Anda di halaman 1dari 18

Contoh Cerita Fabel

Monyet Dan Unta Peniru

Dongeng Monyet dan Unta Peniru - Pada suatu perayaan besar untuk
menghormati sang Singa si Raja Hutan, seekor monyet diminta untuk menari di
depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian sang Monyet begitu indahnya
sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang dan gembira melihatnya.
Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir
menjadi iri hati. Dia sangat yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang
monyet, bahkan mungkin lebih baik lagi, karena itu dia maju ke depan menerobos
kerumunan hewan yang menonton tarian monyet, dan sang Unta mengangkat kaki
depannya, mulai menari. Tapi unta yang sangat besar itu membuat dirinya
kelihatan konyol saat menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-
mutarkan lehernya yang kaku dan panjang. Selain itu, sang unta sulit untuk
menjaga agar tapak kakinya yang besar tetap terangkat ke atas.
Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja
Hutan sehingga hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta,
mengusirnya keluar sampai ke padang gurun.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng monyet dan unta
peniru ini adalah
Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu lakukan.

Si Kancil Dan Kura-Kura

Si Kancil dan kura-kura sudah lama bersahabat. Pada suatu hari mereka pergi
menangkap ikan di suatu danau. Berjumpalah si kancil dan kura-kura dengan
seekor kijang. Kijang ingin ikut serta. Lalu si kancil, kura-kura dan kijang pergi
bertiga.

Sampailah mereka di sebuah bukit, si kancil, kura-kura dan kijang bertemu


dengan seekor rusa. Rusa juga ingin ikut. Segeralah rusa bergabung dalam
rombongan. 

Dalam perjalanan, di sebuah lembah berjumpalah mereka dengan seekor babi


hutan. Babi hutan menayakan apakah ia boleh ikut. 

"Tentu saja, itu gagasan yang baik, daripada hanya berempat lebih baik berlima,"
jawab kura-kura. 
Setiba di bukit yang berikutnya, berjumpalah si kancil dan kura-kura beserta
kijang, rusa dan babi dengan seekor beruang. Lalu mereka berenam melanjutkan
perjalanannya. Kemudian mereka bertemu dengan seekor badak. 

"Bagaimana kalau aku ikut," tanya badak. 


"Mengapa tidak?", jawab mereka semua. 

Bahkan bergabung pula seekor banteng. Dan berikutnya rombongan si kancil dan
kura-kura bertemu dengan seekor kerbau yang akhirnya ikut serta. Begitu pula
ketika mereka bertemu dengan seekor gajah.

Demikianlah, mereka bersepuluh berjalan berbaris beriringan mengikuti si kancil


dan akhirnya mereka sampai ke danau yang dituju. Bukan main banyaknya ikan
yang berhasil ditangkap. 

Ikan kemudian disalai dengan mengasapinya dengan nyala api sampai kering.
Keesokan harinya, beruang bertugas menjaga ikan-ikan ketika yang lainnya
sedang pergi menangkap ikan. Tiba-tiba seekor harimau datang mendekat. Tak
lama kemudian beruang dan harimau terlibat dalam perkelahian seru. 

Beruang jatuh pingsan dan ikan-ikan habis disantap oleh harimau. Berturut turut
mereka kemudian mendapat giliran menjaga ikan-ikan, yaitu gajah, banteng,
badak, kerbau, babi hutan, rusa dan kijang, semuanya menyerah. 

Sekarang tinggal si kancil dan kura-kura yang belum mendapat giliran menjaga
ikan-ikan. Kura-kura dianggap tidak mungkin berdaya menghadapi harimau, maka
diputuskanlah si kancil yang akan menjaga ikan-ikan tersebut. 

Sebelum teman-temannya pergi menangkap ikan, si kancil meminta teman-


temannya untuk mengumpulkan rotan sebanyak-banyaknya. Lalu masing-masing
dipotong kira-kira satu hasta. Tak lama kemudian tampak si kancil sedang sibuk
membuat gelang kaki, gelang badan, gelang lutut dan gelang leher. 

