Anda di halaman 1dari 10

#1 DUA ANGSA UNDAN DAN SEEKOR KURA-KURA

Dahulu kala, di suatu danau di kota Magdha, hidup seekor kura-kura. Dua ekor angsa
undan juga hidup di dekat sana. Mereka bertiga adalah teman yang sangat akrab.
Pada suatu hari, beberapa nelayan tiba di sana dan berkata, “Kita akan datang ke sini
besok pagi dan menangkap ikan dan kura-kura.”
Pada waktu kura-kura mendengarnya, dia berkata kepada angsa-angsa undan, ” Apakah
kalian dengar apa yang dikatakan nelayan-nelayan tadi. Apa yang akan kita lakukan sekarang?’
“Kami akan melakukan apa yang terbaik”. “Saya sudah pernah melewati waktu yang sangat
mengerikan dahulu”, kata kura-kura. “Jadi bisakah engkau membantu saya pergi hari ini ke danau
yang lain?”
“Tapi itu tidak aman untuk kamu dengan merangkak ke danau yang lain”, kata angsa-
angsa undan.
“Baik, kamu bisa mengangkat saya ke sana dengan menumpang dua di antara kamu”
jawab kura-kura sambil merasa bahagia sekali dengan dirinya sendiri.
“Bagaimana kita bisa melakukannya?” Tanya angsa-angsa undan.
“Masing-masing bisa memegang ujung kayu di paruhmu sementara saya memegang kayu
tengahnya di mulutku. Kemudian jika kamu terbang, saya bisa ikut dengan kamu”, kata kura-
kura.
“Rencana yang bagus sekali”, kata angsa-angsa undan. “Tapi ini juga sangat berbahaya
karena kalau kamu membuka mulutmu untuk bicara, kamu akan terjatuh.”
“Apakah kamu mengira saya begitu bodoh?” Tanya kura-kura.
Kemudian pada waktu angsa-angsa undan itu terbang sambil mengangkat temannya si
kura-kura di kayu, mereka terlihat oleh beberapa orang penggembala sapi yang berada di bawah.
Karena terkejut, para penggembala itu berkata, “Sesuatu yang aneh, lihatlah! Angsa-angsa
undan sedang membawa kura-kura ke suatu tempat.”
“Wah, kalau kura-kura itu jatuh kita akan memanggangnya”, kata salah satu gembala sapi.
“Saya akan memotong dia menjadi bagian-bagian kecil dan memakannya” kata yang lain.
Mendengar kata-kata yang begitu kasar dari para gembala sapi, kura-kura lupa di mana dia
sedang berada kemudian berteriak dengan marah, “Kamu akan makan abu.”
Pada saat dia membuka mulutnya, ia kehilangan genggamannya dan dia pun jatuh
terpelanting ke tanah dan langsung disambar oleh gembala sapi kemudian dibunuh.
Angsa-angsa undan dengan sedih melihat kehancuran teman mereka (si kura-kura) dan
dengan putus asa mengharap bahwa dia seharusnya mendengar nasihat mereka untuk tidak
membuka mulutnya.
Oleh karenanya, nasehat yang baik itu tidaklah ternilai harganya.
#2 Memberi Lonceng Pada Kucing

