FARMAKOLOGI II
DISUSUN OLEH :
D3 – 4A
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN DOSEN :
DECHANIA SAMURA
GUSWAN FERDIAN
JADWAL PRATIKUM :
PEKANBARU
2021
OBJEK VII
I. TUJUAN
Uji ini mengamati mortalitas larva udang yang di sebabkan oleh senyawa
uji. Senyawa yang aktif akan menghasilkan mortalitas yang tinggi.Uji
toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki spectrum aktifitas farmakologi
yang luas, prosedurnya sederhana, cepat dan tidak membutuhkan biaya yang
besar, serta hasilnya dapat di percaya.Disamping itu metode ini sering
dikaitkan dengan metode penapiasan senyawa antikanker.Dengan alasan-
alasan tersebut,maka uji ini sangat tepat digunakan. Peranan antioksidan
sangat penting dalam meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat dengan
terjadinya penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung koroner,
diabetes dan kanker yang didasari oleh proses biokimiawi dalam tubuh.
Radikal bebas yang dihasilkan secara terus menerus selama proses
metabolisme normal,dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi
sel-sel tubuh yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya penyakit degeneratif.
Bahan :
Larutan garam 30 gr non ionic
Air
Larva udang
NO Konsentrasi Konsentrasi Jlh Jlh Larva % Konsentrasi Nilai Probit Log Konsentrasi
Larutan Larutan Larva Udang Yg
Induk Sampel Udang Mati
1 10 μm/ml 1 μm/ml 10 4 40% 0
2 10 μm/ml 1 μm/ml 10 3 30% 4,5684 0
3 10 μm/ml 1 μm/ml 10 3 30% 0
4 100 μm/ml 10 μm/ml 10 5 50% 1
5 100 μm/ml 10 μm/ml 10 5 50% 4,5684 1
6 100 μm/ml 10 μm/ml 10 6 60% 1
7 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 8 80% 2
8 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 9 90% 5,8416 2
9 1000 μm/ml 100 μm/ml 10 7 70% 2
x X2 y Xy
0 0 4,5684 0
1 1 4,5684 5,0828
2 4 5,8416 11,6832
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut
dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test) menggunakan metanol dan
DMSO. Dimana, dari uji tersebut kita dapat menetapkan LC50 yang
merupakan parameter ketoksikan akut berdasarkan analisa probit. Suatu
konsentrasi mematikan (Lethal Consentration) adalah analisa secara statistik
yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir
letalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk menaksir
kondisi “akhir dari pipa” (yaitu, effluen yang tidak dilemahkan, sebagai
adanya dibebaskan pada lingkungan) (Casseret dan Doull’s, 1975).
Konsentrasi effluen dimana 50% dari organisme mati selama tes (LC50)
digunakan sebagai pemenuhan titik terakhir (endpoint) untuk Test Whole
Effluent Toxicity (WET) akut. Dalam rangka mangalkulasi LC50, salah satu
dari konsentrasi tes harus menyebabkan lebih dari 50% kematian. LC50 yang
lebih rendah berarti semakin beracun effluen tersebut. Sebagai contoh, LC50
besar 100% berarti kekuatan penuh effluen tersebut tidak membunuh lebih
dari separuh organisme. LC50 sama dengan 50% berarti separuh effluen
mempunyai kekuatan membunuh 50% dari organisme tersebut.
Uji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik atau
menilai batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu senyawa.
Pengukuran toksisitas dapat ditentukan dengan secara kuantitatif yang
menyatakan tingkat keamanan dan tingkat berbahaya cat tersebut. Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas yang
banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik
dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided
fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah dan cukup
reprodusibel. Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji aktivitas
farmakologis dari bahan-bahan alami. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini
merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah
pemberian dosis uji. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode
BSLT jika harga LC50 ≤ 1000 μg/ml, sedangkan untuk senyawa murni jika
LC50 ≤ 30 μg/ml.
Hal pertama yang dilakukan dalam uji toksisitas dengan metode ini
adalah persiapan larva udang.Selanjutnya adalah pembuatan larutan ekstrak
dengan beberapa konsentrasi.Masing-masing konsentrasi dan blanko
dilakukan secara triplo dimana larutan dimasukkan ke dalam 3 vial.
Selanjutnya dari masing-masing vial, diambil 0,5 ml yang kemudian
dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia. Lakukan pengamatan hingga 24
jam kemudian hitung jumlah larva yang mati. Dari hasil yang didapatkan
pada vial 1 jumlah larva yang mati 1 pada vial 2 jumlah larva yang mati 1dan
pada vial 3 jumlah larva yang mati 2.
VII. KESIMPULAN
Carballo JL, Hernandez ZL, Perez P, Garcia MD. Comparison between two
brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural
products. BMC Biotechnology. 2002;2:1472-6570.
Casarett, L.J. and J. Doull. 1975. Toxycologi. The Basic Science of Poisons.
New York. Mac Milla. Publ. Co.Inc.:329-330.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin
JL. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med [serial online] 1982 May [cited 2009 January
22]; 45(5): 31-4.
Rice SA, Maness IB. Brine shrimp bioassays: a useful technique in biological
investigations. The American Biology Teacher [serial online] 2004 [cited
2009 Feb 7]; 66 (3): 208-215.
IX. LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Jelaskanlah mengapa pengujian BSLT ini dihubungkan dengan aktivitas
antikanker calon senyawa antikanker!
JAWAB :