Sebentar-sebentar kancil memandang ke langit seolah-olah ada yang sedang


diperhatikannya. Harimau terheran-heran, lalu perlahan-lahan mendekati si
kancil. Kancil pura-pura tidak mempedulikan harimau. 

Harimau bertanya, "Buat apa gelang rotan bertumpuk-tumpuk itu?".

Jawab si kancil, "Siapa yang memakai gelang-gelang ini akan dapat melihat apa
yang sedang terjadi di langit". 
Lalu dia menengadah sambil seolah-olah sedang menikmati pemandangan di atas.
Terbit keinginan harimau untuk dapat juga melihat apa yang terjadi di langit. 

Bukan main gembiranya si kancil saat mendengar permintaan harimau. Si kancil


meminta harimau duduk di tanah dan melipat tangan dan kaki. Lalu dilingkarinya
kedua tangan, kedua kaki dan leher harimau dengan gelang-gelang rotan
sebanyak-banyaknya sehingga harimau tidak dapat bergerak lagi. 

Setelah dirasa cukup, rombongan si kancil berniat kembali pulang ke rumah, akan
tetapi mereka bertengkar mengenai bagian masing-masing. Mereka berpendapat,
siapa yang berbadan besar akan mendapatkan bagian yang besar pula. 

Si Kancil sebenarnya tidak setuju dengan usulan tersebut. Lalu si kancil mencari
akal. Tiba-tiba melompatlah si kancil dan memberi tanda ada bahaya datang. 

Mereka semuanya ketakutan dan terbirit-birit melarikan diri. Ada yang jatuh


tunggang langgang, ada yang terperosok ke lubang dan ada pula yang tersangkut
di akar-akar pohon. Hanya si kancil dan kura-kura yang tidak lari. Lalu si kancil
dan kura-kura berdua pulang dan berjalan berdendang sambil membawa banyak
sekali bungkusan salai.
Contoh Cerita Fabel

Keong Mas
Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia
termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun
Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-
hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia
ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta
orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan
waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba
warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan
kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan
tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan
untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; “Pucuk
dicinta ulam pun tiba”, demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai
menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal
diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu,
karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan
anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : ” Hai, Nyai,
sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua!
Patutkah itu ?” “Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak”
bujuk istrinya itu. “Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi
meninggalkan rumah ini !” seru nya lagi sambil melototkan matanya. “Jangan
begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja”
demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. “Ah .. omong kosong. Pendeknya
sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !” demikian Galoran
mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya.
Ratapnya : ” Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari
kemari nak” serunya lirih. “Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku” jawab
Jambean. “Nah selesai sudah” serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan
ibunya yang tengah bersedih. “Mengapa emak bersedih saja” tanyanya dengan
iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan
membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : ” Sudahlah mak jangan
bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan
bahagia mak”. “Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah
janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan” jawabnya lagi. Dengan
sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh
oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya
di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi
udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Asal Mula Danau Toba


Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup
sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan
dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia
bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah
kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah
sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil
menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku
dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang
dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani
tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan
cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat
terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan
dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan
tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan
ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut
berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu
ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri
yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih
engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku
bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah
mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu
mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika
janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Contoh Cerita Mite

Cerita Sangkuriang
Cerita Rakyat Sangkuriang dan Dayang Sumbi – Pada jaman dahulu kala
tepatnya di daerah Jawa Barat terdapat seorang putri yang sangat cantik
bernama Dayang Sumbi dan satu anak bernama Sangkuriang. Sangkuriang semasa
kecil sangat suka berpetualang seperti halnya berburu di dalam hutan.
Sangkuriang mempunyai seekor anjing dan kemana sangkuriang pergi selalu
ditemani dengan anjing tersebut. Anjing tersebut bernama Tumang. Tumang
sebenarnya adalah titisan dewa yang berwujud anjing dan dialah bapak dari
sangkuriang, yang tahu tentang hal tersebut adalah sang ibu saja, akan tetapi
dayang sumbi tidak menceritakan hal itu kepada anaknya. Dayang sumbi sengaja
merahasiakannya pada sangkuriang.

