Anda di halaman 1dari 6

Naskah drama

 Tokoh
1. Adipati jayengrana (ayah )
2. Dewi sangkrah (ibu)
3. Jaka Berek (Sawunggaling)
 Gimick
1. Keluar 4 penari dari kanan , dan 4 penari dari kiri
2. Menari kaos mengelilingi Dewi Sangkrah.
3. Dewi Sangkrah bermonolog sembaring mengangkat cinde
“Mengapa kau pergi dan hanya meninggalkan seutas Cindhe?
Lantas bagaimana nasibku yang tengah mengandung anakmu
ini?”
4. Kembali nari keos.
 BABAK I
1. 2 orang masuk membawa ayam jago.
2. Lalu 2 orang ini memanggil rakyat lainnya, kemudian datang 2
orang lagi.
3. 4 orang ini memanggil kembali rakyat dan anak-anak lainnya
(beserta Jaka Berek)
4. Penari ronggeng lewat dengan mengibaskan rambutnya dan
digoda.
5. Penari jalan di ikuti rakyat, sedangkan anak-anak (beserta Jaka
Berek) memisahkan diri di tempat lain sambil mengobrol.
6. Penari ronggeng mulai menari dan warga sawer
7. Penari pergi, warga perempuan ke backstage kecuali Putri dan
laki-laki yang ikut main adu ayam
8. Ayam milik Sawunggaling (Jaka Berek) menang, lalu yang kalah
mengolok-olok Sawunggaling
9. Lalu Sawunggaling pergi dengan rasa sedih dan penasaran
 BABAK II
1. Dewi Sangkrah sedang di depan rumah sambil membersihkan
beras
2. Sawunggaling berlari datang ke ibunya (Dewi Sangkrah) sambil
menanyakan tentang ayahnya
3. Dewi cerita ttg ayahnya dan melepas cindhe yg ada di pinggang
kemudian menceritakan semuanya. 🗣
 BABAK III
1. Sawunggaling mengembara mencari ayahnya.
2. Ditengah perjalanan di hadang oleh Buta & anak buah buta.
3. Anak buah buta berkelahi dengan Sawunggaling.
4. Buta menanyakan maksud Sawunggaling yang telah memasuki
wilayah hutan kekuasaannya. 🗣
5. Lalu, Buta memberitahu jalan menuju Kadipaten. 🗣
 BABAK IV
1. Di gerbang kerajaan ada 4 prajurit menari sambil membawa
tombak.
2. Sawunggaling datang lalu datang juga saudara tirinya diiringi 2
prajurit yang membawa tameng.
3. 6 prajurit berkelahi dengan Sawunggaling.
4. 6 prajurit kalah & meninggal di tempat.
5. Sawunggaling berkelahi melawan saudara tirinya, akhirnya
saling tusuk.
6. Raja refleks menghentikan namun terlambat.
7. Dengan sisa tenaga Sawunggaling mengeluarkan Cindhe yg telah
berlumuran darah.
8. Raja mengingat semuanya dan menangis. 🗣
9. Datang Dewi sambil teriak "SAWUNGGALING", mendekatinya
dan menangis. 🗣
10. Raja & Dewi menangis bersama dan menyesali semuanya.
Awal kisah
Pada suatu hari kanjeng Adipati Jayengrana bersama Patih Suderma sedang
berburu di hutan. Lalu kanjeng Adipati Jayengrana tidak sengaja bertemu dengan
Dewi Sangkrah, merakapun kemudian berkenalan lalu menikah.
Seiring berjalannya waktu, tiba saatnya jayengrana harus kembali ke kadipaten
Surabaya untuk melanjutkan tugasnya, kala itu Dewi Sangkrah sedang hamil tua.
Jayengrana pun berpamitan dan memberikan sehelai kain (cindhe) untuk Dewi
Sangkrah.
Beberapa tahun kemudian
Diadakannya sebuah acara pertarungan ayam di desa tempat Dewi Sangkrah dan
anaknya Jaka Berek, Jaka berek ini memiliki hobi mengadu ayam bahkan ia di
juluki Sawungaling karena Ayam miliknya sering di beri makan dengan buah
Galing, namun sebelum pertarungan ayam dimulai ada tarian ronggeng untuk
menyambut para peserta yang mengikuti pertandingan tersebut.