Suatu hari tikus-tikus berkumpul untuk berdiskusi dan memutuskan untuk membuat
rencana yang akan membebaskan mereka selama-lamanya dari musuh mereka, yaitu kucing.
Mereka berharap paling tidak mereka akan menemukan cara agar tahu kapan kucing
tersebut akan datang, sehingga mereka mempunyai waktu untuk lari. Karena selama ini
mereka terus hidup dalam ketakutan pada cakar kucing tersebut dan mereka terkadang
sangat takut untuk keluar dari sarangnya di siang hari maupun malam hari.
Banyak rencana yang telah didiskusikan, tetapi tak ada satupun dari rencana tersebut yang
mereka rasa cukup bagus. Akhirnya seekor tikus yang masih muda bangkit berdiri dan
berkata:
“Saya mempunyai rencana yang mungkin terlihat sangat sederhana, tetapi saya bisa
menjamin bahwa rencana ini akan berhasil. Yang perlu kita lakukan hanyalah
menggantungkan sebuah lonceng pada leher kucing itu. Ketika kita mendengar lonceng
berbunyi, kita bisa langsung tahu bahwa musuh kita telah datang.”
Semua tikus yang mendengar rencana tersebut terkejut karena mereka tidak pernah
memikirkan rencana tersebut sebelumnya. Mereka kemudian bergembira karena merasa
rencana itu sangat bagus, tetapi di tengah-tengah kegembiraan mereka, seekor tikus yang
lebih tua maju ke depan dan berkata:
“Saya mengatakan bahwa rencana dari tikus muda itu sangatlah bagus. Tetapi saya akan
memberikan satu pertanyaan: Siapa yang akan mengalungkan lonceng pada kucing
tersebut?”
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng memberi lonceng pada kucing ini
adalah Kadang kala, rencana yang bagus tak semudah apa yang dipikirkan, maka rencana
harus dipertimbangkan dengan matang.
#3 Lembu dan Buaya

Pasti anda tahu cerita tentang lembu dan buaya yang dipahat di Candi Jago sebanyak tiga panil di
sudut barat laut, sebelah tangga menghadap ke barat.
Panil pertama menceritakan seekor lembu sedang menggendong seekor buaya meyeberangi
sungai. Yang kedua menggambarkan seekor lembu sedang mendekam, di hadapannya tersaji
hidangan dalam dua piring. Panil terakhir menceritakan tiga orang manusia sedang memukuli
buaya dengan tongkat/pedang.
Cerita lembu yang tertipu buaya diawali saat seekor buaya yang hampir mati karena tertimpa
pohon yang tumbang. Pohon itu menindih badannya sehingga buaya tidak dapat melepaskan diri
dan terjebak di bawahnya. Kemudian datang seekor lembu ke tempat itu dan melihat buaya yang
tertimpa pohon. Buaya meminta tolong pada lembu untuk melepaskannya, dank arena merasa
kasihan, lembu membongkar pohon itu dengan tanduknya.

Setelah terlepas buaya pura-pura sakit dan meminta tolong untuk dibawa ke air, yang sebenarnya
merupakan tipu daya buaya untuk membunuh lembu. Kemudian buaya digendong lembu ke
sungai, buaya minta supaya dibawa ke tengah. Setelah sampai di tengah sungai, buaya menggiggit
lembu tersebut.
#4 Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun
sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak
menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut
merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit.
Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air
yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena
kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil
kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi
satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi,
permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi
hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
#5 PEMBURU, HARIMAU DAN KERA

Cerita dimulai dari seekor gajah yang lari ketakutan pada pemburu cerdik bernama
Papaka. Dalam pelariannya ia bertemu Harimau dan menceritakan apa yang terjadi.
Kemudian Harimau menemui Papaka yang ternyata sudah lelah dan anak panahnya
tinggal satu, Papaka lari dikejar Harimau.

Kemudian Papaka bertemu dengan kera betina bernama Wanari, anak Subudi. Wanari
menolong Papaka yang pingsan kelelahan dengan menaikkannya ke atas pohon.
Harimau sampai ke tempat tersebut dan berkata pada Wanari telah menolong orang
yang tidak berbudi dan akan celaka sendiri. Harimau menceritakan contohnya seperti
yang dialami oleh seorang Brahmana dengan pande emas.

Tetapi Wanari tidak percaya pada cerita Harimau dan membalas menceritakan
kejelekan Harimau, membandingkan dengan kebaikan ketam. Harimau juga
membalas dengan cerita-cerita tentang kejelekan kera. Ketika Wanari dan Harimau
saling bercerita tentang kejelekan-kejelekan mereka, Papaka terbangun dan
memanah Harimau sehingga Harimau lari. Papaka memohon kepada Wanari agar
tulus membantunya.

