4.1. Hasil
Hasil penelitian “Variasi dosis hormon ovaprim terhadap ovulasi
pemijahan induk ikan toman (Channa micropeltes)” Didapatkan data pengamatan
terhadap Waktu Laten, Ovulasi, Fekunditas, Fertilisasi, Daya Tetas dan Kualitas
Air.
4.1.1. Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pemijahan ikan toman dilakukan setelah proses
injeksi hormon ovaprim sampai induk ikan mengalami proses ovulasi.Proses
ovulasi ikan Toman (Channa micropeltes) ditandai dengan keluarnya telur. Hasil
pengamatan waktu laten ikan toman disajikan pada tabel 4.1 dan rata-rata waktu
laten disajikan pada gambar 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata Waktu Laten Ikan Toman
Perlakuan
Kelompok Jumlah Rerata
A B C
I 138 150 119 407,00 135,67
II 166 112 98 376,00 125,33
III 163 108 118 389,00 129,67
Jumlah 467,00 370,00 335,00 1172,00
Rerata 155,67 123,33 111,67 130,22
Sumber : Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kisaran rerata perlakuan
terhadap waktu laten ikan toman adalah 111,67-155,67 Jam, diaman pada
perlakuan A yaitu 155,67Jam, pada perlakuan B yaitu 123,33Jam, dan pada
perlakuan C yaitu 111,67Jam. Data rata-rata kelompok digunakakan untuk
menyisihkan keragaman yang disebabkan oleh TKG induk dan faktor internal lain
yang mempengaruhi di luar perlakuan, dimana rerata pada kelompok I yaitu
135,67, pada kelompok II yaitu 125,33, dan pada kelompok III yaitu 129,67.
Grafik rata-rata waktu laten ikan Toman dapat dilihat pada gambar 4.1.
180.00
155.67
160.00
140.00 123.33
120.00 111.67
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
A B C
Waktu Laten
Ovulasi (Jam)
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
35.67
15.00
27.00
10.00 22.33
5.00
0.00
A B C
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
3399.00
1500.00
2758.33 2672.00
1000.00
500.00
0.00
A B C
Rata-Rata Fertilitas
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
90.43 91.57
40.00
67.03
30.00
20.00
10.00
0.00
A B C
Gambar 4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Fertilisasi Telur Ikan Toman (%)
Gambar 4.4. Menunjukan grafik rata-rata hasil perhitungan fertilisasi ikan
toman yang terbanyak pada perlakuan B sebesar 91,57%, diikuti perlakuan A
sebesar 90,43%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar 67,03%.
Hasil uji normalitas Liliefors dan homogenitas ragam Bartlett terhadap
fertilisasi ikan toman menunjukan bahwa data menyebar normal Limax (0.271) <
Litable 1%(0.311) dan varian data homogen dimana X2hitung (0,766) < X2tabel
5%(5,991) dan 1%(9,210), lebih rinci dapat dilihat pada lampiran xx dan xx. Hasil
uji ANOVA menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap
fertilitas ikan Toman, dibuktikan dari nilai Fhitung (71,464) > Ftabel 1%(10,925),
sedangkan pada kelompok tidak berpengaruh nyata Fhitung (1,123) < Ftabel
5%(5,143), hal ini membuktikan bahwa jumlah sperma untuk membuahi telur
pada masing-masing perlakuan adalah homogen dan faktor internal lain yang
mempengaruhi fertilitas di luar perlakuan hampir tidak ada.
Tabel Hasil Uji Anova Fertilitas Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 18,08 9,040 1,123 5,143 10,925
Perlakuan 2 1150,87 575,437 71,464 5,143 10,925
Galat 6 48,31 8,052
Total 8 1199,19
99.00
98.50
98.00
97.00
97.26
96.50
96.00
A B C
Gambar 4.5. Grafik Nilai Rata-Rata Daya Tetas Ikan Toman (%)
Gambar 4.5. Menunjukan grafik rata-rata hasil perhitungan daya tetas ikan
toman yang terbanyak pada perlakuan A sebesar 98,97%, diikuti perlakuan B
sebesar 98,82%, dan yang terendah pada perlakuan C sebesar 97,26%. Hasil uji
normalitas Liliefors dan homogenitas ragam Bartlett terhadap daya tetas ikan
toman menunjukan bahwa data menyebar normal Limax (0.164) <Litable 5%(0.271)
dan 1%(0.311)dan varian data homogen dimana X2hitung (2,187) < X2tabel 5%(5,991)
dan 1%(9,210), lebih rinci dapat dilihat pada lampiran xx dan xx. Hasil uji
ANOVA menunjukan bahwa perlakuan berpengaruhnyata terhadap daya tetas
ikan Toman, dibuktikan dari nilai Fhitung (7,904) > Ftabel 5%(5,143), sedangkan pada
kelompok tidak berpengaruh nyata Fhitung (1,670) < Ftabel 5%(5,143), hal ini
membuktikan bahwa faktor internal lain yang mempengaruhi daya tetas di luar
perlakuan hampir tidak ada.
