Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM

FARMAKOLOGI II

DISUSUN OLEH :

LUTHFI NAURA SALSABILA 1900021

D3 – 4A

KELOMPOK 4

DOSEN PENGAMPU :

apt. MIRA FEBRINA, M.Sc

ASISTEN DOSEN :

DECHANIA SAMURA

GUSWAN FERDIAN

JADWAL PRATIKUM :

Rabu, 02 Juni 2021 (08:00 – 11:00) (ONLINE)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2021
OBJEK VII

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

I. TUJUAN

 Terampil dalam melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT


(Brine Shrimp Letality Test).

 Mengetahui cara perhitungan LC50 dengan metode BSLT (Brine


Shrimp Letality Test).

 Mampu melaksananakan pengujian toksisitas secara in vitro dengan


metode BSLT (Brine Shrimp Letality Test).

 Mampu menetapkan LC50 sebagai parameter ketoksikan akut


berdasarkan analisa probit.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Toksisitas dari suatu senyawa secara umum dapat diartikan kepada
potensi dari suatu senyawa kimia untuk dapat menyebabkan kerusakan ketika
senyawa tersebut mengenai atau masuk kedalam tubuh manusia. Suatu
senyawa kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat
menimbulkan efek racun dalam jangka waktu yang singkat, dan bersifat
kronis jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka
waktu yang panjang (karena kontak yang berulang-ulang walaupun dalam
jumlah yang sedikit).

Pengetahuan mengenai toksisitas suatu bahan kimia disimpulkan dengan


mempelajari efek-efek dari pemaparan bahan kimia terhadap hewan
percobaan, pemaparan bahan kimia terhadap organisme tingkat rendah
seperti bakteri dan kultur sel-sel dari mamalia di laboratorium dan pemaparan
bahan kimia terhadap manusia.Untuk skrining dan fraksionasi fisiologi aktif
dari ekstrak tanaman dapat di lakukan uji standar toksisitas akut (jangka
pendek). Suatu metode yang digunakan adalah Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). BSLT merupakan salah satu cara yang cepat dan murah untuk uji
aktifitas farmakologi dengan menggunakan hewan laut yaitu larva udang
Artemia salina Leach.

Uji ini mengamati mortalitas larva udang yang di sebabkan oleh senyawa
uji. Senyawa yang aktif akan menghasilkan mortalitas yang tinggi.Uji
toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki spectrum aktifitas farmakologi
yang luas, prosedurnya sederhana, cepat dan tidak membutuhkan biaya yang
besar, serta hasilnya dapat di percaya.Disamping itu metode ini sering
dikaitkan dengan metode penapiasan senyawa antikanker.Dengan alasan-
alasan tersebut,maka uji ini sangat tepat digunakan. Peranan antioksidan
sangat penting dalam meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat dengan
terjadinya penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung koroner,
diabetes dan kanker yang didasari oleh proses biokimiawi dalam tubuh.
Radikal bebas yang dihasilkan secara terus menerus selama proses
metabolisme normal,dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi
sel-sel tubuh yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya penyakit degeneratif.

Uji Toksisitas dengan Metode BSLTdigunakan untuk mempelajari


toksisitas sampel secara umum dengan menggunakan telur udang (Artemia
salina Leach). Penetasan Larva Udang, disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang. Di satu ruang dalam bejana tersebut diletakkan lampu untuk
menghangatkan suhu dalam penetasan, sedangkan di ruang sebelahnya diberi
air laut. Kedalam air laut dimasukkan + 50-100 mg telur udang untuk
ditetaskan. Pada bagian telur ditutup dengan aluminium foil, dan lampu
dinyalakan selama 48 jam untuk menetaskan telur. Diambil larva udang yang
akan diuji dengan pipet.

Dalam pengujian sitotoksis dengan metode BSLT ini digunakan larutan


sampel dengan tiga variasi konsentrasi bisa digunakan konsentrasi 1000
µg/ml,100µg/ml dan 10µ/ml. Jika belum mencapai LC50 pada konsentrasi
tersebut dapat diturunkan konsentrasinya. Vial dapat digunakan sebagai
wadah unruk yang sudah dibuat dalam berbagai konsentrasi tersebut. Vial
yang digunakan sebanyak 3 dan masing-masin berisi 10 larva Artemia.
Kematian larva dapat diamati setelah 24 jam,jumlah larva yang mati dalam
masing-masing vial dapat digunakan untuk menghitung LC50. Suatu
senyawa dikatakan aktif jika memiliki LC50 < 1000µg/ml.

III. ALAT & BAHAN


Alat :
 Lampu
 Aquarium
 Aerator
 Vial

Bahan :
 Larutan garam 30 gr non ionic
 Air
 Larva udang

IV. CARA KERJA


1. Buat air laut buatan terlebih dahulu yaitu : 30 gram larutan garam non
ionoc tambahkan 100 ml air larutan tersebut dimasukkan kedalam bagian
yang tertutup, lalu alirkan oksigen.
2. Larva udang 50 mg dalam 1 liter, masukkan kedalam bagian yang
tertutup, lalu tunggu 2 hari sambil dihidupkan lampunya
3. Setelah menetes, siapkan sampel dalam vial
4. Buat larutan induk terlebih dahulu berisi 40 mg sampel kemudian
dilarutkan dalam 4 ml larutan itu konsentrasi 10.000 mikro gram/ml.
5. Dari larutan induk buat seri konsentrasi : 1000, 100 dan 10 mikro liter
6. Masing masing konsentrasi ambil 0,5 mikro liter kemudian biarkan
menguap di desikator kemudian setelah menguap tambahkan 50 mikro
liter DMSO dan air laut 2ml
7. 10 ekor larva udang masing - masing diamsukkan kedalam vial uji
8. Kemudian tambahkan air laut lagi ad 5 ml
9. Amati setelah 24 jam
10. Hitung LC 50
V. HASIL

NO Konsentrasi Konsentrasi Jlh Jlh Larva % Konsentrasi Nilai Probit Log Konsentrasi
Larutan Larutan Larva Udang Yg
Induk Sampel Udang Mati
1 10 μm/ml 1 μm/ml 10 4 40% 0
2 10 μm/ml 1 μm/ml 10 3 30% 4,5684 0
3 10 μm/ml 1 μm/ml 10 3 30% 0
4 100 μm/ml 10 μm/ml 10 5 50% 1
5 100 μm/ml 10 μm/ml 10 5 50% 4,5684 1
6 100 μm/ml 10 μm/ml 10 6 60% 1
7 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 8 80% 2
8 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 9 90% 5,8416 2
9 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 7 70% 2

x X2 y Xy
0 0 4,5684 0
1 1 4,5684 5,0828
2 4 5,8416 11,6832

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut
dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test) menggunakan metanol dan
DMSO. Dimana, dari uji tersebut kita dapat menetapkan LC50 yang
merupakan parameter ketoksikan akut berdasarkan analisa probit. Suatu
konsentrasi mematikan (Lethal Consentration) adalah analisa secara statistik
yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir
letalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk menaksir
kondisi “akhir dari pipa” (yaitu, effluen yang tidak dilemahkan, sebagai
adanya dibebaskan pada lingkungan) (Casseret dan Doull’s, 1975).
Konsentrasi effluen dimana 50% dari organisme mati selama tes (LC50)
digunakan sebagai pemenuhan titik terakhir (endpoint) untuk Test Whole
Effluent Toxicity (WET) akut. Dalam rangka mangalkulasi LC50, salah satu
dari konsentrasi tes harus menyebabkan lebih dari 50% kematian. LC50 yang
lebih rendah berarti semakin beracun effluen tersebut. Sebagai contoh, LC50
besar 100% berarti kekuatan penuh effluen tersebut tidak membunuh lebih
dari separuh organisme. LC50 sama dengan 50% berarti separuh effluen
mempunyai kekuatan membunuh 50% dari organisme tersebut.
Uji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik atau
menilai batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu senyawa.
Pengukuran toksisitas dapat ditentukan dengan secara kuantitatif yang
menyatakan tingkat keamanan dan tingkat berbahaya cat tersebut. Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas yang
banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik
dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided
fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah dan cukup
reprodusibel. Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji aktivitas
farmakologis dari bahan-bahan alami. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini
merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah
pemberian dosis uji. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode
BSLT jika harga LC50 ≤ 1000 μg/ml, sedangkan untuk senyawa murni jika
LC50 ≤ 30 μg/ml.

Hal pertama yang dilakukan dalam uji toksisitas dengan metode ini
adalah persiapan larva udang.Selanjutnya adalah pembuatan larutan ekstrak
dengan beberapa konsentrasi.Masing-masing konsentrasi dan blanko
dilakukan secara triplo dimana larutan dimasukkan ke dalam 3 vial.
Selanjutnya dari masing-masing vial, diambil 0,5 ml yang kemudian
dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia. Lakukan pengamatan hingga 24
jam kemudian hitung jumlah larva yang mati. Dari hasil yang didapatkan
pada vial 1 jumlah larva yang mati 1 pada vial 2 jumlah larva yang mati 1dan
pada vial 3 jumlah larva yang mati 2.

Dari hasil pengamatan, didapatkan data yang kemudian dapat diolah


untuk mendapatkan nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) dengan
menggunakan metode analisis probit. Hasil pengolahan data dapat dilihat
pada bagian hasil. Setelah dilakukan pengolahan data, didapatkanlah hasil
LC50 pada larva udang yaitu konsentrasi 1000µm sebesar 63,16%.
Berdasarkan teori suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT
jika harga LC50 ≤ 1000 μg/ ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤
30μg/ml, maka dapat dinyatakan bahwa ekstrak toksik pada konsentrasi
1000µg sebesar 63,16%.

Faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan pada praktikum ini


dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti konsentrasi atau kadar garam
dalam larutan air yang digunakan sebagai pengganti air laut tempat hidup
larva tidak sesuai hingga menyebabkan banyak larva yang dijadikan blanko
mati. Selain itu faktor dari larva itu sendiri yang mungkin masih terlalu
lemah atau karena kesalahan dari praktikan yang mengambil larva tersebut
tidak hati-hati juga dapat menyebabkan larva pada blanko tidak dapat betahan
hidup hingga pada saat pengamatan.

Proses pembuatan ekstrak yang digunakan juga dapat menyebabkan


karena pemisahan ekstrak dengan pelarut yang digunakan saat proses
pengekstrakan dari simplisia yang tidak baik dapat menyebabkan ekstrak
masih mengandung pelarut-pelarut organik yang dapat membunuh dari larva
udang pada sample uji.

VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSAKA


Mayer BNNR, Ferrigni ML. Brine Shrimp, a convinient general bioassay for
active plant constituents. J of Plant Medical Research. 1982;45:31-34.

Carballo JL, Hernandez ZL, Perez P, Garcia MD. Comparison between two
brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural
products. BMC Biotechnology. 2002;2:1472-6570.

Casarett, L.J. and J. Doull. 1975. Toxycologi. The Basic Science of Poisons.
New York. Mac Milla. Publ. Co.Inc.:329-330.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin
JL. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med [serial online] 1982 May [cited 2009 January
22]; 45(5): 31-4.

Rice SA, Maness IB. Brine shrimp bioassays: a useful technique in biological
investigations. The American Biology Teacher [serial online] 2004 [cited
2009 Feb 7]; 66 (3): 208-215.

IX. LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Jelaskanlah mengapa pengujian BSLT ini dihubungkan dengan aktivitas
antikanker calon senyawa antikanker!
JAWAB :

2. Jelaskanlah penggolongan obat - obat kanker, mekanisme kerjanya dan


contoh masing-masing obatnya!
JAWAB :
Obat antikanker diklasifikasikan menjadi enam golongan antara lain :
a) Golongan senyawa pengalkilasi
b) Antimetabolit
c) Antikanker produk bahan alam
d) Hormon
e) Agen target molecular
f) Agen miscellaneous

3. Jelaskanlah efek samping secara umum dari obat - obat kanker!


JAWAB :

Anda mungkin juga menyukai