Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama


dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani telah
membudidayakan sekitar 4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa ratus
tahun yang lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas ikan mas telah banyak dibudidayakan
Asia Tenggara sebagai ikan konsumsi dan ikan hias

Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup
bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan mas
(Cyprinus carpio, L) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak
hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta
tepat sasaran.

Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan,
budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang
perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara
kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang
intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum
di lapangan bagi mahasiswa perikanan.

Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan
pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan.
Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan
bantuan manusia atau dengan stripping (pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon
gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang
ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.

Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya


peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan
memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.

1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat memahami kaitannya dengan aplikasi hormon untuk kegiatan pemijahan
ikan.

Mahasiswa Dapat Mengaplikasi teori yang di dapat dalam penyusunan Makalah Ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  

2.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

    Anak kelas : Actinopterygii

            Bangsa : Cypriniformes

                  Suku : Cyprinidae

                      Marga : Cyprinus

                          Jenis : Cyprinus carpio L.

2.2  Jenis Dan Morfologi Ikan Mas

 Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras
disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara
pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya.
Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:

Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian
punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara
panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.

Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung
tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di
permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.

Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda
tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada
di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang
punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan
panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.

Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam
seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa
ras koi adalah long tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi,
long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi,
taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi. Dari sekian banyak strain
ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa
Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk
jenis unggul yang banyak dibudidayakan.

2.3    Pembenihan ikan mas

             Hal yang paling penting dalam pembenihan ialah dalam hal pemeliharaan induk dan
seleksi induk. Dibawah ini paparan mengenai pemeliharaan dan seleksi induk

a.    Pemeliharaan Induk

Untuk Jantan dan betina dipelihara terpisah

Umur dan bobot     : 1.5 – 2 tahun  dengan bobot diatas 2 Kg untuk Betina dan 8 Bulan
dengan bobot jantan diatas 0.5 Kg untuk Jantan

Media yang bisa dipakai adalah kolam air tenang dan kolam air deras

Untuk pakan menggunakan pellet degan kadar protein 28-30%

Dosis pemberikan pakan adalah 3% dari bobot tubuh

Untuk pemulihan induk betina 2-3 bulan dan untuk jantan 1 bulan

b.    Seleksi Induk

Induk harus sesuai deengan standar baik berat maupun umur

Tidak sekerabat

Jantan yang siap pijah bila distriping keluar sperma putih, namun dalam pemijitan haruslah
hati hati jangan sampai sperma yang di keluarkan terlalu banyak yang berakibat pada saat
pembuahan persedian sperma berkurang

Untuk betina perut buncit bila dipijit terasa lunak

Genital kemerahan dan agak membengkak untuk betina

Pergerakan lamban untuk betina dikarnakan sedang mengandung telur yang banyak.
Untuk pemijahan ikan mas terbagi kedalam 2 teknik diantaranya secara alami dan pemberian
hormon.

a.      Pemijahan alami

      Pemijahan secara alami dilakukan bisa dimedia bak ataupun di kolam tanah, dimana kita
sediakan kakaban baik itu media bak maupun kolam tanah. Untuk media kolam tanah biasa
menggunakan hapa berukuran panjang 6 meter dan lebar 2 meter dimana induk jantan dan
betina disatukan dalam hapa yang telah terisi kakaban. Untuk perbanding banyaknya indukan
biasanya 1:5 atau 6 dimana betina 1 jantan nya 5 atau 6 ekor, pemijahan/kawin biasa pada
malam hari, dan keesokan harinya telur sudah menempel pada kakaban. Untuk tahap
selanjutnya adalah pengangkatan induk baik jantan maupun betina diangkat dan dipindahkan
pada media kolam tempat pemeliharaan induk.

b.     Pemijahan menggunakan Hormon

      Pemijahan menggunakan hormon adalah pemijahan secara buatan dimana induk betina
disuntik dengan hormon ovaprim dengan dosis 1 kg menggunakan hormon 0,5 ml dengan 2
kali penyuntikan dimana penyuntikan pertama 1/3 setelah 8 jam penyuntikan dilakukan 2/3
nya. Setelah telur ada yang keluar dari indukan betina saat itulah dilakukan striping atau
pengurutan dimana telur yang keluar diaduk dengan sperma jantan yang telah di campur
dengan Nacl. Telur yang telah telah diaduk dengan sperma lalu di tebar pada kakaban/ijuk
yang telah di letakan pada media bak atupun media kolam.

2.    Pendederan

       Pendederan biasa dilakukan pada media kolam air tenang dimana sebelumnya kolam
yang akan dipakai sudah melalui pemupukan dan pengapuran. Ketinggian air pada pase
pendederan adalah 40-70 cm. untuk penggunaan media air tenang selain di kolam tanah bisa
juga disawah yang belum ditanami padi atau pun padi yang baru tanam. Ada hal yang harus
diperhatikan pada persiapan kolam atau sawah dimana kondisi kolam haruslah tidak bocor
dan sudah menggunakan kamalir atau parit yang diujungnya telah tersedia kobakan supaya
memudahkan pada saat pemanenan. ukuran yang dihasilkan pada masa pendederan biasanya
antara 2-3 cm sampai dengan 4-5 cm.
3.        Pembesaran.

         Untuk pembesaran media yang dipakai biasanya adalah media kolam jaring apung,
kolam air deras  atau di karamba. Media yang menggunakan jaring terapung dengan tebar
ukuran berat benih 10 gram untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 3
bulan dengan pemberiat pellet 3-4% dari bobot tubuh, sedangkan pada media kolam air deras
dengan tebar ukuran berat benih 20-30 gram/ekor untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan
lama pemeliharaan       4abulan.

Melihat hal tersebut diatas ada perbedaan percepatan pertumbuhan antara pemeliharaan
pembesaran di jarring terapung dengan pemeliharaan di kolam air deras, dimana pembesaran
di jaring terapung lebih cepat besar itu dikarnakan suhu dan kadar oksigen dalam air relative
stabil dan menunjang untuk percepatan pertumbuhan ikan

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

1.     Betina

   Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.

   Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.

   Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

2.     Jantan

   Badan tampak langsing.

   Gerakan lincah dan gesit.

   Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

    
2.3. Reproduksi Ikan mas (Cyprinus carpio L)

   Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis
– gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur,
cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf
kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta
mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).

Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya


untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang
berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya.          Sebagian ikan memiliki jumlah telur
banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan  memiliki telur
sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air  berbeda-beda,
tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).

 Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan
sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam
budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:

Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi
secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),

Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan
rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi
secara alamiah di kolam,

Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan
rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan
secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).

2.4. Induk Ikan mas (Cyprinus carpio L)

Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang
relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan,
naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang
genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang
sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma (milt) jika perutnya diurut
(stripping), naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh
kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan
perutnya keras.

Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke
dalam rongga ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990 dalam Gusrina, 2008). Menurut
Gusrina (2008) pelepasan telur terjadi akibat:

Telur membesar,
Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur
keluar,

Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk
lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang berperan dalam pemecahan diding folikel:
protease iplasmin kemudian diikuti oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau
chotecholamin yang merangsang kontraksi aktif dari folikel).

Telur ikan mas (Cyprinus carpio L) banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada
suatu kutub, tipe telur yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata, 1981).
Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk (1977) dalam Triyani (2002) warna telur ikan ini
transparan dan bersifat demersal (terbenam di dasar perairan). Sementara menurut Soeminto
dkk (1995) dalam Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm – 1,2 mm.

Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan panjang total untuk ikan mas
diantaranya:

Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk betina 28,7 cm, dan

Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk jantan 28,2 cm.

2.5. Hormon Ovaprim Yang digunakan Dalam Pemijahan Ikan Mas

Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar
endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin, 2002). Kelenjar endokrin
pada ikan menurut Lagler et al. (1962) dalam Gusrina (2008) terdapat beberapa organ antara
lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue,
corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial
tissue of gonads dan urohypophysis.

Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis
hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan
mempengaruhi nilai ekonomis jika pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan
menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung kurang sempurna (Zairin, 2002).

Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap
1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan
10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses
pematangan gonad GnRH analog yang terkandung di dalamnya berperan merangsang
hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat
oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan
terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008).

2.6. Penyuntikan Induk


Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik
membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih
1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada
saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas. Pada
ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang
pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon
ovaprim. Santoso (1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan
(arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila
mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa
untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses
pemijahan).

Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam
otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di
kepala) (Susanto, 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah
dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting
bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan
lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra
muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.

Proses atau cara kerja pengunaan hormon dalam Melakukan penyuntikan Pada Ikan
Mas

1.     Disiapkan ikan jantan dan betina pada akuarium yang telah disiapkan.

2.     Diambil larutan hormon ovaprim dengan menggunakan alat suntik sesuai dengan dosis
yang sudah ditentukan.

3.     Diambil ikan betina dengan tangan dan diusahakan jangan lepas, kemudian larutan
ovaprim yang sudah ditambahkan dengan akuades sehingga didalam alat suntik menunjukkan
banyaknya ovaprim dan akuades 2 cc.

4.     Ikan yang sudah dipegang, dengan hati-hati alat suntik ditusukkan pada bagian
punggung ikan antara sirip punggung jari-jari yang ketiga dan jarak 3 sisik ke bawah.

5.     Alat suntik dimasukkan pada bagian bawah sisik, hal ini dilakukan agar ikan tidak
stress.

6.     Disuntikan hormon ovaprim yang bercampur dengan akuades ke dalam ikan dengan
kemiring ± 600 (sudut).

7.     Untuk ikan betina dosis yang diberikan untuk suntikkan pertama dari dosis 2 cc ovaprim
dan akuades sebanyak 1,2 cc, sedangkan untuk suntikkan yang kedua apabila ikan tidak
berhasil memijah setengah bagian dari dosis keseluruhan.
8.     Setelah ikan diberikan suntikkan hormon ovaprim, ikan betina diletakkan kembali ke
dalam akuarium yang telah disiapkan.

9.     Selanjutnya ikan jantan diambil seperti halnya yang dilakukan pada ikan berina, namun
untuk dosis ikan betina pada penyuntikkan pertama diberi dosis 0,8 cc, dan apabila
penyuntikkan pertama gagal memijah, maka sama halnya seperti ikan betina yaitu untuk
penyuntikkan yang kedua sebagian dari dosis keseluruhan.

10.  Setelah proses penyuntikkan, diamati 6 jam kemudian. Apabila tidak terjadi pemijahan
maka dilakukan penyuntikkan untuk kali kedua dan diamati lagi setelah 6 – 8 jam kemudian. 

DAFTAR PUSTAKA

  DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni 
1990.

GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988.

RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam
Sinar Tani. 13 Februari 199.

Susanto, H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanto, H. 1999. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai