BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
4
5
wilayah sebarannya yang lain di Asia Tenggara. Ikan ini diperkirakan dibawa
masuk ke India oleh manusia sebelum abad ke-19.
Ikan ini memiliki kebiasaan ‘mengasuh’ anak-anaknya. Induk ikan
seringkali didapati berenang di sekitar kelompok anak-anak toman yang masih
kecil-kecil. Dilaporkan pula bahwa induk semacam ini juga tidak segan-segan
menyerang orang yang berenang terlalu dekat, yang dikhawatirkan akan
mengganggu anak-anaknya. Perilaku suka menyerang pengganggu ini
dimanfaatkan orang Banjar di pedesaan untuk memancing induk toman dan gabus
(gabus) menggunakan belibis yang diikat sebagai "pengganggu" agar induk ikan
mendekat lalu diumpan dengan daging kodok. Menurut Makmur dan Prasetyo
(2006), ikan toman merupakan ikan yang banyak dijumpai pada rawa lebak, oleh
karena itu ikan ini termasuk kedalam golongan ikan hitam.
2.2. Habiat Ikan Toman (Channa micropeltes)
Ikan toman menempati saluran dataran rendah yang besar, danau dan
habitat yang dimodifikasi secara antropogenik. Termasuk kanal dan waduk.
Namun, di daerah danau Kapuas, di Kalimantan, ikan toman muncul disungai
kecil (Kottelat dan Widjanarti, 2005).
2.3. Reproduksi Ikan Toman (Channa micropeltes)
Sistem reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan
keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk
dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina (fertilisasi) akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru (Fujaya, 2004).
Menurut Ansyari & Slamat, (2018) perbedaan jenis kelamin ikan toman
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Ikan Toman
Ciri biologi Jantan Betina
Kepala Lancip panjang atau membulat Lancip panjang atau
membulat
Badan Langsing dan membulat Langsing dan membulat
Bentuk anus Garis atau agak menunjol Garis atau agak menunjol
Diurut Keluar urin Tidak keluar urin
Pada tabel dapat dilihat perbedaan antara ikan toman jantan dan betina
tidak terlalu mencolok tetapi dapat dibedakan dengan cara menetakan pada bagian
5
6
anus ikan toman, apabila saat ditekan pada bagian anus mengeluarkan urin maka
ikan toman dapat dipastikan jantan, sebaliknya jika dtidak mengeluarkan urin
maka ikan toman betina.
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina
yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar
tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat
dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu: (1) Pemijahan ikan secara alami, yaitu
pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa
pemberian rangsangan hormon); (2) Pemijahan secara semi intensif, yaitu
pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk
mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah
di kolam; (3) Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi
dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad
serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau
pengurutan (Gusrina, 2008).
Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi yang menentukan
keberhasilan dalam pembenihan ikan toman. Pemijahan bisa dilakukan secara
alami, semi buatan dan buatan. Ikan toman merupakan ikan buas yang masih satu
suku dengan ikan gabus (channidae) tetapi ikan gabus sudah lebih dulu
dibudidayakan secara semi intensif. Menurut Muslim (2017) pemijahan ikan
gabus di alam umumnya dilakukan di perairan dangkal (misalnya tepi rawa) yang
memiliki banyak tumbuhan. Namun dalam usaha budidaya, ikan gabus dapat
memijah dalam wadah budidaya seperti fibreglass, kolam beton dan kolam tanah.
2.4. Tingkat Kematangan Gonad
Kematangan gonad ikan adalah tahapan pada saat perkembangan gonad
sebelum dan sesudah terjadinya proses pemijahan. Selama proses reproduksi,
sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Menurut Muslim (2017)
Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum pada saat ikan akan memijah
kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung
sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang
gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%.
6
7
7
8
diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut adalah yang
terkandung dalam ovaprim, Human Chorionic Gonadotrophine/HCG, Luteinizing
Hormone Releasing Hormone/LHRH.
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20 µg
analog Salmon Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH, Leutinuezing
Hormon Releasing Hormone/LHRH dan 10 µg domperidon sejenis anti dopamin
per mililiter (Nandeesha et al., 1990). Ovaprim adalah campuran analog Salmon
Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH dan anti dopamin. Hormon
gonadrotropin sintesis adalah hormon analog yang berfungsi untuk merangsang
dan memacu hormon gonadotropin pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat
proses ovulasi yaitu pada proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya
rangsang yang lebih tinggi. Selain itu menghasilkan telur dengan kualitas yang
baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat juga dapat menekan
angka mortalitas (Sukendi, 1995).
2.6. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan
dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al, 1992). Menurut Sumantadinata
(1981) fekunditas dari suatu ikan sangat penting untuk diketahui karena
fekunditas dapat memberikan informasi kemampuan ikan menghasilkan telur
dalam suatu pemijahan. Fekunditas dibedakan menjadi 2 yaitu fekunditas mutlak
dan fekunditas relatif. Fekunditas mutlak adalah jumlah telur yang dikandung
individu ikan, sedangkan fekunditas relatif yaitu jumlah telur per satuan berat dan
panjang ikan (Nikolsky, 1963).
Menurut Fujaya (2001), jumlah telur pada setiap individu betina
tergantung pada umur, ukuran, spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan
makanan, suhu, air dan musim). Menurut Sukendi (2001), nilai jumlah telur
spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang total dan bobot tubuh.
2.7. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya sel telur (yang telah mengakhiri
pembelahan miosis kedua) dari folikel ke dalam lumen ovarium atau rongga perut
(Nagahama, 1987). Proses ovulasi terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahap awal
lapisan folikel melepaskan diri dari oosit, pada saat akan terjadi ovulasi, mikrofili
8
9
pada kedua permukaan tersebut sedikit demi sedikit terpisah, hal tersebut
dimungkinkan dilakukan oleh enzim proteolitik. Sebelum terjadi ovulasi, sel telur
akan mengalami pembesaran. Folikel membentuk semacam benjolan yang
semakin membesar sehingga menyebabkan dinding folikel pecah.
2.8. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara gamet jantan dan
gamet betina yang diakhiri dengan bergabungnya nucleus 2 gamet tersebut
sehingga terbentuk zigot (Faruk, et al,. 2011). Fertilisasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu fertilisasi internal dan eksternal. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada
ikan merupakan jenis fertilisasi eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk
(Fujaya 2002). Keberhasilan proses fertilisasi dipengaruhi oleh kemampuan
sperma untuk membuahi sel telur. Sperma yang tidak disimpan (fresh sperm),
memiliki kemampuan fertilisasi yang lebih tinggi dibandingkan sperma hasil
penyimpanan.2.9. Daya Tetas
Daya tetas telur (hatching rate) adalah persentase telur yang menetas
setelah waktu tertentu. Menetas merupakan saat terakhir masa pengeraman
sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.
Penetasan telur terjadi karena kerja mekanik dan enzimatik. Kerja mekanik
disebabkan embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam
cangkangnya atau karena embrio lebih panjang dari lingkungannya dalam
cangkang (Farida, et al., 2016).
Nugraha et al, (2012) menjelaskan bahwa suhu yang diperlukan untuk
penetasan telur ikan black ghost berkisar antar 24-30 °C, sedangkan Budiardi et
al,(2005) berpendapat bahwa untuk kesuksesan pemijahan dan penetasan telur
sebaiknya penyediaan air harus bersuhu 27-30 °C.
2.10. Kualitas Air
Kualitas air adalah parameter yang penting diperhatikan karena secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan. Air sebagai media hidup ikan harus memenuhi persyaratan
baik secara fisika maupun kimia (Adelina, et al., 2014)
Kualitas suatu perairan menurut Effendi (1979), adalah setiap parameter
yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, perkembangbiakan,
9
10
pertumbuhan atau produksi ikan. Parameter kualitas air yang dianggap penting
dan diukur pada berlangsungnya penelitian adalah suhu perairan, oksigen terlarut,
derajat keasaman (pH) dan amoniak (NH3).
Kriteria kualitas air untuk budidaya ikan toman menurut Heryanto (2019)
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Toman
Parameter Nilai Kisaran Batas Kisaran optimal
Suhu (°C) 20-35 25-32
pH 5-9 6-8,5
DO (mg/l) 0-7 3-7
Amoniak (mg/l) <0,016 <0,016
10
11
11
12
12
13
apabila bagian anus sedikit ditekan mengeluarkan urin dapat dipastikan induk
jantan, apabila tidak mengeluarkan urin dan bagian perut lebih besar maka dapat
dipastikan induk betina.
Pemijahan dilakukan dengan perbandingan induk 1:1 secara semi buatan
dengan injeksi hormone Ovaprim, sebelum dipijahkan semua induk ditimbang dan
diukur panjang total dan lingkar perut. Variasi dosis hormone Ovaprim yang
diberikan sesuai perlakuan mulai dari 0,2 ml/kg, 0,3 ml/kg dan 0,4 ml/kg untuk
induk betina, sedangkan untuk semua induk jantan hormon yang diberikan
sebanyak 0,2 ml/kg dengan pengenceran aquabides perbandingan 1:1.
Penyuntikan induk betina dilakukan terlebih dahulu selama 6 jam pada sore hari
sebelum dilakukan penyuntikan pada induk jantan. Berikut ini cara perhitungan
dosis hormone yang diberikan :
13
14
14
15
Daya tetas =
∑ telur yang menetas x 100%
∑ telur yang ditetaskan
3.5.6. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakuan pada awal dan akhir penelitian, yang
diukur pada percobaan ini adalah suhu, pH, amoniak, dan DO.
3.6. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H0 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh tidak nyata
terhadap pemijahan ikan toman.
H1 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh nyata terhadap
pemijahan ikan toman.
3.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diuji kenormalannya
dengan menggunakan Uji Normalitas Liliefors dengan kaidah pengujian adalah
sebagai berikut:
≤ Lα (n), terima H0 data menyebar normal
Jika Lhitung
≥ Lα (n), terima H1 data tidak menyebar normal
Selanjutnya dilakukan Uji Homogenitas Ragam, menggunakan prosedur
Bartlett dengan pengujian sebagai berikut:
< X²hitung < (1 – α ) (K – 1), terima H0 (data homogen)
Jika X²hitung
> X²hitung > (1 – α ) (K – 1), tolak H0 (data tidak homogen)
Apabila data dinyatakan tidak normal atau tidak homogen, maka sebelum
dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data. Setelah asumsi di atas
terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam dengan kaidah sebagai berikut:
< Ftabel (5%, 1%), terima H0 tolak H1
Jika Fhitung
> Ftabel (5%, 1%), terima H1 tolak H0
15
16
√KTG x 100 %
KK = Y
Keterangan:
KK : Koefisien Keragaman
KTG : Kuadrat Tengah Galat
Y : Rerata Grand Total
Menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Jika KK besar (minimal 10%) pada kondisi homogen atau minimal 20% pada
kondisi heterogen, uji yang sebaiknya dilakukan adalah uji Beda Jarak Nyata
Duncan.
2. Jika KK sedang (antara 5 – 10% pada kondisi homogen atau 10 – 20% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang dilakukan adalah Uji Beda Nyata
Terkecil).
3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen atau maksimal 10% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji Beda Nyata
Jujur
DAFTAR PUSTAKA
Ansyari Pahmi & Slamat, (2018). Telaah aspek kematangan gonada dan
fekunditas ikan toman (Channa micropeltes) periode musim hujan
diperairan rawa danau panggang. Prosiding seminar nasional
perikanan dan kelautan ke-7 FPK UNRI 2018. ISBN : 978-979-792-
860-5
Budiardi, T., W. et.al., 2005. Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Embrio Dan
Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) Pada Suhu Inkubasi Yang
Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 57–61 (2005).
16
17
Farida, Rachimi & Adrianus, 2016. Pengaruh Suhu yang Berbeda terhadap Waktu
Penetasan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Biawan (Helostoma
temmincki). Jurnal Ruaya, 4(2), pp. 63-69.
Faruk, Frenki, Waluyo, Budi, Prasetyo, Pambudi. 2011. Teknik Pembenihan Ikan.
Sinar Winurya. Bandung.
Harianti. 2003. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di danau Tempe, Kabupaten Wajo. Sulawesi Selatan. Jurnal Saintek
Perikanan. 8(2):18-24.
Hanafiah, Kemas Ali. 1993. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali.
Jakarta.
Heryanto. S. B., 2019. Efektivitas Pemberian Pakan Beku (Frozen Feed) Dengan
Bahan Baku Dari Keong Sawah (Pila Ampullacea) Untuk
Pertumbuhan Benih Ikan Toman (Channa Micropeltes). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Keys, S.J. & Crocos, P.J. (2006). Domestication, growth and reproductive
performance of wild, pond and tank-reared brown tiger shrimp
(Penaeus esculentusi). Aquaculture, 257, 232-240.
17
18
Mackinoon, K., Hatta, M, Gt., Halim, H., Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan
(Alih Bahasa oleh G. Tjiroseopomo, S,N, Kartikasari, A. Widyanto).
Prenhallindo. Jakarta. 806 hlm.
Makmur S. 2006. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di daerah banjiran sungai Musi Sumatra Selatan. Jurnal Fish Science.
7 (2):254-259.
Muhammad, Hamzah S dan Irfan A 2003. Pengaruh donor dan dosis kelenjar
hipofisa terhadap ovulasi dan daya tetas telur ikan betok (Anabas
testudineus). Jurnal Sain dan Teknologi. 3(3):87-94.
Muslim, (2017). Budidaya Ikan Gabus (Channa stiata). Palembang. Unsri Press
Najmiyati E. 2009. Induksi Ovulasi dan Derajat Penetasan Telur Ikan Hike
(Labeobarbus longipinnis) dalam Penangkaran Menggunakan GnRH
Analog. Tesis (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nandeesha M.C., Das, S.K., Nathaniel, D.E., and Varghese, T.J. 1990a. Breeding
of Carps With Ovaprim in India. Spec. Publ. Asian Fish. Soc. Indian
Branch, Mangalore, India. no. 4. 41 pp.
18
19
Sukendi. 1995. Perubahan Histologi Gonad Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus
Burcheel) akibat Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α.
Lembaga Penelitian Universitas Riau.
Zairin Jr M. Sari KR dan Raswin M. 2005. Pemijahan ikan tawes dengan sistem
imbas memijahkan ikan mas sebagai pemicu. Jurnal Akuakultur
Indonesia 4(2):103-108.
19