Pada suatu hari sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu bersama anjing
kesayangannya, di sela-sela perjalanan sangkuriang sangat asyik dengan anjingnya
sampai tiba di tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan sangkuriang
melanjutkan perburuannya. Awalnya sangkuriang melihat seekor burung yang
sedang bertengger di ranting pohon, dan menyiapkan alat untuk mendapatkan
burung tersebut. Sangkuriang lantas menembak burung itu, keahlian berburu
yang sangat mahir burung itu terkena tembakan dan terjatuh ke tanah.
Sangkuriang meminta anjing kesayangan nya tadi untuk menghampiri burung tadi
dan mengambilnya.

Namun Tumang tetap saja tidak bergerak, tumang tidak mengikuti perintah dari
sangkuriang. Karna kesal dengan tumang sangkuriang menembak Tumang hingga
mati. Sangkuriang pulang seorang diri. Setibanya di rumah sangkuriang
menceritakan kejadian itu kepada ibunya. Begitu terkagetnya Dayang Sumbi
mendengar cerita anaknya telah mengusir anjing yang merupakan bapaknya
sendiri. Dayang sumbi pun marah besar, saking marahnya dayang sumbi memukul
sangkuriang dengan sebuah sendok nasi ke arah kepala sangkuriang

Karena merasa kesal juga, sangkuriang akhirnya memutuskan untuk pergi


mengembara seorang diri. Namun di sisi lain dayang sumbi sangat menyesal telah
memperlakukan sangkuriang seperti itu. Lama mengembara dan tak kunjung
kembali, dayang sumbi dengan rasa menyesalnya selalu berdoa agar bisa bertemu
kembali dengan anaknya. Tak henti-henti dia setiap hari berdoa berharap
anaknya bisa pulang menemuinya. Doa yang dipanjatkan dayang sumbi pun
dikabulkan oleh dewa. Dewa memberikan sebuah keajaiban kepada dayang sumbi
dengan kecantikan yang tak lekang oleh waktu dan menjadi awet muda
Cerita Rakyat Dari Jawa Barat Lutung Kasarung

Pada jaman dahulu terdapat seorang Raja di daerah Pasundan yang bernama
Prabu Tapak Agug. Raja tersebut memimpin rakyat dengan sangat baik dan
bijaksana, sampai warga sekitar sangat segan terhadap beliau. Prabu Tapak
Agung begitu di hormati di wilayah itu, Prabu Tapak Agung tinggal di sebuah
kerajaan dan mempunyai dua anak putri yang cantik jelita. Anak pertama nya
bernama Purbalarang dan yang kedua diberi nama Purbasari. Seiring berjalanya
waktu umur sang prabu semakin tua dan merasa dirinya sudah tidak mampu lagi
untuk memimpin kerajaan nya. Kemudian Beliau meminta putri bungsunya,
Purbasari untuk mengantikan posisi Beliau sebagai raja. “ Purbasari anakku, aku
sudah lelah dan semakin tua untuk memimpin rakyat kerajaan. Sudah saatnya
kepemimpinan ini aku turunkan kepadamu” ucap sang raja. Mendengar hal
tersebut sang kakak Purbalarang tidak setuju dengan keinginan sang ayah yang
memberikan tahta kerajaan kepada adiknya.

Purbalarang merasa dirinya adalah anak tertua dan semestinya dialah yang
memimpin kerajaan itu, bukan adiknya Purbasari. Ketidak sepahaman tersebut
membuat Purbalarang menjadi iri pada adiknya dan mempunyai niatan buruk
mencelakakan adik nya. Suatu hari Purbalarang pergi kerumah nenek sihir dengan
maksud meminta agar nenek sihir  tersebut mencelakai Purbasari adiknya. Nenek
sishir yang diminta oleh Purbalarang lantas memantra mantrai Purbasari, alhasil
Purbasari mengalami sakit tiba-tiba. Kulit disekujur tubuhnya menjadi bintik-
bintik hitam.

Karna kejadian sakit tersebut sang kakak menghasut seisi kerajaan untuk
mengusir Purbasari dari kerajaan. “ Pergi dari sini , kamu tidak pantas memimpin
kerajaan dan tinggal di kerajaan ini “Karna mantra kutukan nenek sihir yang
jahar pubasari akhirnya meninggalkan kerajaan. Purbalarang menyuruh prajurit
nya agar mengasingkan Purbasari ke tengah hutan. Meski dengan berat hati
mengusir putri Purbasari prajurit yang disuruh tersebut tetap menjalankan
perintah dari Purbalarang. Sesampai di tengah hutan ,prajurit yang tidak tega
dengan keadaan tersebut tidak langsung membuang purbasari di tengah-tengah
hutan. Prajurit tersebut masih mempunyai niatan baik membuatkan Purbasari
sebuah tenda kecil untuk tempat tinggalnya. Bahkan sebelum prajurit pergi
meninggalkannya seorang diri. Prajurit berucap “ Agar purbasari tetap sabar dan
tabah menghadapi ini semua”.
Contoh Cerita Sage

Asal Usul Girilawungan

Pada zaman dulu ada satu kerajaan di Jawa Barat yang di pimpin oleh Raja Giri
Layang. Dalam mengelola negeri, ia dibantu oleh adik perempuannya bernama
Putri Giri Larang. Mereka berdua memerintah kerajaan dengan bijaksana dan
rakyatnya sejahtera. Satu waktu, Putri Giri Larang memohon izin pada kakaknya
untuk merantau mencari pengetahuan. Dengan penuh sayang, Raja Giri Layang
merangkul adik perempuannya, “Jika itu memanglah hasratmu, Kanda
mengizinkannya. Kanda akan berdoa mudah-mudahan kau memperoleh apa yang
kau ingin. Tetapi, ingatlah pesan Kanda, pergilah ke arah timur dan jangan sampai
melalui perbatasan. “

Putri Girl Larang juga mengawali perjalanannya. la jalan kaki ke arah timur
melalui rimba, gunung, lembah, dan beragam jenis halangan. Sesudah berbulan-
bulan jalan, ia tiba di satu rimba belantara. Saat tengah melepas Ielah, Putri Giri
Larang temukan satu telaga bening yang dikelilingi oleh taman yang begitu indah.
“Indah sekali tempat ini, siapakah yang menbuatnya? ” guman Putri Giri Larang.
Lihat kejernihan air telaga, Putri Giri Larang pada akhirnya mengambil keputusan
untuk mandi sembari melepaskah Ielah. la tak mengerti kalau ada seorang yang
memperhatikannya dari semak-semak. Orang itu yaitu seseorang patih dari satu
kerajaan di Jawa yang bertugas menjaga telaga itu. Telaga itu yaitu tempat
permandian raja-raja Jawa sesudah usai berburu.

Patih itu teringat kalau rajanya belum memiliki istri. Gadis cantik itu di rasa pas
untuk mengikuti Sang Raja. Lantas, patih itu dengan berniat mengambil selendang
Putri Giri Larang. Lihat selendangnya di ambil, Putri Giri Larang selekasnya
menguber pencuri bajunya. “Hei Siapa kau? Kembalikan bajuku! ” Patih berniat
memperlambat larinya supaya sang putri mengikutinya. Sampailah mereka didalam
Istana Raja. Lihat seseorang putri yang cantik jelita itu, Raja segera jatuh hati.
” Putri yang cantik. Saya tengah mencari seseorang permaisuri untukku, maukah
kau jadi istriku? “Mendadak, Putri Giri Larang rasakan badannya lemah dan
kekuatannya hilang. la teringat pesan kakaknya supaya tak melalui perbatasan
clan saat ini ia sudah melanggarnya. Dengan sangat terpaksa, ia terima lamaran
Sang Raja.”Saya bersedia jadi istrimu dengan satu prasyarat, jangan sampai ingin
tahu atau mencampuri masalah perempuan. “

Kumpulan Dongeng Sunda Singkat – Raja sepakat dan mereka juga menikah.


