jelita. Raja Malaka pun sangat
ingin beristrikan Tun Teja. Akan tetapi, Tun Teja menolak raja-raja besar yang melamarnya karena
Tun Teja merasa dia hanyalah seorang anak Bendahara dan tidak pantas jika menjadi istri
seorang raja. Kemudian, Raja Malaka yang ditemani prajurit terbaiknya, Hang Tuah dan
sahabatnya, pergi ke Majapahit untuk melamar anak Raja Majapahit, yaitu Raden Galuh. Selama
di Majapahit, Patih Gajah Mada yang tidak suka terhadap kerajaan Malaka mencoba membunuh
prajurit yang terkenal gagah berani, yaitu Hang Tuah. Berbagai cara Patih Gajah Mada
membunuh Hang Tuah, tetapi selalu gagal. Kemudian Patih Gajah Mada yang diperintah oleh
Raja Majapahit untuk membunuh Hang Tuah, meminta bantuan Tamang Sari yang terkenal sakti
karena kerisnya. Akan tetapi, seorang Tamang Sari yang sakti pun tetap dapat dikalahkan oleh
Hang Tuah dengan diambil kerisnya. Keris Tamang Sari yang sakti itu dipersembahkan oleh Hang
Tuah kepada Raja Malaka. Berkat keberanian Hang Tuah, Raja Malaka menyerahkan keris sakti
itu untuk Hang Tuah. Selama keris itu berada di tangan Hang Tuah, dia tidak dapat dikalahkan
oleh musuh. Hang Tuah pun diberi gelar laksamana.

Hang Tuah berencana membalas dendam kepada Majapahit yang telah berulang kali melakukan
percobaan pembunuhan. Pada pesta perayaan pernikahan, Hang Tuah bersama sahabatnya
mandi di kolam terlarang yang hanya boleh Raja Majapahit saja yang masuk. Raja Majapahit
mengetahui perbuatan Hang Tuah dan sangat marah. Raja Malaka meminta maaf dengan alasan
bahwa Hang Tuah tidak mengetahui bahwa kolam itu terlarang.

Setelah menikahi Raden Galuh, Raja Malaka yang diiringi rombongan kembali ke Malaka
bersama istrinya. Sesampainya di Malaka, Patih Karma Wijaya yang berasal dari Jawa merasa iri
terhadap Hang Tuah karena selalu dipuji-puji Raja Malaka. Karma Wijaya pun memberi tahu Raja
Malaka bahwa perbuatan Hang Tuah ketika mandi di kolam Raja Majapahit adalah perbuatan
yang disengaja untuk membalas dendam. Raja Malaka pun marah dan mengusir Hang Tuah.
Setelah Hang Tuah pergi, Hang Jebat diangkat menjadi pengawal Raja Malaka.

Hang Tuah pergi ke Indrapura untuk melanjutkan hidup. Di Indrapura, Hang Tuah bertemu dengan
Tun Teja. Hang Tuah mempunyai pikiran bahwa jika dia dapat membawa Tun Teja ke Malaka, raja
akan memaafkannya dan Hang Tuah dapat kembali menjadi laksamana di Malaka. Hang Tuah
pun mendekati Tun Teja dengan perasaan suka. Begitu pun sebaliknya, Tun Teja mencintai Hang
Tuah. Akan tetapi, Tun Teja sakit hati bahwa dibawanya Tun Teja ke Malaka adalah untuk
dinikahkan dengan Raja Malaka, bukan dengan Hang Tuah. Berkat mantra Hang Tuah, Tun Teja
menjadi benci terhadap Hang Tuah dan mau dijadikan gundik Raja Malaka. Kemudian Hang Tuah
dimaafkan oleh raja dan dipuji-puji karena telah berhasil membawa wanita yang sangat dicintai
raja.

Karma Wijaya yang masih iri terhadap Hang Tuah mengetahui bahwa diantara Hang Tuah dan
Tun Teja saling mencintai. Karma Wijaya bersama Tun Ali membuat rencana untuk menjebak
Hang Tuah. Hang Tuah dipertemukan dengan Tun Teja dan terjadilah fitnah berzina. Raja Malaka
sangat marah dan memerintahkan Bendahara untuk memberikan hukuman mati kepada Tun Teja
dan Hang Tuah. Akan tetapi, hukuman itu tidak dijalankan. Bendahara yang sangat menyayangi
Hang Tuah menyembunyikan Hang Tuah di sebuah hutan di hulu Malaka.

