Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Budidaya peraian merupakan kegiatan memproduksi ikan atau organisme
perairan dilingkungan yang lebih terkontrol dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Budidaya dapat terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu pembenihan,
pendederan dan pembesaran, baik yang dilakukan di perairan tawar, payau
maupun laut. Lahan basah merupakan salah satu wilayah yang berpotensi untuk
dilakukan pengembangan perikanan budidaya yang dapat dikembangkan
khususnya di Kalimantan Selatan
Lahan basah yang terdapat di wilayah Kalimantan Selatan memiliki luas
mencapai ±1,4 juta Ha yang terdiri dari peraian sungai, danau, rawa, lebak, dan
payau (Mackinnon et al, 2000). Salah satu bagian dari lahan basah yaitu perairan
rawa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang rawa. Rawa
adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang
secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi,
yang merupakan suatu ekosistem.
Salah satu spesies ikan rawa yang berpotensi untuk dikembangkan adalah
ikan toman. Ikan toman merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi baik dilihat dari aspek ukuran, rasa maupun harganya. Pada umumnya
permintaan ikan toman di pasaran cukup stabil, hal ini mengakibatkan kegiatan
penangkapan ikan toman semakin banyak dilakukan tanpa memperhatikan
kelestariannya. Penurunan populasi ikan toman di alam perlu dicegah dengan
upaya kegiatan pembenihan di lingkungan yang lebih terkontrol.
Pembenihan adalah suatu kegiatan penting dalam budidaya perikanan,
kesuksesan dalam kegiatan pembenihan akan sangat berpangaruh baik pada tahap
budidaya selanjutnya. Menurut Muslim dan Syaifudin (2012) bahwa dalam
kegiatan budidaya diperlukan benih atau induk yang berasal dari kegiatan
pembenihan secara terkontrol. Sebagai langkah awal kegiatan pembenihan,
diperlukan induk yang sudah jinak (terdomestikasi). Kegiatan pembenihan
dilakukan mulai dari persiapan atau pra pemijahan sampai dengan pasca
pemijahan.

1
2

Menurut Muslim, (2017) bahwa pemijahan ikan gabus secara semi


buatan menggunakan penambahan hormon Ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg berat
tubuh ikan merupakan waktu tercepat ikan memijah yaitu selama 24 jam,
sedangkan pemberian hormon Ovaprim dengan dosis 0,4 ml/kg berat tubuh ikan
memperoleh waktu ikan memijah selama 36 jam. Cepat atau lambatnya waktu
laten atau batas waktu ovulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
hormonal berupa rangsangan penyuntikan hormon gonadotropin sintetik terhadap
proses spermiasi dan kualitas air (Najmiyati, 2009).
Ovulasi merupakan proses keluarnya sel telur (yang telah mengakhiri
pembelahan miosis kedua) dari folikel ke dalam lumen ovarium atau rongga perut
(Permana, 2009). Proses ovulasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap awal
lapisan folikel melepaskan diri dari oosit, pada saat akan terjadi ovulasi, mikrofili
pada kedua permukaan tersebut sedikit demi sedikit terpisah, hal tersebut
dimungkinkan dilakukan oleh enzim proteolitik. Penelitian yang akan dilakukan
adalah melakukan pemijahan induk ikan toman secara semi buatan dengan
pemberian dosis ovaprim yang berbeda untuk mengetahui laju pemijahan atau
yang biasa disebut ovulasi.
1.2. Rumusan Masalah
Saat ini untuk memperoleh benih ikan toman hanya memanfaatkan hasil
penangkapan di alam dan kurangnya ketersediaan benih ikan toman dengan
jumlah yang tinggi, ini dibuktikan dari data Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017 dalam upaya untuk menjaga stok sumber
daya ikan agar tidak menurun perlu dilaksanakan melalui pemulihan stok dan
habitat sumber daya ikan untuk pemenuhan kebutuhan induk unggul dan benih
ikan toman yang bermutu, maka dari itu peneliti ingin meneliti pemijahan ikan
toman sistem semi buatan dengan penambahan dosis hormon ovaprim yang
berbeda. Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Reproduksi ikan toman sampai saat ini masih kurang dan mengalami beberapa
hambatan dalam penyediaan benih dengan jumlah yang tinggi.
2. Masih belum ada yang berhasil memijahkan ikan toman sistem alami maupun
semi buatan dengan hasil yang diinginkan.
3. Apakah injeksi hormon ovaprim mampu mempercepat proses ovulasi.

