Anda di halaman 1dari 94

DAFTAR ISI

Albert Si Elang Laut – Anonim


Anak Burung Bangau Dan Seekor Ketam – Anonim
Anak Kambing Dan Serigala – Aesop
Anak Kerang – Anonim
Anak Laki-Laki Dan Katak - Aesop
Anak Penggembala Dan Serigala - Aesop
Anak Penggembala Dan Serigala - Aesop
Anak Tiga Sekawan - Anonim
Anak-Anak Dan Katak Di Kolam - Aesop
Androcles Dan Seekor Singa - Joseph Jacobs
Angsa Bertelur Emas - Anonim
Angsa Bertelur Emas - Aesop
Angsa Dan Telur Emas - Aesop
Anjing Dan Bayangannya - Aesop
Anjing Dan Bayangannya - Aesop
Anjing Dan Tiram - Aesop
Anjing Di Dalam Kandang Kerbau- Aesop
Anjing Laut Yang Cerdik - Anonim
Anjing Yang Nakal - Aesop
Arti Sebuah Persahabatan - Anonim
Ayam Jago Baru - Anonim
Ayam Jantan Yang Cerdik Dan Rubah Yang Licik - Aesop
Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang - Aesop
Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang - Aesop
Babi Hutan Dan Rubah - Aesop
Balas Budi Burung Bangau - Anonim
Bangau Dan Rubah Makan Bersama - Aesop
Banteng Yang Berkelahi Dan Katak Di Rawa-rawa - Aesop
Belalang Dan Semut - Aesop
Beruang Dan Lebah - Aesop
Buaya Ajaib - Anonim
Buaya Yang Tidak Jujur - Anonim
Burung Bangau Yang Angkuh - Aesop
Burung Elang Dan Burung Gagak- Aesop
Burung Elang Dan Burung Gagak- Aesop
Burung Gagak Dan Sebuah Kendi-
Burung Gagak Dan Sebuah Kendi- Aesop
Burung Gagak Yang Haus - Anonim
Burung Hantu Dan Belalang – Aesop
Burung Hantu Dan Belalang – Aesop
Burung Lark Yang Bersarang Di Ladang Gandum – Aesop
Burung Merak Yang Angkuh Dan Bangau – Aesop
Burung Pipit Dan Anaknya – Aesop
Burung Pipit Dan Anaknya – Aesop
Cerita Anak Kera Dan Ayam – Anonim
Cincin Di Dalam Perut Ikan - Joseph Jacobs
Cindelara Dan Ayam Sakti – Anonim
Dewan Para Kucing – Aesop
Dongeng Binatang Kelinci Yang Sombong Dan Kura-Kura –
Anonim
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=358
Anak Burung Bangau Dan Seekor Ketam
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah danau indah
berair jernih dan ditumbuhi pohon-pohon teratai yang
senantiasa berbunga sepanjang masa. Di sekeliling danau itu
pun tidak kalah indahnya karena ditumbuhi oleh pohon-pohon
rindang yang berjejer rapi. Suasana seperti ini tentu saja
menarik perhatikan makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Salah satu diantaranya adalah burung bangau yang selalu
selalu datang ke tepian danau untuk menangkap ikan-ikan
kecil, ketam atau katak.
Seiring dengan berlalunya waktu, usia Sang Burung pun
semakin tua dan fisiknya semakin melemah. Dia tidak segesit
dulu lagi dalam menangkap buruannya, baik ikan, ketam
ataupun katak. Bahkan, sering ia tidak memperoleh satu pun
hasil buruan, sehingga seharian tidak makan.
“Kalau begini terus, aku bisa mati kelaparan. Aku harus
mencari cara agar memperoleh makanan dengan mudah,” pikir
Sang Burung Bangau.
Setelah berpikir agak lama akhirnya ia menemukan suatu ide
dengan berpura-pura termenung di tepi danau seakan tidak
bergairah untuk mencari mangsa. Tujuannya adalah agar para
penghuni danau menjadi bingung dan menghampiri untuk
menanyakan keadaannya.
Ternyata siasat Sang Bangau berhasil. Tidak berapa lama dia
duduk termenung, dari arah kejauhan datanglah seekor katak.
Setelah agak dekat Si Katak berkata, “Hai Bangau, mengapa
engkau hanya duduk termenung dan terlihat murung?”
Dengan cerdik Sang Bangau menjawab, “Aku sedang
memikirkan nasib kita yang menghuni danau ini.”
“Ada apa dengan nasib kita? Setahuku, dari dulu hingga
sekarang para penghuni di danau ini baik-baik saja,” kata Si
Katak.
“Engkau yang hanya tinggal di air tentu saja tidak tahu. Aku
yang selalu terbang ke mana-mana sering sekali mendengar
manusia sedang berbincang tentang bencana kekeringan yang
akan menimpa kawasan ini dalam beberapa bulan mendatang.
Tanda-tandanya dapat engkau lihat sendiri kan? Akhir-akhir ini
hari semakin panas dan hujan pun sudah lama tidak turun. Aku
khawatir danau ini akhirnya mengering dan semua penghuni di
dalamnya akan mati,” kata Sang Bangau panjang lebar.
Mendengar penjelasan Sang Bangau tadi Si Katak hanya
mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda persetujuan.
Dan setelah berpamitan, tanpa membuang waktu lagi Si Katak
langsung melompat ke dalam danau untuk memberitahukan
kepada teman-temannya.
Singkat cerita, berita ancaman kekeringan karangan Sang
Bangau tersebar cepat sekali ke seluruh penjuru danau.
Sebagian besar penghuninya menjadi resah dan gelisah.
Mereka lalu mendatangi Sang Bangau untuk meminta
penjelasan akan kebenaran berita tersebut.
Setelah berhadapan langsung dengan Sang Bangau, salah
satu diantara mereka, Ikan Haruan, memberanikan diri untuk
bertanya, “Apakah betul apa yang engkau katakan pada Si
Katak mengenai bencana kekeringan yang akan melanda
danau ini, hai Sang Bangau?”
“Yang aku dengar dari pembicaraan para manusia memang
begitu adanya,” jawab Sang Bangau.
“Apakah engkau dapat membantu kami mengatasi masalah
ini?” tanya yang lain.
“Sebenarnya ada satu cara untuk mengatasinya, tetapi aku
khawatir kalian semua tidak akan setuju,” jawab Sang Bangau
bersiasat.
“Cara apakah itu?” tanya Ikan Haruan dengan tidak sabar.
“Tidak jauh dari sini ada sebuah danau lagi yang sangat besar.
Danau itu adalah tempat bermuaranya beberapa sungai besar
sehingga akan selalu ada airnya walau berbulan-bulan tidak
turun hujan. Apabila kalian dapat berpindah ke danau itu,
niscaya masalah kekeringan tidak akan lagi terlintas dalam
pikiran,” kata Sang Bangau berbohong.
“Lalu, bagaimana caranya agar kami semua dapat pindah ke
danau itu?” tanya beberapa ikan yang lain.
“Tidak ada jalan yang menghubungkan danau ini dengan
danau yang aku ceritakan tadi. Satu-satunya cara hanyalah
dengan membawa kalian terbang bersamaku. Tetapi karena
kemampuanku yang terbatas, aku hanya dapat mengangkut
kalian satu persatu. Itu pun kalau kalian percaya padaku.
Bagaimana?” Sang Bangau balik bertanya.
Suasana seketika menjadi hening sejenak. Para ikan, ketam
dan katak berada pada suatu dilema yang sulit untuk
dipecahkan. Di satu sisi mereka merasa harus segera pindah
ke danau lain agar tidak mati ketika danau menjadi kering.
Namun di sisi yang lain, untuk dapat pindah tersebut mau tidak
mau harus ikut Sang Bangau yang notabene adalah predator
yang biasa memakan hewan-hewan sejenis mereka.
“Bagaimana?” tanya Sang Bangau sekali lagi.
Karena lebih takut mati apabila terjadi kekeringan, tanpa
berpikir panjang lagi mereka pun setuju dengan saran Sang
Bangau. Satu per satu mereka diangkut menuju danau hasil
imajinasi Sang Bangau. Namun saat sampai di sebuah batu
besar ikan yang dibawa dihempaskan hingga mati kemudian
dimakannya. Selesai memakan satu ikan ia kembali lagi untuk
“mengangkut” ikan yang lainnya. Begitu seterusnya hingga tiba
giliran si ketam atau kepiting.
Tidak seperti ikan yang diangkut oleh Bangau menggunakan
paruhnya, ketam lebih memilih menggunakan sapitnya sendiri
untuk bergantung pada leher Bangau. Saat mereka terbang
mendekati batu besar, Sang Ketam melihat banyak sekali
tulang ikan berserakan. Sontak saja dia menjadi cemas dan
langsung berprasangka bahwa itu adalah ulang Sang Bangau.
Sang Ketam langsung memutar otak agar dapat meloloskan
diri dari Sang Bangau.
Sambil berpegangan erat pada leher Bangau, Ketam berkata,
“Di manakah letak danau itu?”
Bangau pun tergelak dengan terbahak-bahak lalu berkata,
“Danau itu hanya khayalanku saja. Yang nyata, sekarang
engkau akan menjadi makananku yang paling lezat!”
Dengan perasaan geram dan marah Sang Ketam langsung
menjepit dengan lebih kuat lagi sehingga Sang Bangau sukar
untuk bernapas. Sambil tersengal-sengal dan terbang semakin
rendah ia memohon pada Sang Ketam agar mengendurkan
jepitannya dan berjanji akan menghantarkannya pulang.
Namun Sang Ketam tidak mempedulikannya dan bahkan
semakin memperkuat jepitan sapitnya hingga leher Bangau
akhirnya putus dan mati saat itu juga. Setelah mati, kepala
Sang Bangau diseret oleh Ketam menuju danau untuk
diperlihatkan kepada seluruh penghuni danau.
Sesampainya di danau, para penghuni yang telah mengantri
menunggu giliran diangkut menjadi kaget dan sekaligus marah
pada Sang Ketam. Mereka mengira kalau Ketam bermaksud
ingin membinasakan mereka semua dengan cara menghabisi
sang transporter yang akan mengantarkan ke danau “imipian”.
Namun, setelah Sang Ketam menceritakan secara detil seluruh
kejadian yang dialaminya bersama Sang Bangau, para
penghuni danau menjadi maklum. Mereka bahkan
mengucapkan terima kasih kepasa Sang Ketam karena telah
diselamatkan dari ancaman maut Sang Bangau.
Semoga cerita anak ini dapat bermanfaat. Baca juga cerita:
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=357
Anjing Dan Rusa
Pengarang: Anonim
Kategori: Cerita Rakyat
Konon kata yang empunya cerita, dahulu kala binatang rusa
tak mempunyai tanduk. Justru anjinglah yang mempunyai
tanduk panjang dan bercabang-cabang. Bermula dari cerita
inilah kemudian rusa mempunyai tanduk panjang.
Pada suatu ketika, musim panas berkepanjangan tiba, hampir
semua sungai kering tak berair. Semua hewan kehausan dan
kelaparan karena rumput dan tanaman tidak tumbuh lagi.
Hal ini juga dialami oleh sepasang rusa yang pergi mencari air
dengan menyusuri bukit, lereng-lereng gunung, sehingga
akhirnya mereka menemukan sebuah sungai yang masih ada
airnya. Banyak pula hewan-hewan lain yang telah berada di
situ.
“Sudah lama sekali kita mengembara ke sana ke mari, baru
sekarang kita menemukan air di sini. Lihat, sudah banyak
binatang lain yang berkumpul.”, kata rusa jantan kepada
istrinya.
Rusa betina memalingkan wajahnya ke segala penjuru.
“Memang tempat ini sudah ramai dikunjungi oleh binatang
lainnya”, kata rusa betina.
Sepasang rusa itu kemudian turun ke sungai. Tiba-tiba rusa
betina menggamit punggung suaminya seraya berkata, “Coba
lihat ke sana! Siapa gerangan yang sedang kemari. Sungguh
tampan ia, tanduknya sangat indah dan menarik. Wah,
sungguh gagah sekali tampaknya.”
Si rusa jantan menoleh, memperhatikan pendatang baru yang
sedang menuruni bukit menuju sungai.
“Yang kemari itu adalah anjing. Dia sahabatku namun sudah
lama kami tak jumpa,” kata rusa jantan.

Ketika si anjing telah tiba di pinggir sungai, ia melihat rusa dan


istrinya.

“Hai, Rusa! Mengapa engkau juga berada di sini?” tegur si


anjing kepada sahabatnya.

“Ya, tak usah heran. Bukankah sekarang ini air sangat sulit
diperoleh, makanan pun tak ada. Airlah yang membuat kita
begini, pergi berkeliaran ke sana ke mari hingga ketemu di
tempat ini”, kata rusa jantan.
Kemudian mereka turun ke sungai untuk minum melepas
dahaga. Setelah minum, mereka berpencar kembali.
“Mana si anjing itu tadi?” Tanya rusa betina kepada suaminya.
“Oh, itu di sana! Di bawah pohon sedang beristirahat. Mungkin
ia masih kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh”, sahut
rusa jantan.
“Kalau begitu, marilah kita juga beristirahat di sana bersama
dengan dia”, ajak si rusa betina.

“Ah, kamu ini!•

“Hei!”, tegur si Rusa jantan

“Kenapa kau selalu memandangi si Anjing? Sedang aku tak


lagi kau perhatikan?” tanya rusa jantan dengan jengkel.
“Tentu saja. Aku sangat mengagumi tanduk si Anjing itu,
sungguh tak terkatakan indahnya. Oh,?. Sungguh bagus
sekali”, jawab rusa betina dengan memuji-muji tanduk si anjing.
“Apakah ia lebih gagah dariku?” tanya si rusa jantan pada
istrinya.

“Yah, tentu saja tidak. Tetapi yang jelas tanduknya sangat


bagus. Sekiranya engkau bertanduk seperti dia, pasti kau akan
jauh lebih gagah daripada si Anjing” jawab rusa betina
Rusa jantan terdiam sejenak. Ia berusaha mencari akal.

“Lebih baik begini,” katanya sesaat kemudian. Kalau kau mau


lihat aku bertanduk, nanti aku akan meminjam tanduk si Anjing.
Aku akan kesana dulu untuk menyiasatinya.”

Rusa jantan itu nampaknya termakan oleh rayuan istrinya. Ia


segera menemui si anjing.

“Hei saudara Anjing. Istriku ingin sekali melihat kita berlomba


lari,” kata Rusa jantan berbohong.

Si Anjing yang tak ingin mengecewakan sahabatnya


menyetujui usul itu. Mereka kemudian pergi ke tepi padang
rumput untuk berlomba.

“Apabila saya sudah berdiri dan mengangkat kakiku, maka


mulailah kalian berdua lari”, rusa betina memberi aba-aba.
Rusa jantan dan anjing itu kemudian berlomba lari, dan
ternyata anjing dapat dikalahkan oleh si Rusa. Si Anjing
menjadi kecewa karena kekalahannya itu. Sang Rusa jantan
pun segera menghibur sambil menyiasatinya.

“Begini saudara Anjing. Engkau tadi dapat kukalahkan karena


engkau memakai tanduk sehingga larimu lambat. Nah, supaya
adil bagaimana kalau aku sekarang yang memakai tanduk itu.
Kemudian kita berlomba lari lagi.”
Sang Anjing segera menyetujui lagi usul sahabatnya tanpa
curiga. Ia segera melepaskan tanduknya dan memberikannya
kepada si rusa jantan. Kemudian rusa jantan memakai tanduk
si anjing yang besar dan bercabang-cabang indah itu.
Segera mereka berlomba lagi. Ketika rusa jantan melihat si
Anjing berlari sekencang-kencangnya di depan, ia pun berlari
tetapi membelok ke arah lain menjauh dari si Anjing.
Sedangkan si Anjing terus berlari dan berlari. Karena merasa
akan menang, ia menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya
ketika dilihat si rusa tak ada di belakangnya.
Sadar merasa ditipu, si anjing berlari kembali memburu si rusa
dengan marah. Akan tetapi, karena si rusa lebih gesit dan
lincah, si anjing tak mampu menyusulnya. Dan akhirnya,
tanduk si anjing dibawa lari oleh si rusa.
Itulah sebabnya hingga sekarang, bila anjing melihat rusa pasti
segera mengejarnya, karena ingin mengambil kembali
tanduknya yang dipinjam si rusa. Hingga saat ini binatang rusa
jantan memiliki tanduk yang indah dan kokoh, membuat si rusa
tampak lebih gagah.
Demikianlah dogeng yang berbentuk fabel dari Sulawesi
Selatan ini. Hikmah yang dapat kita petik dari cerita ini
janganlah mudah percaya dengan kata-kata dari mulut yang
manis, sehingga kita akan cepat terbujuk untuk melakukan
perbuatan yang akhirnya akan merugikan diri sendiri atau
orang lain.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=356
Dongeng Binatang Semut Dan Belalang
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada suatu siang di akhir musim gugur, sebuah keluarga
semut yang telah bekerja keras mengumpulkan makanan
sepanjang musim panas, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan. Saat itu seekor
belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya
datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu
memberikan sedikit makan untuk dirinya.
“Apa!” teriak sang Semut dengan terkejut. “Tidakkah kamu
telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim
dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu
lakukan sepanjang musim panas?”
“Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,”
keluh sang Belalang. “Saya sangat sibuk membuat lagu, dan
sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu.”
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena
menahan marah.

“Membuat lagu katamu ya?” kata sang Semut, “Baiklah,


sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada
musim panas, sekarang saatnya kamu menari!”
Kemudian semut-semut pun membalikkan badan dan
melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang
Belalang lagi.

Semoga cerita anak ini dapat bermanfaat. Baca juga cerita:


http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=443
Anak Kambing Dan Serigala
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan
oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk
menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu
mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor
serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang
penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh
kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun
pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi
karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke
atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk
mengejek.
Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya
mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak
mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan
ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara
dan bukan kamu."
Pesan Moral: Janganlah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginanmu secara terus menerus
Semoga cerita anak ini dapat bermanfaat. Baca juga cerita:
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=378
Anak Kerang
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan
mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki
tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu
sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada
kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa
menolongmu.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi
terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan
terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu
dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah
perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan
sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya,
tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah
kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia
bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya
sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama
makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin
lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa
lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara
besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk
dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara,
air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini,
sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada
sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang
rebus di pinggir jalan.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=226
Anak Laki-Laki Dan Katak
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Suatu hari, beberapa anak laki-laki sedang bermain di tepi
sebuah kolam yang ditinggali oleh para katak. Anak-anak itu
menghibur diri dengan melemparkan batu-batu ke
kolam sehingga membuat katak-katak itu ketakutan dan
melompat kesana-kemari di dalam air untuk menghindari
lemparan batu itu.
Batu-batu itu terbang dan menghujani kolam dengan cepat dan
para pemuda itu merasa sangat senang, tetapi katak-katak
yang malang yang ada di kolam itu gemetar ketakutan.
Akhirnya salah satu dari katak-katak itu, yang tertua dan yang
paling berani, menongolkan kepalanya ke permukaan air, dan
berkata, “Tolong, hentikan permainan kejam kalian! Walaupun
itu asyik bagi kalian, tapi berarti kematian bagi kami!”?
HIKMAH : Dalam hidup ini, selalu berpikir apakah kesenangan
Anda bisa menyebabkan penderitaan bagi orang lain.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=54
Anak Penggembala Dan Serigala
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik
tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari
kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah
peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara
bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat
hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila
dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan
berbagai macam rencana.
Anak Penggembala dan SerigalaTuannya pernah berkata
bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan
dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-
orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala
itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura
melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya
datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang
walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura
lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya,
"Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang
mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan
mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk
membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak
gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu
orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak,
"Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang
berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak
gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor
serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang
digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah
kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun
orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka
tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu
kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak
domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu
berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat
itu mereka berkata benar.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=440
Anak Penggembala Dan Serigala
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik
tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari
kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah
peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara
bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat
hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila
dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan
berbagai macam rencana.
Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala
menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak
memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang
membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa
lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak
memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya.
Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor
serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan
berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang
mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan
mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk
membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak
gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu
orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak,
"Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang
berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak
gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor
serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang
digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah
kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun
orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka
tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu
kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak
domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu
berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pesan Moral: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi,
walaupun saat itu mereka berkata benar.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=355
Anak Tiga Sekawan
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang
anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan
pekerjaannya.Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau
bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak
seperti kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu
Babi berkata kepada anak-anaknya, “Karena kalian sudah
dewasa, kalian harus hidup mandiri dan buatlah rumah masing-
masing”. Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan
didirikannya.
Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari
jerami. Si bungsu berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan
hancur bila ada angin atau hujan”. “Oh iya ya! Kalau begitu aku
akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada
angin”, kata si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali
berkata, “kalau rumah kayu walau tahan angin tetapi akan
hancur jika dipukul”. Si kakak menjadi marah, “Kau sendiri
lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah
sore serigala akan datang.” Si bungsu bertekad akan membuat
rumah dari batu-bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin
atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan
purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu
mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke rumah ibu
Babi. “Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan
mengolah ladang sendiri”, ujar Ibu Babi. Kedua kakak si
bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape!,” gerutu mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka.
Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor serigala membuntuti
mereka. “Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah
jerami itu”, kata serigala. Ketika sampai di depan pintu si
sulung ia langsung menendang pintu. “Buka pintu!” teriaknya.
Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi
serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami itu
sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang
terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala
langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala
mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan
karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat
tenaga menuju rumah si bungsu. “Cepat kunci pintunya!, nanti
kita dimakan”, kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir,
rumahku tidak akan goyah”, kata si bungsu sambil tertawa.
Ketika serigal sampai, ia langsung menendang, mendobrak
berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan.
Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang.
Sejak saat itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang
serigala tidak pernah datang lagi.
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel.
Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi langsung
naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak dapat
memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si
bungsu berpikir, lalu ia berteriak, “Serigala, kaupasti lapar.
Apakah kau mau apel?”, si bungsu segera melempar sebuah
apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung mengejar apel
yang menggelinding. “Sekarang ayo kita lari!”. Akhirnya mereka
semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si
bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala
memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu
berteriak, “Cepat nyalakan api di tungku pemanas!”. Si sulung
menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air
panas.
Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak
tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan
diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang mendidih.
“Waa!”, serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya
luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan
baik, dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si
tengah sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu
babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan
rukun dan damai.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=424
Anak-Anak Dan Katak Di Kolam
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu hari, beberapa orang anak laki-laki bermain-main di
pinggiran sebuah kolam di mana pada kolam tersebut hiduplah
beberapa keluarga katak. Anak laki-laki tersebut bermain-main
dengan cara melemparkan batu-batu ke atas permukaan
kolam.
Batu-batu yang beterbangan dengan cepat di atas permukaan
kolam membuat anak-anak tersebut tertawa terbahak-bahak;
sedangkan katak-katak yang menghuni kolam tersebut gemetar
ketakutan.
Lalu seekor katak yang paling tua dan paling berani,
mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan berkata, "Oh,
anak-anak, mohon hentikanlah permainan kalian! walaupun
permainan kalian merupakan hiburan bagi kalian, permainan itu
bisa menyebabkan kematian bagi kami!"
Pesan moral: Pertimbangkan dengan baik sebelum melakukan
sesuatu, apakah yang anda anggap sebagai hiburan, tidak
akan menyebabkan orang lain menderita.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=425
Androcles Dan Seekor Singa
Pengarang: Joseph Jacobs
Kategori: Fabel
Dahulu kala di Kota Roma, hiduplah seorang budak bernama
Androcles yang melarikan diri dari majikannya dan
menyembunyikan diri di dalam hutan. Dia berjalan tak tentu
arah di hutan tersebut cukup lama, hingga dia merasa
kelelahan dan kelaparan serta mulai berputus asa.
Sesaat kemudian, dia mendengar suara seekor singa di
dekatnya yang mengaum dengan keras. Androcles yang
kelelahan, bangkit dan bergegas untuk pergi karena rasa
takutnya kepada singa, tetapi saat dia berjalan menembus
semak-semak dia tersandung pada akar pohon dan terjatuh.
Ketika dia mencoba untuk bangkit kembali, dia melihat seekor
singa yang sangat besar datang ke arahnya, berjalan
terpincang-pincang dengan tiga kakinya sambil mengangkat
satu kakinya ke depan.
Androcles yang malang menjadi putus asa karena dia tidak
memiliki kekuatan lagi untuk bangkit dan melarikan diri pada
saat sang singa besar berjalan menuju ke arahnya. Ketika
hewan besar itu tiba di depannya, Androcles ketakutan
setengah mati. Akan tetapi singa tersebut tidak menyerangnya,
dan hanya mengeluh serta mendesah sambil menatap
Androcles.
Androcles pun melihat bahwa kaki kanan yang dijulurkan oleh
sang Singa, berlumuran darah dan bengkak. Androcles
mencoba melihat lebih dekat, dan saat itu dia melihat sebuah
duri besar tertusuk pada kaki kanan sang Singa.
Androcles mengumpulkan keberanian dan menarik keluar duri
yang menusuk cakar singa, yang saat itu langsung meraung
dengan keras karena kesakitan. Tetapi tidak lama setelah itu,
sepertinya sang Singa menjadi lebih lega dan tenang, bahkan
sang Singa pun menggosok-gosokkan kepala dan badannya ke
Androcles sebagai tanda kasih sayang dan terima kasih.
Apa yang ditakutkan oleh Androcles menjadi sirna, sang Singa
bukan hanya tidak memangsa dirinya, tetapi dalam waktu tidak
berapa lama, singa tersebut pergi dan kembali sambil
membawa rusa muda yang berhasil ditangkapnya ke hadapan
Androcles, sehingga Androcles bisa mendapatkan makanan di
saat itu.
Untuk beberapa waktu, sang Singa terus membawa hewan
hutan yang dimangsanya untuk Androcles yang semakin hari
semakin akrab dengan hewan besar tersebut. Namun suatu
hari, sejumlah prajurit memasuki hutan dan menemukan
Androcles. Ketika itu, dia ia tidak dapat menjelaskan apa yang
dia perbuat di dalam hutan. Para prajurit tersebut menahan
Androcles, dan membawanya kembali ke kota di mana dia
melarikan diri. Di sanalah tuannya mengenali dia dan
membawanya ke depan pihak berwenang. Dia pun dijatuhi
hukuman mati karena telah melarikan diri dari majikannya.
Pada zaman tersebut, telah menjadi kebiasaan bagi bangsa
Roma untuk memasukkan tahanan yang akan dihukum mati,
seperti para pembunuh dan penjahat lainnya, ke dalam suatu
arena besar bersama dengan seekor singa, sehingga di saat
para penjahat menerima hukuman matinya di arena,
masyarakat bisa menonton pertarungan antara mereka dan
binatang buas tersebut.
Androcles juga dijatuhi hukuman mati, dan akan tempatkan di
arena tarung beserta seekor singa. Pada hari yang telah
ditentukan, dia pun ditempatkan di arena sendirian dan hanya
berbekal tombak untuk melindungi dirinya dari dari serangan
singa yang buas. Kaisar yang berada di barisan kursi untuk
kalangan istana, memberikan sinyal untuk melepaskan singa
dan memulai pertarungan.
Saat sang Singa keluar dari kandangnya dan mendekati
Androcles, apa yang terjadi? Bukannya sang Singa melompat
ke atasnya untuk menerkam, tetapi sang Singa malah
menunjukkan sikap hormat kepadanya, menggosok-gosokkan
kepalanya pada Androcles yang dengan segera membelai
kepala sang Singa. Ternyata singa tersebut adalah singa yang
pernah bertemu dengan Androcles di dalam hutan.
Kaisar yang terkejut melihat perilaku aneh dari sang Singa,
memanggil Androcles untuk datang kepadanya dan bertanya
bagaimana hal itu bisa terjadi, sehingga singa yang terkenal
ganas, menjadi jinak di hadapan Androcles.
Androcles pun menceritakan semua yang telah terjadi
terhadapnya kepada sang Kaisar, dan bagaimana singa itu
menunjukkan rasa terima kasihnya setelah dia mencabut duri
yang menusuk di telapak kakinya.
Sang Kaisar pun mengampuni Androcles dan memerintahkan
majikan Androcles untuk membebaskan Androcles dari
perbudakan, sementara sang Singa pun dibawa kembali ke
hutan untuk dilepaskan sehingga sang Singa bisa menikmati
kebebasannya kembali.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=416
Angsa Bertelur Emas
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Orang orang berkerumun di depan toko penjual telur di sebuah
pasar di desa. Yang berada di luar ingin maju masuk ke dalam,
sedangkan yang di dalam ingin lebih dekat lagi ke depan meja.
Mereka datang dari seluruh penjuru negeri karena mendengar
ada seekor angsa yang bertelur emas, mereka ingin melihatnya
dengan mata kepala sendiri. Dan akhirnya, di depan mereka
semua, hal ajaib itu terjadi persis seperti yang mereka dengar.
Di atas meja, berkilauan di bawah sinar matahari, tergeletak
sebuah telur emas!

Mereka menggenggam erat-erat uang mereka, tangan mereka


sampai berkeringat, dan mereka mengacung- acungkan
tangannya berebutan ingin membeli telur itu. Tapi si Pedagang,
walaupun dia sangat bersemangat, hanya bisa menjual satu
telur emas sehari. Yang lain terpaksa menunggu karena si
Angsa hanya bisa bertelur satu telur sehari!

Si Pedagang benar-benar tidak puas dengan hal itu, dia ingin


segera punya banyak uang. Gagasan yang hebat lalu terlintas
di pikirannya. Pedagang yang rakus itu akan membunuh si
Angsa! Ia akan mengambil semua telur yang ada di dalam
tubuhnya sekaligus. Dia sudah tidak sabar ingin segera cepat
kaya.

Para pembeli bersorak gembira ketika si Pedagang


mengumumkan ide hebatnya itu pada mereka. Kemudian
dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dan
membelah dada burung itu. Orang-orang menahan nafasnya.
Darah si Angsa menetes merah membasahi bulu bulunya yang
putih.

"Dia membunuh burungnya!" orang-orang bergumam


terpesona.

Lalu seorang nenek tua berkata dengan bijak,"Ya, dan dia telah
melakukan kesalahan yang besar! Kamu semua akan lihat,
angsa itu sekarang hanya seekor burung biasa. Tentu saja
karena ia sudah mati."

Nenek itu berkata benar. Di sana berbaring seekor angsa yang


cantik, dadanya terbelah lebar, tapi tak ada sebutir telur pun
terletak di dalam tubuhnya. Sekarang angsa itu hanya berguna
untuk jadi angsa panggang.

"Dia sudah membunuh angsa yang memberinya telur emas!"


seorang petani berkata sedih.

