Anda di halaman 1dari 6

DONGENG ANAK

Nama :

ZAHIRA SIAHAAN

Kelas: 5

SD NEGERI 017140 TANGGA


Seekor Gagak dan Angsa

Seekor burung Gagak dengan bulu berwarna hitam seperti batu bara merasa iri pada
Angsa, karena bulunya yang berwarna putih seperti salju yang paling murni.

Gagak yang bodoh itu berpikir bahwa jika dia hidup seperti Angsa, berenang, memakan
rumput liar dan tanaman yang tumbuh di air, maka bulunya juga akan memutih seperti
Angsa.

Jadi, dia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya di hutan dan ladang, lalu memilih hidup
di danau dan rawa-rawa. Tetapi, meskipun dia sudah mencoba hidup seperti Angsa, bulunya
tetap hitam seperti biasanya. 

Gagak bodoh itu malah semakin kurus, karena rumput air yang dia makan tidak cocok
dengannya, dan akhirnya dia pun mati. Pesan moral yang dapat diambil dari kisah ini adalah
merubah kebiasaan tidak akan bisa mengubah alam.

Kura-kura dan Kelinci

Suatu hari, seekor Kelinci mengolok-olok Kura-kura karena berjalan begitu lamban.

“Apakah kamu pernah bepergian?” tanyanya sambil tertawa mengejek.

“Ya,” jawab Kura-kura, “dan aku sampai di sana lebih cepat dari yang kamu kira. Aku akan
mengajakmu berlomba untuk membuktikannya.”

Kelinci sangat geli dengan gagasan Kura-kura, tapi untuk memenuhi kesenangannya, Kelinci
pun setuju. 

Rubah bertindak sebagai hakim untuk menandai jarak dan memulai perlombaan. Sesaat
setelah perlombaan dimulai, Kelinci itu segera menghilang dari pandangan, dan membuat
Kura-kura merasa konyol karena telah mencoba balapan dengan Kelinci.

Kelinci berbaring di samping jalur untuk tidur siang sampai Kura-kura itu menyusulnya.
Sementara itu, Kura-kura terus berjalan perlahan tapi pasti hingga dapat melewati Kelinci
yang sedang tidur.

Tetapi, Kelinci tidur dengan sangat pulas, dan ketika ia terbangun, Kura-kura sudah berada di
dekat garis akhir. Kelinci pun berusaha untuk berlari dengan cepat, tapi dia tidak menyusul
kura-kurang dengan tepat waktu.

Pesan dari cerita Kura-kura dan Kelinci ini adalah berjalan dengan lambat namun pasti dapat
membuat kamu memenangkan perlombaan, dibandingkan dengan Kelinci yang terburu-buru
namun lalai.

Si Penipu
Pada suatu hari, seorang pria jatuh sakit dalam keadaan yang sangat buruk, dia bersumpah
kepada dewa bahwa akan mengorbankan seratus lembu jika mereka mau mengembalikan
kesehatannya. 

Dewa akhirnya membantu pria tadi untuk pulih dalam waktu yang singkat agar bisa melihat
bagaimana dia akan menepati sumpahnya.

Namun pria tersebut tidak memiliki seekor lembu pun di dunia, jadi dia memutuskan untuk
membuat seratus ekor lembu kecil yang terbuat dari lemak. Lalu mempersembahkannya di
atas altar dengan berkata “Ya dewa, aku memanggilmu untuk bersaksi bahwa aku telah
menepati sumpahku”.

Kemudian dewa mengirimkan mimpi kepada si pria, di mana dia diminta untuk pergi ke
pantai dan mengambil seratus mahkota yang akan dia temukan di sana. Mendapati mimpi
tersebut, dia tergesa-gesa dalam kegembiraan ke pantai.

Tetapi, sesampainya di pantai dia malah bertemu dengan sekelompok perampok yang
menangkapnya dan membawanya pergi untuk dijual sebagai budak bersamaan dengan seratus
mahkota tersebut.

Cerita ini mengingatkan kita untuk tidak menjanjikan lebih dari apa yang bisa kita lakukan.

Beruang dan Lebah

Seekor Beruang sedang berkeliaran di hutan untuk mencari buah beri di pohon yang
tumbang, tempat sekawanan Lebah menyimpan madu mereka. Beruang itu mulai mengendus
batang kayu dengan sangat hati-hati untuk mengetahui apakah Lebah ada di rumah mereka.

Saat itu salah satu Lebah pulang dari ladang semanggi dengan membawa banyak nektar
manis. Menebak apa yang akan diinginkan Beruang itu, Lebah dengan cepat terbang ke
arahnya dan menyengatnya, lalu bersembunyi ke dalam batang kayu berlubang.

Beruang itu kehilangan kesabarannya, dan melompat ke atas kayu untuk menghancurkan
sarang Lebah. Tetapi ini hanya membuat seluruh kawanan Lebah datang.

Kemudian, Beruang yang malang harus memilih pergi dan menyelamatkan dirinya dengan
menyelam ke dalam air. Lebih bijaksana menanggung satu luka dalam keheningan daripada
memprovokasi ribuan orang dengan terbang ke dalam amukan massa.

Semut dan Burung Merpati


Pada suatu hari, seekor burung Merpati melihat seekor Semut jatuh ke dalam sungai. Semut
itu berjuang sia-sia untuk mencapai tepi sungai.  

Merpati merasa kasihan dan menjatuhkan sebilah jerami di dekatnya. Semut itu pun
menempel di jerami dan selamat sampai tepi sungai. 