Papaka juga memohon agar Wanari menggendong dirinya sampai ke jalan di luar
hutan. Wanari menggendong Papaka, mengantarkannya ke jalan. Mereka beristirahat
di rumah Wanari, disongsong oleh kedua anak Wanari, Mardawa dan Mardawi. Ketika
Wanari sedang mencari buah-buahan untuk mereka, keduanya dibunuh Papaka.

Sedih hati Wanari akan nasib anaknya. Meski ia tahu anaknya dibunuh dan dimakan
Papaka, tetapi ia pura-pura tidak tahu yang telah terjadi. Ia tetap memegang teguh
darma seseorang yang telah mengikat persahabatan. Akhirnya Wanaripun ikut
terbunuh pula oleh Papaka, mati bersama kedua anaknya. Jiwanya melejit ke surga,
berkumpul dengan Batari Saci (isteri Dewa Indra). Adapun kedua anak Wanari
diangkat ke surga dan dijadikan taruna dewa-dewi di surga Dewa Wisnu.
#6 Dua Ekor Kambing

Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah
pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan
masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat
deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang
tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak
dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua
ekor kambing.

Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan
menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa
sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan
memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya
pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut.
Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau
mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua
kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang
sangat deras di bawahnya.

Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
#7 Monyet dan Kucing Memanggang Kacang

Dongeng Monyet dan Kucing memanggang – Dahulu kala, ada seekor kucing dan
monyet yang hidup berdampingan sebagai hewan peliharaan di suatu rumah. Mereka
berteman baik dan sering melakukan kenakalan bersama-sama. Yang ada di pikiran mereka
hanyalah makan, dan mereka tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya.
Suatu hari mereka duduk di perapian sambil membakar kacang kastanya (chestnut).
Bagaimana cara mereka mengeluarkan kacang tersebut dari panggangan api? Inilah yang
menjadi pertanyaan bagi mereka.
“Saya dengan senang hati akan mengeluarkan kacang tersebut dari panggangan
api,” kata monyet yang licik, “tetapi kamu lebih ahli dalam hal ini dibandingkan saya.
Tariklah keluar kacang-kacang tersebut dari api dan kita akan membaginya dengan adil.”
Sang Kucing lalu menjulurkan tangannya dengan hati-hati, lalu dengan cepat
menarik kacang yang sangat panas dari panggangan api. Ia mengulangi lagi dan menarik
kacang tersebut keluar sedikit demi sedikit, dan pada usaha ketiganya, sang Kucing berhasil
menarik keluar kacang tersebut. Aksi ini di lanjutkan beberapa kali terhadap kacang yang
masih ada dalam panggangan. Secepat tangannya yang menarik kacang tersebut dari api,
secepat itu pula sang Monyet mengambil dan memakannya.
Saat sang pemilik rumah pulang, kedua hewan yang nakal ini lari terbirit-birit
menyembunyikan diri, dan sang Kucing yang bekerja keras hingga telapaknya melepuh oleh
panas api, tidak mendapatkan satu buah kacang pun. Semenjak saat itu, ia tidak pernah lagi
mau berurusan dengan sang Monyet yang licik.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng monyet dan kucing
memanggang kacang ini adalah Orang yang memberikan pujian palsu, mempunyai maksud
yang tidak baik yaitu untuk memanfaatkan.
#8 Landak dan Ular

Seekor landak mencari satu tempat untuk di jadikan sarang. Akhirnya dia
menemukan sebuah gua kecil yang terlindung, di mana di dalamnya, hiduplah satu
keluarga ular. Sang Landak lalu meminta ijin agar mereka membiarkan dia tinggal
bersama di dalam gua kecil itu, dan sang Ular pun tidak merasa keberatan karena
gua itu masih cukup besar bagi mereka semua.

Tetapi lama kelamaan sang Ular menjadi menyesal karena membiarkan sang Landak
untuk tinggal di gua bersama mereka, karena duri landak yang tajam, sering
menusuk dan melukai kulit mereka tanpa sengaja. Akhirnya sang Ular menjadi tidak
tahan dan dengan sopan memintanya untuk pergi dari gua tersebut dan mencari
tempat yang lebih baik.