Tabel Hasil Uji Anova Daya Tetas Ikan Toman
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Kelompok 2 1,139 0,5697 1,670 5,143 10,925
Perlakuan 2 5,39 2,6974 7,904 5,143 10,925
Galat 6 2,05 0,3412
Total 8 7,44
4.2. Pembahasan
4.2.1. Waktu Laten
Pengamatan waktu laten pada pemijahan ikan toman terhitung dari
hormon diinjeksikan ke tubuh ikan toman sampai dengan terjadinya ovulasi.
Hormon yang digunakan pada penelitian ini yaitu hormon ovaprim dengan dosis
yang bervariasi. Sesuai dengan fungsinya ovaprim memiliki peran di dalam
memacu terjadi ovulasi dan pemijahan pada ikan, yaitu pada saat pematangan
gonad dimana sGnRH-a berperan merangsang hipofisis untuk melepas
gonadrotropin (Bakkara, 2015). Hasil analisis penggunaan dosis hormon Ovaprim
yang berbeda terhadap waktu laten pemijahan induk ikan toman disajikan pada
grafik gambar 4.1, menunjukkan hasil yang berbeda – beda. Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 4.1 Hasil yang optimal ditunjukkan oleh perlakuan C (dosis
0,4 ml/kg) dengan rata-rata 111,67 Jam (111 jam 40 menit), diikuti oleh perlakuan
B (dosis 0,3 ml/kg) dengan rata-rata 123,33 Jam (123 jam 19 menit), kemudian
perlakuan A (dosis 0,2 ml/kg) dengan rata-rata 155,67 Jam (155 jam 40 menit).
Berdasarkan hasil penelitian ini semakin banyak dosis hormon ovaprim diberikan
maka semakin cepat terjadinya proses pemijahan dan waktu laten akan semakin
singkat.
Penggunaa ovaprim dengan dosis 0,4 ml/kg berat tubuh induk ikan
Toman merupakan dosis yang tercepat untuk waktu laten, Hal ini karena ovaprim
yang disuntikkan dalam tubuh induk ikan Toman ikan betina adalah dosis yang
diduga mampu merangsang sekresi follicle stimulating hormone (FSH) pada
kelenjar pituitari sehingga merangsang estrogen dan memproduksi luteinizing
hormone (LH) sehingga terjadi ovulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Frandson (1992) bahwa kenaikan konsentrasi LH yang cepat
dan tinggi menyebabkan pecahnya folikel dan terjadi ovulasi.Dari hasil penelitian
ini menunjukan bahwa induk ikan Toman (Channa micropeltes) yang disuntik
dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,4 ml/kg berat badan dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi hormon gonadotropin di dalam darah sehingga dapat
merangsang perkembangan telur dan mempercepat proses pemijahan ikan dengan
waktu laten 111,67 Jam lebih cepat dari perlakuan lainnya. Hal ini karena hormon
Ovaprim yang disuntikkan dalam tubuh induk ikan betina dapat memacu proses
ovulasi dengan cepat. Sesuai dengan fungsinya Ovaprim sangat berperan di dalam
mamacu terjadi ovulasi dan pemijahan pada ikan, yaitu pada saat pematangan
gonad dimana sGnRH analog berperan merangsang hipofisis untuk melepas
gonadrotropin, Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh (Lam,
1985), yang dalam kondisi alamiah sekresi gonadotropin dihambat oleh dopamine
sehingga apabila dopamine dihalang dengan antagonisnya maka peranan
dopamine akan terhenti dan sekresi gonadotropin akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Muslim (2017) pada pemijahan ikan haruan
secara semi buatan dengan penambahan hormon ovaprim sebanyak 0,6 ml/kg
merupakan waktu tercepat memijah selama 24 jam dan dosis terendah sebanyak
0,4 ml/kg memperoleh waktu memijah selama 36 jam. Perbedaan ini sangat
terlihat dikarenakan ukuran induk yang sangat berdeda, dimana induk yang
digunakan pada pemijahan ikan toman berkisar 2-5 kg/ekor dengan umur
minimum 2 tahun.