Segera setelah itu, Semut melihat seorang pria yang sedang bersiap-siap untuk membunuh
Merpati dengan sebuah batu.

Namun, saat si pria melempar batu itu, Semut menyengat tumitnya, sehingga membuat batu
itu meleset dari sasarannya.

Merpati yang terkejut langsung bergegas terbang ke tempat yang di dalam hutan. Dari kisah
Semut dan Merpati kita bisa belajar bahwa kebaikan tidak ada yang sia-sia.

Rusa Jantan dan Bayangannya

Seekor Rusa jantan yang sedang minum dari mata air kristal, melihat dirinya terpantul di air
yang jernih. Dia sangat mengagumi lengkungan tanduknya yang anggun, tetapi dia sangat
malu dengan kakinya yang kurus.

“Bagaimana mungkin,” keluh Rusa, “bahwa aku harus dikutuk dengan kaki seperti itu ketika
aku memiliki mahkota yang begitu indah.”

Pada saat itu Rusa mencium bau seekor Macan kumbang dan dalam sekejap dia berlari
melewati hutan. Tapi saat dia berlari, tanduknya yang lebar tersangkut di dahan pohon, dan
Macan itu segera menyusulnya. 

Kemudian Rusa menyadari bahwa kaki yang membuatnya sangat malu itu akan
menyelamatkannya jika bukan karena mahkota yang tidak berguna di kepalanya.

Pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita ini adalah kita sering kali membuat banyak
hiasan, namun meremehkan hal-hal yang berguna.

Serigala dan Domba


Suatu hari, sekelompok Serigala sedang mengintai Domba di dekat padang rumput. Tetapi
Anjing-anjing milik penggembala menjaga Domba dengan baik sehingga mereka dapat
memakan rumput dengan aman. Kemudian Serigala memikirkan rencana untuk menipu
Domba.

“Mengapa selalu ada permusuhan di antara kita?” kata para Serigala. “Jika bukan karena
Anjing-anjing itu yang selalu menimbulkan masalah, aku yakin kita akan bergaul dengan
baik. Suruh mereka pergi dan kamu akan melihat seperti apa kita akan menjadi teman baik.”

Domba itu mudah sekali tertipu. Mereka membujuk Anjing-anjing itu untuk pergi, dan
malam itu juga para Serigala mengadakan pesta termegah dalam hidup mereka.

Dari cerita ini kita dapat belajar bahwa kita seharusnya jangan menyerah pada teman yang
sudah menjaga kita hanya demi musuh. 

Pohon Berangan

Di bawah sinar matahari yang terik, dua wisatawan sedang berjalan mencari pohon untuk
berteduh.

Saat mereka berbaring di bawah teduhnya pohon, mereka melihat di antara dedaunan pohon
itu, dan menyadari bahwa itu adalah Pohon Berangan.

“Betapa tidak berguna Pohon Berangan itu!” kata salah satu dari mereka. “Ia tidak
menghasilkan buah apa pun, dan hanya berfungsi untuk mengotori tanah dengan
dedaunannya.”

Tiba-tiba sebuah suara muncul dari Pohon Berangan. “Makhluk yang tidak berterima kasih!
Kau berbaring di sini dengan teduhku yang sejuk, namun kau berkata aku tidak berguna!”.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa kita seringkali tidak menghargai berkat yang telah
diberikan oleh orang lain hingga tidak menunjukkan rasa berterima kasih yang baik.

Burung Merak dan Bangau


Suatu hari seekor burung Merak yang sombong bertemu dengan seekor Bangau. Burung
Merak melebarkan ekornya yang indah di bawah sinar matahati untuk membuat Bangu
terkesan padanya.

“Lihat,” katanya. “Apa yang bisa kamu bandingkan dengan ini? Aku mengenakan semua
kemuliaan pelangi, sedangkan bulumu berwarna abu-abu seperti debu!” kata Merak.

Lalu, burung Bangau merentangkan sayapnya yang lebar dan terbang menuju matahari.

“Ikuti saya jika Anda bisa,” katanya. Tetapi Burung Merak hanya berdiri di tempatnya yang
berada di lumbung, sedangkan Burung Bangau terbang bebas jauh ke langit biru.

Kegunaan suatu hal jauh lebih penting dan bernilai, daripada bentuk hiasannya.

Astrolog

Seorang pria yang telah hidup lama sekali percaya bahwa dia bisa membaca masa depan
melalui bintang-bintang.

Dia menyebut dirinya seorang Peramal, dan menghabiskan waktunya di malam hari untuk
memandangi langit.

Suatu malam dia berjalan di luar desa. Matanya tertuju pada bintang. Dia berpikir dia melihat
bahwa akhir dunia sudah dekat, hingga menyadari bahwa ternyata dia terjatuh ke dalam
lubang yang penuh dengan lumpur.

Dia berusaha mencakar sisi lubang yang licin untuk memanjat keluar sambil berteriak minta
tolong. Teriakannya yang keras membuat penduduk desa lari menghampirinya. Saat mereka
menariknya keluar dari lumpur, salah satu dari mereka berkata:

“Kamu berpura-pura membaca masa depan melalui bintang-bintang, namun kamu gagal
melihat apa yang ada di kakimu! Ini mungkin mengajarimu untuk lebih memperhatikan apa
yang ada di depanmu, dan membiarkan masa depan mengurus dirinya sendiri.”

“Apa gunanya,” kata yang lain, “membaca bintang-bintang, ketika kamu tidak bisa melihat
apa yang ada di bumi ini?”

Untuk itu, perhatikan hal-hal kecil disekitar kalian dan hal-hal besar akan bekerja dengan
sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai