Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

TOKSISITAS AKUT DENGAN BSLT


(BRINE SHRIMP LETALITY TEST)

Disusun oleh:
Kelompok 4
Hikmah Nurul Fauziah 11161020000044
Dimas Ihza Febrian 11161020000045
Farnia Zahra 11161020000046
Eureka Qurrotul A 11161020000047
Niken Salma Andayani 11161020000048
Farmasi 4B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
APRIL/ 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia suatu obat pada organ
target, berhubungan dengan kanker yang merupakan salah satu ancaman utama di
bidang kesehatan. Guna mendukung pencarian obat kanker yang spesifik, saat ini
banyak dilakukan penggalian dari bahan-bahan alam. Sekarang, kita dapat
menggunakan tanaman sebagai obat kanker. Sehingga perlu dilakukan penelitian-
penelitian yang berguna bagi pengembangan dalam pemanfaatan flora yang ada
secara maksimal alam termasuk untuk pengobatan kanker.
Dilakukan penelitian, guna mendukung pencarian obat kanker yang spesifik,
dari bahan-bahan alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang
berguna bagi pengembangan dalam pemanfaatan flora yang ada secara maksimal
alam termasuk untuk pengobatan kanker.
Dalam mempelajari toksisitas yang paling awal dilakukan adalah dengan
menggunakan kematian dari hewan percobaan sebagai suatu respon dari pengaruh
suatu senyawa yang diuji. Angka kematian hewan percobaan dihitung sebagai
Median lethal concenration.
Metode pengujian BLST dengan menggunakan Artemia salina dianggap
memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa-senyawa antikanker, sehingga
sering dilakukan untuk skrining awal pencarian senyawa antikanker. Metode ini
memiliki keuntungan dimana hasil yang diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak
mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian inilah efek toksik dapat diketahui atau
diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji dan hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT?
2. Bagaimana cara perhitungan LD50 dengan metode BSLT?
3. Bagaimana cara melakukan pengujian toksisitas secara in vitro dengan metode
BSLT?
4. Parameter apa yang digunakan untuk ketoksikan akut?
1.3 Tujuan Praktikum
 Terampil dalam melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT.
 Mengetahui cara perhitungan LD50 dengan metode BSLT.
 Mampu melaksanakan pengujian toksisitas secara in vitro dengan metode
BSLT.
 Mampu menetapkan LC50 sebagai parameter ketoksikan akut berdasarkan
analisa probit.
BAB II
DASAR TEORI

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis
obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis
yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis
facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2002).

Sintesis zat kimia yang diperkirakan berjumlah 1000 per tahun, menyebabkan
toksikologi tidak hanya meliputi sifat-sifat racun, tetapi lebih penting lagi mempelajari
keamanan setiap zat kimia yang dapat masuk ke dalam tubuh. Zat-zat kimia itu disebut
xenobiotik (xeno = asing). Setiap zat kimia baru harus diteliti sifat-sifat toksiknya
sebelum diperbolehkan penggunaannya secara luas (Ganiswarna, 1995).

Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu
beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek
toksisnya pada hewan coba. Dalam studi farmakokinetik ini tercakup juga
pengembangan teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa tersebut dan
metabolitnya dalam cairan biologik. Semuanya ini diperlukan untuk memperkirakan
dosis efektif dan memperkecil resiko penelitian pada manusia (Gunawan, 2007).

Salah satu metode awal yang sering dipakai untult mengamati toksisitas senyawa
dan merupakan metode penapisan untuk aktivitas antikanker senyawa kimia dalam
ekstrak tanaman adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), dengan menggunakan
cara Meyer. Metode ini ditujukan terhadap tingkat mortalitas larva udang Artemia
salina L. yang disebabkan oleh ekstrak uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai
LCs0 (Zeta1 concentration) ekstrak uji, yaitu jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak uji
yang dapat menyebabkan kematian larva udang sejumlah 50% setelah masa inkubasi
24 jam. Senyawa dengan LCso < 1000 pglrnl dapat dianggap sebagai suatu senyawa
aktif berdasarkan Meyer (Meyer,1982).

Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median Lethal Dose (LD50) atau
Median Lathal Concentration (LC50). Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk
pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi atau
menggunakan media air. Kematian pada hewan percobaan digunakan sebagai pedoman
untuk memperkirakan dosis kematian pada manusia (Cassaret, 1975).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Ikan Guppy
2. Gelas beker 100 mL
3. Teofilin 50 mL
4. Aquadest
5. Stopwatch

3.2 Prosedur Kerja

1. Buat pengenceran dari larutan teofilin dengan kekuatan sediaan 24 mg/mL


sebanyak 10 mL dan masukan ke dalam gelas beaker, kemudian tambahkan
aquadest ad 100 mL.

2. Bagilah larutan 100 mL tadi menjadi 50 mL. Larutan 50 mL dipakai untuk


kelompok 4 dan sisanya diencerkan kembali.
3. Encerkan larutan 50 mL tadi dengan menambahkan aquadest ad 100 mL.

4. Bagilah larutan 100 mL tadi menjadi 50 mL. Larutan 50 mL dipakai untuk


kelompok 3 dan sisanya diencerkan kembali. Lakukan juga untuk kelompok
2 dan kelompok 1.

5. Amati ikan guppy selama 1 jam. Dalam pengamatan ini, hitunglah berapa ikan
yang mati dan berapa ikan yang hidup.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Jumlah Ikan
C (ppm) logC % Kematian % Probit
Hidup Mati
Kel 1 300 2.477121 9 1 10% 3.72
Kel 2 600 2.778151 8 2 20% 4.16
Kel 3 1200 3.079181 7 3 30% 4.48
Kel 4 2400 3.380211 4 6 60% 5.25
Perhitungan Konsentrasi Pengenceran
1. Kelompok 4
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
24 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 10 𝑚𝑙 = 𝑀2 𝑥 100 𝑚𝑙
𝑀2 = 2.4 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2400 𝑝𝑝𝑚
2. Kelompok 3
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
2400 𝑝𝑝𝑚 𝑥 50 𝑚𝑙 = 𝑀2 𝑥 100 𝑚𝑙
𝑀2 = 1200 𝑝𝑝𝑚
3. Kelompok 2
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
1200 𝑝𝑝𝑚 𝑥 50 𝑚𝑙 = 𝑀2 𝑥 100 𝑚𝑙
𝑀2 = 600 𝑝𝑝𝑚
4. Kelompok 1
𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
600 𝑝𝑝𝑚 𝑥 50 𝑚𝑙 = 𝑀2 𝑥 100 𝑚𝑙
𝑀2 = 300 𝑝𝑝𝑚
Orde 0
6
5
4

Probit
3 y = 0.0007x + 3.63
2 R² = 0.9769
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Konsentrasi (ppm)

Orde 1
6
5
4
Probit

3
y = 1.6311x - 0.3743
2
R² = 0.9652
1
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi (logC)

Persamaan yang digunakan berdasarkan persamaan dari grafik orde 0.


y = 00007x + 3.63
R2 = 0.9769

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan uji toksisitas hewan uji coba secara
metode BLST (Brain Shrimp Lethality Test) menggunakan ikan guppy. BLST
merupakan metode penapisan farmakologi yang mudah, tidak relatif mahal, cepat,
tidak membutuhkan suatu spesialisasi tertentu dalam pelaksanannya, dan hasilnya
dapat dipercaya. Pada metode BLST ditentukan dari jumlah kematian udang leach
akibat pengaruh senyawa dengan konsentrasi tertentu yang dinyatakan dalam
LC50. Namun, pada praktikum ini kami mengganti udang leach dengan ikan guppy
(Poecilia reticulata). Nilai LC50 merupakan angka konsentrasi senyawa yang
dapat menyebabkan kematian sebesar 50% dari jumlah hewan uji. penggunaan
Pengujian dilakukan terhadap hewan uji coba ikan guppy yang ditempatkan
pada air dengan campuran obat theofilin dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Teofilin merupakan salah satu obat pilihan untuk penyakit asma dan diabsorbsi
dengan cepat dan lengkap dalam darah. Potensi toksisitas akutnya telah diketahui
berhubungan dengan kadar teofilin utuh di dalam darah (> 20 µg/ml), terwujud
sebagai mual, muntah, pendarahan saluran cerna, asidosis metabolik, hipokalemia,
hipotensi, aritmia jantung dan berakhir dengan kematian (Dollery, 1991).
Sediaan teofilin dengan konsentrasi 24 mg/ml sebanyak 10 ml diencerkan
sampai 100 ml, lalu 50 ml nya digunakan sebagai kondisi air milik kelompok 4
dan memiliki konsentrasi 2400 ppm. Sisanya diencerkan kembali sampai 100 ml
dan 50 ml nya digunakan untuk kelompok 3 yang berkonsentrasi 1200 ppm.
Sisanya kembali diencerkan menggunakan air sampai 100 ml dan 50 ml nya
digunakan untuk kelompok 2 yang berkonsentrasi 600 ppm. sisanya diencerkan
kembali hingga 100 ml dan 50 ml nya digunakan kelompok 1 yang berkonsentrasi
300 ppm. Maka setelah 4 kali pengenceran akan didapat larutan teofilin dengan
ambang bawah konsentrasi 300 ppm dan ambang atas sebesar 2400 ppm.
Lalu untuk setiap kelompok diberikan masing-masing 10 ikan guppy yang
dibiarkan berenang di larutan teofilin dalam beaker glass. Hasil pengamatan
didapatkan dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati setelah 1 jam atau 60
menit.
Setelah 60 menit, konsentrasi tertinggi 2400 ppm menghasilkan ikan mati
paling banyak, yaitu 6 buah. Sedangkan konsentrasi terendah menghasilkan ikan
mati paling sedikit, yaitu 1 buah. Pada masing-masing hasil kelompok, dibuat
presentase kematian ikan terhadap jumlah seluruh hewan uji. Lalu dilanjutkan
dengan melakukan analisa probit dari tabel probit yang tersedia.
Dengan mengolah semua data 4 kelompok maka dapat dibuat analisis untuk
LC50. Dibuat persamaan regresi berdasarkan orde 0 dan orde 1, yakni untuk orde
0, sumbu x merupakan konsentrasi (C) dan sumbu y merupakan %probit.
Sementara orde 1, sumbu x merupakan logC dan sumbu y merupakan %probit.
Kemudian dari kurva yang dihasilkan, dilihat R nya untuk menentukan orde yang
berlaku. Lalu dipilih orde 0 karena R nya yang lebih mendekati 1 dibanding R dari
orde 1. Dari kurva orde 0 dihasilkan juga persamaan linear yang dapat menentukan
konsentrasi LC10, LC50, dan LC90.
Kemudian dari tabel pengamatan dapat diketahui batas konsentrasi terkecil
yaitu 10% kematian hewan uji (LC10) yaitu 300 ppm, lalu dapat dihitung LC10
dengan 10 pada tabel probit bernilai 3.72, yaitu

𝑦 = 0.0007𝑥 + 3.63
3.72 = 0.0007𝑥 + 3.63
3.72 − 3.63 = 0.0007𝑥
0.09
𝑥=
0.0007
𝑥 = 128.57
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan linier, maka didapatkan
bahwa konsentrasi teofilin yang dapat membunuh 10% dari total populasi ikan
guppy adalah 128.57 ppm.
Lalu dilakukan perhitungan LC50, yakni presentase konsentrasi yang dapat
membunuh 50% dari populasi, dengan 50 pada tabel probit bernilai 5, yaitu
𝑦 = 0.0007𝑥 + 3.63
5 = 0.0007𝑥 + 3.63
5 − 3.63 = 0.0007𝑥
1.37
𝑥=
0.0007
𝑥 = 1957.143
Maka didapatkan bahwa konsentrasi teofilin yang dapat membunuh 50% dari
total populasi ikan guppy adalah 1957.143 ppm.
Dari persamaan yang diketahui dapat ditentukan juga LC90 yakni konsentrasi
yang dapat membunuh 90% dari populasi ikan guppy, dengan 90 pada tabel probit
bernilai 6.28, yaitu
𝑦 = 0.0007𝑥 + 3.63
6.28 = 0.0007𝑥 + 3.63
6.28 − 3.63 = 0.0007𝑥
2.65
𝑥=
0.0007
𝑥 = 3785.71
Dari perhitungan didapatkan bahwa konsentrasi teofilin yang dapat
membunuh 90% dari total populasi ikan guppy adalah 3785.71 ppm.

BAB V
KESIMPULAN
 Obat-obatan yang berefek racun pada tubuh disebut toksisitas.
 Uji toksisitas ini menggunakan metode BSLT dengan obat Theofilin
 Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median Lethal Dose (LD50) atau
Median Lathal Concentration (LC50)
 Konsentrasi teofilin yang dapat membunuh 10% dari total populasi ikan guppy
adalah 128.57 ppm.
 Konsentrasi teofilin yang dapat membunuh 50% dari total populasi ikan guppy
adalah 1957.143 ppm.
 Konsentrasi teofilin yang dapat membunuh 90% dari total populasi ikan guppy
adalah 3785.71 ppm
DAFTAR PUSTAKA

Cassaret, L. J. and Doull, J. 1975. Toxicology: The Basic Science of Poisons. New
York: MacMillan Publishing Co., Inc.

Colegate, S.M. & J.M. Russel. 1993. Bioactive Natural Products, Detection, Isolation,
and Structural Determination. Boca Raton USA: CRC Press. A,; 442,444-448.

Dollery, Colin. 1991. Therapeutic DRUG. Churchill Livingstone.


Ganiswara, G. Sulistia, dkk, 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.
Gunawan, Sulistia Gan, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI

Isdawati, V, dkk. 2006. BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) DARI BERBAGAI
FRAKSI EKSTRAK DAGING BUAH DAN KULIT BIJI MAHKOTA DE~A
(Phaleria macrocarpa). Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 34, No. 3

Meyer, H.N. Brine Shrimp Lethality Test: Med. Plant Research. Vol. 45. Amsterdam,
Hipokrates Verlag Gmbrl., 1982; 3 1-34.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai