Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

FARMAKOLOGI II

DISUSUN OLEH :

LUTHFI NAURA SALSABILA 1900021

D3 – 4A

KELOMPOK 4

DOSEN PENGAMPU :

apt. MIRA FEBRINA, M.Sc

ASISTEN DOSEN :

DECHANIA SAMURA

GUSWAN FERDIAN

JADWAL PRATIKUM :

Rabu, 05 Mei 2021 (08:00 – 11:00) (ONLINE)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2021
OBJEK II

ANTIKOAGULAN

I. TUJUAN
 Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari
manifestasi efek toksisitas antikoagulant dan koagulansia.
 Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat
lain yang berefek pada pembekuan darah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus
dan emboli, obat golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya
darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium dan transfusi. Antikoagulan
oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara
profilaktik untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena.
Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis
arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk
mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk,
antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi
kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil thrombus (Abbas
2015).

Menurut cara kerjanya antikoagulan dapat dibagi menjadi 2golongan


yaitu: (1) yang langsung (direk) pada pembekuan darah dan antitrombin III
baik in vivo maupun in vitro, contohnya adalah heparin; (2) yang tak
langsung (indirek) mempunyai khasiat menghambat pembekuan darah
dengan memutuskan hubungan antara faktor pembekuan (II, VII, IX dan X)
yang dibentuk di hati yang memerlukan adanya vitamin K, bekerja secara in
vivo, contohnya adalah antikoagulan oral (Abbas 2015).
Heparin adalah golongan obat antikoagulan parenteral, digunakan untuk
pengobatan awal trombosis vena dan embolisme pulmoner karena onset
kerjanya yang cepat. Pasien yang mengalami tromboembolisme berulang
dapat diberikan heparin dalam jangka panjang (meskipun mendapat
antikoagulasi oral yang memadai), contohnya adalah pasien dengan sindrom
Trousseau. Heparin digunakan pada penanganan awal pasien dengan angina
tidak stabil atau infark miokardial akut, selama dan setelah angioplasti
koroner atau pemasangan stent, dan selama pembedahan yang memerlukan
operasi bypass kardiopulmoner. Heparin juga digunakan untuk mengobati
pasien tertentu dengan koagulasi intravaskuler yang menyebar (Gilman
2007).

Heparin bekerja dengan cara mengikat antitrombin III membentuk


kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap
beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa.
Oleh karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah.
Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktivasi faktor Xa dan mencegah
pembekuan dengan mencegah perubahan protrombin menjadi trombin.
Heparin dengan jumlah yang lebih besar bersama AT-III menghambat
pembekuan dengan menginaktivasi trombin dan faktor-faktor pembekuan
sebelumnya, sehingga mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Heparin juga menginaktivasi faktor XIIIa dam mencegah terbentuknya
bekuan fibrin yang stabil (Gilman 2007).

Antikoagulan oral yang paling dikenal adalah golongan derivat 4-


hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion. Seperti halnya heparin,
antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli.
Obat ini diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya
tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung reumatik,
serangan iskemia selintas (transient ischemic attacks, TIA), trombosis vena,
emboli paru dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) (Katzung,
B.G. 2011).

Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K, vitamin K ialah


kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X
yaitu dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam gama-
karboksiglutamat. Agar bisa berfungsi, vitamin K mengalami siklus oksidasi
dan reduksi di hati. Antikoagulan oral bertugas untuk mencegah reduksi
vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah
terganggu atau tidak terjadi (Sudoyo 2007).

Semua derivat 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion dapat


diberikan per oral, warfarin dapat juga diberikan IM dan IV. Absorpsi
dikumarol dan saluran cerna lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin
diabsorpsi lebih cepat dan hampir sempurna. Kecepatan absorpsi berbeda
untuk tiap individu. Dalam darah dikumarol dan warfarin hampir seluruhnya
terikat pada albumin plasma, ikatan ini tidak kuat dan mudah digeser oleh
obat tertentu misalnya fenilbutazon dan asam mefenamat (Ganiswarna 1995).

III. ALAT & BAHAN


Alat :
 Timbangan hewan
 Stopwatch
 Alat suntik
 Erlenmeyer
 Pisau operasi
 Gunting
 Silet.

