Anda di halaman 1dari 13

Rawa Pening

Pada suatu masa di zaman dahulu hiduplah seorang anak yang sakti yang dengan
kesaktian tersebut membuat seorang penyihir jahat menjadi iri kepadanya.
karena merasa tersaingi, penyihir jahat itu dengan teganya melakukan sihir kepada
anak itu, efek dari sihir itu membuat badan anak tersebut badannya penuh luka dengan
bau yang sangat menyengat dan akhirnya tidak ada seorang pun yang mau mendekat
kepadanya.
Suatu hari anak sakti ini mendapatkan mimpi, bahwa sebenarnya ada seseorang wanita
yang bisa mengobati penyakitnya tersebut. Lalu anak itu pergi mendatangi setiap
kampung untuk mencari perempuan tersebut.
Tapi karena luka dan baunya yang keluar sangat mengganggu anak ini senantiasa di
usir oleh masyarakat. mereka merasa jijik dan mengusirnya dengan kejam.
Tiba pada suatu waktu ada pesta, dan anak ini dapat masuk dalam pesta tersebut, tapi
beberapa orang mengusir dan mencaci maki. kemudian diseret keluar, ketika diseret ia
berpesan kepada orang yang ada di pesta tersebut.
“Dengan menancapkan satu lidi di atas tanah dan hanya dirinya yang dapat
mencabutnya”
Anak tersebut melakukan hal itu karena merasa kesal atas perlakuan mereka
kepadanya. beberapa orang mengabaikan perkataan anak tersebut tapi mereka juga
penasaran dengan ucapannya dan mencoba mencabut lidi itu, namun tidak seorang
pun yang dapat mencabutnya.
Hingga tanpa orang sadari anak itu mencabut lidi tersebut dan keluarlah air dan
menjadi mata air, semakin lama air yang keluar semakin deras hingga
menenggelamkan daerah itu, hingga menjadi telaga yang di beri nama rawa pening.
Tidak ada satu orang pun yang selamat kecuali wanita yang telah menolongnya, serta
memberikan rumah dan merawatnya.
2. Singa dan Pemuda Baik
Di sebuah perkampungan hiduplah seorang pemuda miskin yang sebatang kara. Ia
tidak memiliki harta apapun kecuali gubuk rapuh peninggalan orang tuanya. Untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya, pemuda tersebut selalu mencari kayu bakar di
hutan. Kemudian, kayu tersebut dijual atau ditukar dengan bahan pokok lainnya.
Meski hidup serba kekurangan dan tidak memiliki siapa-siapa, pemuda tersebut sangat
baik dan juga penyabar. Pada suatu hari saat mencari kayu bakar di hutan, ia
mendengar suara auman keras di balik semak-semak. Ternyata auman tersebut adalah
berasal dari seekor singa yang sedang kesakitan.
Dengan rasa cemas, ia pun menghampiri singa tersebut yang sedang kesakitan karena
punggungnya tertusuk kayu. Dengan penuh rasa takut, pemuda tersebut menghampiri
sang singa sambil menenangkannya dengan berkata.
“Tenanglah wahai raja hutan, aku tidak akan menyakitimu apalagi membunuhmu. Aku
akan membantu melepaskan kayu yang tertancap di punggungmu.”
Mendengar perkataannya tersebut, singa pun terdiam seolah-olah ia mempersilahkan
sang pemuda untuk menolongnya. Tak lama kemudian, kayu yang berada di punggung
singa berhasil dicabut. Si pemuda langsung lari dengan cepat karena merasa takut
dimakan singa.
Ketika hendak kembali mencari kayu bakar, si pemuda tidak sengaja menabrak kereta
milik raja hingga kereta tersebut terbalik. Meski sudah meminta maaf berkali-kali, raja
tetap memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap pemuda tersebut dan
memenjarakan dia.
Tapi sangat naas, karena sang pemuda setelah beberapa saat dipenjara langsung
dijatuhi hukuman mati dengan cara di masukan ke dalam kandang yang berisi hewan
buas, lalu pada suatu malam si pemuda mendapatkan hukuman tersebut dan
dimasukkan ke dalam ruangan gelap yang berisi binatang buas.
