Anda di halaman 1dari 4

NAMA: NAYLA ZAHARA PUTRI

NO ABSEN: 27
KELAS: IX

KERA SI PENIPU

Di sebuah hutan belantara dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan lebat, daun-daun
yang hijau, dan udara yang sejuk. Telihat seekor bangau sedang berjalan dengan kaki
panjangnya ke sebuah sungai yang jernih, untuk menangkap ikan dan kodok sebagai
santapan. Kodok, adalah makanan favorit si bangau.

Bangau memiliki sahabat akrab yang dikasihi yakni kera. Bangau dan kera bersahabat
bermula saat bangau menolong kera yang sakit-sakitan akibat banyak kutu ditubunya.
Semenjak itu bangau dan kera selalu bersama. Si bangau selalu mencarikan kutu si kera, dan
mengantarkan kera terbang jauh. Sayapnya yang lebar, kakinya yang Panjang, dan lehernya
yang lebar dan kuat, kera jadi semakin senang dengan bangau. Tapi dia tak pernah membantu
atau membalas budi si bangau.

Kera selalu licik dan khianat, ingin menang sendiri. Saat itu mereka berdua sedang berjalan-
jalan mencari makanan untuk berdua, bangau sudah sadar bahwa kera itu licik dan
menipunya namun bangau membiarkannya karna mengira itu hanya kekhilafan kera, dan
kera akan berubah.
“Bangau kau ingin makan ikan dan kodok benar?” tanya kera. Bangau yang sedang
mengambil buah pir yang berjatuhan dengan paruhnya menoleh dan mengangguk.
“Begini saja bagaimana kalau kau cari ikan dan kodok yang banyak, serta aku mengambil
pisang dan buah – buahan yang lain” ucap kera.

“Kau bener, kera. Ya sudah sampai jumpa” pamit bangau yang sudah asyik pergi ke sungai.
Kera yang pintar memanjat pun dapat mengambil buah-buahan dengan cepat, dikumpulkan
nya anggur, apel, pir, pisang, dan leci dan diletakannya di bawah pohon rambutan tempat
janjian mereka berdua.
“Bangau kau mau saja di tipu oleh ku, hihihihihi” tawa kecil kera lalu melahap sepotong
pisang

Bangau pun menadapatkan banyak ikan dan kodok, tapi buah-buahan untuk mereka berdua
telah habis, kera pun malah mengambil satu ekor ikan lalu di bakarnya di atas batu yang
panas.
“Bangau, hari ini kakiku sakit sekali, jadi aku tidak bisa memanjat lebih lama. Tadi aku
hanya mendapatkan beberapa buah jadinya kumakan karena kau begitu lama Kembali” ucap
kera berbohong.
“Kasian sekali, ayo kita serbu makannya” kata bangau kecewa karna sebenarnya tadi ia
melihat kera yang sedang menyembunyikan buah-buahan itu. Ini ketiga kalinya dia ditipu
oleh kera, temannya sendiri. Bangau sangat kecewa dan sakit hati, tetapi ia tidak mau
memutus hubungannya dengan kera.

Lusa kera ingin ke Pulau Medang. Untuk ke Pulau Medang harus mrnggunakan perahu, tetapi
tak mungkin ada yang ingin meminjamkan perahu pada kera. Kera pun dapat ide untuk
meminta bangau mengantarnya ke Pulau Medang, pas sekali sekarang sungai sedang kering
jadi tidak ada kodok dan ikan. Kera akan menipu bangau dengan mengatakan banyak kodok
dan ikan di pulau Medang agar bengau mau mengantar kera.
TOK! TOK! TOK!
Kera mengetuk pintu rumah pohon si bangau, disana ia tinggal sendirian. Sebenarnya bangau
masih tertidur lelap saat itu, namun suara gaduh si kera membangunkan bangau “BANGAU,
BANGUN BANGAU!”. Bangau pun berjalan ke arah pintu dan setelah pintu terbuka bangau
mendapatkan kera yang berdiri dengan senyumannya “Oh, selamat pagi kera” sapa bangau
sambil mengucek matanya yang masih mengantuk
“Pagi juga bangau!” balas kera
“Ada apa kera? Kamu seperti tidak sabar? Kau mau bermain bersamaku?” tanya bangau
bertubi-tubi
“Bangau aku ingin pergi mencari makanan ke Pulau Medang. Di sana ada banyak kodok loh,
dan aku ingin mencari buah sawo, apa kamu mau ikut?” ucap kera berbohong membuat
bangau tergiur dan bersiap-siap untuk pergi ke Pulau Medang “Aku mau ikut ke Pulau
Medang kera” seru bangau. “Oke, ayo kita berangkat bangau!”. Perintah kera sambil menaiki
punggung bangau.

Bangaupun mengepakkan sayap yang lebar menuju pulau medang. Di sepanjang menuju
Pulau medang, coletehan dan candaan kera membuat bangau tak konsentrasi. Pulau medang
sangatlah jauh, tetapi demi kodok dan ikan, tetap bangau tempuh.

Bangau sudah kelelahan, energi bangau hampir habis sampai mereka pun tiba di tempat
tujuan. Bangau terbaring di pasir dengan kelelahan. Kera asyik memakan sawo yang
melimpah. Akibat kekenyangan kera pun tertidur, perutnya membiru tanda kekenyangan.
Bangau mencari-cari kodok yang dikatakan kera, namun ia tak menemukannya hingga kera
terbangun.
“Bangau sudah kenyang?” tanya kera pura-pura
“Wahai kera, sudah kenyang. Makanan untukmu melimpah disini. Kodok dan ikan yang
kamu katakan tidak ada disini, oleh karna itu, aku tidak mungkin tinggal disini. Aku akan
kembali ke kampung halamanku.” Kata bangau
“Dengan buah sawo yang melimpah disini, kamu bisa hidup 7 turunan, oleh karena itu, besok
aku akan menceritakan kepada warga kera tentang hutan sawo mu” lanjut bangau yang sadar
tertipu lagi oleh si kera.

Mendadak kera menjadi gugup oleh bangau “Jangan begitu” kilah kera “Saya tak mungkin
bisa tinggal sendiri disini”
“Tapi aku tak mungkin bisa hidup tanpa kodok, iya bukan?” ucap bangau dengan sinis
“Kalau begitu baiklah. mari terbangkan aku pulang bersamamu” ajak kera.

Karena bangau merasa sangat sakit hati. Ia pun membalas tipuan kera “Maaf kera, sayapku
belum begitu sehat untuk bisa terbang dengan beban tubuhmu. Jangan kan terbang dengan
membawamu, terbang sendiri pun belum tentu kuat” tolak bangau pada kera

“Kalau begitu kita tunggu saja sampai anda pulih kembali” saran kera. Bangau pun menjawab
“Mana mungkin aku harus menunggu. Apa yang harus aku makan? Apa aku harus mati
kelaparan disini? sementara engkau punya buah sawo yang berlimpah? Aku kira kamu dapat
pulang dengan perahu, kamu dapat membuat perahukan!” dengan hati yang terluka bangau
menatap kera dengan tatapan kecewa dan sedih.

Sang kera tertunduk malu, ia ingat akan kebohongannya. Sebenarnya ia hanya punya sedikit
keahlian membuat perahu. Namun karna malu kepada bangau. Ia berkata “Kalau begitu
bantulah saya mencari tanah liat. Nanti saya yang menempanya” minta kera kepada bangau

Singkat cerita, perahu itu sudah jadi. Mereka mendorong ketengah lautan, dan berangkatlah
mereka berdua. Sang kera naik perahu dengan perasaan takut sekali. Sesekali, perahu itu di
terjang ombak. Wajah sang kera menjadi pucat, sedangkan, bangau selalu bernyanyi, “Cur
Cur Hurmat, Cur Cur Hurmat, bila hancur saya selamat, bila hancur saya selamat”. Tentu saja
bangau dapat terbang jika perahu itu hancur di terpa ombak. Kemungkinan untuk hancur
memang ada, karena perahu itu hanya dibuat dari tanah liat oleh kera yang tidak ahli.

Sementara itu, mereka telah berlayar jauh ke tengah laut. Pulau Sembawa sebagai kampung
halamannya telah tampak dari kejauhan. Tiba-tiba badai bertiup dengan kencang. Hujan pun
turun dengan lebat. Ombak lautan bergulung-gulung menerpa perahu mereka. dalam waktu
yang singkat, perahu itu pecah berantakan. Sang bangau segera terbang, sedangkan kera
dengan susah payah berenang. Namun tubuhnya yang kecil tidak mampu melawan derasnya
arus dan besarnya gelombang lautan yang kian mengganas, akhirnya, sang kera mati di telan
ombak lautan. Lautan Kembali tenang. Dan di atas langit tampak sang bangau terbang
dengan tenang menuju kampung halamannya.
TAMAT

Nah teman- teman jangan contoh kera,ya~

Anda mungkin juga menyukai