Anda di halaman 1dari 8

Scene 1 : 

Siang itu udara sangat panas. Tahun ini kemarau begitu panjang.
Banyak air sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering.
Air kubangan tempat hewan-hewan minum juga sudah mengering.
Beberapa hewan banyak yang mati kehausan.

That afternoon the air was very hot. This year the drought is so
long. A lot of well water, river water and even springs that have dried
up. Pond water where the animals drink also has dried up. Some
animals die of thirst.

 scene 2 :

Tidak jauh dari kubangan air yang sudah mengering ada seekor
kura-kura yang terperosok ke dalam lubang. Lubang itu sangat dalam.
"Sialan, kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura sambil
berusaha merangkak keluar dari lobang. Namun, usahanya selalu gagal.
Setiap kali ia berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir
agar ia bisa keluar dari lobang, tubuhnya selalu terpelanting masuk ke
dasar lobang lagi. "Wah, gawat kalau sampai malam hari aku masih
terjebak di dalam lobang ini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan
bantuan teman-teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah
banyak yang mati kehausan." Akhirnya si kura-kura pasrah. Ia duduk
bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a, mudah-mudahan ada
teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lobang.

Not far from the dry water there was a turtle that fell into the
hole. The hole is very deep. "Damn, why can I get stuck here?" said the
turtle, trying to crawl out of the hole. However, his efforts always fail.
Every time he managed to jump onto a rock as a final support so he
could get out of the hole, his body always slammed into the bottom of
the hole again. "Wow, it's bad that until night I was still trapped in this
hole," thought the turtle. "If you expect help from friends, it's
impossible. Don't they have a lot of thirsty deaths." Finally the tortoise
resigned. He sat leaning on the edge of the hole while praying,
hopefully a friend came to help remove him from the hole.

Scene 3 :
           Dan tidak berapa lama, ada seekor gajah lewat dekat lobang. Dia
menoleh ke kiri dan kekanan. Sepertinya si gajah sedang mencari
sesuatu. Namun betapa terkejutnya, ketika dia melongok ke dalam
lobang ternyata ada seekor kura-kura sedang mengais-ngais tanah yang
nampak berair. "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura berada di
dalam lobang? Apa yang dikerjakannya di dalam lobang?" Kemudian si
Gajah berusaha menyapa temannya itu.

And for a long time, there was an elephant passing by a hole. He


turned left and right. Looks like the elephant is looking for something.
But how shocked, when he looked into the hole there was a turtle
scavenging for the watery ground. "Strange," thought the Elephant.
"Why is the tortoise in a hole? What does it do in a hole?" Then the
Elephant tried to greet his friend.

Scene 4 :
         "Assalamualaikum. kura-kura," kata si Gajah. "Kenapa kamu ada di
situ?" Si kura-kura sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah.
Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan kesedihannya karena tidak
bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura menggali tanah, lalu
membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri. 

"Assalamualaikum. turtle, "said the Elephant." Why are you


there? "The turtle actually knew the arrival of the Elephant. However,
he tried to hide his sadness because he could not get out of the hole. He
pretended to dig the ground, then wet the soil with its own urine.

Scene 5 :
         "Wa'alaikumussalam, Gajah," jawab si kura-kura. "Aku lagi sibuk,
nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura menggali tanah di
sekitarnya.
          Si Gajah terus memperhatikan aktifitas si kura-kura.
         "Iya, kamu lagi ngapain di dalam sana?"
         Si kura-kura merasa senang sebab si gajah mulai penasaran
dengan aktifitasnya. Ia berpikir keras agar dirinya bisa keluar dari
lobang.
         "Begini, Gajah," kata si kura-kura. "Aku ada di dalam lobang untuk
menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak teman kita yang mati
kehausan. Aku berpikir bahwa hanya dengan menggali sumur inilah
salah satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-teman kita dari
bencana kekeringan."

"Wa'alaikumussalam, Gajah," replied the turtle. "I'm busy, bro."


continued the turtle while continuing to pretend to dig the soil around
it.
The Elephant keeps watching the turtle's activities.          

"What are you doing in there?"          

The turtle feels happy because the elephant starts to be curious


about his activities. He thought hard so he could get out of the hole.
"Look, elephant," said the turtle. "I was in a hole to dig a well. I pity to
see many of our friends die of thirst. I think that just digging a well is
one way to save our friends from drought."

Scene 6 :
         "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya. Lalu,
mana mungkin di lobang ini ada airnya?" tanya si Gajah.
         "Eitssss...jangan bilang begitu, teman," kata si kura-kura mulai
menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat tanah
yang kuinjak sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah
menemukan sumber mata air. Sepertinya jumlah air di dalamnya cukup
banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki cadangan air yang
banyak. Cihuiyyyyy....." lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi
kegirangan.

"But ... isn't the source of our water coming out of the water.
Then, where is it possible in this pit there is water?" asked the Elephant.
"Eitssss ... don't say that, friend," said the turtle, starting to devise a
trick to fool the elephant. "Don't you see the land that I step on now is
getting wet. That means, I have found a spring. It seems like the
amount of water in it is quite a lot. And soon I will have a lot of water.
Cihuiyyyyy ..." the turtle while dancing and singing joyfully.
Scene 7 :
         Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si
kura-kura hanyalah pura-pura saja.
         "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber
air tersebut?"
         "Hai..hai..hai...apa maksudmu, gajah?"
         "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air
itu...asalkan aku nanti mendapat jatah air juga."
         Si kura-kura pura-pura berpikir. Dia berjalan mondar-mandir
sambil mengangguk-anggukan kelapa. Kemudian ia berteriak dan
menyetujui usulan si Gajah.
         "Okeylah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata
air itu ada di bawah batu yang kuinjak ini.  Aku hanya perlu sedikit air
agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya kamu khan menyimpan
cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk
menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber
mata air akan terbuka dan kita bisa memiliki banyak cadangan air."
       
The elephant apparently didn't realize that what the tortoise
was doing was just pretending.
         "Hoi, turtles. Can we work together to get the water source?"
         "Hi..hai..hai ... what do you mean, elephant?"
         "Hemmm ... I want to help you get the spring out ... as long as I
get a water allot later."
         The turtle pretended to think. He walked back and forth with a
nod of coconut. Then he shouted and agreed to the Elephant's proposal.
         "Okay, elephant," said the turtle. "Look, friend, the source of the
spring is below the stone I stepped on. I only need a little water so this
stone can sink. Well, you usually keep a reserve of water in your mouth.
Can you remove the water to sink the stone? ... if the rock is released,
the source of the spring will open and we can have a lot of water
reserves. "

Scene 8 :

Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana si kura-kura. Dia 


keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya.
Sebab cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya.
        "Tapi....benarkah di dalam sana ada sumber air? Kalau tidak ada
bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah.
        "Wah ...kamu kok jadi ragu begitu? Ya sudahlah...tidak usah
bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki sendiri saja..."
         Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura
maka cadangan air untuk anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata
sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan kehausan karena
tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-
kura maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan
memberikan jatah airnya. Dan ia harus berjalan jauh untuk
mendapatkan air minum.

Actually the Elephant began to doubt the plan of the turtle. He


objected to having to remove water from his mouth. Because the water
reserves will be given to their children.
        "But ... is there really a source of water in there? If there isn't
anything, tortoise?" asked the elephant.
        "Wow ... why are you so doubtful? Yes, never mind ... don't have
to work with me. Let me have this water source alone ..."
         The elephant is getting confused. If he approves the tortoise's
plan, the water reserves for his children will disappear. If it turns out
that there is no water source, the children will be thirsty because they
do not get drinking water. However, if he refused the turtle's plan then
he would suffer more because the turtle would not give the water. And
he had to walk far to get drinking water.

Scene 9 :
        "yasudah...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si
gajah. Lalu dia menyemprotkan cadangan air minumnya ke dalam
lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....
         Si kura-kura merasa senang, sebab rencananya berhasil. Air yang
disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air telah mencapai
permukaan batu, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang menuju
permukaan batu. Lalu, dengan sekali lompatan ia telah berhasil keluar
dari dalam lobang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah ia berlari
sekencang-kencangnya untuk melarikan diri.
         Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air.
Rupanya ia sadar bahwa  si kura-kura telah menipu dirinya. Si kura-kura
telah mendustainya.Si kura-kura telah membohonginya.

"Yea ... I agree with your plan, turtle," said the elephant. Then he
sprayed his drinking water into a hole. Shrrrrrttttttttt ...          

The turtle was happy, because the plan was successful. The water
sprayed by the elephant is quite a lot. When the water has reached the
surface of the rock, the tortoise suddenly swims to the surface of the
rock. Then, with a jump he managed to get out of the hole. Then,
without paying attention to the elephant he ran as fast as he could to
escape.          
The Elephant was shocked. He immediately stopped spraying
water. Apparently he realized that the tortoise had deceived himself.
The tortoise has deceived him. The tortoise has lied to him.

Scene 10 :
         "Hoi....mau lari kemana kau penipu !!!" teriak si gajah sambil
mengejar si kura-kura yang telah menghilang di tumpukan bebatuan.
Dia terus berusaha mencari  ke sana kemari, namun si kura-kura telah
menghilang.
         Si gajah akhirnya pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar
telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak menghambur-hamburkan
air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak mudah
tertipu dengan menghambur-hamburkan air minum yang tidak ada
manfaatnya. Di saat musim kemarau, setetes air nilainya lebih tinggi
daripada nilai segumpal emas.

"Hoi ... want to run where are you cheating !!!" the elephant
shouted while chasing the turtle that had disappeared in a pile of rocks.
He kept trying to look here and there, but the tortoise had disappeared.
The elephant finally came home, holding back disappointment. He
realized he had been deceived by the tortoise. He should not waste
drinking water when the dry season comes. He should not be easily
fooled by squandering drinking water which has no benefit. During the
dry season, a drop of water is higher than the value of a lump of gold.

Anda mungkin juga menyukai