Cerita Dongeng
Pada suatu masa, ada kerbau dan sapi yang bersahabat. Sapi berkulit hitam
kecoklatan sementara kerbau berkulit putih. Pada suatu hari, datanglah
pendatang baru di sebuah padang rumput, ia adalah banteng yang memiliki
tanduk runcing. Ia terlihat sangat gagah dan membuat rapi betina kagum
terhadapnya.
Kabar adanya banteng gagah tersebut tersebar dengan sangat cepat. Ia pun
menjadi primadona. Sapi jantan yang warnanya hitam kecoklatan tak begitu
peduli. Namun, si karbau justru merasa iri dan cemburu kepada banteng
tersebut.
Ia berkata, “Apa sih hebatnya dia? Aku juga mempunyai tanduk yang besar
dan runcing. Badan juga gagah. Cuma hanya berbeda warna kulit saja.
Seandainya kulitku hitam aku pasti lebih gagah dibandingkan banteng itu”.
Ia pun memiliki ide untuk mengubah warna kulitnya. Ia pun mendatangi sapi
yang tengah berendam di sungai. Ia pun merayu sapi agar ia mau bertukar
kulit. Namun, sapi tetap enggan karena ia bersyukur dengan nikmat Tuhan.
Kerbau tetap saja membujuk sapi dan memohon atas nama persahabatan.
Sapi pun akhirnya kasihan dan bersedia tukar warna kulit. Namun, sapi
memberi syarat bahwa sesudah bertukar, kerbau harus bersyukur dengan
apa yang dimiliki. Tanpa berfikir panjang, kerbau akhirnya menyanggupi.
Akhirnya mereka bertukar kulit, namun ternyata kulit si sapi terlalu kecil
dan sempit untuk kerbau yang besar. Sehingga pakainnya terasa sesak.
Sementara kulit kerbau yang dipakai oleh sapi kebesaran. Lantaran merasa
kurang nyaman dengan kulitnya tersebut, kerbau kembali mengajak sapi
bertukar. Namun, sapi tidak mau.
Akhirnya, kerbau merengek kepada sapi minta bertukar kulit dimanapun
mereka bertemu. Namun, tetap saja sapi tidak mau bertukar. Akhirnya, sang
kerbau menyesal karena sudah tidak mensyukuri apa yang ia dapatkan dari
Tuhannya. Padahal itu adalah yang terbaik untuknya.
Baca : Cerita Fabel
Beruntung, ada nelayan di sana. Dengan senang hati, nelayan itu memberikan
tumpangan kepada guru bahasa.
"Wahai, nelayan. Menurutmu, bagaimana cuaca hari ini?" tanya guru bahasa.
"Hari ini tampaknya nanti cuaca hujan akan turun," jawab nelayan.
"Nelayan, dari tadi engkau selalu menggunakan bahasa yang rancu. Harusnya
engkau belajar bahasa seperti anak-anak di desa. Belajar bahasa amat penting,"
ucap guru bahasa.
Cerpen Pendek Anak :
Nelayan Dan Guru Bahasa (Iran)
"Aku tidak peduli dengan bahasa yang kugunakan. Coba aku tanya. Semenjak
tadi engkau bicara padaku, apakah kamu mengerti maksudku?" tanya nelayan.
"Tapi, engkau akan rugi bila tak belajar bahasa." Guru bahasa tetap dengan
pendiriannya.
Tak lama setelah itu, hujan turun. Munculah ide di benak nelayan.
"Wahai, guru bahasa. Apakah engkau bisa berenang?" tanya nelayan.
"Apa untungnya belajar berenang bagiku?" jawab guru bahasa, tak peduli.
"Jika engkau tidak bisa berenang, maka engkau akan rugi. Hujan turun lebat,
dan sebentar lagi air naik. Bila air naik, kapal akan tenggelam. Apa yang akan
terjadi kepadamu jika kapal tenggelam?" Nelayan kembali bertanya.
Mendengar penjelasan dari nelayan, guru bahasa menjadi panik. Ia tak bisa
berenang. Jika benar kapal tenggelam, maka ia akan ikut tenggelam. Saat itulah,
guru bahasa menyadari, bahwa semua pelajaran sama pentingnya.
Pesan yang dapat dipetik dari Dongeng Cerita Anak : Nelayan dan Guru
Bahasa adalah kepandaian bukan untuk disombongkan. Justru, kita harus
berbagi ilmu kita dengan orang lain.
Baca juga cerita rakyat lainnya pada posting berikut ini:
Dalam keramaian pasar, terlihat seorang nenek yang membawa mangkuk emas.
Meski mangkuk emas itu milik si nenek, tapi sepertinya ia tak tahu jika mangkuk
di tangannya adalah mangkuk emas.
"Aku hanya bisa menukar mangkukmu dengan sendok dan garpu," kata
pedagang.
"Tidakkah itu terlalu murah?" tawar si nenek.
"Mangkukmu itu jelek. Hanya itu yang mampu aku tukar dengan mangkukmu,"
ujar si pedagang, berusaha meyakinkan.
Tapi, nenek itu membutuhkan lebih dari sendok dan garpu. Ia pun pergi
meninggalkan pedagang tamak.
Pedagang berpikir, nenek itu akan kembali lagi dan bersedia menukar mangkuk
emasnya.
"Mohon maaf, Nek. Bukannya aku tidak mau membelinya, tapi uangku tak cukup
untuk membeli mangkukmu. Bahkan, seluruh daganganku pun tak cukup untuk
membayarnya," tolak pedagang itu dengan sopan.
"Aku hanya menginginkan beberapa peralatan rumah tangga, Nak. Anakku akan
menikah. Aku ingin menghadiahkan peralatan itu kepada anakku. Jika berkenan,
aku ingin menukarnya," kata nenek itu sambil menunjuk beberapa peralatan
rumah di toko si pedagang.
Pesan moral dari cerita dongeng pendek adalah sifat serakah atau tamak
hanya akan merugikanmu. Oleh karena itu, jangan serakah, ya!
Baca juga dongeng bahasa Indonesia lainnya yah teman-teman:
Ia tampak bahagia, karena hasil petikan kelapanya hari ini lebih banyak dari hari-
hari biasanya.
Petani Kelapa berpikir sejenak. Hari sudah beranjak petang. Tidak mungkin ia
membawa kelapa-kelapa itu ke pasar.
Hasil petikan kelapa hari ini sangat banyak, tak bisa dibawa semua dalam sekali
angkut.
Tapi, Petani Kelapa tak mau repot. Ia memasukkan semua kelapa petikannya ke
gerobak.
Gerobak pun terisi penuh. Bahkan, ada beberapa kelapa yang hampir tidak
mendapatkan tempat.
Setelah yakin semua kelapanya sudah di dalam gerobak, Petani Kelapa mulai
memacu kerbaunya. Sepanjang perjalanan, Petani Kelapa bersenandung riang.
"Hei, pemuda. Menurutmu, apakah aku bisa sampai rumah tepat waktu dengan
kelapa sebanyak ini?" tanya Petani Kelapa sambil memamerkan kelapa-
kelapanya.
"Engkau akan sampai di rumah tepat waktu, jika engkau memacu gerobak
kerbaumu secara pelan. Tapi, engkau akan terlambat sampai ke rumah, jika
engkau memacu gerobak kerbaumu secara cepat," ucap si pemuda.
Bukankah itu terbalik? Mana mungkin memacu dengan pelan akan sampai di
rumah tepat waktu, pikir Petani Kelapa. Ia pun tak menghiraukan ucapan si
pemuda.
Petani Kelapa lalu memacu gerobak kerbaunya dengan cepat. Tapi, apa yang
terjadi?
Olala, satu per satu kelapa berjatuhan dari gerobak. Akibatnya, Petani Kelapa
sibuk memunguti kelapa-kelapa yang berjatuhan.
Hikmah yang dapat dipetik dari dongeng pendek ini adalah segala sesuatu
yang dilakukan secara terburu-buru, tidak akan mendapat hasil yang
maksimal. Justru, hanya akan membuang waktu. Lakukan pekerjaan dengan
perlahan, tapi pasti.
Dongeng Anak Pendek Penuh Hikmah dari Yunani
Cerita Dongeng Pendek dari Yunani (Dengan Pesan Moral Terbaik)
Cerita Dongeng Binatang Terpopuler dari Rusia
Kumpulan Dongeng Pendek Fabel Terbaik Dunia
Cerita Dongeng Anak Singkat Terbaik untuk Si Kecil
Cerita dongeng pendek untuk anak SD Dengan Pesan Moral
Cerita Dongeng Pendek : Takut Bayangan
Kisah Dongeng Putri Duyung Singkat dari Cerita Rakyat Inggris
Dongeng Anak Fabel : Pelajaran Untuk Keledai
Akhir-akhir ini, banyak pelanggan di pasar yang memesan gula.
Pedagang gula pun kewalahan memenuhi pesanan itu. Pedagang gula lalu
memutuskan untuk membeli keledai.
Keledai yang ia beli adalah keledai yang malas. Baru sebentar bekerja dengan
pedagang gula, keledai itu sudah mengeluh. Tapi, keledai selalu meminta
makanan yang enak dan tempat tinggal yang nyaman.
Keledai pun berjalan malas di belakang pedagang gula. Untuk sampai ke pasar,
mereka harus melewati sungai. Di sungai itu terdapat jembatan kayu kecil, yang
memang digunakan untuk menyeberang.
Melihat jembatan itu, munculah ide licik di otak keledai. Saat keledai di tengah
jembatan, ia berpura-pura terpeleset, hingga tubuhnya jatuh ke sungai.
Ia tahu, jika gula terkena air, maka gula itu akan larut dan berkurang beratnya.
Keledai sangat senang begitu melihat wajah pedagang gula yang kaget.
Keledai terjatuh lagi ke sungai. Pedagang gula harus kembali pulang ke rumah
untuk mengambil gula yang baru. Sembari berjalan pulang, ia memikirkan cara
agar keledai itu jera.
Aha! Di rumah, ada sekarung besar kapas. Jika kapas itu terkena air, maka
beratnya akan bertambah. Pedagang gula pun mengangkat karung kapas itu
untuk dibawa keledai.