2
3

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini menganalisis pemberian dosis
ovaprim yang berbeda terhadap ovulasi ikan toman.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini memberikan informasi yang tepat terhadap dosis
penyuntikan induk ikan toman dalam proses pemijahan secara semi buatan.

3
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ikan Toman (Channa micropeltes)


Menurut Kottelat et al (1993), klasifikasi ikan toman adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa micropeltes

Gambar 2.1. Induk Ikan Toman (Koleksi Pribadi, 2019)


Ikan toman adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus
(Channidae), memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan gabus, toman dapat
tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter dan menjadi spesies yang
terbesar dalam sukunya. Ikan toman dalam bahasa Inggris dikenal sebagai red
snakehead, redline snakehead merujuk pada warna tubuhnya ketika muda, atau
Malabar snakehead. Nama snakehead mengacu pada bentuk kepalanya yang
menyerupai kepala ular. Sementara nama ilmiahnya adalah Channa micropeltes
(Wikepedia, 2016).
Ikan toman menyebar luas di Indonesia bagian barat (Sumatra,
Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya), Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam,
India, dan mungkin pula Myanmar. Keberadaannya di India barat daya
(Tamilnadu dan Kerala) terasa janggal, karena terpisah sekitar 2500 km dari

4
5

wilayah sebarannya yang lain di Asia Tenggara. Ikan ini diperkirakan dibawa
masuk ke India oleh manusia sebelum abad ke-19.
Ikan ini memiliki kebiasaan ‘mengasuh’ anak-anaknya. Induk ikan
seringkali didapati berenang di sekitar kelompok anak-anak toman yang masih
kecil-kecil. Dilaporkan pula bahwa induk semacam ini juga tidak segan-segan
menyerang orang yang berenang terlalu dekat, yang dikhawatirkan akan
mengganggu anak-anaknya. Perilaku suka menyerang pengganggu ini
dimanfaatkan orang Banjar di pedesaan untuk memancing induk toman dan gabus
(gabus) menggunakan belibis yang diikat sebagai "pengganggu" agar induk ikan
mendekat lalu diumpan dengan daging kodok. Menurut Makmur dan Prasetyo
(2006), ikan toman merupakan ikan yang banyak dijumpai pada rawa lebak, oleh
karena itu ikan ini termasuk kedalam golongan ikan hitam.
2.2. Habiat Ikan Toman (Channa micropeltes)
Ikan toman menempati saluran dataran rendah yang besar, danau dan
habitat yang dimodifikasi secara antropogenik. Termasuk kanal dan waduk.
Namun, di daerah danau Kapuas, di Kalimantan, ikan toman muncul disungai
kecil (Kottelat dan Widjanarti, 2005).
2.3. Reproduksi Ikan Toman (Channa micropeltes)
Sistem reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan
keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk
dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina (fertilisasi) akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru (Fujaya, 2004).
Menurut Ansyari & Slamat, (2018) perbedaan jenis kelamin ikan toman
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Ikan Toman
Ciri biologi Jantan Betina
Kepala Lancip panjang atau membulat Lancip panjang atau
membulat
Badan Langsing dan membulat Langsing dan membulat
Bentuk anus Garis atau agak menunjol Garis atau agak menunjol
Diurut Keluar urin Tidak keluar urin
Pada tabel dapat dilihat perbedaan antara ikan toman jantan dan betina
tidak terlalu mencolok tetapi dapat dibedakan dengan cara menetakan pada bagian