Lantas, Putri Giri Larang memiliki kandungan. Satu hari, Putri Girl Larang akan
menanak nasi. Sesudah tutup tempat menanak nasi ia juga pergi untuk mandi.
Saat ditinggal untuk mandi, suaminya datang ke dapur. Sang raja ingin tahu apa
yang tengah dimasak istrinya. Begitu terkejutnya ia, nyatanya isi tempat
menanak nasi itu hanya sebatang padi. Saat tahu kalau masakannya sudah diliat
oleh suaminya, Putri Giri Larang begitu geram. ” Kakanda sudah tidak mematuhi
kesepakatan kita saat menikah, ” tuturnya pada suaminya. Lantas, ia kembali pada
istana kakaknya. Raja Giri Layang begitu suka adiknya kembali. ” Maafkan, Kanda!
Adinda sudah tidak mematuhi pesan, Kanda, ” kata Putri Giri Larang sembari
menangis. ” Sudahlah Dinda, saat ini kau mesti banyak beristirahat, lantaran kau
tengah memiliki kandungan. ” Selang beberapa waktu kemudian , Putri Giri Larang
melahirkan seseorang bayi lelaki yang dinamakan Adipati Jatiserang. Putri Giri
Layang begitu cemas bila satu waktu, bapak Jatiserang akan tiba dan punya niat
mengambilnya.

Lalu, Raja Giri Layang berunding dengan patihnya, yakni Patih Endang Capang dan
beberapa menterinya. Mereka setuju untuk bersembunyi didalam kulah, yakni
lubang besar dibawah tanah. Raja Giri Layang memerintahkan untuk membuat
empat buah kulah sebagai tempat persembunyian keluarga kerajaan. Raja Giri
Layang mengambil keputusan bersembunyi bukanlah lantaran tak mampu hadapi
tentara kerajaan lain mendatang menyerang, ia cuma tidak ingin rakyat mereka
jadi korban. Selang beberapa saat, datanglah pasukan dari kerajaan seberang
yang di pimpin oleh dua orang patih, yakni Patih Mangkunagara dan Patih
Surapati. Mereka punya maksud menjemput paksa Putri Giri Larang dan putranya.
” Kami mencari raja kalian, ” kata ke-2 patih itu pada Patih Endang Capang.

” Maaf Tuan, Putri Giri Larang dan Raja Girl Layang sudah meninggal dunia.
Disamping itu, putra Giri Larang, yakni Adipati Jatiserang tengah berguru ke
negeri seberang. ” ” Kami tak yakin! ” seru mereka. Lalu, Patih Endang Capang
membawa pasukan itu ke tempat kulah. Mereka lihat empat gundukan tanah yang
mirip makam. Lantaran masihlah tak yakin, ke-2 patih itu memerintahkan
pasukannya untuk menggali makam itu. Tetapi, saat akan menggali mendadak
semua jatuh lemas. Kemampuan mereka terisap oleh kemampuan Putri Giri Larang
dan Raja Giri Layang yang tengah bersembunyi dibawah tanah itu. Patih
Mangkunagara dan Patih Surapati memerintahkan untuk hentikan usaha mereka
menggali makam. ” Lebih balk kita janganlah pulang, lantaran malu rasa-rasanya
bila kita pulang tanpa ada hasil. Lebih balk saat ini kita ngalawung saja disini,
lantaran saya meyakini mereka bersembunyi di sekitaran sini, ” kata Patih
Mangkunagara. Arti kata ngalawung yaitu duduk berjumpa atau bertemu. Untuk
kembali kenang momen itu, daerah itu diberi nama Girilawungan yang saat ini di
kenal dengan nama Babakan Jawa.
Asal Usul Kota Banyuwangi
Pada jaman dulu di lokasi ujung timur Provinsi Jawa Timur ada satu kerajaan
besar yang dipimpin oleh seseorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja itu
memiliki seseorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kesukaan Raden
Banterang yaitu berburu. “Pagi hari ini saya akan berburu ke hutan. Sediakan alat
berburu, ” kata Raden Banterang pada beberapa abdinya. Sesudah perlengkapan
berburu siap, Raden Banterang dibarengi bebrapa pengawal pergi ke hutan. Saat
Raden Banterang jalan sendirian, ia lihat seekor kijang melintas di depannya. Ia
selekasnya mengejar kijang itu sampai masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan
beberapa pengawal.

“Kemana seekor kijang tadi? ”, kata Raden Banterang, saat kehilangan jejak
buruannya. “Akan ku mencari selalu hingga bisa, ” tekadnya. Raden Banterang
menerobos semak belukar dan pohon-pohon hutan. Tetapi, binatang buruan itu
tak dikemenemukan. Ia tiba di satu sungai yang begitu bening airnya. “Hem,
fresh nian air sungai ini, ” Raden Banterang minum air sungai itu, hingga merasa
hilang dahaganya. Kemudian, ia meninggalkan sungai. Tetapi baru bebrapa langkah
berjalan, mendadak dikagetkan kehadiran seseorang gadis cantik jelita.

“Ha? Seseorang gadis cantik jelita? Apakah benar ia seseorang manusia? Jangan-
jangan setan penunggu hutan, ” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden
Banterang membulatkan tekad mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau
penunggu hutan? ” sapa Raden Banterang. “Saya manusia, ” jawab gadis itu
sembari tersenyum. Raden Banterang juga mengenalkan diri. Gadis cantik itu
menyambutkan namanya. “Nama aku Surati datang dari kerajaan Klungkung”.
“Saya ada ditempat ini karna menyelamatkan diri dari serangan musuh. Bapak aku
sudah mati dalam menjaga mahkota kerajaan, ” Tuturnya. Mendengar perkataan
gadis itu, Raden Banterang terperanjat bukan kepalang. Lihat penderitaan puteri
Raja Klungkung itu, Raden Banterang lalu berniat membantu dan mengajaknya
pulang ke istana. Selang beberapa saat mereka menikah dan membangun keluarga
bahagia.

Disuatu hari, puteri Raja Klungkung jalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati!
Surati! ”, panggil seseorang lelaki yang kenakan pakaian compang-camping.
Sesudah mencermati muka lelaki itu, ia baru sadar kalau yang ada di depannya
yaitu kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kehadiran Rupaksa yaitu untuk
mengajak adiknya untuk membalas dendam, karna Raden Banterang sudah
membunuh ayahandanya. Surati bercerita kalau ia ingin diperistri Raden
Banterang karna sudah berhutang budi. Begitu, Surati tidak ingin ajakan kakak
kandungnya. Rupaksa geram mendengar jawaban adiknya. Tetapi, ia pernah
memberi satu masa berbentuk ikat kepala pada Surati. “Ikat kepala ini harus kau
taruh dibawah tempat tidurmu, ” pesan Rupaksa.

Contoh Cerita Jenaka


Senjata Makan Tuan

Seorang wartawan sedang meliput peristiwa kecelakaan. Karena banyak orang yg


mengerumuni lokasi kecelakaan, wartawan tsb tdk dpt menerobos untuk melihat
korban dari dekat. Setelah berpikir keras, wartawan tsb dpt ide.
"Minggir-minggir semua, saya ayah korban!" ia berseru. "Saya minta jalan.
" Benar saja.....kerumunan itu membiarkan dia lewat. Semua mata terarah kepada
wartawan tsb. (wartawan GR, dalam hati: "Berhasil juga!!!) Ketika sampai di
tengah kerumunan, ia terpana melihat... SEEKOR ANAK MONYET tergeletak tak
berdaya!

Tangisan Seorang Ibu

Sebuah keluarga yang malang itu, akhirnya tahu bahwa salah satu anak gadisnya
bekerja sebagai pelacur di kota Surabaya. Si Ibu pun menangis tersedu-sedu.
"Kenapa anda menangis?" tanya tetangga, "Yang sudah terjadi biarlah terjadi,
yang penting kita selalu berdo'a semoga ia segera sadar."
Sambil mengusap air matanya, Si ibu menjawab dengan terbata-bata
"Saya menangis bukan karena itu, tetapi saya menangis terharu karena Dia
adalah anak satu-satunya dari enam bersaudara yang akhirnya berhasil
mendapatkan pekerjaan."
Contoh Cerita Pelipur Lara

Karyo dan Istri
Karyo beserta istri baru saja terusir dari gubuk reyotnya. Berbekal buntalan
yang isinya tak lebih dari beberapa pasang gombal, mereka berjalan menyusuri
kemelaratan. Bertahan hidup dari remah-remah jalanan. Kadang juga dari belas
kasih orang-orang. Relokasi hanyalah ilusi. Segala yang pasti di dunia ini hanyalah
menunggu mati.

