Anda di halaman 1dari 22

Alkisah di sebuah perkampungan, tinggalah seorang Petani dengan keledainya.

Suatu hari, keledai


milik petani terperosok ke dalam lubang bekas galian yang cukup dalam. Hewan itu tidak bisa keluar
dari parit tersebut dan terus menangis antara takut dan kesakitan, sementara Pak Tani berusaha
sebisanya mengeluarkan hewan itu dari sana. Upaya penyelamatan itu berkali-kali dilakukan namun
selalu gagal. Dari dalam lubang galian itu sudah tidak terdengar lagi rengekan si keledai. Baik Pak
Tani maupun si keledai sama-sama terkuras tenaganya dan merasa letih.

Dengan putus asa akhirnya, Pak Tani memutuskan untuk


meninggalkan keledainya di dalam lubang itu sendirian. Dia berpikir keledainya sudah sangat
tua dan tidak produktif lagi maka tidak ada ruginya jika ia ditinggalkan dan mati di dalam
lubang itu.

Setelah beberapa hari, dan mengira si keledai telah mati. Pak Tani datang ke lubang bekas
galian itu dengan mengajak para tetangganya untuk datang membantunya menguruk lubang
bekas galian itu. Selain lubang itu berbahaya jika dibiarkan ada, dia juga bermaksud mengubur
si keledai. Mereka membawa cangkul dan sekop dan mulai melemparkan tanah ke dalam
lubang yang menyerupai sumur itu. Mereka pun mulai menimbun keledai itu. Pada mulanya,
ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan menimpanya, ia menangis sedih,
ternyata Pak Tani tega berbuat seperti itu padanya. Tetapi kemudian, semua orang kagum dan
takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah dituangkan ke dalam
lubang, si petani melihat ke dalam lubang untuk memastikan keadaan si keledai yang malang
itu. Namun ia kaget dan tercengang, dia tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa bersekop-sekop tanah dan pasir, si keledai melakukan
sesuatu yang diluar nalar manusia. Ia menggoyang-goyangkan badannya agar tanah yang
menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu ia berpijak diatas tanah itu. Sementara para
tetangga Pak Tani terus menuangkan tanah dan pasir makin banyak ke atas punggung hewan
itu. Si keledai terus melanjutkan menggoyangkan badannya dan melangkah naik diatas tanah
yang turun dari punggungnya. Sampai akhirnya kepala si keledai bisa melihat permukaan tanah
yang hampir rata menutup lubang tempatnya terjebak. Segera saja si keledai melompat keluar
dari lubang dan menyepak pak petani hingga jatuh tersungkur dan lalu melarikan diri ke
rerimbunan pohon di pinggiran hutan.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Keledai Yang Cerdas adalah : Kadang sesuatu yang
dianggap oleh kita sebagai sebuah derita atau hal yang tidak disukai, jika kita mampu
memahami dan memanfaatkan dengan bijak maka akan berubah menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi kita. Permasalahan dalam hidup bukanlah suatu alasan untuk kita
berputus asa, belajar dari cerita keledai yang pintar kita bisa merubah suatu masalah menjadi
solusi yang bisa mendewasakan dan berpengaruh baik buat kita.
Dahulu kala di sebuah negeri binatang, puncak musim kemarau sedang melanda. Banyak air
sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering. Air kubangan tempat hewan-hewan
minum juga sudah mengering. Beberapa hewan banyak yang mati kehausan. Tidak jauh dari
kubangan air yang sudah mengering ada seekor kura-kura yang terperosok ke dalam lubang.
Lubang itu sangat dalam. " Aduh..., kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura
sambil berusaha merangkak keluar dari lubang tersebut. Namun, usahanya selalu gagal. Setiap
kali ia berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir agar ia bisa keluar dari lobang,
tubuhnya selalu terjatuh masuk ke dasar lubang lagi. "Wah, gawat kalau sampai malam hari
aku masih terjebak di dalam lubang ini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan bantuan
teman-teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah banyak yang mati kehausan."
Akhirnya si kura-kura pasrah. Ia duduk bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a,
mudah-mudahan ada teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lubang.

Dan tidak berapa lama, ada gajah yang melintas. Dia mendengar sesuatu dari dalam lobang
yang mirip sumur tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dia melongokkan kepalanya
kedalam sumur tersebut. Namun betapa terkejutnya ia, karena ternyata ada kura-kura yang
sedang mengais-ngais tanah yang nampak berair. "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura
berada di dalam lubang ini? Apa yang dikerjakannya di dalam lubang?" Kemudian si Gajah
berusaha menyapa temannya itu. " Hai kawan," kata si Gajah. "Kenapa kamu ada di situ?" Si
kura-kura sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah. Akan tetapi, ia berusaha
menyembunyikan kesedihannya karena tidak bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura
menggali tanah, lalu membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri. "Hai juga,
Gajah," jawab si kura-kura. "Aku lagi sibuk, nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura
menggali tanah di sekitarnya. Si Gajah terus memperhatikan si kura-kura. "Iya, kamu lagi
ngapain di dalam sana?" Si kura-kura merasa senang sebab si gajah mulai penasaran dengan
aktifitasnya. Ia berpikir keras agar dirinya bisa keluar dari lubang. "Begini, Gajah," kata si
kura-kura. "Aku ada di dalam lubang untuk menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak
teman kita yang mati kehausan. Aku berpikir bahwa hanya dengan menggali sumur inilah salah
satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-teman kita dari bencana
kekeringan." "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya. Lalu, mana mungkin
di lubang ini ada airnya?" tanya si Gajah. "Eitssss...jangan bilang begitu, teman," kata si kura-
kura mulai menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat tanah yang kuinjak
sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah menemukan sumber mata air. Sepertinya
jumlah air di dalamnya cukup banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki cadangan air
yang banyak" lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi kegirangan.
Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si kura-kura hanyalah pura-pura
saja. "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber air tersebut?" "Apa
maksudmu, gajah?" "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air itu...asalkan
aku nanti mendapat jatah air juga." Si kura-kura berpura-pura berpikir. Dia berjalan mondar-
mandir sambil mengangguk-anggukan kelapa. Kemudian ia berteriak dan menyetujui usulan si
Gajah. "Baiklah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata air itu ada di bawah
batu yang kuinjak ini. Aku hanya perlu sedikit air agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya
kamu khan menyimpan cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk
menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber mata air akan terbuka
dan kita bisa memiliki banyak cadangan air." Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana
si kura-kura. Dia keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya. Sebab
cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya. "Tapi....benarkah di dalam sana
ada sumber air? Kalau tidak ada bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah. "Wah ...kamu kok jadi
ragu begitu? Ya sudahlah...tidak usah bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki
sendiri saja..."

Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura maka cadangan air untuk
anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan
kehausan karena tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-kura
maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan memberikan jatah airnya. Dan ia
harus berjalan jauh untuk mendapatkan air minum.
"Iya dech...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si gajah. Lalu dia menyemprotkan
cadangan air minumnya ke dalam lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....!!!!. Si kura-kura merasa
senang, sebab rencananya berhasil. Air yang disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air
telah mencapai permukaan, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang. Lalu, dengan sekali
lompatan ia telah berhasil keluar dari dalam lubang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah
ia berlari sekencang-kencangnya masuk ke semak-semak dan menghilang.

Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air. Rupanya ia sadar bahwa si kura-
kura telah menipu dirinya. "Hai....mau lari kemana penipu !!!" teriak si gajah sambil mengejar
si kura-kura yang telah menghilang di balik semak-semak yang sudah mengering. Dia terus
berusaha mencari ke sana kemari, namun si kura-kura telah menghilang. Si gajah akhirnya
pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak
menghambur-hamburkan air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak
mudah tertipu dengan janji si kura-kura.