Bahan :
 Vitamin K 1mg/kgbb (ip)
 Natrium sitrat 100mg/kgbb (ip)
 Asetosal 100mg/kgbb (ip)
 Heparin 1000unit/kgbb (ip)

IV. CARA KERJA


 Timbang heewan dan tandai
 Hitung dosis untuk masing-masing hewan. Untuk kelompok 1 adalah
natrium sitrat, kelompok 2, 3, dan 4 berturut-turut asetosal, vitamin
k, dan heparin.
 Injeksi satu hewan dengan obat sedangkan yang lainnya dengan
aquadest secara ip sesuai dosis.
 15 menit setelah injeksi, potonglah ekor mencit dengan alat
pemotong yang tajam kira-kira 1 cm dari ujugn paling distal.
 Setelah ekor dipotong, cepat-cepat celupkan ekor mencit ke dalam air
hangat (37 C).
 Catat waktu pendarahan, mulai pada saat memotong ekor sampai
darah berhenti mengalir.
 Bandingkan waktu pendarahan antara kontrol dengan perlakuan dan
antara kelompok anda dengan kelompok obat yang lain.
 Bahas hasil saudara dan ambil kesimpulan

V. HASIL

KEL PERLAKUAN BB (gr) VAO (ml) BLEEDING TIME


1 Asetosal 100 mg/kg bb (oral) 25 0,25 17:42
2 Asetosal 200 mg/kg bb (oral) 33 0,66 37:13
3 Na CMC 1% bb (oral) 27 0,27 07:21
4 As. Traneksamat 0,026 mg/kg bb (ip) 30 0,3 04:48
5 As. Traneksamat 0,052 mg/kg bb (ip) 32 0,64 03:15
6 Heparin 1000 ui/kg bb (ip) 25 0,25 09:54
7 Heparin 1500 ui/kg bb (ip) 19 0,285 10:05
8 Vitamin k 1 mg/kg bb (ip) 17 0,085 07:13
9 NaCl fisiologis 1% bb (ip) 27 0,27 06:23

1 gr
VAO Na CMC = x 27 gr = 0,27
100 ml
ml
1 gr
VAO Nacl = x 27 gr = 0,27
100 ml
ml
0,27 x 100 mg/kgbb
VAO Asetasol = = 0,25 ml
10 mg/ml
0,33 x 200 mg/kgbb
VAO Asetasol = = 0,66 ml
10 mg/ml
0,030 x 0,26 mg/kgbb
VAO As Traneksamat = = 0,3
0,03 mg/ml
ml
0,032 x 0,052 mg/ kgbb
VAO As Traneksamat = = 0,64
0,03 mg/ml

0,025 x 1000 ui/kgbb


ml VAO VAO Heparin =
100 ui/ml
= 0,25 ml
0,019 x 1500 ui/kgbb
VAO Heparin = = 0,285
100 ui /ml
ml
0,017 x 1 mg/kgbb
VAO Vitamin K = = 0,085 ml
0,2 mg/ml

VI. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini setiap kelompok akan melakukan pratikum
antikoagulan, setiap kelompok masing-masingnya diberi perlakuan yang
berbeda. Mencit kelompok kontrol diinjeksikan dengan NaCl sedangkan
mencit kelompok lainnya disuntikkan dengan heparin, vitamin k dan asetosal
dalam dosis tertentu. Pemberian obat ini berguna untuk memperpanjang atau
mempersingkat waktu pendarahan. Heparin digunakan sebagai salah satunya
karena merupakan antikoagulan yang sangat efektif dalam mempercepat
proses aktivasi antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor
pembekuan darah. Onset antikoagulan heparin langsung didapatkan setelah
injeksi dilakukan.

Pada percobaan kali ini menggunakan beberapa macam obat


antikoagulan berupa asetosal, as. Traneksamat, NaCl fisiologis, Na
CMC,vitamin K dan heparin dengan dosis yang ada pada tabel diatas,
kemudian diberikan obat yang berbeda pada masing-masing mencit. Dimana
heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari
prothrombin sehingga dapat menghentikan atau menghambat pembentukan
fibrin dari fibrinogen di dalam darah. Sehingga darah sukar membeku.
Pertama sekali mencit ditimbang berat badannya terlebih dahulu untuk
menentukan nilai VAO pada mencit supaya tidak menimbulkan toksisitas
atau kurangnya dosis obat yang akan diberikan. Setelah itu mencit
diinjeksikan dengan obat, mencit dibiarkan selama 30 menit yang berfungsi
untuk memberikan waktu kepada obat tersebut untuk berinteraksi
memberikan efeknya ke dalam tubuh mencit. Semua suspense diinjeksikann
secara secara intraperitoneal dikarenakan heparin tidak dapat diabsorbsi di
jalur gastrointestinal kepada mencit kecuali suspensi obat asetosal dan Na
CMC.

Dosis heparin yang diberikan masing-masing kepada mencit kelompok 6


adalah sebesar 1000 ui/kg BB dan untuk kelompok 7 sebesar 1500 ui/kg BB.
Dosis vitamin K yang diberikan kepada mencit pada kelompok 8 adalah
sebesar 1 mg/kg BB. Sedangkan untuk asetosal dosisnya masing-masing
diberikan sebesar 100 mg/kg BB untuk kelompok 1 dan 200 mg/kg BB pada
untuk kelompok 2. Serta hewan kontrol yang berfungsi sebagai pembanding
hanya diberikan NaCl.Hal ini dilakukan agar pengamatan nantinya dapat
memberikan hasil yang cukup signifikan sehingga dapat dengan mudah
membandingkan efek dari masing-masing obat antikoagulan maupun
koagulan yang telah disuntikkan ke hewan percobaan (mencit).

Dalam penelitian ini diamati efek dari obat dalam berbagai dosis
terhadap waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah hewan percobaan.
Dari hasil percobaan didapatkan data yang cukup beragam pada masing-
masing kelompok hewan percobaan. Hal ini diduga disebabkan oleh
keseragaman individu dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu
hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain
seperti keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor.

Dapat kita lihat bahwa terdapat perbandingan waktu (bleeding time) yang
cukup besar antara kelompok mencit yang mendapat perlakuan sebagai
kontrol dengan mencit yang mendapat suntikkan asetosal. Dimana lamanya
bleeding time pada hewan kontrol lebih lama dibandigkan dengan hewan uji
yang disuntikkan asetosal. Selisihnya yaitu kurang lebih 3 menit setelah
bleeding time mencit yang diinjeksikan asetosal berhenti. Seharusnya
bleeding time pada mencit yang diberikan asetosal lebih lama dibandingkan
dengan kontrol, karena fungsi asetosal adalah sebagai antikoagulan yang
dihambat pembekuan darahnya. Sedangkan mencit kontrol tidak mendapat
perlakuan yang begitu spesifik karena hanya dinjeksikan NaCl saja, oleh
karena itu pada proses pembekuan darahnya tidak terhambat dan waktu yang
dibutuhkan agar darah membeku cukup cepat dibandingkan dengan
kelompok asetosal.

Pada kelompok 2, bleeding time nya adalah 37 menit 13 detik. Karena


memang dosis asetosal yang diberikan kepada mencit cukup besar yaitu
sebesar 200 mg/kg BB, sehingga wajar waktu pembekuan darahnya cukup
lama. Sedangkan untuk vitamin K pada kelompok 8 sekitar 7 menit 13 detik
Wajar jika waktu bleeding timenya sedikitkarena vitamin K memang
berfungsi sebagia koagulansia (mempercepat pembekuan darah). Dan untuk
kelompok heparin yaitu kelomok 6 dan 7 sudah bisa dikatakan sesuai dengan
yang diharapkan karena semakin tinggi dosisnya maka semakin singkat pula
bleeding timenya. Waktu perdarahan (bleeding time) diamati dengan cara
memotong ekor mencit yang diperkenalkan pertama kali oleh Dőttl dan
Ripke (1936) dan merupakan cara yang paling umum digunakan pada
percobaan farmakologi. Pada cara ini ekor mencit dipotong kurang lebih
sepanjang 1 cm dan diamati waktu perdarahannya mulai dari terjadinya
perdarahan sampai terbentuk bekuan darah pada luka tersebut. Dalam hal ini
praktikan menggunakan stopwatch untuk menghitung lamanya waktu
perdarahan (bleeding time) untuk mengetahui tingkat keefektifan kerja dari
masing-masing obat yang telah disuntikkan ke hewan percobaan.

Bleeding Time merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status


fungsi trombosit, kemampuan adhesi pada jaringan subendotel dan secara
lebih spesifik menunjukkan keefektifan membentuk agregasi. Bleeding Time
berperan dalam fase hemostatik primer sedangkan APTT (Activated Parsial
Tromboplastin Time) berperan dalam fase hemostatik sekunder.

VII. KESIMPULAN
 Antikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan dengan
tujuan untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah.
 Heparin adalah obat yang tergolong ke dalam antikoagulan karena
mekanisme kerjanya yang dapat mempercepat proses aktivasi
antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan
darah. Sedangkan Vitamin k tergolong ke dalam obat Koagulansia
(antagonis antikoagulan) karena dapat membantu proses pembekuan
darah.
 Waktu perdarahan (bleeding time) merupakan suatu parameter yang
dapat memonitor status fungsi trombosit, dengan cara mengamati
waktu perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai
terbentuk bekuan darah pada luka tersebut.
 Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan yang apa yang
diharapkan seharusnya mungkin disebabkan karena faktor dari
kesalahan praktikan dan kondisi fisiologis dari masing-masing
individu hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga
dipengaruhi oleh hal lain seperti keadaan lingkungan, posisi ekor,
dan cara pemotongan ekor pada mencit.

VIII. DAFTAR PUSAKA

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi IX. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ganiswarna, S.1995.Farmakologi dan Terapi. Edisi IV.Jakarta : Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gilman, A. & Goodman, L. 2007.Goodman & Gilman: Manual


Farmakologi dan Terapi. Edisi XI.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Katzung, B.G. 2011.Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi XII. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sudoyo, A.W., dkk. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Jilid II.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

IX. LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi obat -
obat yang digunakan dalam percobaan ini.
JAWAB :
a) Aspirin / asetosal
 Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan
menghambat Pemesananenzim siklik endoperoksida.
 Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di
dalarn trombosit,sehingga akhirnya menghambat
agregasi trombosit.
 Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut
secara permanen.Penghambatan inilah yang
mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan
stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
 Pada endotel pembuluh darah, menghambat
prostasiklin.Hal ini membantu mengurangi agregasi
trombosit pada pembuluh darahyang rusak.
b) Heparin
Efek antikoagulan heparin karena ikatannya dengan AT-III
berfungsi sebagai berikut :
 Menghambat protease factor pembekuan termasuk
faktor IIa (thrombin),Xa dan IXa, dengan cara
membentuk komplek yang stabil dengan protease
pembekuan.
 Heparin yang terhubung dengan AT-III
mempercepat pembekuaan komplek tersebut sampai
100 kali.
 Bila kompleks AT-IIIprotease sudah ter bentuk tidak
dapat dilepaskan untuk selanjutnya membentuk
ikatan baru dengan membentuk antitrombin.
c) Vitamin K
 Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini
berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa
faktor pembekuan darah berlangsung di hati.
 Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu
untuk dapatmenimbulkan efek, sebab vitamin K
harus membuat pesananfaktor- faktor pembekuan
darah lebih dahulu.
2. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas obat
anticoagulant dan koagulan ? Jelaskan alasannya.
JAWAB :
a) Dosis obat
Dosis obat akan diberikan sesuai usia. Misalnya pada bayi
yang barusemua enzim di hati belum terbentuk lengkap
sehingga reaksimetabolismenya lebih lambat. Karena itu
harus diberikan obat dengan dosisyang lebih rendah agar dari
kejadian overdosis atau keracunan.
d) Pemberian rute
Misalnya pada mempersembahkan secara lisan, toksisitasnya
dapat disediakan oleh penambahan agen dengan bantuan atau
pelambatan menyerap bahan aktifnya.
e) Umur
Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu untuk
memetabolisme atau mensekresikan zat kimia adalah
berbedabeda.
f) Berat badan
Perbedaan berat badan sangat menentukan jumlah zat kimia
yang akandiberikan berdasarkan berat badan (missal mg /
kgBB).

3. Jelaskan tanda - tanda atau gejala - gejala keracunan heparin, vitamin


k dan natrium sitrat.
JAWAB :
a. Keracunan heparin
 Nyeri tulang (osteoporosis)
 Reaksi hipersensitivitas, ketakutan dengan
menggigil, demam, syok,anafilaksis dan urtikaria
b. Keracunan Vitamin K
 Keracunan vitamin K sangat jarang terjadi kecuali
bagi mereka yangmengonsumsi suplemen vitamin K
secara berlebih.
 Gejala keracunan vitamin K dapat berupa mual,
muntah, anemia, diaredan ruam kulit.

Anda mungkin juga menyukai