Puji syukur. Karyo mendapat kerja, menjadi kuli. Istrinya buruh nyuci. Mereka
bisa mengontrak pondokan walau, tak lebih bagus dari rumah ayam. Mereka bisa
beli beras. Namun dasar nasib, mereka hanya mengunyah butiran plastik yang
dikukus. Karyo meriang. Perutnya nyeri. Si istri merawat alakadarnya. Tetangga
menganjurkan Karyo dibawa ke rumah sakit. Karyo menolak, takut disuntik
katanya. Tapi jelas bukan itu alasan utama Karyo. Ia tak punya biaya. Karyo mati
seminggu kemudian.

Si istri berkabung sendirian, menyeka air mata dan peluhnya. Entah sampai kapan
berhenti bercucuran.

Pelipur Lara
Sepasang suami istri telah menikah hampir dua puluh tahun, namun belum juga
mendapat keturunan. Beratus kali pengobatan telah mereka jalani, Tuhan belum
menjawab doa mereka.

Pada satu keletihan yang tak tertahankan. Cibiran, tatap pandang aneh sanak
keluarga dan keinginan kuat memiliki buah hati, akhirnya mereka sampai pada
kesimpulan. Di bawah sorot purnama yang pucat, mereka berbicara.

“kita perlu dibantuan orang lain” ucap Sang Suami.

“maksudnya kang?”
Sang Suami tak menjawab pertanyaan Si Istri. “aku jelas tidak mungkin”. Sang
Suami seakan menahan sebentar kata-katanya. Ia menengok kiri-kanan,
memastikan tidak ada orang lain yang mendengar. Ia mencondongkan tubuhnya
mendekati Si Istri. Setengah berbisik.. “kamu harus dibuahi orang lain”. Si Istri
kaget. Menangis sesenggukan semalaman.

Contoh Cerita Epos

RAMAYANA

Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di


Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya Ayodhya.
Sebelumnya diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri,
yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari
Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar,
bernama Lakshmana dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan
mahir bersenjata.

Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi
pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding
dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah
hutan diiringi Sang Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana
diberi ilmu kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya
membunuh para rakshasa yang mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka
melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka.
Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sita, puteri
Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama dan Lakshmana kembali pulang
ke Ayodhya.

Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas
permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta
kepada Bharata sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun.
Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan
menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata
memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama.
Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan
berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka bernafsu dengan
Rama dan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka
mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah dan berniat
membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana kemudian dengan
tipu muslihat, ia menculik Sita, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya,
Jatayu berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur.

Rama yang mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas
petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja
Kiskindha. Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari
kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan
Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanuman dan ribuan
wanara, mereka menyeberangi lautan dan menggempur Alengka.

Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk


puteranya – Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya)
diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit
melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia
gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu
persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan
senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai ksatria.

Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita
kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana
pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat
untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut
mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.

Mahabrata

Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan
Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka
dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula
yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak
cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4
sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima


dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak
pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di
medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung


nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah
Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah
yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta ini kemudian disalin dalam berbagai
bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di
Asia, termasuk di Asia Tenggara.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa,


Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui
telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad
ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-
1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai
sastraparwa.

Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu
dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa
Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwāha,
perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-
1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari
kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.

Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha, yang
digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh).
Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada
sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu
Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa di masa Jayabaya, dan diperkirakan
pula menggubah Gaţotkacāśraya di masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari
Kediri.
Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di
antaranya adalah Kŗşņāyana (karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka (pengarang tak
dikenal) keduanya dari zaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña (mpu Tanakung)
di akhir zaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam
lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali.

Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan


inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa
dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari,
seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di
dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh
pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada
sekitar abad ke-18.

Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan


melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam.
Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.
TUGAS CERITA

FABEL, LEGENDA,MITE, SAGE, CERITA


JENAKA, PELIPUR LARA, EPOS

DIBUAT OLEH :

HANIYAH FIRA WARDANI

V. B
SD ADHYAKSA JAMBI

Anda mungkin juga menyukai