5
6

anus ikan toman, apabila saat ditekan pada bagian anus mengeluarkan urin maka
ikan toman dapat dipastikan jantan, sebaliknya jika dtidak mengeluarkan urin
maka ikan toman betina.
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina
yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar
tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat
dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu: (1) Pemijahan ikan secara alami, yaitu
pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa
pemberian rangsangan hormon); (2) Pemijahan secara semi intensif, yaitu
pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk
mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah
di kolam; (3) Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi
dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad
serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau
pengurutan (Gusrina, 2008).
Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi yang menentukan
keberhasilan dalam pembenihan ikan toman. Pemijahan bisa dilakukan secara
alami, semi buatan dan buatan. Ikan toman merupakan ikan buas yang masih satu
suku dengan ikan gabus (channidae) tetapi ikan gabus sudah lebih dulu
dibudidayakan secara semi intensif. Menurut Muslim (2017) pemijahan ikan
gabus di alam umumnya dilakukan di perairan dangkal (misalnya tepi rawa) yang
memiliki banyak tumbuhan. Namun dalam usaha budidaya, ikan gabus dapat
memijah dalam wadah budidaya seperti fibreglass, kolam beton dan kolam tanah.
2.4. Tingkat Kematangan Gonad
Kematangan gonad ikan adalah tahapan pada saat perkembangan gonad
sebelum dan sesudah terjadinya proses pemijahan. Selama proses reproduksi,
sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Menurut Muslim (2017)
Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum pada saat ikan akan memijah
kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung
sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang
gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%.

6
7

Penentuan TKG juga dapat dilakukan secara morfologi, dengan


mengamati ovarium (betina) dan testes (jantan) yang meliputi warna, struktur
permukaan, pengisian terhadap rongga abdomen dan ada tidaknya telur.
Pengamatan morfologi gonad memenuhi karakteristik yang tertera pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2. Penentuan Tingkat Kematangan Gonada Ikan (Effendie, 2002)
TKG Betina Jantan
I Belum masak
Gonad seperti sepasang benang Gonad berupa sepasang benang
yang memanjang pada sisi lateral tetapi jauh lebih pendek disbanding
rongga peritoneum bagian ovarium ikan betina dan berwarna
anterior, berwarna kemerahan kelabu
II Permulaan masak
Gonad berukuran lebih besar, Gonad berwarna putih susu,
mengisi seperempat rongga mengisi seperempat rongga
peritoneum, berwarna putih peritoneum dan terlihat lebih besar
kekuningan, telur-telur belum bias disbanding pada gonad tingkat I
dilihat satu per satu dengan mata
telanjang
III Hampir masak
Gonad mengisi hamper setengah Gonad mengisi hamper setengah
rongga peritoneum, telur-telur dari rongga peritoneum, berwarna
mulai terlihat dengan mata tanpa putih susu
alat bantu berupa butiran halus,
gonad berwarna kuning kehijauan
IV Masak
Gonad mengisi tiga perempat Gonad mengisi tiga perempat
rongga peritoneum, warna kuning rongga peritoneum dan pejal
dan lebih gelap. Telur-telur jelas berwarna putih susu dan mengisi
terlihat dengan butiran-butiran sebagian besar peritoneum
yang jauh lebih besar
dibandingkan pada tingkat III
V Salin
Gonad masih seperti pada tingkat Gonad bagian anal telah kososng
IV, sebagian gonad kemps karena dan lebih lembut
sebagian telur telah mengalami
ovoposisi (memijah)
2.5. Manipulasi Hormon
Menipulasi hormonal bisa dari rangsangan luar tubuh berupa implantasi
hormon dan suntikan, tidak lain adalah upaya menggantikan sinyal lingkungan.
Pada spesies yang tidak memijah secara alami di dalam wadah budidaya,
manipulasi hormonal mutlak diperlukan (Zairin, 2003). Untuk merangsang
pemijahan dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak

7
8

diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut adalah yang
terkandung dalam ovaprim, Human Chorionic Gonadotrophine/HCG, Luteinizing
Hormone Releasing Hormone/LHRH.
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20 µg
analog Salmon Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH, Leutinuezing
Hormon Releasing Hormone/LHRH dan 10 µg domperidon sejenis anti dopamin
per mililiter (Nandeesha et al., 1990). Ovaprim adalah campuran analog Salmon
Gonadotrophine Releasing Hormone/sGnRH dan anti dopamin. Hormon
gonadrotropin sintesis adalah hormon analog yang berfungsi untuk merangsang
dan memacu hormon gonadotropin pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat
proses ovulasi yaitu pada proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya
rangsang yang lebih tinggi. Selain itu menghasilkan telur dengan kualitas yang
baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat juga dapat menekan
angka mortalitas (Sukendi, 1995).
2.6. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan
dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al, 1992). Menurut Sumantadinata
(1981) fekunditas dari suatu ikan sangat penting untuk diketahui karena
fekunditas dapat memberikan informasi kemampuan ikan menghasilkan telur
dalam suatu pemijahan. Fekunditas dibedakan menjadi 2 yaitu fekunditas mutlak
dan fekunditas relatif. Fekunditas mutlak adalah jumlah telur yang dikandung
individu ikan, sedangkan fekunditas relatif yaitu jumlah telur per satuan berat dan
panjang ikan (Nikolsky, 1963).
Menurut Fujaya (2001), jumlah telur pada setiap individu betina
tergantung pada umur, ukuran, spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan
makanan, suhu, air dan musim). Menurut Sukendi (2001), nilai jumlah telur
spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang total dan bobot tubuh.
2.7. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya sel telur (yang telah mengakhiri
pembelahan miosis kedua) dari folikel ke dalam lumen ovarium atau rongga perut
(Nagahama, 1987). Proses ovulasi terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahap awal
lapisan folikel melepaskan diri dari oosit, pada saat akan terjadi ovulasi, mikrofili

8
9

pada kedua permukaan tersebut sedikit demi sedikit terpisah, hal tersebut
dimungkinkan dilakukan oleh enzim proteolitik. Sebelum terjadi ovulasi, sel telur
akan mengalami pembesaran. Folikel membentuk semacam benjolan yang
semakin membesar sehingga menyebabkan dinding folikel pecah.
2.8. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara gamet jantan dan
gamet betina yang diakhiri dengan bergabungnya nucleus 2 gamet tersebut
sehingga terbentuk zigot (Faruk, et al,. 2011). Fertilisasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu fertilisasi internal dan eksternal. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada
ikan merupakan jenis fertilisasi eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk
(Fujaya 2002). Keberhasilan proses fertilisasi dipengaruhi oleh kemampuan
sperma untuk membuahi sel telur. Sperma yang tidak disimpan (fresh sperm),
memiliki kemampuan fertilisasi yang lebih tinggi dibandingkan sperma hasil
penyimpanan.2.9. Daya Tetas
Daya tetas telur (hatching rate) adalah persentase telur yang menetas
setelah waktu tertentu. Menetas merupakan saat terakhir masa pengeraman
sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.
Penetasan telur terjadi karena kerja mekanik dan enzimatik. Kerja mekanik
disebabkan embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam
cangkangnya atau karena embrio lebih panjang dari lingkungannya dalam
cangkang (Farida, et al., 2016).
Nugraha et al, (2012) menjelaskan bahwa suhu yang diperlukan untuk
penetasan telur ikan black ghost berkisar antar 24-30 °C, sedangkan Budiardi et
al,(2005) berpendapat bahwa untuk kesuksesan pemijahan dan penetasan telur
sebaiknya penyediaan air harus bersuhu 27-30 °C.
2.10. Kualitas Air
Kualitas air adalah parameter yang penting diperhatikan karena secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan. Air sebagai media hidup ikan harus memenuhi persyaratan
baik secara fisika maupun kimia (Adelina, et al., 2014)
Kualitas suatu perairan menurut Effendi (1979), adalah setiap parameter
yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, perkembangbiakan,

9
10

pertumbuhan atau produksi ikan. Parameter kualitas air yang dianggap penting
dan diukur pada berlangsungnya penelitian adalah suhu perairan, oksigen terlarut,
derajat keasaman (pH) dan amoniak (NH3).
Kriteria kualitas air untuk budidaya ikan toman menurut Heryanto (2019)
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Toman
Parameter Nilai Kisaran Batas Kisaran optimal
Suhu (°C) 20-35 25-32
pH 5-9 6-8,5
DO (mg/l) 0-7 3-7
Amoniak (mg/l) <0,016 <0,016

10
11

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Samhurang, Kecamatan Labuan Amas
Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sedangkan analisis kualitas air
dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat. Secara keseluruhan masa persiapan hingga
penyusunan laporan selama 4 bulan, terhitung dari bulan Januari 2020. Rincian
kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Bulan ke
No Kegiatan
1 2 3 4
Pembuatan proposal X X X X
penelitian:
1 XXX
- Konsultasi
- Seminar X
Pelaksanaan X XXXX XXXX
Penelitian:
2 X
- Persiapan
- Pelaksanaan XXXX XXXX
Pelaporan: XX XXXX
- Pengolahan XX
data
- Penyusunan XX XXXX
3
laporan dan
konsultasi
- Seminar X
- Distribusi X

3.2. Alat dan Bahan


Tabel 3.2. Alat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian
No Alat Jumlah Kegunaan
1 Suntikan/Spuit 3-5 buah Sebagai alat untuk
menginjeksikan hormone
kedalam tubuh induk ikan
toman.
2 Penggaris 1 buah Untuk mengukur panjang
ikan
3 Timbangan 1 buah Untuk menimbang induk ikan
4 Label 1 pak Untuk memberi keterangan
5 Serok 2 buah Untuk menyerok induk

11
12

6 Mesin Pompa Airj 1 buah Untuk mengisi kolam yang


digunakan
7 Stopwatch 1 buah Untuk mengukur waktu
8 Senter 1 buah Sebagai alat penerangan pada
waktu malam hari

Tabel 3.3. Bahan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian


No Bahan Kegunaan
1 Induk ikan toman Sebagai induk yang akan dipijahkan
2 Hormon ovaprim Sebagai hormon perangsang ikan untuk
memijah
3 Air Sebagai media pemijahan
4 Aquabides Sebagai pengencer hormon ovaprim
5 Pakan ikan rucah Sebagai pakan pemeliharaan induk ikan
toman

3.3. Manajemen Penelitian


Persiapan alat dan bahan dimulai dari persiapan media pemijahan berupa
kolam terpal dan persiapan kolam untuk mengkultur pakan alami. Setelah itu
dilakukan persiapan alat dan bahan untuk seleksi induk ikan toman, pemijahan
induk, perhitungan telur dan perhitungan larva yang menetas.
3.3.1. Media Pemijahan dan Kultur Pakan Alami
Media pemijahan ikan toman berupa kolam terpal dengan ukuran
2,5x4,5x1 meter diisi air dengan ketinggian 80 cm serta ditambahkan tumbuhan
air, jerami dan ranting kayu untuk sarang induk toman. Sedangkan untuk media
kultur pakan alami berupa kolam terpal dengan ukuran 8x5x1 meter diisi air
dengan ketinggian 30 cm. Pakan alami yang digunakan berupa Daphnia, sp, untuk
mempercepat penumbuhannya dilakukan dengan cara menambahkan batang
pisang rucah, jerami serta dedak.
3.3.2. Seleksi dan Pemijahan Induk Ikan Toman
Ikan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan toman
sebanyak 9 ekor jantan dan 9 ekor betina dengan ukuran 1,5-4 kg/ekor umur ±2
tahun diperoleh dari hasil pembesaran dikaramba di daerah Pangkalanbun
Kalimantan Tengah. Seleksi induk yang dilakukan untuk menentukan jenis
kelamin induk dengan cara melihat warna tubuh ikan, melihat bentuk kepala dan

12
13

apabila bagian anus sedikit ditekan mengeluarkan urin dapat dipastikan induk
jantan, apabila tidak mengeluarkan urin dan bagian perut lebih besar maka dapat
dipastikan induk betina.
Pemijahan dilakukan dengan perbandingan induk 1:1 secara semi buatan
dengan injeksi hormone Ovaprim, sebelum dipijahkan semua induk ditimbang dan
diukur panjang total dan lingkar perut. Variasi dosis hormone Ovaprim yang
diberikan sesuai perlakuan mulai dari 0,2 ml/kg, 0,3 ml/kg dan 0,4 ml/kg untuk
induk betina, sedangkan untuk semua induk jantan hormon yang diberikan
sebanyak 0,2 ml/kg dengan pengenceran aquabides perbandingan 1:1.
Penyuntikan induk betina dilakukan terlebih dahulu selama 6 jam pada sore hari
sebelum dilakukan penyuntikan pada induk jantan. Berikut ini cara perhitungan
dosis hormone yang diberikan :

3.4. Rancangan Penelitian


Tingkat kematangan gonad induk ikan toman yang digunakan tidak bisa
homogeny untuk itu rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) setiap pasang induk toman yang
digunakan adalah kelompok. Dengan 3 perlakuan dan 3 kelompok sehingga
diperlukan 9 unit percobaan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini:
Perlakuan A = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,2 ml per kg
Perlakuan B = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,3 ml per kg
Perlakuan C = Pemberian ovaprim dengan dosis 0,4 ml per kg
Menurut Montgomery (2001) model matematis RAK sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + Bj + ɛ ij ; i = 1, 2, 3 … t
j = 1, 2, 3 … r
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan kelompok ke j
µ = nilai tengah umum
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i
Bj = Perlakuan blok ke-j
ɛ ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i
dan kelompok ke-j

13
14

Penempatan perlakuan diacak menggunakan program Microsoft office


excel dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
B1 C3 A2
B2 C2 A3
B3 C1 A1
Gambar 3.1 Tata Letak Wadah Perlakuan
Keterangan :
A, B dan C = Perlakuan
1, 2 dan 3 = Kelompok

3.5. Parameter Penelitian


Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.1.Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pemijahan ikan toman dilakukan setelah proses
injeksi hormon ovaprim sampai induk ikan mengalami proses ovulasi. Induk yang
mengalami ovulasi langsung dipisahkan ke kolam lain.
3.5.2. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya telur ke rongga ovari atau rongga
perut setelah pecahnya folikel oosit. Dalam habitat alaminya, ovulasi dan
pemijahan ikan akan terjadi secara alami setelah adanya stimulasi yang berasal
dari faktor lingkungan seperti suhu, fotoperiode, salinitas, pasang surut, dan
beberapa faktor lainnya (Keys & Crocos, 2006).
3.5.3. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan
dikeluarkan pada waktu memijah. fekunditas dari suatu ikan sangat penting untuk
diketahui karena fekunditas dapat memberikan informasi kemampuan ikan
menghasilkan telur dalam suatu pemijahan
3.5.4. Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses penyatuan antara sel telur dengan sel
spermatozoa untuk membentuk zigot. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada ikan
merupakan jenis fertilisasi eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk.
Keberhasilan proses fertilisasi dipengaruhi oleh kemampuan sperma untuk
membuahi sel telur. Fertilisasi dapat dihitung dari jumlah persentase telur yang
dibuahi setelah proses ovulasi dengan cara melihat warna telur secara langsung.
3.5.5. Daya Tetas

14
15

Daya tetas (hatching rate) dihitung menggunakan metode sensus (total)


yaitu dengan menghitung satu persatu semua telur ikan yang tebuahi dan yang
menetas kemudian dinyatakan dalam persen, mengacu rumus Effendie (2002) ,
sebagai berikut :

Daya tetas =
∑ telur yang menetas x 100%
∑ telur yang ditetaskan
3.5.6. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakuan pada awal dan akhir penelitian, yang
diukur pada percobaan ini adalah suhu, pH, amoniak, dan DO.
3.6. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H0 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh tidak nyata
terhadap pemijahan ikan toman.
H1 = Pemberian ovaprim dengan dosis berbeda berpengaruh nyata terhadap
pemijahan ikan toman.
3.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diuji kenormalannya
dengan menggunakan Uji Normalitas Liliefors dengan kaidah pengujian adalah
sebagai berikut:
≤ Lα (n), terima H0 data menyebar normal
Jika Lhitung
≥ Lα (n), terima H1 data tidak menyebar normal
Selanjutnya dilakukan Uji Homogenitas Ragam, menggunakan prosedur
Bartlett dengan pengujian sebagai berikut:
< X²hitung < (1 – α ) (K – 1), terima H0 (data homogen)
Jika X²hitung
> X²hitung > (1 – α ) (K – 1), tolak H0 (data tidak homogen)
Apabila data dinyatakan tidak normal atau tidak homogen, maka sebelum
dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data. Setelah asumsi di atas
terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam dengan kaidah sebagai berikut:
< Ftabel (5%, 1%), terima H0 tolak H1
Jika Fhitung
> Ftabel (5%, 1%), terima H1 tolak H0

15
16

Jika pengujian hipotesis adalah menolak H0 dan menerima H1, maka


analisis data dilanjutkan dengan uji Beda Nilai Tengah. Menurut Hanafiah (1993),
uji lanjutan yang dipergunakan tergantung pada koefisien keragaman (KK) yang
diperoleh dengan rumus:

√KTG x 100 %
KK = Y
Keterangan:
KK : Koefisien Keragaman
KTG : Kuadrat Tengah Galat
Y : Rerata Grand Total
Menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Jika KK besar (minimal 10%) pada kondisi homogen atau minimal 20% pada
kondisi heterogen, uji yang sebaiknya dilakukan adalah uji Beda Jarak Nyata
Duncan.
2. Jika KK sedang (antara 5 – 10% pada kondisi homogen atau 10 – 20% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang dilakukan adalah Uji Beda Nyata
Terkecil).
3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen atau maksimal 10% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji Beda Nyata
Jujur
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Pamukas, N. A., Lukistyowati, I. & Mulyadi, 2014. Teknologi dan


Manajemen Produksi Ikan Selais ( Ompok hypophthalmus),
Pekanbaru: Universitas Riau.

Ansyari Pahmi & Slamat, (2018). Telaah aspek kematangan gonada dan
fekunditas ikan toman (Channa micropeltes) periode musim hujan
diperairan rawa danau panggang. Prosiding seminar nasional
perikanan dan kelautan ke-7 FPK UNRI 2018. ISBN : 978-979-792-
860-5

Budiardi, T., W. et.al., 2005. Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Embrio Dan
Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) Pada Suhu Inkubasi Yang
Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 57–61 (2005).

16
17

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.

Farida, Rachimi & Adrianus, 2016. Pengaruh Suhu yang Berbeda terhadap Waktu
Penetasan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Biawan (Helostoma
temmincki). Jurnal Ruaya, 4(2), pp. 63-69.

Faruk, Frenki, Waluyo, Budi, Prasetyo, Pambudi. 2011. Teknik Pembenihan Ikan.
Sinar Winurya. Bandung.

Fujaya, Y. 2001. Biologi dan Teknologi Teleostei. IPB. Bogor.

Fujaya,Y. 2002. Fisiologis Ikan:Dasar Pengembangan Teknik Perikanan,


Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Jakarta.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan


pertama. Rineka Putra. Jakarta

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah


Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Harianti. 2003. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di danau Tempe, Kabupaten Wajo. Sulawesi Selatan. Jurnal Saintek
Perikanan. 8(2):18-24.

Hanafiah, Kemas Ali. 1993. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali.
Jakarta.

Heryanto. S. B., 2019. Efektivitas Pemberian Pakan Beku (Frozen Feed) Dengan
Bahan Baku Dari Keong Sawah (Pila Ampullacea) Untuk
Pertumbuhan Benih Ikan Toman (Channa Micropeltes). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

Hunter, J.R, B.J.Macewicz, N. Chyanhulio, and C.A. Kimbrill. 1992. Fecundity,


Spawning and Maturity of Female dover sole,Microstumuspacificus
and Evaluation of Asumption and Precisions. Fishery Bulletin (90) :
101-128

Keys, S.J. & Crocos, P.J. (2006). Domestication, growth and reproductive
performance of wild, pond and tank-reared brown tiger shrimp
(Penaeus esculentusi). Aquaculture, 257, 232-240.

Kottelat M, Widjanarti E, 2005. Ikan-ikan di taman Nasional Danau Sentarum dan


Danau Kapuas, Kalimantan Barat, Indonesia. Buletin Raffles Zoologi,
Tambahan, 13: 139-173

17
18

Mackinoon, K., Hatta, M, Gt., Halim, H., Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan
(Alih Bahasa oleh G. Tjiroseopomo, S,N, Kartikasari, A. Widyanto).
Prenhallindo. Jakarta. 806 hlm.