Sesudah tarian berakhir, pertarungan ayam pun dimulai, semua peserta yang
mengituki pertarungan ayam pun bersiap-siap (termasuk Sawunggaling), warga pun
bersorak-sorak ramai mendukung salah satu ayam yang bertarung.
Akhirnya ayam milik Sawunggaling memenangkan pertandingan tersebut, namun
ada beberapa pihak yang kalah mengolok-olok Sawunggaling
“Hei, dasar kamu Sawunggaling anak haram gk punya ayah,ibu kamu juga gk punya
apa-apa, huh dasar orang miskin!!”ejekan keras
Sawunggaling pun seketika terdiam dan mempertimbangkan ejekan orang tersebut,
akhirnya Sawunggaling berlalri dengan hati sedih mencari ibunya,
#BABAK II
tak lama kemudian Sawunggaling melihat ibunya yang sedang membersihkan beras
didepan rumahnya, lalu Sawunggaling menanyakan sesuatu mengenai ayahnya
“ibunda, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Sawunggaling
“Tentu saja boleh nak, memangnya apa yang ingin kau tanyakan?” Dewi Sangkrah
“ibunda, aku ingin bertanya mengenai ayah, sebenarnya bagaimana sosok ayahku,
dia sudah mengginggal atau belum ,jika belum lalu dimana dia tingal sekarang?”
tanya Sawunggaling
Karena Dewi Sangkrah merasa bahwa sudah saatnya Sawunggaling mengetahui
kebenaran tentang ayahnya, maka Dewi Sangkrah pun menceritakan semuanya.
“Baiklah nak, memang sudah saatnya kamu mengetahuri semua ini. Ayahmu
bernama Jayengrana dia adalah seorang Adipati di Kadipaten Surabaya, ayahmu
sosok yang gagah, tampan, dan dermawan.” Jawab Dewi Sangkrah
“Jika benar begitu, lantas kenapa ayah tidak bersama kita sekarang?”Tanya
Sawunggaling
“Saat itu ibu sedang mengandungmu diusia kandungan 8 bulan, ayahmu sudah
harus kembali ke Kadipaten melanjutkan tugas-tugasnya, lalu ayahmu memberikan
sehelai cindhe sebagai tanda cintanya kepada kita.”Jawab Dewi Sangkrah
“Lalu, apakah ayah masih hidup bu?” Sawunggaling
“Ya tentu saja,dan sekarang dia tinggal di Kadipaten Surabaya”jawab Dewi
Sangkrah
“kalau begitu, aku akan mencari dan menemui ayahku di Kadipaten Surabaya”
Tekad Sawunggaling
#BABAK III
karena Sawunggaling sudah mengetahui semuanya, dia pun bertekad untuk mencari
ayahnya, ditengah perjalanan ia di hadang oleh sesosok Buta dan beerapa anak
buahnya, ia pun bertarung dengan anak buah Buta,karena anak buah Buta
terkalahkan oleh Sawunggaling Buta pun menanyakan meksud Sawunggaling yang
telah memasuki wilayah kekuasaannya.
“Hei kau, siapa dirimu berani-beraninya memasuki wilayah kekuasaanku!” Buta
“Saya Sawunggaling, Saya kesini hanya numpang lewat, Tolong jangan halangi
jalan saya” Sawunggaling
“HAHAHA, memangnya siapa kau berani-beraninya menyuruh kami, jika kau
ingin lewat, maka kau harus lewati riwayatku dulu!” Buta menantang dan terjadilah
perkelahian antara Buta dan Sawungaling.
Namun, Buta dan anak buahnya telah terkalahkan oleh Sawunggaling.
“agghh... tolong ampuni kami, kami akan menuruti apa yang kamu minta” Buta
“Baiklah, aku akan mengampuni kalian, sebaiknya sekarang kalian tunjukanlah
jalan menuju Kadipaten Surabaya” Sawunggaling
Akhirnya, Buta mau memberitahu jalan menuju kadipaten.
“Baiklah ikuti kami, kami akan menunjukan jalannya”Buta
#BABAK IV
Sampailah Sawunggaling di kadipaten, ia melihat beberapa prajurit yang
bersenjatakan tombak,lalu prajurit tersebut menanyakan kepada Sawunggaling atas
tujuan kedatangannya
“Hei anak muda! Apa yang membuatmu sampai datang kesini?” Prajurit
“Aku ingin bertemu dengan ayahku” Sawunggaling
“Ayahmu? Memangnya siapa nama ayahmu?” Tanya Prajurit
“Dia Bernama Adipati Jayengrana” Jawab Sawungaling
Prajurit mentertawakan Sawunggaling karena mereka menggangapSawunggaling
berhayal dan mengaku-ngaku sebagai anak dari sang Adipati Jayengrana
“HAHAHAHA, kau ini bisara apa, jangan ngaku-ngaku kau anak muda,hayalanmu
terlalu tinggi HAHAHAH” Prajurit
“Maaf, aku tidak bergurau” Sawunggaling
Prajurit tersebut mengusr Sawunggaling, Namun Sawungalin tidak mau
Mendengarkan perintah para prajurit tersebut dan tetap memaksa untuk masuk ke
kadipaten
“Sudahlah, sebiknya kau pulang saja” Prajurit
“aku tidak akan pulang sebelum aku menemui ayahku” Sawungaling
“Pergilah dari sini, atau kau akan ku usir!” Tegas Prajurit
“Tidak, Aku tidak mau! Aku tidak akan pergi sebelum menemui ayahku” Tegas
Sawunggaling
B
Kemudian, datanglah saudara tirinya dengan diiringi 2 prajurit yang membawa
tameng, dia pun bertanya kepada para prajurit
“Ada apa ini?”tanya sang saudara tiri
“Hormat baginda, dia mengaku-ngaku sebagai anak dari Kanjeng Adipati
Jayengrana, kami sudah mencoba untuk mengusirnya, namun dia tetap memaksa
untuk masuk dan menemui Kanjeng Adipati Jayengrana”jawab sang prajurit.
Lalu, saudara tiripun bertanya kepada Sawunggaling
“Siapa kau? Dan mau apa kau kesini?!”tanya saudara tiri
“Saya adalah Sawunggaling, saya kesini untuk menemui ayah saya Kanjeng Adipati
Jayengrana” jawab Swunggaling
“Jangan berhayal kamu! Ayahku tidak pernah mempunyai anak lagi selain aku dan
adikku! Sebaiknya kamu pergi dan jangan pernah muncul lagi di kadipaten
ini!”tegas saudara tiri
“Tidak, saya tidak akan pergi sebelum saya menemui ayah saya!” jawab
Sawunggaling.
“Sekali lagi aku tegaskan Pergilah kamu sebelum kesabaranku habis atau aku akan
membunuhmu!”saudara tiri pun jengkel
“Silahkan saja, aku tetap tidak akan pergi” jawab Sawunggaling
“Kurangajar!!”saudara tiri pun jengkel
Akhirnya terjadilah pertarungan antar Saudara, dan mereka saling tusuk. Adipati
Janyengrana pun datang untuk menghentikan pertarungan tersebut namun
sayangnya sudah terlambat. Dengan susah payah karena kebahisan tenaga
Sawunggaling mengeluarkan Cindhe yang sudah berlumuran darah
“a..apakah kau ingat dengan cin..cindhe ini”Sawunggaling dengan susah payah
Kanjeng Adipati Jayengrana pun mengingat semuanya dan ia langsung menangis
“aku ingat! Aku ingat, maafkan ayah ini semua adalah salahku, maafkan ayah, ayah
mohon maafkan ayah...”Adipati Jayengrana sambil menangis dan menyesal
Dewi Sangkrah mendapat firasat buruk, ia pun bertekad untuk menyusul
sawunggalin ke kadipaten, setibanya di kadipaten ia terkejut
“SAWUNGGALING!” teriakan Dewi Sangkrah
Dewi Sangkrah pun menangis dan berlari mendekati Sawunggaling
“kenapa? Kenapa bisa seperti ini..” tangisan Dewi Sangkrah
“Maafkan aku,ini semua salahku”Adipati Jayengrana Sambil menangis
Adipati Jayengrana dan Dewi Sangkrah pun sama- sama menangis dan menyesali
semuanya.

Anda mungkin juga menyukai