Dengan perasaan sedih dan pasrah sang pemuda merelakan dirinya untuk menjadi
santapan binatang buas tersebut. Tetapi si pemuda sangat heran, karena binatang
buas itu tidak menyentuhnya hanya diam saja dan tidak menyentuhnya.
Saat beranjak siang, baru pemuda tersebut bisa melihat binatang apa yang terdapat
dalam kandang tersebut. Ternyata, binatang tersebut adalah singa yang telah ia
selamatkan beberapa hari yang lalu. Singa tersebut adalah binatang peliharaan
kesayangan milik sang raja. Kemudian pemuda itu bertanya pada sng singa.
“Kenapa kau tidak mau mematuhi perintah raja untuk memakanku wahai singa?”
Dan singa pun menjawab pertanyaan tersebut, “Mana mungkin aku bisa menyakiti
orang yang telah menyelamatkan nyawaku.”
3. Penyihir Sombong
Di suatu desa yang damai dan tenteram hiduplah sepasang saudara kembar yang
bernama Maman dan Momon. Keduanya memiliki kemampuan istimewa yaitu memiliki
ilmu sihir. Tapi sifat keduanya sangat jauh berbeda, Maman memiliki sifat yang sangat
sombong dan kasar. Sedangkan Momon mempunyai sifat yang baik dan juga penyabar.
Momon adalah kakak dari Maman yang selalu melarang adiknya untuk menunjukkan
kemampuan sihirnya pada teman-temannya. Tapi karena Maman memiliki kemampuan
yang lebih besar dari pada sang kakak, Maman akhirnya malah semakin menjadi-jadi
dan tidak mengindahkan himbauan dari sang kakak. Ia mengubah semua benda di
rumahnya menjadi batu. Bahkan ia juga mengubah hewan peliharaan orang tuanya
menjadi batu.
Sudah tidak terhitung berapa banyak nasihat dari Momon untuk tidak melakukan hal
tersebut, namun maman tak pernah mendengarkan nasihat dari kakaknya tersebut.
Terdapat satu benda di rumahnya yang belum ia ubah menjadi batu, yaitu sebuah
cermin. Ia mencoba membacakan mantra di depan cermin untuk mengubahnya menjadi
batu.
Akan tetapi, nahas bagi maman karena bacaan mantra tersebut malah berbalik ke
arahnya dan ia pun menjadi batu. Momon sangat bingung dan sedih lalu mengunjungi
guru sihir hebat untuk mengubah kembali sang adik. Namun, penyihir tersebut tidak
bisa mengubahnya karena ternyata mantra tersebut bersifat abadi.
Dan yang bisa mengubahnya hanyalah orang yang membacakan mantra untuk
mengubah benda menjadi batu atau Maman sendiri. Karena Ia telah berubah menjadi
batu maka Ia tidak bisa mengucapkan mantra itu kembali.
Mamanpun sangat menyesal karena telah menyalahgunakan sihirnya dengan sombong
dan tidak bisa kembali menjadi manusia.
4. Si Kancil dan Buaya
Suatu hari Si Kancil sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari
udara segar dan melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap
karena pohon-pohon sangat lebat.
Si Kancil ingin berjemur di bawah terik matahari. Di sana ada sungai besar yang airnya
dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa ada yang berbunyi di
perutnya. Wah, rupanya Si Kancil sudah lapar. Si Kancil membayangkan betapa
nikmatnya kalau ada makanan kesukaannya yaitu metimun. Namun kebun ketimun ada
di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Si Kancil berfikir sejenak.
Tiba-tiba Si Kancil melompat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo
keluaaaaar….. Aku punya makanan untukmu…!!” seperti itulah si Kancil berteriak
kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang dalam itu. Tak lama
kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Bruaaar… siapa yang teriak siang-
siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan
nanti kamu.” Kata buaya kedua yang muncul bersamaan.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini buaya, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging
segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya kalian harus keluar semua untuk
menghabiskan daging-daging segar ini.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera
memanggil teman-temannya untuk keluar semua.
