Anda di halaman 1dari 5

Nama: Wendy Iskandar

KLS: 11 IPS 1

Bahasa Indonesia

1) Ubahlah cerita Rakyat puti kusumba ke dalam bentuk naskah drama!

Pada suatu malam, pasangan suami istri itu mengalami mimpi yang sama. Mereka
bermimpi didatangi seorang kakek yang tak mereka kenal.
Kakek : bila kalian ingin memiliki anak, carilah rebung yang dililit ular sawah
. Masaklah rebung itu dan makanlah. Niscaya apa yang kalian
dambakan akan segera terwujud

Setelah berkata demikian si kakek itupun pergi. Keesokan harinya pasangan suami istri
itu saling menceritakan mimpinya masing masing. Mereka merasa aneh, mengapa bisa
mengalami mimpi yang sama. Mereka pikir pastilah ini pertanda baik. Mereka
memutuskan untuk mengikuti petunjuk si kakek.

Ketika hari mulai terang, berangkatlah mereka menuju ke pinggir hutan yang banyak
ditumbuhi pohon bambu. Rebung merupakan tunas bambu yang masih muda dan biasa
dijadikan sayur sebagai pelengkap makan nasi.

Begitu sampai, mereka segera mengamati satu persatu rebung yang ada sambil
berjalan menunduk. Mereka terus mencari rebung yang dililit ular sawah.

Tak berapa lama kemudian, pasangan suami istri itu menemukan seekor ular sawah
yang sedang melilitikan tubuhnya pada serumpun rebung. Hati mereka melonjak
kegirangan karena menemukan apa yang cari.

Suami : Sebaiknya kita bicara saja pada ular sawah ini apa tujuan kita kesini

Sang istri mengangguk setuju.

Sang suami segera menceritakan mimpinya kepada ular sawah. Tak disangka, ular
sawah itu ternyata bisa bicara layaknya seorang manusia.
Ular sawah : Bila kau membutuhkan rebung itu, ambilah. Tapi aku ingin membuat
perjanjian terlebih dulu denganmu

Si ular sawah sambil mulai merenggangkan lilitannya pada rebung. 


Suami : Perjanjian apa yang kau maksud ?

Sang suami penasaran dan uUlar sawah itu mulai merayap mendekatinya.
Ular : Aku ingin kau berjanji untuk menyerahkan anakmu padaku jika ia
perempuan. Jika anakmu laki laki maka kau berhak memilikinya

Ular sawah itu mengangkat kepalanya menatap sang suami.

Sepasang suami istri itu terkejut mendengar apa yang dikatakan ular sawah. Mereka tak
menyangka ular sawah itu mengajukan syarat yang sungguh berat. Setelah terdiam
beberapa saat, akhirnya sang suami menyetujui kesepakatan yang diajukan ular sawah.

Suami : Baiklah, kami akan menyerahkan anak kami padamu jika ia perempuan.
Kami akan menyerahkannya ketika ia berumur tujuh tahun

Sang suami menatap ular sawah.

Meski terasa sangat berat, keinginan memiliki anak yang begitu kuat membuatnya
memutuskan untuk setuju. Sang istripun tak punya pilihan. Ia sependapat dengan
suaminya.

Pulanglah sepasang suami istri itu membawa rebung seperti yang dimaksud si kakek.
Begitu tiba di rumah sang istri langsung memasaknya dan menyantapnya bersama sang
suami. Waktu terus berjalan, hari berlalu. Pada suatu pagi sang istri merasakan ada
perubahan pada dirinya. Ia mulai mengandung.

Tak terasa tibalah saatnya sang istri melahirkan jabang bayi. Kegembiraan mereka akan
kehadiran anak yang ditunggu mendatangkan kebahagiaan dan kesedihan sekaligus.

Mereka gembira karena harapan untuk memiliki seorang anak telah terwujud. Namun
demikian pasangan suami istri itu juga merasakan kesedihan manakala mengetahui 
anak mereka perempuan. Mereka teringat akan kesepakatan yang telah dibuat dengan
ular sawah tempo hari.