Banyak faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya waktu laten
seperti tingkat kematangan gonad (TKG), faktor fisikologis, kesehatan induk dan
lingkungan.Cepat atau lambatnya waktu laten atau batas waktu ovulasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hormonal berupa rangsangan
penyuntikan hormon gonadotropin sintetik terhadap proses spermiasi dan faktor
lingkungan berupa kuantitas dan kualitas air (Najmiyati, 2009dalam Muslim,
2017). Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dimana
penggunaan dosis ovaprim yang berbeda sebagai perlakuan dan masing-masing
invidu induk ikan toman sebagai kelompok, sehingga faktor waktu latenyang
dipengaruhi perlakuan dan yang dipengaruhi oleh kondisi Induk (TKG, fisiologis,
kesehatan) dapat dilakukan analisis terpisah. Hasil uji Anova menunjukan bahwa
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap waktu laten ikan Toman, sehingga
dapat dikatakan bahwa dosis pemberian ovaprim tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap waktu laten pemijahan, hal ini diduga karena perbedaan dosis
yang digunakan tidak besar yaitu hanya 0,1 ml/kg. Hal yang sama terjadi pada
hasil uji Anova kelompok bahwa antar kelompok tidak berpengaruh nyata,
membuktikan bahwaTKG induk, kondisi fisiologis induk, kesahatan induk,dan
faktor internal lain yang dibawa oleh individu induk di luar perlakuan adalah
homogen. (JIKA SEMUA PERLAKUAN TIDAK BERBEDA, APA ARTINYA
TENTANG DOSIS HORMON YANG KITA BERIKAN PADA INDUK IKAN.
COBA ANALISIS YANG LEBIH TAJAM ? HUBUNGKAN PULA DENGAN
BIOMORFOLOGI INDUK IKAN TOMAN)
4.2.2. Ovulasi
Berdasarkan penelitian ini ovulasi yang paling singkat didapat pada
perlakuan A memperoleh rerata waktu 22,33 jam dan waktu ovulasi terpanjang
pada perlakuan B dengan waktu 35,67 jam, hasil uji statistik menunjukkan antara
perlakuan A, B dan C tidak bepengaruh nyata. Pemberian hormon dengan dosis
yang tepat sangat mempengaruhi hasil dari suatu pemijahan untuk mendapatkan
hasil yang baik. Beberapa hal yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses
ovulasi seperti faktor hormonal berupa rangsangan penyuntikan hormon ovaprim
terhadap proses spermiasi dan faktor lingkungan berupa kuantitas serta kualitas air
(Najmiyati, 2009).
Pemijahan dengan penggunaan dosis hormon ovaprim berbeda dilihat
dari lama selisih waktu diperolehnya ovulasi dengan selisih waktu yang panjang
antara perlakuan A, B dan C untuk bias melakukan ovulasi. Induk ikan toman
yang berhasil berovulasi disebabkan adanya pengaruh dari injeksi hormon
ovaprim. Semakin banyak dosis injeksi hormon yang diberikan maka akan
semakin mempercepat proses pemijahan ikan toman. GtH yang terlalu banyak
digunakan menyebabkan keberadaannya diplasma darah semakin lama dapat
memaksimalkan kematangan gonad dan mempercepat ovulasi. Dikemukakan oleh
Novianto, (2004) kombinasi antara LHRH-a dan anti dopamine dapat
menyebabkan tingginya GtH yang disekresikan dan keberadaannya dalam plasma
darah lebih lama. (COBA DIANALISIS KEMBALI FAKTOR UTAMA YANG
DAPAT MEMPENGARUHI PROSES OVULASI HUBUNGKAN DENGAN
KONDISI INDUK TOMAN YANG DIGUNAKAN
4.2.3. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan
dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al, 1992). Berdasarkan hasil
penelitian jumlah telur induk ikan toman pada perlakuan A, B dan C memperoleh
rerata nilai berkisar 2.672-3.399 butir telur dihitung secara langsung (sensus).
Jumlah telur ikan toman pada perlakuan B sebanyak 3.399 butir telur, lebih
banyak jika dibandingkan dengan perlakuan A sebanyak 2.758 butir telur begitu
juga pada perlakuan C sebanyak 2.672. Hasil uji statistik menunjukkan
penggunaan dosis hormon ovaprim yang bervariasi tidak berpengaruh nyata
terhadap fekunditas ikan toman. COBA ANALISIS FEKUNDITAS YANG
DIPEROLEH LEBIH MENDASAR, LIHAT KONDISI INDUK KITA, APA
ADA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ?
Menurut Harianti, (2013) menyatakan jumlah telur pada setiap induk
betina tergantung pada umur, ukuran, spesies, kondisi lingkungan seperti
ketersediaan makanan dan kualitas air. Sedangkan menurut Makmur, (2006)
jumlah telur ikan dipengaruhi ukuran panjnag total dan bobot tubuh ikan.
4.2.4. Fertilisasi
Fertilisasi ialah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum)
dengan inti sel spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot.
Zigot adalah bentuk paling awal dari semua makhluk hidup yang berkembang
melalui proses fertilisasi. Dilihat dari rerata nilai hasil uji statistik pada perlakuan
C dengan dosis hormon ovaprim sebanyak 0,4 ml/kg menghasilkan pembuahan
lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sedangkan perlakuan
A dan B dengan dosis yang lebih sedikit yaitu 0,2 ml/kg dan 0,3 ml/kg
menghasilkan pembuahan telur yang lebih tinggi.
Pemberian dosis yang tinggi dan tidak tepat mengakibatkan ikan betina
lebih cepat berovulasi karena efek dari pemberian GnRH-a. Akibat pemberian
GnRH-a proses pematangan telur semakin cepat, menyebabkan tidak meratanya
kematangan telur. Seperti yang dikemukakan oleh Novianto, (2004) pada ikan
Brown trout, treatment GnRH-a akan menyebabkan ketidak sinkronan antara
kematangan meiotic telur dengan proses ovulasi sehingga telur yang belum
matang akan ikut diovulasikan, hal ini yang menyebabkan kurangnya derajat
pembuahan. Muhammad et al. (2003) menambahkan bahwa dosis yang tinggi
akan memberikan efek negatif terhadap kerja gonad mengakibatkan volume
semen rendah dan konsentrasi sperma tinggi, semakin tinggi konsentrasi
spermatozoa untuk pembuahan telur maka semakin rendah tingkat pembuahan.
COBA ANALISIS KONDISI INDUK TOMAN YANG DIGUNAKAN
APAKAH ADA PENGARUHNYA TERHADAP FERTILISASI TELURNYA.
4.2.5. Daya Tetas
Berdasarkan hasil uji statistik pada perlakuan A, B dan C diperoleh nilai
rerata persentase penetesan telur ikan toman dengan pemijahan secara semi buatan
menggunakan dosis hormon ovaprim yang berbeda sebesar65.21% sampai dengan
89,50% dan berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan yang diberikan, tidak
jauh berbeda dengan penemuanMuslim (2019) pada pemijahan ikan haruan secara
semi buatan menggunakan hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dosis
300 IU menghasilkan daya tetas sebesar 86,33%. Menurut Nur, et al. (2009) daya
tetas dipengaruhi beberapa faktor yaitu kualitas telur itu sendiri, fertilisasi telur
terkait dengan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur serta kualitas air.
Pada penelitian ini daya tetas telur ikan toman sangat dipengaruhi suhu,
dimana suhu pada saat penelitian berkisar 28-31 °C. Menurut Simbolon (2016)
penetesan telur dipengaruhi oleh faktor internal seperti kerja hormon atau volume
kuning telur serta faktor eksternal berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas
cahaya. LIHAT KUALITAS TLUR DAN KONDISI LLINGKUNGAN ?
4.2.6. Kualitas Air