(sinopsis ini berdasarkan teks edisi Bot Genoot Schap yang telah diterjemahkan dan diterbitkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia)

Diangkatlah Hang Jebat menjadi laksamana kerajaan Malaka. Hang Jebat kini memiliki keris sakti
Taming Sari. Hang Jebat mengira bahwa Hang Tuah telah meninggal. Hang Jebat melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Malaka yang rajanya berubah menjadi raja yang berbuat
sewenang-wenang. Hang Jebat pun mengambil alih kekuasaan istana. Raja Malaka berlindung di
rumah Bendahara dan mengaku menyesal karena telah membunuh Hang Tuah. Akhirnya,
Bendahara pun membuka rahasia bahwa sebenarnya Hang Tuah belum mati, tetapi hanya
disembunyikan. Hang Tuah dibebaskan dan diperintahkan untuk membela raja.

Hang Tuah bertarung dengan Hang Jebat selama berhari-hari. Hang Tuah berhasil merebut
kembali keris Taming Sari dan membunuh Hang Jebat. Pada detik-detik terakhir kematian Hang
Jebat, dia menyampaikan bahwa selama ini dia selalu membela Hang Tuah di depan raja. Hang
Jebat memberontak dan mengambil alih kekuasaan istana karena raja Malaka berlaku sewenang-
wenang. Di sisi lain, Hang Tuah justru membela raja yang telah memberinya hukuman mati tanpa
alasan yang kuat.
Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama
ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan
perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan.
Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin
dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi
kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-
matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu
Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu
melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang
mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak
ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan pedang
di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang.
Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan
menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”
“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang
mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas
mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada
perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka
sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada
perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak
ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja
merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari
Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang
menjadi rakyat biasa.
Aku Hatiku Pemikiranku dan Keadaan

Cerpen Pengalaman Pribadi

Malam ini sungguh syahdu aku duduk berdua manja bersama alat ketik canggihku. lampu tidur
yang redup diiringi lagu yang mendayu-dayu. Seperti biasanya hatiku dan pemikiranku selalu saja
beradu, mereka bagai ombak di laut yang terus berkejaran saling mendahului menunju pantai.
Hatiku yang halus terus tergesek oleh pemikiranku yang tampak terus memaksa. Tapi kelembutan
hati ini terus buat pemikiranku terpana. Mereka hendak beradu tentang apa yang akan
diperbuatku esok hari.

Yaa mereka selalu saja begitu, aku ini adalah seorang pengangguran, hatiku terus membahas
tentang kebodohanku saat aku putuskan untuk keluar dari perkerjaan bulan lalu. Pemikiranku
terus mendesak bahwa keputusan itu sangatlah tepat, “buat apa terus bekerja di tempat itu?”
sejenak mereka bisa diam saat aku melakukan sesuatu, tapi setelah sesuatu itu selesai mereka
kembali beradu di dalam aku yang sudah mulai tambun.

Aku putuskan untuk bermain main dengan smartphoneku, saat itu aku melihat mereka teman-
temanku yang terlebih dahulu berhasil. Sedangkan aku? Lagi-lagi hati dan pikirku beradu
argumen. Penyesalan dan pembelaan diri terus terngiang-ngiang di kepalaku. jika saja aku bisa
mengatur dua raksasa di dalamku ini…

Tetapi hari itu ada yang berbeda, kali ini hati dan pikirku sejalan entah ada angin apa mereka
putuskan untuk sejalan. Ternyata mereka sedang membayangkan masa depan yang indah.
Mereka seperti membuat gambaran tentang aku dan beberapa orang di sekelilingku yang mereka
sebut keluarga sedang berbincang mesra satu sama lain.

Aku pun terbawa dengan gambaran mereka, aku hatiku dan pikirku akhirnya bersatu padu
membentuk suasana indah di masa depan. Kami bertiga saling bersaut halus memberikan ide-ide
manis. “bagaimana kalau punya dua anak?” kata hatiku menawarkan. “ehmm… yaa boleh tapi
aku mau kalau kita punya mobil berwarna hitam” sahut pikirku, “bukannya lebih baik kalau mobil
berwarna biru?” timpal hatiku. “sudah.. sudah.. bagaimana kalo keduanya?” usulku kepada hati
dan pikirku. “hahaha” tawa kita terpancar dari senyum di bibirku.

Tapi suasana ini pun berubah saat pikirku berkata “bagaimana cara kita menggapainya?” kita
bertiga terdiam senyum di bibirkupun berubah aku tertunduk malu pada nasibku.

Anda mungkin juga menyukai