Bayi perempuan itu diberi nama Puti Kusumba. Ia tumbuh menjadi seorang anak
perempuan yang lucu dan menggemaskan. Ayah dan ibunya semakin resah karena
kini Puti Kusumba telah berumur tujuh tahun. Tibalah saatnya anak itu diserahkan
kepada ular sawah.
Karena tak sanggup memenuhi janjinya, sepasang suami istri itu bermaksud
mengingkarinya. Mereka mengurung Puti Kusumba di dalam rumah dan tak pernah
ditinggalkan seorang diri. Mereka takut sekali jika ular sawah datang dan membawa
pergi putri yang sangat mereka cintai.
Pada suatu ketika, sang suami hendak pergi berlayar meninggalkan pulau tempat
tinggal mereka. Sebelum berangkat sang suami berpesan pada istrinya agar tak
membawa Puti Kusumba keluar rumah walau sekejap.
Suami : Jagalah Puti baik baik. Jangan sampai ular sawah itu punya kesempatan
untuk mengambilnya
Sang suami sebenarnya enggan meninggalkan istri dan anaknya sendirian, namun
apa daya, ia harus mencari nafkah.
Beberapa hari setelah kepergian suaminya, sang istri membawa Puti Kusumba
mandi ke sungai. Sang istri lupa akan pesan suaminya. Ketika keduanya tengah
asyik bermain air sungai, tiba tiba datang ular sawah dan mengangkat Puti
Kusumba.
Puti : Tolong bu…. Tolong
Sang ibu tak kalah paniknya. Ia segera menjerit jerit minta pertolongan. Namun
sayang, tak ada seorangpun di dekat mereka. Ular sawah itu membawa Puti
Kusumba pergi dengan cepatnya.
Ular sawah membawa Puti Kusumba ke sebuah tebing yang menjorok ke laut. Puti
Kusumba tak dapat berbuat apa apa. Gadis kecil itu hanya duduk menangis sambil
menatap perahu perahu nelayan yang lalu lalang dibawah tebing. Ingin sekali ia
berteriak minta tolong, namun bayangan dimakan ular sawah membuatnya
mengurungkan niatnya. Ia hanya bisa berharap ayahnya lewat disitu dan
menolongnya.
Sehari hari Puti makan buah buahan yang dibawakan ular sawah untuknya. Suatu
hari ular sawah datang menghampiri Puti Kusumba 

Ular : Sebesar apakah hatimu gadis kecil ?


Puti : Sebesar jeruk..
Puti Kusumba menjawab sambil menahan tangis.
Beberapa hari kemudian ular sawah datang lagi dan bertanya padanya,
Ular : Sebesar apa hatimu sekarang gadis kecil ?
Si Ular bertanya sambil membawakan Puti Kusumba buah buahan.
Puti : Sebesar  manga
Ia berharap ular sawah itu segera pergi meninggalkannya. Ia sungguh ketakutan
berdekatan dengan ular itu.
Setiap hari Puti Kusumba senantiasa memandang kebawah tebing. Ia berharap
ayahnya lewat disitu. Suatu hari ketika tengah melamun, Puti Kusumba  dikejutkan
oleh suara ular sawah yang tiba tiba sudah berada dikampingnya.
Ular : Hai gadis kecil, sudah sebesar apa hatimu sekarang ?
Puti Kusumba kembali menangis ketakutan.
Puti : Sebesar kelapa
.
Ular sawah gembira sekali mendengar jawaban Puti Kusumba.
Ular : Hhhmmmm…sudah saatnya berpesta nanti malam..”,
Ular sawah berniat mengundang kesepuluh ekor ular temannya untuk beramai ramai
menyantap Puti Kusumba.  Melihat ular sawah yang menyeringai ke arahnya, Puti
Kusumba menangis semakin keras. Ia tahu kalau tak lama lagi dirinya akan disantap
ular sawah.
Hari mulai senja ketika Puti Kusumba melihat sebuah perahu yang berada tak jauh
dari tebing. Ia mengamati sosok laki laki  di atasnya dengan seksama. Ia merasa
mengenali sosok yang tengah mendayung di atas perahu itu. Dugaannya benar.
Ayahnya yang tengah melaju di atas perahu itu sebentar lagi lewat di dekatnya.
Puti Kusumba berteriak sekeras kerasnya.
Puti : Ayah….ayah…tolong Puti
Sang ayah terkejut mendengar suara anak perempuannya berteriak minta tolong.
Setelah memperhatikan keadaan sekeliling, sang ayah akhirnya menemukan tempat
anaknya berada. Ia melihat Puti Kusumba tengah melambai lambaikan tangannya
dari atas tebing sambil berteriak teriak.
Sang ayah terkesiap. Ia memastikan bahwa anaknya itu tengah disandera ular
sawah. Tak mau membuang waktu, ia langsung mendayung ke bawah tebing
hendak menjemput anaknya.
Ayah : Melompatlah kau kesini, nak…, Ayah akan menangkapmu.
Meski takut, Puti Kusumba menuruti perintah ayahnya. Ia segera melompat dari atas
tebing yang rupanya tak terlalu tinggi itu. Sekejap kemudian ia merasakan tubuhnya
telah sampai dalam gendongan ayahnya.
Ular sawah yang baru datang bersama kesepuluh temannya sangat terkejut melihat
Puti Kusumba tak ada di tempatnya. Setelah mencari cari, matanya menangkap
sebuah perahu nelayan berisi seorang laki laki dan seorang anak kecil di kejauhan.
Ular : Aaaaargggg…..santapanku lepas
Ia tahu bahwa anak kecil dalam perahu itu adalah Puti Kusumba yang telah dibawa
pergi ayahnya.
Kesepuluh teman ular sawah marah besar. Mereka merasa ditipu. Bayangan
lezatnya menyantap daging manusia membuat mereka semakin murka. Entah siapa
yang memulai, kesepuluh ekor ular yang tengah kelaparan itu akhirnya menyerang
si ular sawah. Mereka mengoyak tubuhnya dan menyantap dagingnya bersama
sama.
Kini Puti Kusumba telah kembali ke rumah dengan selamat. Sejak matinya si ular
sawah, Puti Kusumba hidup tenang bersama ayah ibunya. Ketakutan akan kejaran
si ular sawah telah sirna selamanya.

Anda mungkin juga menyukai