“Hei, teman-teman semua, ada makanan gratis nih! Ayo kita keluaaaar….!” pemimpin
dari buaya itu berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah
buaya-buaya dari dalam air.
“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian
para buaya segera baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku
akan menghitung satu persatu.”
Lalu tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar
dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata si Kancil yang segera melompat ke
punggung buaya pertama, sambil berteriak,
“Satuuu….. duaaaa….. tigaaaa…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari
punggung buaya yang satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya si Kancil sampai di
seberang sungai. Dan di dalam Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya-buaya
bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat
bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin
menyeberangi sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat,” kata si Kancil.
“Haaaa!….huaaaaaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas
kau kancil ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pepohonan dan menuju kebun Pak Tani
untuk mencari ketimun makanan kesukaannya.
5. Pengembala yang Suka Berbohong (The Boy Who Cried Wolf)
Di sebuah desa, hidup seorang bocah lelaki yang riang dengan ayahnya. Ayah anak
laki-laki itu memberi tahu dia bahwa dia sudah cukup umur untuk mengawasi domba
ketika mereka merumput di ladang.
Setiap hari, ia harus membawa domba-domba itu ke ladang berumput dan
mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak bahagia dan tidak ingin
membawa domba ke ladang.
Dia ingin berlari dan bermain, tidak menonton domba yang membosankan merumput di
lapangan. Jadi, dia memutuskan untuk bersenang-senang.
Dia berteriak, “Serigala! Serigala!” sampai seluruh desa datang berlari membawa batu
untuk mengusir serigala sebelum bisa memakan domba mana pun.
Ketika penduduk desa melihat bahwa tidak ada serigala, mereka bergumam tentang
bagaimana bocah itu membuang waktu mereka.
Keesokan harinya, bocah itu berteriak sekali lagi, “Serigala! Serigala!” dan, sekali lagi,
penduduk desa bergegas ke sana untuk mengusir serigala.
Bocah itu menertawakan ketakutan yang disebabkannya. Kali ini, penduduk desa pergi
dengan marah.
Hari ketiga, ketika anak lelaki itu naik ke bukit kecil, tiba-tiba dia melihat serigala
menyerang domba-dombanya.
Dia berteriak sekeras yang dia bisa, “Serigala! Serigala! Serigala! ”, Tetapi tidak ada
satu pun penduduk desa yang datang untuk membantunya.
Penduduk desa berpikir bahwa dia mencoba membodohi mereka lagi dan tidak datang
untuk menyelamatkannya atau domba-dombanya. Bocah itu kehilangan banyak domba
pada hari itu, semua karena kejahilan dan sifatnya yang suka berbohong.
6. Bos yang Berwibawa
Seorang bos di sebuah perusahaan besar tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak ke
pabriknya untuk melihat kinerja para karyawannya. Di pabrik keempat, ia menemukan
seorang pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu, tampaknya ia tengah
bersantai.
Semua pekerja yang ada di ruangan itu tengah sibuk bekerja, kecuali dirinya. Si bos
segera menghampir pemuda tersebut dan bertanya, "Berapa gajimu seminggu?"
Dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah si bos dan berkata, "Hm.. sekitar
100.000 per minggu, kenapa memangnya?"
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang 100 ribu-an. Ia
mengulurkannya pada si pemuda, "Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari
sana. Aku tak mau melihatmu lagi!"
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat
tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya
yang sedari tadi memperhatikan adegan itu. "Adakah yang tahu, dari divisi manakah
pemuda pemalas tersebut?" tanya si bos.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit
ketakutan, "Ia tak bekerja di sini. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan."
7. Kisah Abu Nawas
Di sebuah negeri Timur Tengah tempatnya 1001 malam terjadi, ada seorang pemuda
bernama Abu Nawas yang membuat geger warga kerajaan. Ia mengaku mau terbang
kepada orang-orang namun tidak ada yang percaya padanya.
Sebab kabar Abu Nawas yang mau terbang sangat heboh, berita ini pun sampai ke
telinga Baginda Raja. Baginda kemudian memerintahkan rakyatnya untuk berkumpul di
alun-alun untuk menyaksikan Abu Nawas yang mau terbang, jika ia tidak berhasil maka
Abu akan dihukum karena berbohong.
Abu Nawas kemudian naik ke menara yang tinggi dan mengepak-ngepakkan
tangannya seperti mau terbang. Baginda Raja pun jenuh menunggu dan memanggil
Abu Nawas turun ke bawah dan bertanya kenapa tidak kunjung terbang?
Abu Nawas pun menjawab ia bilang hanya mau terbang, bukan bisa terbang.
Mendengar hal ini pun Baginda tidak jadi menghukum Abu karena ia tidak berbohong.
8. Cerita Topan Anak yang Rajin
Di sebuah desa tinggallah seorang anak bernama Topan dengan ibunya. Topan dan
ibunya tidak punya banyak harta, ibunya bekerja sebagai pedagang sayur di pasar dan
Topan membantu ibunya dengan menggembalakan kambing milik saudagar di
desanya.
Suatu hari ketika Topan menggembalakan kambing di padang rumput sambil membaca
buku, datanglah seorang kakek tua yang terlihat kelelahan meminta izin pada Topan
untuk menumpang duduk di bawah pohon.
Topan pun mempersilahkan kakek tersebut untuk duduk bersamanya bahkan
menawarkan bekal minuman yang ia bawa dari rumah. Kakek bertanya kepada Topan,
“Apakah Kamu tidak sekolah?” Dengan sedih Topan menjawab bahwa keluarganya
tidak punya uang untuk menyekolahkan Topan.
Meski begitu, Topan tetap semangat dan rajin membaca dari buku-buku yang ia pinjam
dari temannya. Keesokan harinya sepulangnya dari menggembalakan kambing, ibu
Topan keluar dari rumah dan langsung memeluk Topan. Katanya, Topan mendapat
undangan untuk masuk ke sekolah dengan biaya yang gratis.
Alangkah kaget dan senangnya Topan ketika ia berangkat ke sekolah dan bertemu
dengan si kakek yang duduk bersamanya waktu itu ternyata adalah kepala sekolah dari
sekolah tempatnya ia akan belajar.
Cerita cerpen anak sekolah dasar tersebut sangat cocok diceritakan kepada anak-anak
sekolah agar tetap rajin belajar dan menggapai cita-cita meski banyak batasnya.
Sifat Topan yang baik hati dan mau berbagi dengan sesama ketika bertemu dengan
kakek tua yang terlihat lelah juga bisa jadi contoh yang baik agar anak bisa berbuat baik
dengan siapa saja tidak memandang bulu dan tanpa mengharapkan kebaikan.
Kebaikan yang dilakukan bisa dibalas dalam bentuk lain oleh orang lain.
SI KANCIL
Suatu hari, saat tengah berjemur di bawah terik matahari, Si Kancil merasa lapar. Dia
pun membayangkan betapa nikmatnya kalau ada makanan kesukaannya yaitu
mentimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara
menyeberanginya ya?
Si Kancil berpikir sejenak. Tiba-tiba Si Kancil melompat kegirangan, dan berteriak:
"Buaya....buaya.... ayo keluaaaaar..... Aku punya makanan untukmu...!!" seperti itulah si
Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang dalam itu.
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, "Siapa yang teriak siang-siang
begini.. mengganggu tidurku saja."
"Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu," kata buaya kedua yang
muncul bersamaan.
"Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan," kata buaya.
"Begini buaya, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging
segar buat buaya-buaya di sungai ini, makanya kalian harus keluar semua untuk
menghabiskan daging-daging segar ini," kata kancil.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera
memanggil teman-temannya untuk keluar semua.
"Hei, teman-teman semua, ada makanan gratis nih! Ayo kita keluaaaar!" pemimpin dari
buaya itu berteriak memberikan komando.
Tak berapa lama, muncul buaya-buaya dari dalam air.
"Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian
para buaya segera baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana. Nanti aku akan
menghitung satu persatu," kata kancil.
Tanpa pikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari
tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
"Oke, sekarang aku akan mulai menghitung," kata si Kancil yang segera melompat ke
punggung buaya pertama, sambil menghitung satu-satu buaya itu.
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, "Hai buaya-buaya
bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat
bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?"."Sebenarnya aku hanya ingin
menyeberangi sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat," kata si Kancil.
"Haaaa!....huaaaaaahh... sialan... Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kau
kancil ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu," kata buaya-buaya itu geram.
8. Contoh Cerita Fiksi Kelingking Sakti
Konon, di Kepulauan Riau terdapat sepasang suami-istri yang sangat miskin hidup di
desa. Mereka mempunyai tiga orang anak laki laki bernama Salimbo, Ngah, dan
Kelingking.
Saat Kelingking berusia 5 bulan, ibunya meninggal dunia. Sejak saat itu mereka tinggal
berempat. Waktu terus berlalu. Kelingking sudah dewasa. Ia pun berniat merantau, dan
menyampaikan niat tersebut pada ayahnya. Meskipun berat hati, sang ayah
mengizinkannya.
Esoknya, dengan berbekal tujuh buah ketupat, berangkat lah Kelingking merantau.
Selama dalam perjalanan, ia makan buah dan daun daunan yang ditemuinya sehingga
bekal ketupatnya masih utuh. Suatu siang, sampailah Kelingking di hutan lebat.
Kemudian ia tertidur di bawah pohon rindang.
Dalam tidurnya, ia mendengar suara yang mengatakan, jika ia ingin menikah dengan
seorang putri, ia harus untuk mengikatkan ketupatnya dengan akar tuba dan
memasukkannya ke dalam sungai yang mengalir di hutan ini. Apabila air sungai itu
sudah berbuih, berarti ikan besar di dalamnya sudah mati.
Lalu, ambil ikannya. Saat terbangun, Kelingking pun melaksanakan semua perintah
dalam mimpinya. Sampai akhirnya ia mendapatkan ikan yang kemudian ia bakar dan
makan sendiri hingga hanya kepala ikan yang tersisa. Setelah itu kelingking bingung
karena tidak ada tanda-tanda kedatangan seorang putri.
Akhirnya, dengan kesal, ia menendang kepala ikan itu hingga melambung tinggi dan
tidak memperdulikannya lagi. Ia pun melanjutkan pengembaraannya hingga sampai di
sebuah kampung. Ternyata, di kampung itu, seorang raja sedang mengadakan
sayembara untuk memindahkan kepala ikan yang mengganggu pemandangan istana.
Jika laki-laki, akan dinikahkan dengan putrinya, dan jika perempuan akan diangkat
sebagai anaknya. Melihat kepala ikan itu, Kelingking merasa mengenalnya. Ia pun
mendaftar kan diri. Tidak seorang pun yang mampu menggerakkannya hingga tibalah
giliran Kelingking.
Semua orang mencemooh badannya yang kecil. Namun, dengan mudahnya ia
mengangkat kepala ikan itu dan menguburnya di belakang istana. Ia pun berhak
menikah dengan putri raja. Seluruh istana dan penduduk negeri berbahagia atas
pernikahan tersebut. Kelingking pun tak lupa menjemput ayah dan kedua abangnya
untuk tinggal bersama di istana.
9. Contoh Cerita Fiksi Singa dan Pemuda Baik
Di sebuah perkampungan hiduplah seorang pemuda miskin yang sebatang kara. Ia
tidak memiliki harta apapun kecuali gubuk rapuh peninggalan orang tuanya. Untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya, pemuda tersebut selalu mencari kayu bakar di
hutan. Kemudian, kayu tersebut dijual atau ditukar dengan bahan pokok lainnya.Meski
hidup serba kekurangan dan tidak memiliki siapa-siapa, pemuda tersebut sangat baik
dan juga penyabar. Pada suatu hari saat mencari kayu bakar di hutan, ia mendengar
suara auman keras di balik semak-semak.Ternyata auman tersebut adalah berasal dari
seekor singa yang sedang kesakitan. Dengan rasa cemas, ia pun menghampiri singa
tersebut yang sedang kesakitan karena punggungnya tertusuk kayu. Dengan penuh
rasa takut, pemuda tersebut menghampiri sang singa sambil menenangkannya dengan
berkata."Tenanglah wahai raja hutan, aku tidak akan menyakitimu apalagi
membunuhmu. Aku akan membantu melepaskan kayu yang tertancap di
punggungmu.".Mendengar perkataannya tersebut, singa pun terdiam seolah-olah ia
mempersilahkan sang pemuda untuk menolongnya. Tak lama kemudian, kayu yang
berada di punggung singa berhasil dicabut. Si pemuda langsung lari dengan cepat
karena merasa takut dimakan singa.Ketika hendak kembali mencari kayu bakar, si
pemuda tidak sengaja menabrak kereta milik raja hingga kereta tersebut terbalik. Meski
sudah meminta maaf berkali-kali, raja tetap memerintahkan para pengawalnya untuk
menangkap pemuda tersebut dan memenjarakan dia.
Tapi sangat naas, karena sang pemuda setelah beberapa saat dipenjara langsung
dijatuhi hukuman mati dengan cara di masukan ke dalam kandang yang berisi hewan
buas, lalu pada suatu malam si pemuda mendapatkan hukuman tersebut dan
dimasukkan ke dalam ruangan gelap yang berisi binatang buas.
Dengan perasaan sedih dan pasrah sang pemuda merelakan dirinya untuk menjadi
santapan binatang buas tersebut. Tetapi si pemuda sangat heran, karena binatang buas
itu tidak menyentuhnya hanya diam saja dan tidak menyentuhnya.
Saat beranjak siang, baru pemuda tersebut bisa melihat binatang apa yang terdapat
dalam kandang tersebut. Ternyata, binatang tersebut adalah singa yang telah ia
selamatkan beberapa hari yang lalu. Singa tersebut adalah binatang peliharaan
kesayangan milik sang raja. Kemudian pemuda itu bertanya pada sang singa. "Kenapa
kau tidak mau mematuhi perintah raja untuk memakanku wahai singa?".Dan singa pun
menjawab pertanyaan tersebut, "Mana mungkin aku bisa menyakiti orang yang telah
menyelamatkan nyawaku."
10. Contoh Cerita Fiksi Pengembala yang Suka Berbohong (The Boy Who Cried Wolf)
Di sebuah desa, hidup seorang bocah lelaki yang riang dengan ayahnya. Ayah anak
laki-laki itu memberi tahu dia bahwa dia sudah cukup umur untuk mengawasi domba
ketika mereka merumput di ladang.Setiap hari, ia harus membawa domba-domba itu ke
ladang berumput dan mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak
bahagia dan tidak ingin membawa domba ke ladang.
Dia ingin berlari dan bermain, tidak menonton domba yang membosankan merumput di
lapangan. Jadi, dia memutuskan untuk bersenang-senang.Dia berteriak, "Serigala!
Serigala!" sampai seluruh desa datang berlari membawa batu untuk mengusir serigala
sebelum bisa memakan domba mana pun.
Ketika penduduk desa melihat bahwa tidak ada serigala, mereka bergumam tentang
bagaimana bocah itu membuang waktu mereka. Keesokan harinya, bocah itu berteriak
sekali lagi, "Serigala! Serigala!" dan, sekali lagi, penduduk desa bergegas ke sana
untuk mengusir serigala.
Bocah itu menertawakan ketakutan yang disebabkannya. Kali ini, penduduk desa pergi
dengan marah.Hari ketiga, ketika anak lelaki itu naik ke bukit kecil, tiba-tiba dia melihat
serigala menyerang domba-dombanya.Dia berteriak sekeras yang dia bisa, "Serigala!
Serigala! Serigala! ", Tetapi tidak ada satu pun penduduk desa yang datang untuk
membantunya.
Penduduk desa berpikir bahwa dia mencoba membodohi mereka lagi dan tidak datang
untuk menyelamatkannya atau domba-dombanya. Bocah itu kehilangan banyak domba
pada hari itu, semua karena kejahilan dan sifatnya yang suka berbohong.

Anda mungkin juga menyukai