Pesan Moral Dongeng Buat Adik-adik: Jangan mudah percaya dengan janji manis seseorang,
dan janganlah suka menipu sesama karena itu adalah perbuatan tercela dan dibenci Tuhan.
Di sebuah desa kecil hiduplah seorang petani dan seekor ayam betina. Suatu sore, seekor rubah
mengedap-endap di samping rumah pak tani. Pak tani sedang sibuk memasukan kayu bakar ke
dalam dapur. Si Rubah bersembunyi di balik pagar, dia memasang telinganya baik-baik,
memperhatikan gerak-gerik Pak Tani. Kemudian pelan pelan ia berusaha merangkak masuk ke
dalam kandang yang berada di samping dapur, Rubah berhenti sejenak sekali lagi untuk
mendengarkan suara di sekelilingnya. Akhirnya ia berhasil masuk dengan menggali lubang di
bawah kandang ayam, ia lalu memperhatikan kandang yang gelap itu sambil mengendus-endus
mencari ayam kegemarannya. haru unu dia sudah sangat lapar karena sudah dua hari tidak
menemukan buruan.

Dengan matanya yang tajam akhirnya bisa melihat seekor ayam betina yang sedang berdiam
diri di atas tangga yang agak tinggi, jelas saja si ayam jauh dari jangkauannya. " Hai ayam yang
baik!" rubah itu menyapanya dengan suara yang lembut. " Aku membawa beberapa biji bijian
yang enak untukmu. Maukah kamu turun dan melihatnya?"

Tetapi ayam itu adalah ayam betina tua yang bijak. Ia telah sering melihat bagaimana ayam-
ayam yang lain berhasil tertipu oleh binatang licik ini. Ia lalu berkotek, "Aku tidak sedang lapar
sekarang. Terimakasih!"
Rubah, sang ayam hanya terdiam dan dia berpikir sejenak. "Ayam yang manis dan cantik," kata
si rubah,"Aku mendengar bahwa kamu sedang sakit dan aku ingin tahu keadaanmu. Turunlah
ke sini, akan aku periksa denyut nadimu."

Tapi ayam itu masih terlalu pintar baginya. " Betul, aku sedang sakit," ia mengakui. "Tetapi
aku pasti akan mati jika aku turun dari tempat dudukku yang nyaman ini." mendengar itu si
Rubah hanya melongo dan tidak percaya dengan sikap si ayam. " Wah... kenapa sekarang ayam
jadi lebih cerdik ya..." Gumam si Rubah. " Baiklah ayam, kalau kamu tidak mau aku tengok
sekarang mungkin besok aku akan datang lagi untuk melihat kesehatanmu ". Kata si Rubah
sambil berlalu keluar kandang. Dalam hati si Rubah sangat kecewa juga malu, karena tidak
berhasil memperdayai si Ayam. Ayam hanya diam dan hanya melihat si Rubah berlalu dari
kandangnya.
Pesan Moral Dongeng Rubah dan Ayam Yang Pandai adalah : Janganlah kita berbuat jahat
kepada sesama, karena sekali saja kita berbuat jahat maka orang kan selalu ingat akan kejahatan
yang kita lakukan. Seperti ayam yang selalu ingat akan kejahatan Rubah yang sering
mencelakai kawanan ayam. Kita harus selalu hati-hati terutama dengan orang yang bermulut
manis dan suka mengumbar janji, karena kadang hanya di mulut saja.

Pada suatu hari Kancil bertemu dengan seekor kecoa yang mengadu karena dirinya selalu
diburu petani di rumahnya karena dianggap mengganggu. Sambil menangis terisak-isak Si
Kecoa menceritakan dirinya diutus teman-temannya berjalan jauh masuk ke dalam hutan
semata-mata untuk minta petunjuk Sang Kancil yang tersohor sangat bijaksana dan cerdik.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya kecoak bertemu dengan kancil. Kecoak
pun menceritakan maksudnya dan cerita panjang lebar pada Kancil.

“Hiks...hiks....begitulah Sang Kancil, aku selama ini diburu-buru oleh Pak Tani dan
keluarganya tiap kali ada di dapur dan di ruang makan mereka. Padahal kami hanya mencari
makan di sana, tidak berniat mengganggu sama sekali” . Sang Kancil tersenyum menenangkan
hati Kecoa, lalu menjawab pertanyaan Kecoa dengan kalimat singkat. “Masuklah ke rumahku.
Baca buku tentang biologi kecoa, lalu baca buku tentang rumah petani. Setelah itu datang lagi
padaku”.

Begitulah akhirnya Si Kecoa selama satu minggu penuh menginap di rumah Kancil untuk
membaca buku-buku tentang kehidupan kecoa dan tentang rumah petani. Dia bekerja keras
memahami dan mencatat point-point penting dari buku yang dibacanya. Kebetulan dia pernah
diajar Sang Kancil tentang cara membaca dan memahami buku dengan cepat. Seminggu
kemudian dia kembali menghadap Sang Kancil dengan muka muram.

style="text-align: justify;">“Wahai Sang Kancil yang bijaksana. Saya telah membaca buku-
buku tentang kecoa dan tentang rumah petani di rumahmu. Tapi aku tidak tahu apa gunanya
bagiku?. Aku tidak paham bagaimana buku-buku itu bisa mengatasi masalahku sebagai
sekelompok kecoa yang dikejar-kejar petani”. Sang Kancil lalu menjawab dengan sabar atas
kegagalan Si Kecoa menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya.
“Tahukah kamu apakah yang suka dimakan kecoa?” “Mirip dengan makanan manusia dan
hewan peliharaan. Tapi selama ini aku cukup puas dengan makanan sisa di kamar makan, di
dapur dan tempat cuci piring” “Selain di dapur ada di mana lagi makananmu tersedia di rumah
petani?”. Kemudian Kecoa diam sejenak sambil membuka-buka catatannya.

“Hmmmm....menurut buku tentang rumah petani,mereka memiliki tempat sampah untuk


membuang sisa makanan. Itu bisa jadi sumber makanan bagiku” “Lalu mengapa Petani
mengejar-ngejar kamu?” “Menurut buku, kecoa dianggap sebagai tempat menempelnya bakteri
yang mungkin membahayakan manusia. Jadi Pak Tani takut bakteri yang menempel di
permukaan tubuhku akan berpindah kemana-mana dan membuat keluarganya sakit” “Nah itu
jawabannya. Pergilah pulang dan berpikirlah. Kamu pasti tahu jawaban atas masalahmu”.

Dengan penuh tanda tanya Kecoa terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Dia malu untuk
bertanya-tenya lagi, secara dia sudah dianggap mampu mencari jawaban sendiri. Sambil
berjalan pulang Si Kecoa berpikir keras, berusaha menghubung-hubungkan pertanyaan Sang
Kancil dengan resep agar tidak dikejar-kejar petani. Sampai akhirnya dia menemukannya. Si
Kecoa meloncat-loncat kegirangan atas penemuan jawaban itu. Rasanya tak sabar lagi untuk
menemui teman-temannya.

“Ahaay....! Aku tahu jawabannya!!. Teman-teman kita harus pindah dari dapur dan kamar
makan ke tempat sampah Pak Tani yang ada jauh di dalam kebun. Pak Tani membuat gubuk
tanpa dinding untuk menimbun sampah dan dibuat kompos. Tempat itu cukup hangat untuk
kecoa yang suka sekali tempat hangat. Kita harus pindah ke situ!. Paling tidak di situ
berkuranglah frekuensi kita diburu oleh Pak Tani, karena mereka jarang berada lama di sana”
teriak Kecoa pada teman-temannya saat dia telah dekat dengan rumah.

Begitulah adik-adik, Rupanya dengan bijak Sang Kancil tidak langsung memberi jawaban atas
masalah para kecoa karena dia tidak ingin membuat kecoak sakit hati dengan mengatakan kalau
Kecoak memang penuh bakteri dan tidak seharusnya dekat dengan manusia. Kancil percaya,
Si Kecoa cukup cerdas untuk mencari sendiri jawaban atas masalah yang dihadapinya.
Dahulu kala, hiduplah kawanan kelinci yang tinggal di sebuah hutan yang damai. Mereka
hidup dengan tentram tanpa ada hewan lain yang mengganggu. Esok pagi adalah hari
pendaftaran perlombaan Bulu Terindah bagi para kelinci. Lomba ini sangat menarik bagi
kalangan kelinci karena pemenangnya akan mendapatkan alat penggali tanah yang terbuat dari
perunggu yang disediakan oleh pemimpin kawanan kelinci yaitu Sesepuh Kelinci Mbah Welu.
Konon kelinci pemenang yang mempunyai alat ini bisa membuat liangnya sendiri dengan
sangat mudah dan bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Wajar saja jika peminat yang ingin
mengikuti lomba sangat banyak.

Adalah Kiki Kelinci, salah satu kelinci yang sangat ingin mendaftar lomba bulu terindah.
Walau ambisinya sangat besar, tapi ia tidak yakin akan bisa menang. Bulunya sebenarnya
sehat, subur dan bagus, tetapi karena tidak mengikuti nasihat induknya untuk mandi teratur,
sekarang bulunya berubah menjadi kusam dan kelam. Namun ia tetap ingin sekali mendapatkan
hadiah alat penggali tanah itu.

Pagi itu setelah sarapan Kiki bangun agak awal dari biasanya. Ia buru-buru ke luar liang,
sementara induknya sedang membersihkan kamarnya dari sisa rumput. Sambil berjalan ia
berfikir. “bagaiman ya.... pendaftaran lomba sebentar lagi sudah dimulai, kalaupun aku
sekarang mandi sampai ratusan kali pun, sudah telat. Buluku tidak akan sebagus kelinci lain
yang rajin mandi dan berdandan”. Kiki terus berjalan menyusuri jalanan di hutan itu. Karena
Kiki berjalan kurang konsentrasi dan melamun, “Brakkkkkkk .!!!!. Aduhhhh kepalaku!” Kiki
meringis kesakitan, rupanya dia menabrak sebatang pohon Mambang Gintung. Beberapa
daunnya yang sudah tua terjatuh. Daun-daun yang jatuh tanpa sengaja menempel di tangan
Kiki, ia duduk beristirahat di bawah pohon sambil mengusap kepalanya yang masih terasa
sakit. Tanpa sengaja dilihatnya tangan kecilnya, warna bulunya berubah menjadi keemasan.
Daun-daun itu ternyata mengandung pewarna yang menyerupai emas mengkilat berkilauan.
Yesss! Kiki seperti mendapatkan ide cemerlang. Segera saja Kiki mengumpulkan dedaunan
yang mengandung zat pewarna itu. "Denagn daun ini, Aku akan memberikan kejutan pada
semua orang saat lomba bulu terindah nanti..!!" begitu pikirnya.

Buru-buru Kiki pergi ke tempat penyelenggaraan lomba, hari sudah agak siang. dengan diliputi
rasa cemas takut pendaftaran sudah ditutup, akhirnya sampai juga Kiki di tempat perlombaan.
Rupanya lomba sudah hampir dimulai, semua peserta siap bergaya. Sorak sorai penonton
terdengar ramai, peserta pertama beraksi. Bulunya berwarna putih bersih dan lembut seperti
kapas. Pasti peserta pertama ini rajin mandi dan menyisir bulunya. Kiki mendatangi panitia
lomba dan bermaksud mendaftar, untunglah panitia berbaik hati dan mau menerima
pendaftaran Kiki, setelah itu ia mengambil undian dan
mendapatkan nomor tiga. Kiki lalu dipersilakan duduk oleh salah satu juri. Kiki hatinya
sangat senang, sambil menanti giliran tampil ia menonton peserta lain.

Kini giliran peserta kedua dipanggil dewan juri, kali ini seekor kelinci berbulu belang hitam
putih. Dengan lompatan lincahnya ia naik ke panggung. Penonton riuh bertepuk tangan ketika
dia memperlihatkan bulunya yang mengkilat dan bercahaya terkena sinar matahari. Akhirnya
tiba juga giliran Kiki untuk naik ke panggung. Penonton penasaran saat ia naik panggung
dengan memakai Topi dan Jubah. Dan ketika ia membuka jubah dan topinya, semua penonton
terkejut bukan kepalang. Beberapa penonton dibarisan bangku depan bahkan sampai terjungkal
saking kagetnya. Bulu Kiki berwarna kuning keemasan. Setiap terkena cahaya matahari
bulunya seakan bercahaya dan menyilaukan. Semua hadirin terkagum-kagum dengan bulu
Kiki. “Baru pertama kali ini aku melihat kelinci berwarna emas!!!" “Bulunya indah sekali!”
teriak beberapa penonton. Semua penonton bertepuk tangan meriah saat Kiki melangkah turun
dari panggung.

Setelah seluruh peserta tampil dewan juri segera menggelar rapat dewan untuk menentukan
juaranya. Walaupun hari sudah mendekati sore dan cuaca mendadak agak mendung, namun
para penonton tidak ada yang pulang dan seolah enggan melewatkan acara tersebut. Selesai
rapat, ketua dewan juri naik ke panggung. Semua peserta tampak tegang karena ini berarti
pengumuman pemenang akan segera dibacakan. Lalu ketua dewan juri berteriak, “Pemenang
lomba bulu terindah dan terbaik tahun ini adalah….” mendadak sorak sorai penonton terhenti,
suasan menjadi sangat hening. Semua seperti merasakan ketegangan yang teramat sangat.
“Kikiiiiiiiii, si kelinci berbulu Emaaaaaaaaaaaaaasssssss!” Lanjut ketua Juri berteriak panjang.

Semua penonton bersorak dan bertepuk tangan dan berebut ingin bersalaman dengan Kiki yang
sedang berjingkrak kegirangan. Ia pun segera naik ke panggung untuk menerima hadiah berupa
alat penggali tanah. Saat penyerahan hadiah, tiba-tiba saja gerimis turun, tapi penonton tidak
bubar. Mereka masih ingin melihat Kiki Si Kelinci Berbulu Emas. Ketika dewan juri akan
menyerahkan hadiah ada seorang penonton yang berteriak. “Hei lihat, bulu kelinci emas
kelihatan aneh!” Semua orang kini menatap Kiki sambil melotot. Ternyata bulu Kiki terkena
air hujan gerimis, warna emas di beberapa bagian tubuhnya mulai memudar dan hilang. Yang
terlihat kini bukan kelinci berbulu emas tapi kelinci berbulu belang, sebagian berwarna emas
sebagian lagi hitam kusam.

Seketika penonton kembali riuh ramai, tapi kini bukan sorak sorai kekaguman, melainkan
kemarahan dari para penonton dan peserta lomba yang lain. “Lihat !!! Bulunya mulai kelihatan
aslinya!. Anak itu telah menipu kita! Dasar tukang curang... Licik! Ayo kita tangkap dan
hukum dia!”. Teriak Beberapa peserta yang kalah dlam lomba.

Kiki sangat ketakutan dan panik, ternyata akal bulusnya mewarnai bulu ketahuan. Ia berlari tak
tentu arah. Para kelinci yang ia bohongi terus mengejarnya. Kiki berlari tanpa henti meski para
pengejarnya sudah tidak kelihatan. Ia merasa takut dan malu. Tanpa sadar ternyata Kiki sudah
berlari sampai ke pinggiran hutan. Ia kemudian bernaksud beristirahat sambil mencari tempat
untuk sembunyi. Karena ia belum memiliki alat penggali tanah ia tinggal dan bersembunyi
pada liang yang dibuat hewan lain. Ia menempati lubang bekas rumah Landak. Kiki kini tinggal
sendirian di rumah yang bukan miliknya, ia sangat menyesali perbuatanya, dan ia berjanji pada
dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahanya. Ternyata berlaku tidak jujur
sangat merugikan. Bukan hanya merugikan orang lain, namun juga merugikan diri sendiri.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas adalah : Hendaknya kita percaya
pada diri kita sendiri. Menjadi diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi orang lain. Berlaku
jujur akan membawa kebaikan bagi banyak orang juga diri kita. Ketidak jujuran akan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang tidak jujur akan dijauhi banyak teman.
Alkisah, di sebuah hutan nun jauh disana. Hiduplah beragam jenis binatang diantaranya Gajah,
singa, beruang, kancil, serigala, dan Badak. Selain hewan-hewan besar disana juga hidup
bernaeka binatang dari jenis unggas dan burung, diantaranya ayam Jago dan burung
Merpati/Dara. Sejak dulu ayam jago memang selalu iri pada merpati. Ayam jago punya tabiat
yang kurang baik, bukan hanya pada merpati, tapi juga ke semua binatang. Ia sombong dan
selalu membangga-baggakan mahkota yang ada di kepalanya. Dia selalu saja mengejek burung
merpati dan binatang kecil lainnya dengan ucapan yang tidak baik. Sedangkan Burung Merpati
hanya menerima saja jika diejek oleh ayam jago, dia lebih baik diam daripada melayani ejekan
si jago.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Suatu hari, dihutan itu akan diadakan perlombaan mengambil seikat padi yang di gantung di
dahan pohon. Perlombaan itu memang di khususkan untuk kalangan burung yang bisa terbang.
Merpati yang mengetahui akan ada lomba segera mendaftar pada panitia lomba. Mengetahui
hal itu tentu saja Si ayam Jago tidak senang. Ia tidak ingin melihat merpati menang dalam
lomba tersebut, lalu ia pun memaksakan untuk ikut lomba itu walau sebenarnya dia tidak
pandai terbang. Karena memaksa, akhirnya panitia pun memperbolehkan si Jago untuk ikut
mendaftar. Perlombaan itu tampaknya akan cukup ramai karena diikuti banyak bangsa burung.
Diantara peserta ada sekelompok burung bagau, burung gagak, burung elang,
burung pipit dan burung kakak tua. Dalam perlombaan tersebut yang mendapat perhatian
paling banyak adalah ayam jago dan juga burung merpati. Karena semua hewan tahu kalau
Ayam jago dan merpati memang tidak Akur.

Tepat pukul sembilan pagi perlombaan pun segera dimulai. Panitia lomba mengumumkan
peraturan lomba. ternyata lomba tersebut menggunakan sistem gugur, dan di babak terakhir
akan mempertemukan dua peserta saja. Giliran pertama adalah burung elang melawna burung
gagak, mereka bersiap-siap di titik yang telah di tentukan. Setelah aba-aba di bunyikan,
merekapun melesat terbang berebut siapa yang paling dulu mendapatkan seikat padi yang
tergantung tersebut. Dan ternyata di menangkan oleh Elang. Begitu seterusnya hingga singkat
cerita sampailah pada babak final. Di babak akhir bertemulah ayam jago dan burung merpati.

Ayam jago sudah bersiap-siap begitu pula dengan Merpati. Setelah terdengar aba-aba, ayam
Jagi kangsung melompat tinggi sambil susah payah berusaha mengepakan sayapnya, sementara
burung merpati hanya bengong melihat tingkah ayam jago. Ayam jago menyadari bahwa ia
hanya bisa melompat dan tidak bisa terbang seperti burung merpati, namun burung merpati
segera menyusul terbang dengan mudahnya. Pelan-pelan, ketika burung merpati berhasil
melewati ayam jago untuk meraih ikatan padi, ayam jago mematuk kaki burung merpati agar
burung merpati tidak berhasil mendapatkan padi itu.

Rupanya siasat licik ayam jago berhasil, kaki burung merpati terluka dan patah, tapi bukannya
turun kembali, sambil menahan sakit burung merpati justru makin kencang mengepakkan
sayapnya dan berhasil mendapatkan padi tersebut. Sementara itu, ayam jago yang sudah
kelelahan mengepakkan sayapnya akhirnya terjun bebas dan harus mengakui kekalahannya
dari burung merpati. Tak disangka oleh ayam jago, ternyata sang dewa melihat perbuatan yang
telah dilakukannya dan kemudian memberi hukuman. Mahkota yang selalu dibanggakan dan
kemana-mana dikenakan di kepala ayam jago, diambil paksa dan hanya disisakan sebagian saja
di atas kepalanya. Sang dewa bilang, “Kau kuhukum karena tekah berbuat curang pada burung
merpati, dan mahkotamu kuambil. Jika kau ingin mahkotamu kembali, panggil aku dan
teriakkan penyesalanmu di setiap pagi. Mungkin mahkota ini akan kukembalikan.” Kemudian,
sang dewa pun pergi, dan ia memberi hadiah kepada burung merpati berupa kesembuhan pada
kakinya.

Sejak saat itu, Mahkota ayam jago tidak utuh lagi. Dan setiap pagi ayam jago pun meneriakkan
penyesalannya serta memohon kepada sang dewa untuk mengembalikan mahkotanya yang
telah diambil dari kepalanya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ayam Jantan dan Merpati adalah : Penyesalan selalu
datang terlambat, berbuatlah jujur dan jangan pernah curang. Ketidak jujuran seringkali
membawa petaka. Jika kita sudah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup kita,
penyesalan tidak ada gunanya lagi.

Hari itu masih sangat pagi, matahari pun belum menampakkan diri. Hewan-hewan masih
banyak yang tidur dengan pulasnya. Namun di kejauhan nampak seekor kucing berjalan
tergopoh-gopoh. Ia berjalan sambil membawa seember susu yang diletakkan di punggungnya.
Sesekali ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepertinya ia takut ada teman yang mengikutinya.
"Syukurlah tidak ada yang melihatku," kata si kucing dalam hati.

Ketika si kucing merasa tubuhnya capek ia berniat untuk istirahat. Ia mencari tempat yang
aman dari pengamatan teman-temannya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti manakala ia
berjumpa dengan seekor Kancil yang sedang memeluk sebatang pohon bambu. Si kancil
berkali-kali mencoba menggigit pohon bambu, seolah-olah hendak memecahkan batang
bambu, namun dilepaskan lagi. Setelah usahanya gagal, si kancil nampak bersedih dan
menangis. "Hu hu hu hu....gagal lagi usahaku," demikian rintih si kancil di hadapan si kucing.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Si kucing merasa iba dan ikut bersedih melihat si Kancil menangis tersedu-sedu. Lalu ia
berusaha menyapanya.

"Hei, kenapa kamu bersedih dan menangis, Kancil?" tanya si Kucing.

Si Kancil tidak menjawab, bahkan tangisannya semakin menjadi-jadi.


"Huuuhuuuuhuuuhuuuuu." Sebenarnya tangisan si kancil di hadapan si kucing hanya pura-pura
saja. Dia berniat memberi pelajaran si kucing yang terkenal serakah dan suka mencuri susu
milik teman-temannya. Si kancil jengkel setiap kali mendengar laporan akan kecurangan si
kucing kepada teman-temannya.

"Wah, si kancil benar-benar bersedih, nih," pikir si kucing. Kemudian si kucing meletakkan
ember yang berisi susu di bawah pohon. Dan si kancil masih memegang erat-erat batang pohon
bambunya.

"Hei, Kancil...kenapa kamu bersedih ? Bolehkan aku tahu permasalahanmu?"

"Heeemmm....wah senang sekali apabila kamu bisa membantuku, Kucing," jawab si kancil.

"Iya...tapi apa masalahnya?"

"Begini, kawan," kata si Kancil mulai menyusun siasat. "Malam tadi aku mendapat batang
bambu ajaib yang jatuh dari langit. Meskipun bambu ini tidak mempunyai akar namun lihatlah
daun-daunnya nampak hijau segar. Pasti di dalamnya ada air ajaib di 6 ruasnya yang
membuat daun-daun bambu ini nampak masih hijau segar. Pasti air ajaib itu bisa membuat
kita awet muda dan sakti. Oleh karena itu, aku berusaha memecahkannya. Namun usahaku
gagal. Aku sedih, kawan."

"Wah, ada air ajaib yang bisa membuat awet muda? Aku harus bisa merebutnya dari tangan
si Kancil," pikir si Kucing. "Dasar si Kancil bodoh. Seharusnya membuka batang bambu
dengan benda runcing seperti cakarku ini. Mana bisa memecah batang bambu dengan
giginya."

" Begini saja, Cil," kata si kucing. "Bagaimana kalau batang bambumu ini aku tukar dengan
setengah ember susuku?"

"Hahhh! Ditukar dengan Setengah ember susu? Ogah yaaaa....enak aja satu batang bambu
ajaib ditukar setengah ember susu. Kamu tidak adil. Kamu mau enaknya sendiri. Kamu
serakah," kata si Kancil sambil terus memeluk batang bambunya.

"Tapi susu ini masih segar dan lezat lho....kamu tinggal minum saja...enakkk, Cil. Daripada
kamu kesulitan memecahkan batang bambu itu? Serahkan saja padaku. Kamu bisa menimati
setengah ember susu ini"

"Ogaaaahhhh.....gak mauuuu....tidak sudiiii....Sekali tidak mau ya tetap tidak mau," kata si


Kancil pura-pura bertahan dan menganggap bahwa batang bambunya benar-benar sakti.

"Kalau begitu...bagaimana kalau aku minta hanya setengah saja batang bambumu dan kita
tukar dengan setengah ember susuku. Nah...adil kan?"

"Ogaaahhh...enak saja bambu ini dipotong separo...kesaktiannya bisa hilang, Cing!"

Si Kucing makin penasaran dengan sikap si Kancil. Dirinya harus bisa memiliki batang
bambu itu bagaimanapun caranya agar dirinya bisa tetap awet muda dan sakti. Kalau dirinya
sakti tentu ia bebas berbuat apa saja kepada teman-temannya. Ia bebas memiliki susu milik
siapapun tanpa takut terhadap teman-temannya. Dan akhirnya ia nekat ingin menukar
seember susunya dengan batang bambu yang dimiliki si Kancil.

"Begini saja, Cil. Bagaimana kalau batang bambumu itu aku tukar dengan seember susuku
ini?"

Si kancil pura-pura keberatan dengan usul si kucing. Padahal dalam hati ia merasa bahwa kali
ini si kucing akan menemui batunya. Kali ini si Kucing akan menerima ganjaran akan
keserakahan dan kelicikannya.

"Kalau itu maumu, aku sih setuju-setuju saja, Cing. Tapi kamu ikhlas nggak menukar susumu
dengan batang bambu ini?" tanya si Kancil.

"Ikhlas, Cil. Ayo mana batang bambumu!" kata si kucing tidak sabar ingin memiliki batang
bambu milik si kancil. Dan ia akan segera memecahkannya agar bisa segera meminum air
ajaib yang ada di tiap ruasnya. "Aku akan menjadi Kucing Sakti dan senantiasa awet muda.
Asyiiikkkk," kata si kucing senang.

Kemudian si kancil melepaskan batang bambunya. Setelah Ia meraih seember susu milik si
Kucing, lalu ia pergi meninggalkan si kucing sendirian.

"Horeeee....aku akan menjadi kucing sakti.iiiii!" teriak si kucing. Kemudian ia mengeluarkan


cakar-cakarnya. Batang bambu yang ada dihadapannya dicakar-cakar berkali-kali agar bisa
pecah. Ia terus berusaha memecahkannya. Akhirnya, setelah dengan perjuangan yang keras ia
berhasil memecahkan batang bambu di hadapannya. Namun ternyata air sakti yang diharap-
harapkannya ternyata tidak ada. Ia hanya mendapati ruas-ruas bambunya kosong tidak ada
apa-apanya. Sedangkan daun bambu yang masih hijau disebabkan pohon bambu masih baru
dipotong.

"Haahhhh! Sialan...mana air sakti itu!!???" teriak si kucing.

"Dasar si Kancil pembohong...aku telah ditipunya. Aku telah ditipunya....," kata si Kucing
sambil bergegas lari mengejar si kancil yang telah membawa seember susunya.
Dahulu kala, di sebuah kolam di tepi hutan. Hiduplah ratusan ekor kodok yang bisa bicara.
Mereka sedang memberbicarakan tentang raja mereka yang telah meninggal dunia. Kodok
kodok itu berkumpul di tepian kolam untuk memilih raja Kodok yang baru agar ada yang bisa
memimpin dan melindungi mereka dari bahaya. Namun diantara mereka tidak ada satupun
yang mau untuk dijadikan raja bagi kawanan Kodok tersebut. Alasanya macam-macam, ada
yang beralasan karena dia tidak bisa berkelahi sehingga tidak mampu melindungi rakyatnya.
Ada pula yang beralasan lebih suka jadi rakyat biasa agar tidak pusing memikirkan rakyat, dll.
Tak ayal acara pemilihan Raja itu pun menemui jalan buntu. Lalu kodok Tua maju ke depan
dan berkata, "Saudara-saudara sekalian, pemilihan Raja kali ini saya rasa sudah tidak bisa kita
lanjutkan. Semua sudah menyatakan tidak bersedia untuk dipilih". Kodok Tua diam beberapa
saat lalu melanjutkan bicaranya, "Bagaimana jika kita memintanya langsung kepada Tuhan,
siapa tahu akan didatangkan raja yang baik, bijak dalam memerintah dan kuat untuk
melindungi kita". Kawanan Kodok serempak menjawab, "Setujuuuu...!!!". Lalu mereka berdoa
dengan suara nyaring bersahut-sahutan agar mereka dipilihkan seorang raja oleh Tuhan.

Tiba tiba sebatang batang pohon jatuh dari langit. Batang pohon itu tercebur ke dalam kolam,
air terciprat ke semua arah, menghujani ratusan kodok yang masih berkumpul di pinggir kolam.
Diatas kayu yang jatuh tadi, tampak seekor Kodok muda belia. "Apakah itu rupa Raja baru
kita?". Tanya seekor Kodok yang ada di tepian kolam pada rekannya. "Mungkin iya, tapi apa
mungkin Raja kita masih muda seperti itu?" dia balik bertanya. Sehari semalam kodok-kodok
itu bersembunyi di bawah daun
teratai yang mengapung di tepian kolam, tidak satu pun berani melangkah terlalu dekat
dengan raja baru mereka. Seekor kodok yang paling berani di antara mereka lalu keluar dari
tempat persembunyiannya. Dia mendekat dengan hati hati dan mengamati sang raja Muda itu.
Akhirnya yang lain ikut maju dan berenang hati hati di sekeliling batang pohon yang
mengapung itu. "Raja kita kok lucu ya?," ucap seekor kodok meledek. Mereka akhirnya
menyadari sang raja tidak bisa menolong atau memerintah mereka. Segera mereka berdoa
lagi bersahut sahutan meminta raja yang lain.

Tak berapa lama, seekor burung bangau yang besar hinggap di tepi kolam. Sebuah mahkota
emas berkilauan tampak di kepalanya. "Wahai para kodok, saya adalah raja kalian yang baru!"
seru sang bangau dengan suara keras. Sebelum para kodok berekasi, sang Bangau berjalan
cepat ke dalam kolam dan dengan cepat ia menelan para kodok itu. Para kodok berlompatan
ketakutan, mereka berusaha menyelamatkan diri dari serangan si Bangau, tapi kali ini mereka
tidak bisa menghindari kecepatan paruh sang bangau. "Oh kenapa, kenapa kita tidak berusaha
menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri saja?" ucap seekor kodok bersedih dan menyesali
kesalahannya. Sang bangau yang sudah kenyang lalu terbang pergi. Tapi para kodok itu
sekarang tak bisa berbicara karena begitu ketakutan. Mulai saat itu yang bisa mereka lakukan
hanyalah mengeluarkan suara Kroook ..Kroook...dododok...Krookk.

Pesan Moral Dongeng Kisah Raja Kodok adalah : Kita jangan terlalu tergantung pada orang
lain, jadilah pribadi yang mandiri, yang bisa memimpin dirinya sendiri. Kita juga harus bisa
mensyukuri tiap karunia yang diberikan oleh Tuhan

Zaman dahulu kala, hiduplah dua ekor kancil bersaudara yang menghuni hutan belantara yang
sangat subur. Yang Tua bernama Dodo dan adiknya bernama Didi. Walaupun mereka
bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Didi rajin dan baik hati. Sedangkan Dodo
pemalas, jahil dan suka berbohong. Suatu hari Dodo sedang mencari makanan, dia sudah sangat
kelaparan, di seberang sungai kecil yang dangkal tampak rerumputan hijau tapi ia enggan
menyeberang. Dodo memang sangat pemalas. Akhirnya Dodo mencuri makanan milik Didi,
adiknya. Waktu ingin makan, dia terkejut karena makanan jatahnya sudah habis. Didi bertanya
kepada Dodo di mana makanannya, namun Dodo bohong, ia menjawab dicuri tikus. “Ah, mana
mungkin dimakan tikus!” kata Didi. “Iya! Masa sama kakaknya tidak percaya sih!” jawab
Dodo dengan meyakinkan.

Mulanya Didi tidak percaya dengan omongan Dodo. Tetapi setelah Dodo mengatakannya
berkali-kali akhirnya dia percaya juga. Tanpa sepengetahuan Dodo, kemudian Didi memanggil
tikus ke rumahnya. Esok paginya, Tikus datang memenuhi panggilan Didi kancil. Tampak raut
muka Dodo agak memucat ketika Tikus datang kerumahnya. “Tikus, apakah kamu yang
kemarin mencuri makananku?” tanya Didi pada tikus. “Hah? Mencuri makananmu? Berpikir
saja aku belum pernah!” jawab tikus. “Ah,
si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,” kata Dodo Kancil
memojokkan. “Ya, sudahlah kalau memang kamu tidak mengambilnya! Tikus, aku minta
tolong ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari
sana, kok!” kata Didi pada Tikus.

Tikus kemudian berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki sampan untuk menuju seberang sungai.
Sebenarnya tikus tahu kalau Dodo lah yang telah mencuri makanan itu. Sementara itu, di
bagian sungai yang lain, Dodo cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang
perangkap tikus agar tikus terjebak dan tidak bisa kembali.

Ketika tikus hampir mendekati tepian sungai, tikus melihat ada perangkap yang terpasang.
Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Dodo Kancil. Tiba-tiba tikus mendapat ide
gemilang. Tikus berpura-pura jatuh tenggelam dalam sungai. “Aduhhhhhhhhh… Dodo, tolong
aku… aku hampir tenggelam, aku tidak bisa berenang!” teriak tikus. Mendengar itu Dodo
segera menolong tikus. Tikus meminta Dodo mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampai
di seberang sungai tikus meminta Dodo menemaninya mengambil makanan.

Dodo sepertinya lupa terhadap perangkap tikus yang telah ia pasang, Karena tidak hati-hati,
kakinya terperangkap dalam perangkap tikus tersebut. Tikus yang kaget akan teriakan dodo
segera datang untuk menolong. Dengan hati-hati si tikus melepaskan perangkap yang menjepit
kaki kanan Dodo. Darah tampak keluar dari luka lecet dikakinya. Sambil menahan sakit, Dodo
kemudian berterus terang pada Tikus, kalau dialah yang telah mencuri makanan milik Didi
adiknya. Dodo pun meminta maaf pada Tikus tentang kesalahannya. Karena ulahnya kini tikus
ikut susah disuruh mencari makanan. Dodo sangat menyesali perbuatan buruknya dan berjanji
tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Si Kancil dan Tikus adalah : Jangan suka memfitnah,
karena perbuatan fitnah adalah sangat tercela. Juga jangan suka mengambil barang yang bukan
haknya. Mencuri sangat dilarang oleh Tuhan. Berusahalah berkata jujur kepada siapapun, jika
memang salah kita akui terus terang.

Di sebuah hutan yang sangat lebat, tempat tinggal bermacam-macam binatang, mulai dari ulat,
semut, gajah, harimau, dan sebagainya. Pada suatu hari datanglah angin topan yang sangat
dahsyat. Badai topan itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan penghuni
hutan itu. Semua hewan berlari ketakutan menghindari badai yang datang secara membabi
buta. Keesokan harinya, badai telah berlalu dan kicauan burung sudah terdengar dengan merdu
seperti biasanya, tak ada raut ketakutan di wajah para burung dan sebagian besar binatang.
Namun, Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi, ia
duduk di sebuah pohon yang sudah tumbang. "Hu..huu...betapa sedihnya kita, diterjang badai
tapi tak ada tempat satupun yang aman untuk berlindung..huhu.." sedih sang
Kepompong meratapi keadaan yang telah menimpanya.

Dari balik gundukan tanah, muncul seekor semut yang dengan pongah berkata "Hai
kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas
tanah dan tidah bisa berlindung, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang
dan tidak bisa berlindung dari badai" kata sang Semut dengan sombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan
tersebut, sampai pada suatu hari si Semut yang sedang berjalan mencari makan, tak sengaja dia
terjebak diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur tersebut.
"Tolong...tolong....aku terjebak di lumpur hidup..tolong", teriak si semut. Lalu terdengar suara
dari atas, "Kayaknya kamu sedang dalam kesulitan ya, semut?" si Semut menengok ke atas
mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu indah yang sedang
terbang melintas diatas lumpur hidup tadi.

"Siapakah kau ini, baru pertama kali aku melihatmu?" tanya si Semut. "Aku adalah kepompong
yang waktu itu kau hina" jawab si Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan
si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur yang menghisapnya. "Tolong aku kupu-kupu,
aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya
karena aku berlindung dibawah tanah". Si kupu-kupu akhirnya menolong si Semut dan semut
pun selamat serta berjanji ia tidak akan mengulangi kesalahanya kepada siapapun.

Pesan Moral Cerita Dongeng Semut dan Kupu-Kupu adalah, Hendaknya kita menyayangi
dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan. Hakikatnya, semua ciptaan Tuhan punya
derajat yang sama di mata Tuhan, maka kita harus saling kasi mengasihi dan tidak boleh saling
menghina.

Di sebuah hutan, huduplah seekor Kuda dan Kancil. tentu bukan hanya mereka saja penghuni
di hutan tersebut. Ada Musang, serigala, Kerbau, Gajah, Keledai, Kura-kura dan hewan
lainnya. Mereka saling berbagi dan hidup rukun di dalam hutan yang sejuk nan indah dengan
pepohonan hijau rindang. Walau pun mereka hidup dengan rukun, namun ada saja hewan yang
punya tabiat buruk yaitu si Kuda. Sifatnya yang suka usil dan agak sombong membuatnya beda
dengan hewan-hewan yang lain di hutan tersebut. Menurut rencana ketua hewan di hutan itu,
Beberapa hari lagi akan diadakan perlombaan lari tingkat hewan pemakan rumput untuk
memperebutkan sebuah hadiah berupa sepetak padang rumput yang hijau dan muda-muda
daunnya. Siapapun yang menang, hewan lain tidak boleh memakan rumput di padang rumput
tersebut tanpa seijin pemiliknya/pemenang lomba.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Suatu hari, ketika si Kancil sedang berjalan-jalan menyusuri jalanan setapak di hutan itu, tiba
tiba ada si Kuda yang berlari sangat kencang mendahuluinya. “Hai Kancil jelek! ayo kejar aku
kalau bisa.... kamu tidak bisa berlari.. hehehehehe!” Ejek si Kuda sambil terus berlari. Si Kancil
yang kaget menghentikan langkahnya. “Dasar kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat
kok, Besok kita buktikan di perlombaan”. Gumam Kancil. sementara si Kuda sudah tidak
tampak, menghilang di sebuah kelokan.

Esok paginya, acara perlombaan pun akan segera dimulai. Tampak si Kerbau dan Si sapi sudah
siap-siap dengan kostum lari kebanggaan mereka. Sementara Si Kuda asyik merumput tak jauh
dari tempat panitia lomba. Dia pun sudah mengenakan kostumnya. Tak jauh dari si Kuda
tampak si Kambing, Si Keledai, dan Si Kancil sedang melakukan pemanasan dengan bolak-
balik berlari-lari kecil. Sementara si Jerapah sedang melakukan pendaftaran di panitia lomba.
Selesai merumput, si Kuda mendekati si Kancil yang masih melakukan pemanasan. "Buat apa
kamu melakukan itu semua cil, buang-buang tenaga saja!!!." Kata si Kuda meremehkan. "Ini
namanya pemanasan agar otot-otot kita tidak tegang tau???" Jawab si Kancil. “Ah bohong,
paling-paling kamu lagi bergaya biar dilihat sama yang lain. Aku tidak pernah pemanasan tidak
pernah ototnya tegang tuh!!!” Kata Kuda lagi. "Lihat itu si Kambing dan si keledai juga tau
pentingnya pemanasan,
mereka melakukannya". Kata kancil sambil menunjuk ke arah Kambing dan Keledai,
kemudian dia berlalu meninggalkan si Kuda yang memperhatikan Si Kambing dan keledai
berlari bolak-balik tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Tepat pada pukul sepuluh pagi pertandingan pun segera akan dimulai. "Priiiiiiiiiiittttttttt !!!!!!"
terdengar suara pluit panjang dari panitia pertandingan menandakan agar para peserta lomba
untuk segera berkumpul. Setelah mereka berkumpul dan mendengarkan beberapa instruksi dari
panitia, merekapun segera menuju lintasan lari. Aba-aba pun di bunyikan, Si Kuda langsung
berlari meninggalkan si kancil dan peserta lainnya. Teman-teman si kancil berteriak memberi
semangat pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah jauh di
depan. Di belakang si kancil tampak si Kambing, Keledai dan jerapah. Sementara peserta yang
lain masih jauh tertinggal di belakang. Di urutan paling depan si Kuda yang merasa sudah jauh
meninggalkan peserta lain seskali menengok ke belakang dan sesekali sengaja bergaya dengan
berjalan mundur. Tampak olehnya si kancil sudah mulai menyusul. Dengan cepat si kuda
berlari dan menambah kecepatannya. Namun tiba-tiba dia meringkik keras sambil jatuh
terduduk memegangi kakinya yang terasa kaku dan sakit. Rupanya si Kuda kejang otot gara-
gara malas melakukan pemanasan. Akhirnya si kancil bisa mendahului si kuda yang sedang
meringis kesakitan di lintasan. Disusul kemudian oleh si Kambing, si Keledaia dan peserta
yang lain. Akhirnya si kancil itupun memenangkan lomba lari sebagai juara pertama dan
disusul Kambing dan Keledai.

sementara Si kuda langsung di hampiri oleh para medis yang terdiri dari si gajah dan si badak.
Si gajah yang sudah hafal benar dengan tabiat buruk si kuda yang suka mengejek binatang lain
sengaja menakut-nakuti si Kuda. "Wah gawat nih, otot kaki kamu kayaknya tidak bisa pulih,
lihatlah !!! ini kaku sekali seperti batang kayu" Mendengar itu si Kuda sangat ketakutan dan
cemas kalau dia tidak akan bisa berlari lagi. "Jangan begitu dong pak Gajah, tolong sembuhkan
sakit di kakiku ini. Apapun permintaanmu akan saya penuhi" Janji si Kuda. "Benarkah???
kamu akan memenuhi permintaan saya kalau kakimu sembuh nanti?" Tanya gajah. "Iya saya
janji, sembuhkan dulu kakiku ini" Jawab si Kuda. Mendengar jawaban si Kuda, gajah lalu
memoleskan ramuan ke kaki si Kuda. dengan di urut sebentar, kaki kuda pun mulai bisa
digerakan dan berkurang rasa sakitnya. Sebenarnya walau kuda tidak berjanji apa-apa pun, si
gajah juga akan menyembuhkan kakinya karena tugasnya sebagai para medis pertandingan.
Namun sekalian menyelam minum air ibarat pepatah, maka kesempatan itu ia gunakan untuk
menyadarkan si Kuda atas tabiat buruknya. "Sekarang kakimu sudah baikan, sekarang aku
ingin meminta sesuatu dari kamu, Kuda". Kata gajah menagih janji. "katakanlah apa yang pak
gajah inginkan dari saya, pasti saya kabulkan." kata Kuda. "Saya hanya minta kamu untuk
belajar merubah sifat kamu yang kurang baik, jangan suka meremehkan binatang lain dan
janganlah sombong pada sesama hewan, itu saja permintaanku padamu". Kuda terdiam dan
merenungi kata-kata si Gajah, "Rupanya selama ini aku telah banyak berbuat kesalahn, telah
berlaku sombong dan jahat pada teman-teman saya. Dan hari ini masih ada yang peduli dan
mau mengingatkan aku atas kesalahan yang selama ini aku lakukan" Kata kuda dalam hati.
Akhirnya ia pun menyadari kesalahannya. dia bersumpah tidak akan melakukan kesalah yang
sama. Kuda yang sombong itu pun segera meminta maaf pada si kancil dan semua teman-
temannya yang pernah dia jahati. Kini si Kuda sudah banyak mempunyai teman, tidak seperti
dulu yang selalu dijauhi karena sifat buruknya. Akhirnya semua hewan di hutan itu pun hidup
dengan rukun dan damai.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah adalah : Hendaknya kita jauhi
sifat sombong dan merasa paling bisa. Dan jangan suka jahil terhadap teman. Orang yang
sombong, jahil dan nakal akan dijauhi teman. Perbuatan sombong adalah perbuatan yang
dibenci Tuhan.

Di sebuah rumah yang besar, tinggalah sekawanan tikus dan seekor kucing. para tikus
mendiami dapur rumah itu. sementara sang kucing tinggal seruangan dengan majikannya.
Karena tikus sering mencuri dan merusak barang-barang di rumah tersebut, maka antara tikus
dan kucing tidak pernah akur. Kucing sangat setia pada majikannya. Kucing sering diperintah
untuk memburu para tikus jika dia melihatnya berkeliaran di rumah tersebut. Sementara para
kawanan tikus terus mencari siasat untuk bisa selamat dari incaran kucing.
Sudah lama sekali tikus-tikus yang tinggal di dapur kekurangan stok makanan. Tiap kali
mereka menampakkan lubang hidungnya dari lubang, selalu ada sang kucing yang melihat dan
mengayunkan cakarnya. Bahkan ketika tikus sudah terlanjur keluar lubang, kucing tidak segan-
segan untuk mengejar mereka. Akhirnya mereka menjadi ketakutan untuk keluar lubang
bahkan untuk mencari makanan.

Keadaan mereka makin memperihatinkan. Mereka makin lemah, perutnya kempis. Kini
mereka dilanda kelaparan. Hal ini membuat Ketua Tikus berfikir dan merencanakan sesuatu
untuk mengatasi situasi tersebut. Suatu malam mereka sepakat untuk melakukan pertemuan
rahasia. Tikus-tikus berembuk, banyak yang diucapkan, tetapi kebanyakan hanya menyalahkan
si Kucing daripada menawarkan pemecahan untuk masalah mereka. Tapi akhirnya, seekor tikus
betina mengusulkan sebuah ide yang cemerlang.

"Pak ketua, bagmana jika kita gantungkan sebuah lonceng di leher kucing jahat
itu!" usulnya, ekornya bergetar saking semangatnya. "Dengan begitu, Kita akan tahu di mana
dia berada, kapan pun itu!" Mereka semua menyorakinya dengan bersemangat, gagasan itu
benar benar cemerlang dan dapat diterima akal. Mereka kemudian bermusyawarah dan
sepakat untuk melakukannya. Tapi ketika keriuhan berhenti, seekor tikus tua berbicara. Dia
lebih tua dari semua tikus lain, semua tikus mendengarkan dengan hormat. "Gagasan itu
benar-benar cemerlang," dia berkata. "Aku bangga ada yang memikirkan ide yang bagus itu."

Kumis si tikus yang mengusulkan ide tersebut bergoyang-goyang senang, tapi dia menggaruk
telinganya kebingungan. "Tetapi siapa yang sukarela mau memasangkan lonceng di leher si
kucing?" Tikus tua melanjutkan bicaranya. Mendadak suasana kembali riuh, mereka saling
berbicara. Mereka saling bertanya kira-kira siapa yang mau memasangkan Lonceng itu di leher
si Kucing. Tikus Tua kembali bicara "Hayo.... apakah diantara kita ada yang berani
memasangnya, atau kita undi untuk menentukan siapa yang harus memasangkannya?".
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Semua tikus terdiam, mereka tampak ketakutan dan
menunjukan rasa tidak setuju dengan ide Tikus Tua. Tak ada satu pun mau menjawabnya!
Mereka langsung berlarian ketakutan masuk ke lubang masing masing. Tinggalah Tikus Tua
yang diam terpaku sesaat, sebelum akhirnya dia pun berlari mengikuti yang lain.

Pesan Moral Dongeng Kisah Tikus dan Lonceng Kucing adalah : Rencana yang baik dan
cemerlang tidak akan berguna jika kita tidak berani untuk berusaha mengerjakannya. Ide yang
gemilang tidak boleh disimpan di dalam kepala tapi harus direalisasikan menjadi kerja nyata
untuk bisa menjadi lebih baik.
Suatu siang yang panas, burung Bangau sedang berjalan mencari makanan di sepanjang aliran
sungai. Sayup-sayup terdengar erangan kesakitan dari balik semak belukar tak jauh dari
tempatnya berdiri. perlahan Burung Bangau mendekati arah suara itu. Alangkah terkejutnya
dia, ternyata ada seekor Serigala sedang merintih sambil memegangi tenggorokannya.

Burung Bangau bingung harus berbuat apa, untuk mendekat dia takut akan dimakan oleh
Serigala tersebut. Dia berfikir sejenak, akhirnya perasaan ibanya pun muncul. "Kasihan Pak
Serigala. Dia tersedak dan sepertinya sedang kesakitan" Pikir burung Bangau. "Tolong!,
tenggorokanku sakit sekali" Srigala ternyata melihat keberadaan burung Bangau di sekitar dia
berada. Ia memohon pada burung bangau berleher panjang yang sedang memperhatikannya.
"Tolong! Sebuah tulang ada di tenggorokanku!" Pintanya memelas. Tetapi si burung bangau
hanya menatapnya dengan curiga. "Tolonglah!" teriak Pak Serigala masih dengan suara
memelas kesakitan. "Kamu pasti dapat hadiah jika kamu mau
mengambilkan tulang dari tenggorokanku!" ucap Serigala itu. Dijanjikan hadiah, si burung
bangau itu lalu memberanikan diri mendekat. Dengan leher dan paruhnya yang panjang, ia
lalu menjulurkannya ke dalam mulut Pak Serigala untuk mengambil tulang yang tertancap.
Dengan paruhnya yang panjang dia kemudian berhasil mengambil sebuah tulang. Tulang itu
tertancap dalam di dalam leher serigala.
Sambil terengah-engah karena kesakitan, Pak Serigala mengambil nafas panjang. "Sudah
baikan sekarang! Tadi itu benar-benar sakit!" kata pak serigala kepada Burung Bangau. "Dan
mana hadiahnya?" burung bangau mengingatkannya, berdiri dengan tidak sabar di atas kakinya
yang panjang. Pak Serigala malah tertawa terbahak bahak. "Burung bodoh!" dia berkata dengan
suara keras. "Kamu sudah dapat hadiahmu! Bukankah sudah merupakan hadiah bagimu bahwa
kepala kamu sudah masuk ke mulut serigala dan bisa keluar lagi dengan selamat?" "Tapi aku
sudah berbuat baik padamu!" burung bangau itu merajuk. "Tidak!" kata Pak Serigala. "Tidak
dikatakan berbuat baik jika kamu melakukannya ingin dapat imbalan!" Akhirnya Burung
Bangau pun pergi dengan rasa kecewa. Dan Serigala hanya memandangnya tanpa rasa
berterimakasih.

Pesan Moral Dongeng Fabel Burung Bangau dan Serigala adalah : Jangan suka ingkar janji
seperti Srigala yang menjanjikan hadiah untuk burung Bangau yang telah menolongnya.
Biasakan berterimakasih kepada siapapun yang telah membantu kita berapapun kecil
pertolongannya. Dan berbuat baiklah tanpa mengharapkan imbalan, jangan seperti Burung
Bangau.

Pada zaman dahulu hiduplah seekor ibu kambing yang tinggal di tepian hutan bersama ketujuh
anaknya. Setiap hari ibu kambing keluar untuk mencari makanan di hutan yang berada disekitar
rumah mereka.

Seperti biasa sebelum keluar ibu kambing akan memberitahu anak anaknya supaya berjaga-
jaga,”Serigala sangat licik dan jahat, jadi apabila kamu mendengar suara dan melihat empat
kuku hitamnya, jangan buka pintu ini.”

Pada suatu hari seekor serigala yang kebetulan sedang menghendap ke arah kandang mereka
berasa begitu gembira apabila melihat ibu kambing telah meninggalkan kadang mereka. Ia pun
mengetuk pintu dengan kuat,”Cepat buka pintu, ini ibu sudah balik!” Tetapi anak anak kambing
berkata,”Ini bukan suara ibu, suara ibu sangat lembut dan halus.”

Serigala tidak putus asa dia mengambil kapur dan memakannya, kononnya untuk melembutkan
suaranya. Hasilnya, suaranya telah menjadi lembut. Kemudian ia pergi mengetuk pintu
kandang kambing.”Cepat buka pintu, ibu sudah balik dan membawa banyak makanan yang
enak untuk kalian” Walaupun suara serigala telah menjadi lembut, tetapi anak-anak kambing
melihat kuku hitam dan tajam itu,lalu berkata,”Kamu bukan ibu kami. Kamu adalah serigala
kerana kamu ada kuku yang hitam lagi tajam.”

Serigala mendapat akal. Dia mengecat kuku hitamnya menjadi menyerupai kuku induk
kambing. Serigala sekali lagi mengetuk pintu kandang kambing. Anak anak kambing melihat
kuku putih itu dan menyangkakan ibu mereka telah balik dan terus membuak pintu. Setelah
anak anak kambing membukakan pintu,serigala terus menerkam dan menelan enam ekor anak
kambing sekaligus. Seekor anak kambing yang selamat sempat bersembunyi di bawah
tumpukan tempat rumput. Setelah kenyang, serigala tertidur di bawah pohon.

Tak begitu lama, ibu kambing pun tiba dirumah, tapi ia tak mendapati anaknya. Ia terus
mencari anak-anaknya. akhirnya Ibu kambing menjumpai anaknya yang bersembunyi di bawah
tempat rumput sedang ketakutan. Anak kambing yang selamat itu memberitahu ibunya apa
yang telah terjadi. Ibu kambing berasa begitu sedih dan berkata,”Serigala sudah kekenyangan,
mesti ia tidak pergi jauh dari sini. Mari kita pergi mencarinya sekarang juga!”

Akhirnya ibu kambing dan anaknya menjumpai serigala yang sedang tidur itu. Ibu kambing
terlihat ada sesuatu yang bergerak di dalam perut serigala dan percaya itu adalah anak anaknya
yang berada dalam perut serigala. Tanpa membuang waktu ibu kambing pun menyuruh
anaknya balik ke rumah mengambil gunting dan jarum.

Dengan hati-hati ibu kambing terus membelah perut serigala dengan gunting dan berhasil
mengeluarkan dan menyelamatkan keenam ekor anaknya. Anak anak kambing tidak
mengalami luka. Ini kerana serigala hanya menelan dan tidak mengunyah mereka. Melihat
anak anaknya masih hidup, ia merasa begitu gembira.

Ibu kambing menyuruh anak anak mencari batu batu untuk diisi ke dalam perut serigala.
Setelah memasukkan batu batu sehingga penuh,ibu kambing menjahit kembali perut serigala.
Tak lama serigala pun terjaga, ia masih kekenyangan dan merasa sangat haus. Serigala berjalan
ke tebing sungai tetapi tidak dapat berjalan cepat kerana perutnya berat. Ia tidak menyadari
bahwa perutnya telah diisi penuh dengan batu.

Karena perutnya terlalu berat, ketika serigala membungkuk untuk meminum air, ia terjatuh ke
dalam sungai dan tenggelam dan tidak dapat menyelamatkan dirinya. Ibu kambing dan anak
anaknya berasa sangat gembira melihat serigala telah mati lemas. Semenjak hari itu mereka
tidak lagi terganggu ketakutan. Hiduplah mereka dengan aman dan damai.

Hikmah dan Pesan Moral : Jangan mudah percaya dengan bujuk


rayu yang manis, dan selalu patuhi segala nasihat orang tua. Karena nasihat orang tua pasti
untuk kebaikan anak-anaknya.

Anda mungkin juga menyukai