Anda di halaman 1dari 5

Asal Mula Belang di Tubuh Zebra

Dahulu kala, bumi sangat kering dan panas. Tidak banyak sumber air di
bumi. Salah satunya adalah sebuah kolam di tengah padang pasir yang
dijaga oleh babun (sejenis monyet Afrika).
Babun mengaku dirinya sebagai pemilik kolam itu. la menjaga kolam
siang dan malam. “Aku pemilik kolam ini, tidak boleh ada yang minum di
kolam ini!” kata babun sambil mengejar siapa pun yang mencoba minum
di kolam itu. Jika malam tiba, Babun membuat api unggun dekat kolam
agar ia tidak kedinginan.
Suatu hari, zebra datang menghampiri kolam. la berniat melepaskan
dahaganya setelah perjalanan jauh. Kala itu, zebra belum memiliki belang
di tubuhnya. Kulitnya ditumbuhi bulu-bulu putih berkilauan.
Melihat zebra menghampiri kolamnya, babun marah dan mencegatnya,
“Siapa kau? Pergi sana! aku pemilik kolam ini. Ini kolamku!”
Zebra kesal mendengar ucapan babun yang egois. “lni bukan airmu,
binatang jelek. Air ini milik bersama,” teriak zebra.
Babun marah dan menyerang zebra. Mereka berkelahi dengan hebatnya.
Zebra menendang babun dengan kerasnya hingga ia terpental ke bebatuan.
Saat menendang babun, zebra kehilangan keseimbangan. la jatuh ke
perapian. Zebra pun berlari kepanasan. Setelah sembuh, noda hitam bekas
terbakar di tubuhnya tidak bisa hilang. Namun, zebra menyukai garis-garis
hitam memanjang di tubuhnya itu.
Sementara itu, saat terpental babun mendarat dengan pantatnya sehingga
menghantam bebatuan yang keras. Sejak saat itu, ia hidup di bebatuan
sambil mengelus-ngelus pantatnya yang botak dan merah. Wajahnya pun
selalu terlihat marah sejak kejadian itu.

Hancurnya Persahabatan Singa Dan Serigala


Dahulu kala, singa dan serigala adalah sahabat karib. Mereka suka
berburu bersama.
Suatu hari, singa berhasil membunuh seekor banteng yang gemuk.
Tapi, ia masih ingin berburu. la menitip pesan kepada sahabatnya,
serigala.
“Teman, aku akan berburu lagi.Tolong kau panggilkan keluargaku
untuk membawa banteng ini ke rumah,” kata singa sebelum pergi
berburu lagi.
Namun, bukannya memanggilnya keluarga singa, serigala justru
memanggil keluarganya sendiri dan keluarganya berpesta daging
banteng yang lezat.
Sorenya, singa sudah puas berburu. Saat ia kernbali ke rumah, ia
bertanya pada keluarganya, “Bagaimana daging banteng itu? Enak
tidak?”
“Daging apa?”jawab istri singa kebingungan.
Singa heran dan berkata, “Aku tadi menyuruh serigala memanggil
kalian untuk menikmati daging banteng buruanku.”
“Seharian ini aku sama sekali tidak bertemu serigala,” jawab istri
singa.
Singa marah besar. la pergi ke rumah serigala. Singa menunggu di
dekat kolam untuk menyergap serigala.
Tidak lama kemudian, serigala hendak pergi ke kolam dengan
perut kenyang. Singa langsung menerkam serigala. Tapi, serigala
cepat berkelit. la berlari ke dalam semak belukar. Sayangnya, singa
berhasil memegang kakinya.
“Kena kau, serigala jelek,” kata singa.
“Tidak, kau tidak mendapatkanku,” kata serigala sambil tertawa.
“Itu bukan kakiku yang kau pegang. Itu akar pohon. Coba saja kau
ambil batu dan pukul. Jika berdarah berarti kakiku. Jika tidak,
berarti itu akar,” kata serigala.
Singa melepaskan pegangannya hendak mengambil batu. Secepat
kilat, serigala berlari menaiki tali menuju rumahnya di tebing.
Singa mengejar serigala dan menaiki tali. Tapi talinya terlalu kecil
untuk ukuran tubuhnya, Singa pun terjatuh ke tanah.
Sejak saat itu, singe tidak pernah memaafkan serigala. Serigala
sendiri sejak saat itu selalu takut pada singa.

Ayam Betina Merah Yang Cerdik


Dahulu kala, ada seekor ayam betina berbulu merah yang tinggal di
peternakan. Di sebuah tebing, agak jauh dari rumah ayam betina merah,
ada seekor rubah yang tinggal bersama ibunya.
Sudah lama rubah ingin menangkap ayam-ayam di peternakan tempat
ayam betina merah tinggal, tapi tidak pernah berhasil. Sebab, ayam-ayam
di sana sangat cerdik. Mereka selalu menutup pintu rapat-rapat dan
menguncinya dengan kunci besar sehingga rubah tidak bisa masuk.
Saat bepergian, ayam-ayam membawa gunting tajam di kakinya sebagai
senjata. Rubah pernah terluka dan kesakitan terkena senjata itu.
Suatu hari, ayam-ayam itu lupa mengunci pintu saat bepergian. Rubah
langsung memanfaatkan situasi itu. la masuk ke dalam rumah dan
menunggu ayam-ayam kembali.
Saat ayam-ayam kembali, rubah segera menangkap seekor di antaranya
dan memasukkannya ke dalam karung. “Akhirnya, kena juga kau. Aku
akan makan lezat malam ini bersama ibuku,” kata rubah sambil tertawa.
Ayam yang tertangkap itu adalah ayam betina merah. Serigala pun
membawa pulang karung yang berisi ayam betina merah di pundaknya.
Perjalanan pulang cukup jauh. Ayam betina merah punya kesempatan
mencari akal. la menggunting karung, lalu melompat keluar.
“Aku akan memasukkan batu dalam karung agar ia tidak merasa aku telah
hilang,” pikir ayam betina merah. Dengan cepat, ayam betina merah
memasukkan batu lewat bolongan karung. Lalu, diikatkan lagi bolongan
tersebut.
Sesampainya di rumah, rubah memanggil ibunya. `”lbu, aku membawa
makanan. Apakah airnya sudah mendidih?” katanya.
“Sudah, Nak. Airnya sudah mendidih,” kata ibu rubah.
“Kau buka tutupnya, Ibu. Aku akan menuangkan isi karung. Saat ayam ini
jatuh ke panci, tutup segera pancinya,” kata rubah. Ibu rubah mengangguk
tanda mengerti.
Saat rubah menggoyang-goyang karungnya, batu-batu di dalam karung
berjatuhan dan masuk ke dalam panci berisi air mendidih. Airnya muncrat
mengenai rubah dan ibunya. Mereka berteriak kesakitan sambil memaki-
maki.
Sementara itu, ayam betina merah sedang duduk santai di rumah bersama
kawan-kawan dan keluarganya. Lagi-lagi, ia selamat dari ancaman rubah

Anda mungkin juga menyukai