Makmur S. 2006. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus (Channa striata Bloch)
di daerah banjiran sungai Musi Sumatra Selatan. Jurnal Fish Science.
7 (2):254-259.

Makmur S, Prasetyo D. 2006. Kebiasaan Makan Tingkat Kematangan Gonad dan


Fekunditas Ikan Haruan (Channa striata BLOCH) Di Suaka Perikanan
Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia. 13(1): 2731.

Muhammad, Hamzah S dan Irfan A 2003. Pengaruh donor dan dosis kelenjar
hipofisa terhadap ovulasi dan daya tetas telur ikan betok (Anabas
testudineus). Jurnal Sain dan Teknologi. 3(3):87-94.

Muslim, (2017). Budidaya Ikan Gabus (Channa stiata). Palembang. Unsri Press

Muslim. 2019. Pematangan Gonad, Pemijahan, Penetasan Telur dan Perawatan


Larva Ikan Haruan (Channa striata). Jurnal Pena Akuatika. Vol 18

Nagahama Y. 1987. Gonadotropin Action on Gametogenesis and Stetoidogenesis


in Teleost Gonads. Zool Sci 4 : 209-222

Najmiyati E. 2009. Induksi Ovulasi dan Derajat Penetasan Telur Ikan Hike
(Labeobarbus longipinnis) dalam Penangkaran Menggunakan GnRH
Analog. Tesis (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Nandeesha M.C., Das, S.K., Nathaniel, D.E., and Varghese, T.J. 1990a. Breeding
of Carps With Ovaprim in India. Spec. Publ. Asian Fish. Soc. Indian
Branch, Mangalore, India. no. 4. 41 pp.

Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. London

Novianto E. 2004. Evaluasi Penyuntikan Ovaprim-C dengan Dosis Berbeda pada


Ikan Sumatera (Puntius tetrazona). Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor

Nugraha et al, 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Perkembangan Embrio,


Daya Tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur Ikan Black
Ghost (Apteronotus Albifrons) pada Skala Laboratorium. Journal Of
Management Of Aquatic Resources. Volume 1,Nomor 1, Halaman 1-6

18
19

Nur, B. et al., 2009. Pemijahan dan Perkembangan Embrio Ikan Pelangi


(Melanotaenia spp.) Asal Sungai Sawiat, Papua. Riset Akuakultur, 4(2),
pp. 147-156.

Permana D. 2009. Evektivitas Aromatase Inhibitor dalam Pematangan Gonad dan


Stimulasi Ovulasi pada Ikan Sumatra (Puntius tetrazona). Skripsi
(Tidak dipublikasikan). Program Studi Teknologi dan Menagemen

Simbolon, F., 2016. Perbandingan Jumlah Induk Terhadap Keberhasilan Daya


Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus),
Medan: Repositori Institusi Universitas Sumatra Utara.

Sumantadinata, K. 1981. Perkembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan Indonesia.


Fakultas Perikanan, Bogor.

Sukendi. 1995. Perubahan Histologi Gonad Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus
Burcheel) akibat Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α.
Lembaga Penelitian Universitas Riau.

Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam upaya pembenihan


ikan baung (Mystus nemurus) dari perairan sungai Kampar, Riau.
Disertasi. Bogor. Program Pascasarjana IPB.

Supiwong W, P. Jearranaiprepame and A. Tanomtong. 2009. A New Repotr


Karyotype in the Chevron Snakehead Fish, Channa striata
(Channidae, Pisces) from Norteast Thailand. Cytologia 74 (3) :

Zairin Jr M. 2003. Peranan Endokrinologi dalam Perikanan Indonesia. Orasi


Ilmiah Guru Besar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zairin Jr M. Sari KR dan Raswin M. 2005. Pemijahan ikan tawes dengan sistem
imbas memijahkan ikan mas sebagai pemicu. Jurnal Akuakultur
Indonesia 4(2):103-108.

19

Anda mungkin juga menyukai