Orang-orang pun meninggalkan toko dan berjalan pulang


dengan gontai.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=418
Angsa Bertelur Emas
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pasangan suami-istri memiliki seekor angsa yang setiap
harinya bertelur emas. Pasangan suami-istri tersebut menjadi
kaya raya karenanya.
Namun, ketamakan membuat mereka berpikir untuk memiliki
emas jauh lebih banyak. "Bayangkan," istri si pria mengatakan,
"Kita bisa memiliki semua telur emas yang ada di dalam angsa,
tentu kita bisa lebih kaya jauh lebih cepat.
"Benar juga," si suami mengamini ucapan istrinya, "Kita tidak
perlu menunggu angsa itu untuk menelurkan telur-telur emas
yang sedikit setiap harinya."
Pasangan suami istri itu pun menyembelih angsa dan
membelahnya. Hasilnya kosong? Tidak ada apapun di dalam
tubuh si angsa, kecuali jeroan yang sama dengan angsa
lainnya.
---------------------------------
Pesan moral: adalah terlalu serakah tidak akan menghasilkan
apa-apa.
Semoga cerita anak ini dap
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=451
Angsa Dan Telur Emas
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seekor angsa
yang sangatlah cantik, dimana setiap hari ketika petani tersebut
mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan
sebuah telur emas yang berkilauan.
Petani tersebut mengambil dan membawa telur-telur emas
tersebut ke pasar dan menjualnya sehingga dalam waktu yang
singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama
kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu
terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya
memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia
tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan
muncul di kepala petani, gagasan bahwa dia akan
mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan
cara memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut
dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat dia temukan,
dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Pesan Moral: Barang siapa yang telah memiliki sesuatu
dengan berlimpah, tetapi serakah dan menginginkan yang lebih
lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=42
Anjing Dan Bayangannya
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari
seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin
dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan
yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat
bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.
Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing
lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu
hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa
dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung
melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya
dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia
selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung
dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia
kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa
bodohnya dirinya.
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=441
Anjing Dan Bayangannya
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari
seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin
dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan
yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat
bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.
Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing
lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu
hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa
dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung
melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya
dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia
selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung
dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia
kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa
bodohnya dirinya.
Pesan Moral: Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=471
Anjing Dan Tiram
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Ada seekor anjing yang sangat senang makan telur. Anjing itu
sering masuk ke kandang ayam dan dengan rakusnya menelan
telur ayam bulat-bulat.
Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran pantai.
Anjing tersebut melihat seekor tiram, dan dalam sekejap sang
Anjing menelan bulat-bulat tiram yang disangkanya telur.
Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita duga, sang
Anjing merasakan sakit yang hebat di perutnya.
"Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang
berbentuk bulat, adalah telur," katanya sambil mengerang
kesakitan.
Pesan Moral: Bertindak terlalu tergesa-gesa, sering
mengakibatkan penderitaan.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=479
Anjing Di Dalam Kandang Kerbau
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor anjing yang tidur pulas di sebuah kandang sapi yang
penuh dengan tumpukan jerami, dibangunkan oleh kerbau-
kerbau yang kelelahan dan kelaparan sehabis bekerja di
ladang. Tetapi sang Anjing tidak membiarkan kerbau-kerbau
tersebut mendekati kandang. Anjing tersebut menggeram-
geram dan mengancam menggigit seolah-olah kandang
tersebut penuh dengan daging dan tulang yang semuanya
adalah untuk dirinya sendiri.
Kerbau-kerbau tersebut menatap sang Anjing dengan tatapan
jengkel. "Betapa egoisnya dia!" kata salah satu kerbau. "Dia
tidak makan jerami tetapi dia tidak membiarkan kita yang sudah
sangat kelaparan untuk memakan jerami tersebut!"
Saat itulah petani datang. Ketika dia melihat bagaimana
tingkah laku sang Anjing, sang Petani lalu mengambil sebuah
kayu dan mengusir sang Anjing sambil memukulnya karena
tingkah lakunya yang egois dan mementingkan diri sendiri.
Pesan Moral: Jangan bertingkah seperti tidak ingin berbagi
sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat kamu nikmati sendiri.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=409
Anjing Laut Yang Cerdik
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada suatu hari, Rika, si anjing laut perempuan kecil itu cerdik
sekali untuk meloloskan rintangan darinya.
Hari ini, Rika mengajak keluarganya jalan-jalan ke dasar laut.
Ia berkata.
“Ayah,ibu, dan adik. Ayo, jalan-jalan ke dasar laut!” ajak Rika.
“Nggak! Karena ada ikan hiu, berbahaya!” marah ibu Rika.
“Iya! Kita bisa digigit lo!” protes Ica, adiknya Rika.
Rika tak mau mendengar perkataan keluarganya. Maka, ia
jalan-jalan ke dasar laut sendirian tanpa orang.
“Halo!!! Ada orang di sini?” panggil Rika sambil berjalan.
Tiba-tiba….. Ada ikan hiu di belakang Rika. Rika terkejut
karena di dasar laut ada ikan hiu. Tapi, Rika tergolong hewan
cerdik. Ia bisa meloloskan rintangan yang disebut.
“Hai, anjing laut! Sudah empat hari tidak makan…” kata ikan
hiu. Ia menyantap daging Rika.
“Mau memakanku? Siapa takut? Boleh saja.” kata Rika dengan
tanpa rasa takutnya.
“Wah.. Asyik! Mau kau makan?” tanya ikan hiu dengan girang.
“Wah, kamu jangan main-main saja! Nanti kamu bisa tambah
girang!” seru Rika.
“Apa! Kamu menipuku ya!” marah ikan hiu sambil bermuka
merah.
“Nih, aku menyuruh menjaga tanaman milik Nabi Sulaiman.”
kata Rika.
“Apa? Dimana tanamanya?” tanya ikan hiu, penasaran.
“Itu!” jawab Rika sambil menunjuk ganggang lautnya.
“Tanaman itu tidak bisa dipakai sedangkan, beliau sedang
pergi”
“Aku boleh makan ya!” kata ikan hiu.
“Jangan!!!!!…………..”
“Emangnya kenapa tak boleh makan?!”
“Karena kamu dilarang memakan tanpa izin Nabi Sulaiman!”
“Mau makan atau tidak!”
“Ba-baiklah begitu.”
Maka, ikan hiu memakan beberapa tanaman. “Hhhmmmm…..
sungguhnya tanaman ini lezat.”
Tetapi…
“Hai! Ikan hiu! jangan makan tanaman kami!!” seru salah satu
ikan.
Maka, pemilik tanaman itu menggigit seluruh tubuh ikan hiu itu.
Ikan hiu juga tidak mau kalah. Ia menggaruk tubuh ikan itu. Ia
berkelahi seru dalam waktu paling lama.
“Hihihi.. aku akan meloloskan rintangan ini! Selamat tinggal
ikan hiu yang bodoh!”
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=445
Anjing Yang Nakal
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga
majikannya mengikatkan sebuah balok yang cukup berat di
lehernya agar orang mengetahui kehadiran anjing tersebut dan
bisa menghindari anjing itu.
Tetapi sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung
dan balok kayu itu, dia bahkan berlari-larian sambil menyeret-
nyeret balok kayu tersebut dengan ributnya untuk menarik
perhatian orang lain. Tetapi tak ada satupun orang yang
senang melihat anjing itu.
Seekor anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu
seharusnya lebih bijaksana dan berdiam diri di rumah agar
orang tidak melihat balok yang dikalungkan di lehermu. Apakah
kamu senang bahwa semua orang tahu betapa nakal dan
jahatnya kamu?"
Pesan Moral: Terkenal karena kebaikan, sangatlah berbeda
dengan terkenal karena kejahatan.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=349
Arti Sebuah Persahabatan
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung
elang. Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu
karena sang kura-kura lebih banyak menghabiskan waktu
disemak-semak sedangkan sang elang lebih banyak terbang,
namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu
mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura.
Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut
kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu
memberi sang elang makanan dengan sangat royalnya.
Sehingga sang elang selalu berkali-kali datang karena
makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut. Setiap kali
sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang selalu
menertawakan sang kura-kura : “ha ha betapa bodohnya si
kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan
yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat
merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang
terletak jauh diatas gunung”
Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan
dengan egoisnya menghabiskan makanan sang kura-kura,
maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elang
tersebut. Para penghuni hutan tersebut merasa tidak suka
dengan sikap seenaknya sang elang kepada sang kura-kura
yang baik hati. Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura
yang sedang berjalan dekat sungai. “Hai temanku sang kura-
kura, berilah aku semangkok kacang polong, maka aku akan
memberikan kata-kata bijak untukmu” seru sang kodok.
Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang
kura-kura, sang kodok berkata lagi: “kura-kura, sahabatmu
sang elang telah menyalahgunakan persahabatan dan
kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di sarangmu,
selalu saja dia mengejekmu dengan berkata ” ha ha betapa
bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari
makan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat
merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang
terletak jauh diatas gunung”. Pada suatu hari nanti sang elang
akan datang kembali dan akan meminta sekeranjang makanan
darimu dan berjanji akan memberikan makanan kepadamu dan
anak-anakmu”
Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang
dengan membawa keranjang dan seperti biasanya sang elang
menikmati makanan dari sang kura-kura. Sang elang berkata:
“hai temanku kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku
dengan makanan darimu, maka akan kukirimkan kepada anak
istriku dan istriku akan memberimu makanan buatannya untuk
istri dan anakmu”. Kemudian sang elang terbang dan kembali
menertawakan sang kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura
masuk kedalam keranjang tersebut dan ditutupi dengan
sayuran buah-buahan oleh istrinya, sehingga tidak terlihat.
Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura mengatakan
bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang
penuh berisi makanan kepada sang elang. Sang elang segera
bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut.
Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun
kali ini sang kura-kura mendengar sendiri perkataannya.
Sampailah mereka di sarang sang elang, dan sang elang
segera memakan isi keranjang tersebut sampai habis. Betapa
terkejutnya melihat sang kura-kura keluar dari keranjang
tersebut. “Hai temanku sang elang, engkau sudah sering
mengunjungi sarangku namun belum pernah sekalipun aku
mengunjungi sarangmu. Kelihatannya akan sangat
berbahagianya aku kalau dapat menikmati makananmu seperti
engkau menikmati makananku.” Betapa marahnya sang elang
karena merasa tersindir. Dengan marah ia mematuk sang kura-
kura.Namun berkat batok rumah sang kura-kura yang keras,
kura-kura tidak dapat dipatuk oleh sang elang. Dengan
sedihnya sang kura-kura berkata: “Aku telah melihat
persahabatan macam apa yang engkau tawarkan padaku hai
sang elang. Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan aku
kembali ke sarangku dan persahabatan kita akan berakhir.”
Sang elangpun berkata :”Baiklah kalau itu maumu. Aku akan
membawamu pulang” Namun timbul pikiran jahat pada diri
sang elang. “Aku akan menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa
dirimu” pikirnya lagi.
Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang
terbang tinggi. “lepaskan kakiku” seru sang elang marah.
Dengan sabar sang kura-kura menjawab: “Aku akan
melepaskan kakimu apabila engkau sudah mengantarkanku
pulang ke sarangku” dengan kesal sang elang pun terbang
tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakinya
dengan harapan sang kura-kura akan jatuh. Namun tidak ada
gunanya. Akhirnya dia menurunkan sang kura-kura di
sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan perasaan malu.
Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : ” Hai
temanku persahabatan membutuhkan rasa saling membagi
satu dengan lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun
menghargaiku. Namun bagaimanapun, sejak engkau
menjadikan persahabatan kita hanya permainan,
mentertawakan keramahan keluargaku dan aku maka
sebaiknya engkau tidak usah lagi datang kepadaku”.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=394
Ayam Jago Baru
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Ada ayam jago baru di dusun itu. Dia datang dari kota yang
jauuh ... sekali.
Suatu ketika, dalam tidurnya jago itu terjaga. Sebelah matanya
yang masih mengantuk membuka pelan. Di langit dia melihat
benda bundar berwarna kuning keemasan.
"Itupasti matahari!" pikirnya. Maka walaupun dia masih
mengantuk, dia melompat ke atas pagar.
"Kukuruyuuk.... Hari sudah pagi!" kokoknya keras-keras.
Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar. Mereka mulai
mengais-ngais mencari makan.
"Wah,betapa gelapnya hari ini!" keluh mereka.
Sapi-sapi pun pelahan-lahan turun ke halaman.
"Wah,rupanya Pak Tani terlambat mengajak kita ke sawah!"
ujar mereka.
"Astaga,sudah pagi lagi!" gumam si Anjing. Dia masih capek
dan mengantuk. Seharian tadi dia berlari-larian ikut menjaga
kambing dan padi.
Tiba-tiba terbang melintas seekor burung hantu. Dia hinggap di
pohon dekat mereka.
"Kamu siapa?" tanya si Ayam Jago Baru.
"Aku,Burung Hantu!" jawabnya. "Hai, mengapa kalian ribut-ribut
di tengah malam begini?"
"Si Ayam Jago tadi berkokok. Itu tanda hari sudah pagi!" ujar
binatang-binatang itu. Mereka kemudian ribut bergumam. Si
Burung Hantu menepukkan sayapnya meminta mereka tenang.
"lya! Itu Matahari sudah terbit di langit!" ujar si Jago.
Si Burung Hantu tertawa terbahak-bahak.
"Itu bukan matahari! Itu adalah bulan purnama!" katanya.
Binatang-binatang kembali bergumam. Mereka kembali ke
tempat masing-masing dan tidur lagi.
S iAyam Jago Baru merasa malu. Dia berjanji besok lagi akan
membuka kedua matanya lebar-lebar. Dia harus yakin yang
dilihatnya adalah matahari. Setelah itu baru dia akan berkokok.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=39
Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang
saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya.
Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali
berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi
terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke
sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan
bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-
kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan
kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh
dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung
elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat
ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya
turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi
pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh
kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan
mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Rasa sombong menyebabkan kejatuhan
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=452
Ayam Jantan Yang Cerdik Dan Rubah Yang Licik
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam
jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia
beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali
dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan
kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu
yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari
seekor rubah.
"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang
Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan
bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi
dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya
sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya
telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup
dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang
sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku
menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini,
teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang
mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil
menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan
kedatangan sesuatu dari kejauhan.
"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti
telah mendengar kabar baik ini dan -"
Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk
mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh.
"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau
lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah
mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang
sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya
kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah
berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.
Pesan Moral: Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=426
Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang
saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya.
Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali
berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi
terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke
sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan
bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-
kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan
kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh
dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung
elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat
ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya
turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi
pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh
kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan
mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Pesan moral: Rasa sombong menyebabkan kejatuhan
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=487
Babi Hutan Dan Rubah
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor babi hutan sedang sibuk mengasah taringnya pada
sebuah batang pohon. Bertepatan dengan saat itu, secara
kebetulan lewatlah seekor rubah. Rubah yang suka mengolok-
olok teman-teman dan tetangganya, langsung mengoloknya
dengan berpura-pura melihat kesana-kemari, seolah-olah takut
pada musuh yang tidak terlihat. Tetapi sang Babi Hutan tidak
memperdulikan tingkah sang Rubah dan tetap melanjutkan
pekerjaannya.
"Mengapa engkau melakukan hal tersebut?" kata sang Rubah
dengan senyum mengejek. "Saya tidak melihat ada musuh dan
bahaya di sini."
"Kamu benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya
yang mengancam" jawab sang Babi Hutan, "tetapi ketika
musuh benar-benar datang, saya tidak akan sempat mengasah
taring saya lagi seperti sekarang. Saat musuh dan bahaya
datang ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah memiliki
senjata untuk menghadapinya."
Pesan Moral: Selalulah siap siaga dan waspada.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=204
Balas Budi Burung Bangau
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda
bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung
dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya
makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu
hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang
menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor
burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-
ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu
sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku
beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca
yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera
menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat
itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah. Ketika pintu
dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di
depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.
“Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan
badanmu dekat tungku,” ujar Yosaku. “Nona mau pergi kemana
sebenarnya ?”, Tanya Yosaku. “Aku bermaksud mengunjungi
temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi
tersesat.” “Bolehkah aku menginap disini malam ini ?”. “Boleh
saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan
makanan.” ,kata Yosaku. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin
diperbolehkan menginap”.
Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak
makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis
itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu
akan segera pergi, ia akan merasa kesepian. Salju masih turun
dengan lebatnya. “Tinggallah disini sampai salju reda.” kata
Yosaku. Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu
berkata kepada Yosaku, “Jadikan aku sebagai istrimu, dan
biarkan aku tinggal terus di rumah ini.” Yosaku merasa bahagia
menerima permintaan itu. “Mulai hari ini panggillah aku Otsuru”,
ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan
pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru
meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia
ingin menenun. Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada
suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat
tempat Otsuru menenun.
Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan
minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. “Ini
tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual
dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain
tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal.
Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk
dibawa pulang. “Berkat kamu, aku mendapatkan uang
sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para
saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak
lagi. “Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru. Kain itu selesai
pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak
Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru
meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di
kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk
Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal
lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. “Baiklah
akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan
kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke
dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang
dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau
sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain.
Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu.
Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh
Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi
Otsuru. “Akhirnya kau melihatnya juga”, ujar Otsuru.
“Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah
Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi
manusia dan melakukan hal ini,” ujar Otsuru. “Berarti sudah
saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru. “Maafkan aku,
ku mohon jangan pergi,” kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah
kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera
mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke
angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali
perbuatannya.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=480
Bangau Dan Rubah Makan Bersama
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Suatu hari seekor rubah memikirkan rencana untuk
mempermaikan temannya - seekor burung bangau yang
penampilannya selalu membuat sang Rubah tertawa.
"Kamu harus datang dan menikmati makan siang bersamaku
hari ini," kata sang Rubah kepada sang Bangau, sambil
tersenyum-senyum karena memikirkan gurauan yang akan
diperbuat olehnya. Sang Bangau dengan senang menerima
undangan dari sang Rubah dan datang pada siang hari itu.
Untuk makan siang, sang Rubah menyiapkan sup yang
disajikan pada piring yang sangat ceper dan hampir datar,
sehingga sang Bangau tidak bisa menikmati sup tersebut,
hanya ujung paruhnya saja yang bisa menyentuh air sup. Tak
setetes sup yang bisa di minumnya, sedangkan sang Rubah
menjilati sup tersebut dengan gampangnya sambil tertawa-
tawa hingga sang Bangau menjadi sangat kecewa karena telah
dipermainkan.
Sang Bangau yang lapar dan merasa tidak senang, tetap
berusaha untuk tenang. Lalu kemudian sang Bangau balas
mengundang sang Rubah untuk makan siang keesokan hari di
rumahnya.
Keesokan hari, tepat pada saat makan siang, sang Rubah tiba
di rumah sang Bangau yang menyediakan ikan yang sangat
lezat sebagai menunya, tetapi ikan tersebut di sajikan dalam
sebuah guci tinggi yang mempunyai mulut guci yang sempit.
Sang Bangau dengan gampang memakan ikan tersebut
dengan paruhnya yang panjang sedangkan sang Rubah hanya
bisa menjilati pinggiran guci sambil mencium lezatnya makanan
yang tersaji. Saat sang Rubah menjadi marah, dengan
tenangnya sang Bangau berkata:
Pesan Moral: Jangan mempermainkan orang karena kamu
sendiri pasti tidak suka untuk dipermainkan.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=490
Banteng Yang Berkelahi Dan Katak Di Rawa-rawa
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Dua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu
rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa menjadi
gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.
"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.
"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa
banteng yang kalah akan terdorong menuju ke rawa-rawa di
sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk ke dalam
lumpur?"
Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama
kemudian, banteng yang kalah terdorong sampai ke rawa-
rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa sengaja
menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas.
Pesan Moral: Saat sesuatu yang besar berkelahi dan terjatuh,
yang kecil turut mengalami penderitaan.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=215
Belalang Dan Semut
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Ada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang
telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk
mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas.
Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola
di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar
keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah
mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin
yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan
sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan
makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat
lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah
berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena
merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah,


sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada
musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian
semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=488
Beruang Dan Lebah
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor beruang menjelajahi hutan untuk mencari buah-
buahan, menemukan pohon tumbang di mana pada pohon
tersebut terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.
Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar
pohon tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-
lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat
itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa
banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu akan
maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang
Beruang, menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke
dalam lubang batang pohon.
Beruang tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga,
loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan
cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah
membuat seluruh kawanan lebah yg berada dalam sarang,
keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang sial itu
akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan
dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.
Pesan Moral: Terkadang lebih bijaksana untuk berdiam diri
menahan derita dari satu luka daripada menambah banyak
luka karena mengamuk.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=207
Buaya Ajaib
Pengarang: Anonim
Kategori: Cerita Rakyat, Fabel
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki bernama
Towjatuwa di tepian sungai Tami daerah Irian Jaya.
Lelaki itu sedang gundah, oleh karena isterinya yang hamil tua
mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinya. Untuk
membantu kelahiran anaknya itu, ia membutuhkan operasi
yang menggunakan batu tajam dari sungai Tami.
Ketika sedang sibuk mencari batu tajam tersebut, ia
mendengar suara-suara aneh di belakangnya. Alangkah
terkejutnya Towjatuwa ketika ia melihat seekor buaya besar di
depannya. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan. Buaya
besar itu pelan-pelan bergerak ke arah Towjatuwa. Tidak
seperti buaya lainnya, binatang ini memiliki bulu-bulu dari
burung Kaswari di punggungnya. Sehingga ketika buaya itu
bergerak, binatang itu tampak sangat menakutkan.
Namun saat Towjatuwa hendak melarikan diri, buaya itu
menyapanya dengan ramah dan bertanya apa yang sedang ia
lakukan. Towjatuwapun menceritakan keadaan isterinya.
Buaya ajaib inipun berkata: “Tidak usah khawatir, saya akan
datang ke rumahmu nanti malam. Saya akan menolong
isterimu melahirkan.” Towjatuwa pulang menemui isterinya.
Dengan sangat berbahagia, iapun menceritakan perihal
pertemuannya dengan seekor buaya ajaib.
Malam itu, seperti yang dijanjikan, buaya ajaib itupun
memasuki rumah Towjatuwa. Dengan kekuatan ajaibnya,
buaya yang bernama Watuwe itu menolong proses kelahiran
seorang bayi laki-laki dengan selamat. Ia diberi nama
Narrowra. Watuwe meramalkan bahwa kelak bayi tersebut
akan tumbuh menjadi pemburu yang handal.
Watuwe lalu mengingatkan agar Towjatuwa dan keturunannya
tidak membunuh dan memakan daging buaya. Apabila
larangan itu dilanggar maka Towjatuwa dan keturunannya akan
mati. Sejak saat itu, Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji
untuk melindungi binatang yang berada disekitar sungai Tami
dari para pemburu.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=229
Buaya Yang Tidak Jujur
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah
sekelompok buaya. Buaya itu ada yang berwarna putih, hitam,
dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda,
mereka selalu hidup rukun.
Di antara buaya-buaya itu ada seekor yang badannya paling
besar. Ia menjadi raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja
buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai
rakyatnya.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang.
Rumput-rumput di tepi hutan mulai menguning. Sungai-sungai
mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak
yang mati.
Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging
segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per
satu buaya itu mati.
Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka
melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika
menerima laporan tersebut, hati raja buaya merasa sedih.
Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan
sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyatnya.
Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya
Hitam. Raja Buaya lalu berkata, “Aku tugaskan kepada kalian
berdua untuk membagi-bagikan daging. Setiap pagi kalian
mengambil daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada
teman-temanmu!”
“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab
Buaya Hitam dan putih serempak.
“Mulai hari ini kerjakan tugas itu!”perintah Raja Buaya lagi.
Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera
mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian
mereka pergi membagi-bagikan daging itu.
Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu
buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan
Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru
dimakannya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk.
Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya
Hitam kembali menghadap raja.
“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,”
lapor Buaya Putih.
“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,”
puji Raja.
Suatu hari setelah membagikan makanan,Buaya Putih mampir
ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut karena di sana-sini banyak
bangkai buaya.
Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak
sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati
Buaya Hitam.
“Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?”
“Kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih.
“Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam.
“Tapi, lihatlah apa yang ada di depanmu itu!” sahut Buaya Putih
sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.
“Itu urusanku, engkau jangan ikut campur! Aku memang telah
memakan jatah mereka. engkau mau apa?” tantang Buaya
Hitam.
“Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya
Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu
bertarung seru. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.
Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya
ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja,
Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Buaya
Hitam lalu mendapat hukuman mati karena kejahatannya itu.
“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh.
Maka kelak setelah aku tiada, engkaulah yang berhak menjadi
raja menggantikanku,” demikian titah Sang Raja kepada Buaya
Putih.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=481
Burung Bangau Yang Angkuh
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di
sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai
yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk
menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya. Saat itu,
sungai di penuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang
Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.
"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada
diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau
yang anggun seperti saya."
Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain,
lewat di dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri
saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"
Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air
yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang
pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang
Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas
dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.
Pesan Moral: Jangan bersikap terlalu angkuh dan menolak
sesuatu yang kecil, karena bisa saja kamu tidak mendapatkan
apa-apa karena keangkuhanmu.

http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=70
Burung Elang Dan Burung Gagak
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar
seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi
jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu,
dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia
mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan
burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-
lebar kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia
meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian
punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk
terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa
mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi
karena kukunya telah terjerat pada bulu domba, walaupun dia
mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit
untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan tetap
tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-
ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala
itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun berlari
dan segera menangkap burung itu dan mengikat dan
mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia
memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah
untuk bermain.
"Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini
disebut burung apa ayah?"
"itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya
kepadanya, dia akan menjawab dia adalah dia seekor burung
elang."
Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan
kemampuanmu
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=459\
Burung Elang Dan Burung Gagak
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar
seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi
jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu,
dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia
mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan
burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-
lebar kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia
meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian
punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk
terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa
mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi
karena kukunya telah terjerat pada bulu domba, walaupun dia
mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit
untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan tetap
tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-
ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala
itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun berlari
dan segera menangkap burung itu lalu mengikat dan
mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia
memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah
untuk bermain.
"Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini
disebut burung apa ayah?"

"itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya


kepadanya, dia akan menjawab dia adalah dia seekor burung
elang."

Pesan moral: Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu


lupa diri akan kemampuanmu
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=489
Burung Gagak Dan Sebuah Kendi
Pengarang:
Kategori: Fabel
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-
burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum,
seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan
sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang
tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak
tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada
dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal
karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia
lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian
menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali
burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi,
permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan
bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai
oleh sang burung Gagak.
Pesan Moral: Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong
diri kita pada saat yang tepat.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=196
Burung Gagak Dan Sebuah Kendi
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-
burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum,
seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan
sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang
tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak
tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada
dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal
karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia
lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian
menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali
burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi,
permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan
bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai
oleh sang burung Gagak.
HIKMAH: Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri
kita pada saat yang tepat.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=203
Burung Gagak Yang Haus
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada suatu hari yang panas,seekor burung gagak yang
kehausan terbang di atas ladang untuk mencari air.Lama sekali
ia terbang untuk mencari air,tetepi tidak menemukaannya.Lalu
ia merasa sangat lemah dan kehilangan harapan.
Tiba-tiba ia melihat sebuah tempayan air di bawah sana.Ia pun
terbang ke bawah untuk melihat kalau-kalau ada air di
dalamnya.Ya,ia dapat melihat air di dalam tempayan.
Kemudian gagak itu berusaha memasukkan kepalanya ke
dalam tempayan.Sayang, leher tempayan tempayan itu terlalu
sempit untuk kepalanya.Kemudian ia berusaha untuk
menggulingkan tempayan itu agar airnya mengalir.Tetapi
ternyata tempayan itu terlalu berat baginya.
Gagak itu kemudian berpikir keras sebentar.Kemudian ketika ia
menengok ke kanan dan ke kiri,ia melihat beberapa
kerikil.Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya gagasan yang
bagus.Ia pun mulai memunguti kerikil itu satu demi
satu,kemudian memasukkan setiap kerikil itu ke dalam
tempayan.Dengan semakin banyak kerikil yang
dimasukkan,maka air pun naik,sehingga burung gagak itu
dapat meminum air dari tempayan tersebut.Ternyata
gagasannya itu terwujud.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=244
Burung Hantu Dan Belalang
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari
terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan
perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip
dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru "hoo-hoo-hoo-oo-
oo" bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu
serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan
kesukaannya.

Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika
ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas
yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua,
belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun
sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari
lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.

"Pergi dari sini, tuan," katanya kepada belalang tersebut.


"Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya
harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur
dengan tenang!

"Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga


haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua.
Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang
menjadi-jadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa
tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini.
Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan
dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua
kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah
kepadanya.
"Tuan yang baik hati," katanya, "jika saya harus tetap terjaga,
saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat
ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus,
saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi
untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman
lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda
bernyanyi seperti Apollo . "

Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung


hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu
belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia
menerkam dan memakannya.??
HIKMAH : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang
sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda
sehingga lengah melawan musuh.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=271
Burung Hantu Dan Belalang
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari
terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan
perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip
dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru "hoo-hoo-hoo-oo-
oo" bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu
serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan
kesukaannya.
Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika
ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas
yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua,
belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun
sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari
lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.
"Pergi dari sini, tuan," katanya kepada belalang tersebut.
"Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya
harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur
dengan tenang!
"??Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga
haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua.
Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang
menjadi-jadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa
tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini.
Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan
dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua
kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah
kepadanya.
"Tuan yang baik hati," katanya, "jika saya harus tetap terjaga,
saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat
ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus,
saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi
untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman
lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda
bernyanyi seperti Apollo . "
Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung
hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu
belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia
menerkam dan memakannya.??

Makna dari kisah ini : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum


yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan
Anda sehingga lengah melawan musuh.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=503
Burung Lark Yang Bersarang Di Ladang Gandum
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor burung Lark (*burung jenis ini, tidak membangun
sarangnya di pohon, tetapi di permukaan tanah) membangun
sarangnya di permukaan tanah pada suatu ladang gandum.
Seiring dengan berjalannya waktu, gandum ini tumbuh makin
tinggi, begitu pula dengan anak-anak burung Lark yang tumbuh
makin kuat. Suatu hari, ketika biji-biji gandum yang terlihat
kuning keemasan terayun-ayun saat tertiup angin, sang Petani
dan anaknya datang ke ladang tersebut.
"Gandum ini telah siap untuk kita panen," kata sang Petani.
"Kita harus memanggil tetangga-tetangga dan teman-teman
untuk membantu kita memanennya."
Anak-anak burung Lark yang masih muda dan kebetulan
mendengar pembicaraan tersebut menjadi takut, karena
mereka mengerti bahwa hidup mereka berada dalam keadaan
bahaya apabila mereka tidak pindah dari sarangnya saat para
pemanen datang. Ketika induk burung datang membawakan
mereka makanan, mereka langsung menceritakan apa yang
telah mereka dengarkan.
"Janganlah takut anak-anakku," kata sang Induk Burung. "Jika
petani mengatakan akan memanggil tetangga dan teman-
temannya untuk membantunya mengerjakan pekerjaannya,
gandum-gandum ini tidak akan dipanen dalam waktu dekat.
Beberapa hari kemudian, gandum-gandum di ladang menjadi
sangat matang, dan disaat angin bertiup menggoyangkan
batangnya, beberapa butir biji gandum jatuh bertaburan di atas
kepala burung Lark yang masih muda.
"Jika gandum ini tidak kita panen dalam waktu dekat," kata
sang Petani, "kita akan kehilangan setengah dari hasil panen.
Kita tidak dapat menunggu datangnya bantuan dari teman-
teman kita. Besok kita harus memulai pekerjaan kita, tanpa
bantuan orang lain."
Ketika burung Lark muda memberi tahu induknya tentang
segala sesuatu yang mereka dengar dari sang Petani,
Induknya berkata:
Kalau begitu, kita harus meninggalkan sarang ini secepatnya.
Saat seorang manusia mengambil keputusan untuk
mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa tergantung pada
orang lain, yakinlah bahwa mereka tidak akan menunda
pekerjaannya lagi."
Sore itu juga, semua anak-anak burung mengepak-ngepakkan
sayapnya dan mencoba untuk terbang, dan saat matahari terbit
pada keesokan harinya, Petani dan anak-anaknya mulai
bekerja memotong dan memanen gandum yang telah matang.
Di ladang gandum tersebut, mereka menemukan sebuah
sarang burung Lark yang telah kosong dan ditinggalkan oleh
penghuninya.
Pesan Moral: Bekerja sendiri dan tidak bergantung pada
bantuan orang lain, adalah hal yang terbaik.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=430
Burung Merak Yang Angkuh Dan Bangau
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor burung merak yang berjalan dengan penuh
keangkuhan, suatu hari bertemu dengan seekor burung
bangau, dan untuk membuat sang Bangau kagum, dia
merentangkan bulunya yang indah di bawah sinar matahari.
"Lihat," katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan ku?
Saya bermandikan kemewahan dan pelangi, sedangkan bulu
mu kusam kelabu seperti debu!"
Sang Bangau merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang
jauh tinggi ke atas.
"Ikutilah saya kalau kamu bisa," Kata sang Bangau. Tetapi
sang Merak hanya bisa berdiri terpaku karena burung merak
termasuk jenis burung yang tidak dapat terbang, sedangkan
sang Bangau terbang melayang-layang di langit biru dengan
bebasnya.
Pesan moral: Kegunaan lebih berharga dan lebih penting
dibandingkan hal yang bersifat hiasan.
Semoga cerita anak ini d
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=249
Burung Pipit Dan Anaknya
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu hari, tampak sepasang burung pipit membuat
sarang di sebuah ladang gandum muda. Berhari-hari berlalu,
batang-batang gandum tumbuh tinggi dan anak-anak burung
juga tumbuh. Suatu hari, ketika gandum matang berwarna
emas melambai ditiup angin, petani dan putranya datang ke
ladang.
"Gandum ini sekarang siap untuk dipanen," kata petani. "Kita
harus memanggil tetangga dan teman-teman untuk membantu
kita panen."
Pipit muda yang bersembunyi di sarang mereka sangat
ketakutan, mereka tahu jika mereka tidak segera meninggalkan
sarang sebelum mesin pemanen datang akan berbahaya.
Ketika induknya kembali dengan membawa makanan, mereka
mengatakan apa yang telah mereka dengar.
"Jangan takut, anak-anak," kata induknya. "Jika Petani berkata
bahwa ia akan memanggil tetangga dan teman-temannya
untuk membantunya melakukan pekerjaan, untuk sementara
waktu belum dipanen."
Beberapa hari kemudian, gandum begitu matang, ketika angin
mengguncang batang, hujan datang gemerisik butir gandum
jatuh di atas kepala pipit muda '.
"Jika gandum ini tidak dipanen kali ini," kata petani, "kita akan
kehilangan separuh hasil panen. Kita tidak bisa menunggu
lebih lama lagi bantuan dari teman-teman. Besok kita harus
mulai bekerja sendiri."
Ketika pipit muda menceritakan kepada ibu mereka apa yang
mereka telah dengarkan hari ini, ia berkata: "Kita harus pergi
secepatnya. Ketika seorang pria memutuskan untuk melakukan
pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka
kita bisa yakin tidak akan ada penundaan lagi."
Mereka segera belajar terbang sore itu juga, dan tepat waktu
matahari terbit keesokan harinya, ketika Petani dan putranya
memanen gandum, mereka menemukan sebuah sarang
kosong.
HIKMAH : Berusaha sendiri, tidak tergantung kepada orang
lain, adalah bantuan yang terbaik.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=270
Burung Pipit Dan Anaknya
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu hari, tampak sepasang burung pipit membuat
sarang di sebuah ladang gandum muda. Berhari-hari berlalu,
batang-batang gandum tumbuh tinggi dan anak-anak burung
juga tumbuh. Suatu hari, ketika gandum matang berwarna
emas melambai ditiup angin, petani dan putranya datang ke
ladang.
"Gandum ini sekarang siap untuk dipanen," kata petani. "Kita
harus memanggil tetangga dan teman-teman untuk membantu
kita panen." ??
Pipit muda yang bersembunyi di sarang mereka sangat
ketakutan, mereka tahu jika mereka tidak segera meninggalkan
sarang sebelum mesin pemanen datang akan berbahaya.
Ketika induknya kembali dengan membawa makanan, mereka
mengatakan apa yang telah mereka dengar.
"Jangan takut, anak-anak," kata induknya. "Jika Petani berkata
bahwa ia akan memanggil tetangga dan teman-temannya
untuk membantunya melakukan pekerjaan, untuk sementara
waktu belum dipanen."
Beberapa hari kemudian, gandum begitu matang, ketika angin
mengguncang batang, hujan datang gemerisik butir gandum
jatuh di atas kepala pipit muda '.
"Jika gandum ini tidak dipanen kali ini," kata petani, "kita akan
kehilangan separuh hasil panen. Kita tidak bisa menunggu
lebih lama lagi bantuan dari teman-teman. Besok kita harus
mulai bekerja sendiri."
Ketika pipit muda menceritakan kepada ibu mereka apa yang
mereka telah dengarkan hari ini, ia berkata: "Kita harus pergi
secepatnya. Ketika seorang pria memutuskan untuk melakukan
pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka
kita bisa yakin tidak akan ada penundaan lagi."
Mereka segera belajar terbang sore itu juga, dan tepat waktu
matahari terbit keesokan harinya, ketika Petani dan putranya
memanen gandum, mereka menemukan sebuah sarang
kosong. ??

Moral dari kisah ini : Berusaha sendiri, tidak tergantung kepada


orang lain, adalah bantuan yang terbaik.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=227
Cerita Anak Kera Dan Ayam
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat
dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak
berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu petang
Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari
sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia
menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam
meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat
meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu
adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman
sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam
lubang kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan
gembira. Lalu Si Kepiting menceritakan semua kejadian yang
dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima
perlakuan si Kera. Ia berkata, “marilah kita beri pelajaran kera
yang tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk
memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan
mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang
yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan
mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke
pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui
ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan
mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu
berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting
menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok
perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan
tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar
laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah
Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa
berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=456
Cincin Di Dalam Perut Ikan
Pengarang: Joseph Jacobs
Kategori: Fabel, Putri, Raja
Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan
Inggris) yang juga merupakan seorang yang menguasai ilmu
sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa
depan. Suatu hari, ketika anaknya yang masih kecil berusia
empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk melihat
apa yang akan terjadi di masa depan anaknya.
Dia menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa
bahwa putranya kelak akan menikah dengan seorang gadis
dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun
mengetahui bahwa ayah dari gadis kecil itu sangatlah miskin,
dan dia telah memiliki lima anak.
Secepatnya dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke
rumah pria miskin tersebut, dan saat dia mendekati rumah pria
yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat
pintu, dengan muka sedih dan muram.
Sang Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu,
dan berkata, "Apa yang terjadi, wahai Bapak yang baik?"
Pria yang ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang,
aku telah memiliki lima orang anak, dan sekarang keenam
yang baru saja lahir, seorang anak perempuan. Di mana aku
bisa mendapatkan roti untuk untuk mengisi perut mereka, aku
tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan."
"Jangan berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron.
"Jika hanya itu masalah Anda, aku dapat membantu Anda.
Kebetulan aku sedang mencari anak perempuan kecil agar ada
yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan, Aku
akan memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."
"Terima kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan
gembira karena selain mendapatkan uang, bayi perempuannya
yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang layak, karena
itu dia lalu masuk ke dalam rumah serta keluar kembali sambil
membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu menyerahkannya
kepada sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya
lalu menaiki kudanya dan pergi bersama bayi tersebut. Tetapi
sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang bayi
tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu berkata sambil
berkuda untuk pulang ke kastilnya:
"Pergilah bersama takdirmu!"
Tetapi gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus
tubuh bayi itu menahannya agar tidak tenggelam untuk
sementara waktu, dan dia pun terapung-apung di sungai,
hingga akhirnya terdampar di depan sebuah gubuk nelayan
yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan
istrinya ini tidak memiliki anak dan mereka sangat
menginginkan kehadiran seorang anak. Saat nelayan tersebut
melihat bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia
dan membawanya pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya,
yang menerima bayi tersebut dengan tangan terbuka.
Di sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan
bayi tersebut tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat
cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu dengan
beberapa orang sahabatnya di sepanjang tepi Sungai Ouse,
dan berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.
Seorang gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air
minum kepada mereka. Sahabat-sahabat sang Baron kagum
saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah satu di antara
mereka berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal
nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan
menikah dengan siapa?"
"Oh, itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba
meramal nasibnya. Mendekatlah ke sini, Anakku, dan
katakanlah, kamu dilahirkan pada hari apa?"
"Aku tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu. "Aku
ditemukan di sini setelah terbawa oleh arus sungai sekitar lima
belas tahun yang lalu."
Seketika itu juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si
Gadis ini, dan ketika mereka beranjak pergi dari gubuk
nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si Gadis itu,
"Aku akan memperbaiki keberuntunganmu. Ambil dan bawalah
surat ini kepada saudaraku di Scarborough, dan kamu akan
mendapatkan balasan yang cukup untuk menghidupi diri kamu
seumur hidup."
Si Gadis itu pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan
mengantarkannya. Tetapi gadis itu tidak menyadari bahwa isi
surat itu berbunyi seperti ini:
"Saudaraku tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!
Salamku,
Albert."
Tanpa mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat
menuju ke Scarborough, dan di tengah perjalanan dia
bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam itu
sekawanan perampok masuk ke penginapan dan mencari harta
dari tamu-tamu penginapan. Mereka menggeledah kantung
dan saku para tamu, dan mereka menemukan surat yang di
bawa oleh si Gadis.
Saat perampok tersebut membuka dan membaca surat sang
Baron, mereka menjadi iba terhadap nasib si Gadis dan
menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam. Pimpinan
kawanan perampok itu pun mengambil pena dan kertas lalu
menulis surat yang bunyinya:
"Saudaraku tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan
putraku segera!
Salamku,
Albert."

Kemudian surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan


kepada si Gadis itu, dan menyuruhnya untuk melanjutkan
perjalanan. Dia pun berangkat menuju kastil saudara sang
Baron di Scarborough, di mana putra sang Baron menginap.
Ketika dia memberikan surat kepada saudara sang Baron,
saudara sang Baron langsung menyiapkan pernikahan pada
hari itu juga. Putra sang Baron, saat melihat gadis cantik ini,
langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk dinikahkan.
Ketika kabar pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron,
dia merasa bahwa itu sudah menjadi takdir, tetapi sang Baron
masih merasa keras kepala dan tidak mau menerima takdir itu
begitu saja. Dia pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa
menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia berpura-
pura senang dengan pernikahan tersebut. Suatu hari, ia
meminta agar si Gadis menemani dia berjalan-jalan di
sepanjang tebing pinggiran laut.
Saat si Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang
tangannya dan akan mendorong gadis tersebut ke pinggiran
tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang Baron
menaruh belas kasihan kepadanya, dan membiarkannya untuk
tetap hidup.
"Aku tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya. "Jika
Anda mengampuni aku, maka aku akan melakukan apapun
yang Anda inginkan, aku tidak akan pernah melihat Anda atau
anak Anda lagi kecuali Anda menginginkannya."
Kemudian sang Baron pun melepaskan cincin emasnya dan
melemparkannya ke laut, sambil berkata, "Aku tidak mau
melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa memperlihatkan cincin
itu kepadaku," seru sang Baron sembari membiarkan si Gadis
berlalu dengan airmata berlinang.
Gadis malang itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus
menerus hingga akhirnya tiba di sebuah kastil besar. Dia pun
memohon untuk diterima bekerja di kastil itu. Orang-orang di
kastil menerima si Gadis itu, dan mempekerjakannya sebagai
juru masak istana karena dia telah terbiasa melakukan
pekerjaan tersebut saat tinggal di gubuk ayah angkatnya yang
nelayan.
Pada suatu hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang
datang ke kastil, dan dia sangat terkejut saat melihat beberapa
tamu tersebut tidak lain adalah sang Baron, saudara sang
Baron, dan putra sang Baron yang juga merupakan suaminya.
Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa,
berdasarkan janjinya, dia seharusnya pergi dan menghindar.
Tetapi akhirnya dia berkesimpulan bahwa mereka tidak akan
melihatnya di dapur kastil sehingga perasaannya menjadi
sedikit lega, dan melanjutkan pekerjaannya sambil menghela
napas panjang.
Dia pun mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus
untuk dijadikan menu hidangan makan malam. Saat dia sedang
membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang bersinar di
dalamnya, dan apa yang dia temukan di dalam perut ikan?
Tidak lain adalah cincin emas sang Baron yang dilemparkan
oleh sang Baron dari pinggir tebing. Si Gadis sangat girang
melihat cincin tersebut, kemudian dia pun memasak ikan
selezat mungkin untuk disajikan nanti.
Saat hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat
menyukainya sehingga mereka ingin sekali bertemu dengan
orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan pun memanggil si
Gadis untuk datang ke hadapan sang Baron. Si Gadis
kemudian membersihkan badannya dan merapikan
penampilannya, serta memakai cincin emas milik sang Baron
pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk menghadap para tamu
yang ingin melihatnya.
Ketika para tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut
adalah seorang gadis yang sangat cantik, mereka pun menjadi
terkejut dan terpukau. Putra sang Baron sangat gembira
melihat kehadiran istrinya, tetapi Sang Baron yang melihat
gadis itu, menjadi sangat marah dan bergerak hendak
memukul si Gadis. Tanpa mengucapkan sepatah kata, gadis itu
mengangkat dan memperlihatkan jari tangannya yang memakai
cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia membuka cincin
tersebut serta meletakkannya di atas meja.
Akhirnya sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu
melawan dan mengubah takdir, dan dia pun memegang tangan
si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang hadir
bahwa si Gadis adalah istri dari putranya.
"Ini adalah istri dari putraku. Marilah kita minum untuk
menghormatinya." kata sang Baron.
Saat selesai makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk
ikut bersama putranya pulang ke kastilnya, dan di sanalah si
Gadis bersama suaminya hidup berbahagia selamanya.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=3
Cindelara Dan Ayam Sakti
Pengarang: Anonim
Kategori: Cerita Rakyat, Fabel, Putri, Raja
Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik
hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja
Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat
megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan
sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut
dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.
Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana
untuk melaksanakan rencana tersebut. Selir baginda berpura-
pura sakit parah. Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja.
Setelah memeriksa selir tersebut, sang tabib mengatakan
bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam
minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri
Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka
mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan
patih untuk membuang permaisuri ke hutan dan
membunuhnya.
Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang
mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang
bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang
patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. “Tuan putri
tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda
bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk
mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan
darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas ketika
sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri
melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama
Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang
cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan
binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik
bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam.
Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud
menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi
seekor anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara
anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh
menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada
satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu
berbeda dengan ayam lainnya. “Kukuruyuk… Tuanku
Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa,
ayahnya Raden Putra…”, kokok ayam itu
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan
segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras
menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di
hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk
ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di
ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh
ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang
yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil
oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam
jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab
Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras
bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat
mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam
Cindelaras tidak terkalahkan.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan
cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra akhirnya pun
mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh
hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana.
“Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun.
“Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan
rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan
ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras
kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika
ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra
menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi
dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan
ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-
elukan Cindelaras dan ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah.
Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya,
anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera
membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya.
Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk…
Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun
kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok
berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok
ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan.
“Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah
permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan
menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi
pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata
Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang
setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka.
Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden
Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas
kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera
menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra,
permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah
Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan
kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan
bijaksana.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=421
Dewan Para Kucing
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Para tikus, yang sudah frustasi menghadapi kucing, berkumpul
di sebuah dewan untuk memecahkan masalah dari tantangan
mereka yang melelahkan. Dalam waktu yang cukup panjang
mereka berdiskusi.
Seekor tikus muda kemudian berdiri dengan kaki belakangnya.
Dia mengusulkan bahwa lonceng harus digantungkan di leher
kucing.
Tikus-tikus yang lain bersorak, "Itu ide yang bagus." "Saran
yang sangat bagus." "Itu akan memberi kita peringatan
kehadiran kucing, sehingga kita bisa melarikan diri dalam
waktu yang cukup."
Tikus-tikus yang sedang berdiskusi ini kemudian bertepuk
tangan dengan antusias. Hingga, seekor tikus tua dengan
tenang berdiri untuk bicara.
"Well, memang itu saran yang baik dan tidak diragukan lagi
bisa memecahkan masalah yang sedang kita hadapi,"
tukasnya, "Permasalahannya sekarang, siapa di antara kita
yang mau menempatkan bel di leher kucing?"
--------------------------
Pesan cerita fabel ini adalah satu mengusulkan, lainnya
melaksanakannya.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=366
Dongeng Binatang Kelinci Yang Sombong Dan Kura-Kura
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Sebuah hutan kecil di pinggiran desa jadi tempat hidup
sekelompok binatang. Di sana ada kelinci yang sombong dan
suka mengejek binatang lain yang lebih lemah. Binatang lain
seperti kura-kura, siput, semut, ulat, cacing, kupu-kupu tak ada
yang suka pada kelinci sombong itu.
Pada suatu saat si kelinci sombong berjalan dengan angkuh
mencari korban untuk diejek. Kebetulan dia bertemu kura-kura.
“Hei, kura-kura lambat! Kamu jangan cuma jalan dong.
Belajarlah berlari biar cepat sampai,• kata kelinci mencibir.
“Biar saja, jalanku memang lambat, tapi yang penting tetap
selamat. Daripada cepat tapi jatuh dan terluka, lebih baik tetap
selamat,• jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita adu lari,•
ajak kelinci menantang. “Kalau kau menang, aku beri hadiah
apapun yang kau minta, kata kelinci pongah. “Mana mungkin
aku beradu cepat denganmu. Kamu kan bisa lari dan loncat,
sedang aku-kan hanya bisa jalan pelan, karena terbebani
rumahku ini,• kata kura-kura tahu diri.
“Harus mau! Kamu tidak boleh menolak tantanganku. Besok
pagi aku tunggu kamu di bawah beringin. Aku akan
menghubungi srigala untuk jadi wasit, kata kelinci. “Awas
kalau sampai nggak datang“ kata kelinci mengancam. Kura-
kura hanya diam melongo. Dalam hati dia berkata, “Apa
mungkin aku mengalahkan kelinci?•
Keesokan harinya kelinci sombong sudah menunggu di bawah
beringin. Srigala sudah datang untuk jadi wasit. Setelah kura-
kura ada dan sejumlah binatang hadir jadi penonton, srigala
berkata, “Peraturannya begini. Kalian balapan lari mulai dari
garis di bawah pohon mangga itu,• kata Srigala sambil nunjuk,
“terus cepet-cepetan sampai di bawah pohon beringin ini. Yang
nginjak garis duluan yang jadi pemenang.• Semua yang hadir
pun ngangguk-ngangguk.
Setelah semua siap, “Oke, satu.. dua.. tiga.. lari!• kata srigala
memberi aba-aba. Kelinci langsung meloncat mendahului kura-
kura. Sementara itu kura-kura melangkah pelan karena
rumahnya jadi beban. “Ayo kura-kura, lari dong..!• teriak
Kelinci dari kejauhan sambil mengejek. “Baiklah aku tunggu di
sini ya,• kata kura-kura mengejek. Kelinci pun duduk-duduk
sambil bernyanyi, mengejek kura-kura yang sulit melangkah.
Karena angin berhembus pelan dan sejuk, tanpa disadari
kelinci jadi ngantuk. Celakanya, tak lama kemudian kelinci pun
tertidur. Penonton mengira kelinci hanya pura-pura tidur untuk
mengejek kura-kura.
Meskipun pelan, kura-kura terus melangkah sekuat tenaga.
Diam-diam dia melewati kelinci yang tertidur, terus melangkah
dan. akhirnya mendekati garis finish. Tepat saat kura-kura
hamper menginjak garis finish, kelinci terbangun. Dia sangat
terkejut mendapati kura-kura sudah hampir mencapai finish.
Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat, mengejar kura-kura
yang diejek dan disepelekannya. Namun apa daya, semuanya
sudah terlambat. Kaki kura-kura telah menyentuh garis finish
dan Srigala telah mengibarkan bendera finish saat kelinci
masih berlari. Kura-kura jadi pemenang dan si kelinci sombong
terdiam tak percaya. “Kenapa aku bisa tertidur ya?• katanya
menyesal.
“Nah, siapa yang menang?• tanya kura-kura pada kelinci. “Ya,
kaulah yang menang, jawab kelinci malu. “Kamu ingat kan?
Kemaren kamu janji aku boleh minta hadiah apa pun bila
menang lomba ini kan?• Kata kura-kura mengingatkan. “Ya,
pilih saja hadiah yang kau ingin,• kata kelinci deg-degan. “Aku
hanya minta satu hadiah dari kamu. Mulai sekarang kamu
jangan sombong lagi, jangan mengejek, dan jangan ganggu
binatang lain• kata kura-kura. “Hanya itu?!• kata kelinci
terkejut. “Ya, itu saja.• Kata kura-kura mantap. “Baik, aku
berjanji tidak akan sombong lagi, tidak mengejek, dan aku
minta maaf,• kata kelinci disaksikan semua binatang.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=356
Dongeng Binatang Semut Dan Belalang
Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada suatu siang di akhir musim gugur, sebuah keluarga
semut yang telah bekerja keras mengumpulkan makanan
sepanjang musim panas, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan. Saat itu seekor
belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya
datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu
memberikan sedikit makan untuk dirinya.
“Apa!” teriak sang Semut dengan terkejut. “Tidakkah kamu
telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim
dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu
lakukan sepanjang musim panas?”
“Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,”
keluh sang Belalang. “Saya sangat sibuk membuat lagu, dan
sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu.”
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena
menahan marah.
“Membuat lagu katamu ya?” kata sang Semut, “Baiklah,
sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada
musim panas, sekarang saatnya kamu menari!”
Kemudian semut-semut pun membalikkan badan dan
melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang
Belalang lagi.

Anda mungkin juga menyukai