“Saya merasa cukup puas tinggal di sini, Terima kasih,” kata sang Landak. “Dan
saya berniat untuk tetap tinggal di sini.” Kemudian sang Landak pun dengan
setengah memaksa, meminta agar sang Ular keluar dari gua tersebut dan pindah ke
tempat lain. Demi menyelematkan kulitnya, keluarga ular pun terpaksa
meninggalkan gua itu untuk mencari tempat tinggal yang baru.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng landak yang tidak tahu diri
dan ular ini adalah Ramah tamah adalah sifat yang sangat baik, tetapi harus
digunakan dengan bijak karena orang lain bisa saja memanfaatkan keramahan kita.
#9 Kisah Kucing dan Rubah

Suatu kali, ada seekor kucing dan seekor rubah yang melakukan perjalanan bersama-sama.
Sambil berkelana, mereka sama-sama berburu tikus ataupun ayam yang gemuk di sana-sini, dan
setiap makan, mereka sering mengobrol sambil berdebat. Dan terkadang perdebatan mereka
membuat salah satunya marah.
“Kamu pikir kamu pandai sekali ya?” kata sang Rubah. “Ataukah kamu hanya sok tahu?
Karena saya merasa, saya lebih banyak mengetahui trik-trik dibandingkan kamu!”
Sang Kucing pun membalas dengan nada marah, “Saya mengaku, saya hanya menguasai satu trik,
tetapi dengan satu trik ini, terus terang saya katakan, bernilai seribu kali lebih baik daripada trik-
trikmu!”
Tidak berapa lama, mereka mendengarkan terompet pemburu dan gonggongan anjing
pemburu. Dalam sekejap, sang Kucing memanjat ke atas pohon dan bersembunyi di antara daun-
daunan yang lebat.
“Inilah trik saya,” katanya kepada sang Rubah. “Sekarang perlihatkan padaku trik-trikmu
yang berharga.”
Walaupun sang Rubah memiliki banyak rencana untuk meloloskan diri, ia tidak dapat
menentukan rencana dan trik yang mana akan dicobanya terlebih dahulu. Saat anjing pemburu
telah dekat, ia mencoba menghindar kesana-kemari. Kemudian ia mempercepat larinya, lalu
bersembunyi masuk ke dalam lubang, tetapi semuanya sia-sia. Anjing-anjing pemburu itu berhasil
menangkapnya.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng kucing dan rubah ini adalah Satu
hal yang bersifat praktis selalu lebih berharga dibandingkan kecerdasan yang tidak digunakan
dengan baik.
#10 Kodok dan Seekor Kerbau

Seekor kerbau datang ke sebuah kolam yang penuh dengan alang-alang untuk minum.
Ketika dia menginjakkan kakinya yang berat ke atas air, secara tidak sengaja dia menginjak
seekor kodok kecil sehingga masuk ke dalam lumpur.

Ibu kodok yang tidak melihat kejadian itu selanjutnya mulai merasa kehilangan satu
anakknya dan bertanya kepada anak kodok yang lainnya apa-apa saja yang terjadi dengan
anak kodok itu.

“Satu makhluk yang sangat besar,” kata salah satu dari anak kodok , “menginjak saudaraku
dengan kakinya yang sangat besar!”

“Besar katanya!” kata ibu kodok, sambil meniup dirinya sendiri sehingga menggelembung
menjadi besar. “Apakah dia sebesar ini?”

“Oh, jauh lebih besar!” kata mereka serempak.

Ibu kodok kembali menggelembungkan dirinya lebih besar lagi.

“Dia tidak mungkin lebih besar dari ini,” katanya kembali. Tetapi kodok-kodok yang kecil itu
mengatakan bahwa makhluk tersebut jauh lebih besar dan ibu kodok tersebut terus meniup
dan menggelembungkan dirinya lagi dan lagi hingga dia meledak.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng kodok dan seekor kerbau ini
adalah Jangan mencoba melakukan sesuatu yang mustahil.

Anda mungkin juga menyukai