Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

FARMAKOLOGI I

NAMA : LUTHFI NAURA SALSABILA

NIM : 1900021

KELAS : D3-3A

DOSEN PENGAMPU : Apt. NOVIA SINATA, M.Si

ASISTEN DOSEN : RATRI BUDIARTI

SITI PATIMAH

JADWAL PRATIKUM : Rabu, 25-11-2020 (08:00 – 11:00) ONLINE

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

T.A 2020/2021
PERTEMUAN III

‘’ANALGETIK’’

I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgesik suatu obat.
2. Memahami dasar-dasar perbedaan daya analgesik berbagai analgetika
3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat yang
dianjurkan bentuk untuk sediaan-sediaan farmasi analgetik.

II. PRINSIP PERCOBAAN


Metode pengujian aktivasi analgetika dilakukan dengan cara menilai kemampuan
zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan
percobaan, yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik, dan
kimia. Memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada mencit yang akan
menimbulkan geliat (writhing), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan
nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan
membengkokan kepala ke belakang.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum ( Mutschler,1986).

Mengatakan bahwa analgetik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri
dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat (SSP) tanpa
menekan kesadaran, Djamhuri (1996).

Obat-obat analgetik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapa dicapai dengan berbagai cara, seperti menekan
kepekaan reseptor terhadap rangsangan nyeri mekanik, termik, listrik, atau kimiawi di
pusat atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
nyeri ( Anonim,1991).

Pengobatan atau terapi untuk nyeri juga dilakukan secara non farmakologi yaitu
antara lain dengan pengompresan dengan air panas, mengalihkan perhatian pasien
dari penyakit atau rasa nyeri yang dideritanya, atau bisa juga dilakukan terapi
stimulasi. Selain itu juga dilakukan pendekatan psikologi untuk treatment nyeri akut
tidak digunakan secara luas. Teknis psikologi lain yang berhasil meliputi latihan
relaksasi, imagery, dan hipnotis ( Dipiro,et al, 2020).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang menggangu, berhubungan


dengan ancaman, timbulnya gangguan atau kerusakan jaringan.Keadaan psikologis
seseorang sangat berpengaruh, misalnya emosi dapat menimbulkan nyeri/sakit kepala
atau membuatnya semakin parah.Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi
seseorang berbeda-beda karena nyeri merupakan suatu perasaan subyektif (Sherwood,
2012).

Metode pengujian aktivitas analgetik dilalukan dengan menilai kemampuan zat


uji untuk menekan dan menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan
percobaan secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia. Secara umum pengujian
aktivitas analgetik dilakukan secara in vitro dan in vivo. Uji in vitro lebih banyak
dilakukan untuk menguji aktivitas analgetik sentral yaitu dengan menguji
kemampuan suatu zat uji dalam menduduki atau berikatan dengan reseptor
(Vogel,2002).

Hewan percobaan yang digunakan pada pratikum ini adalah mencit putih (Mus
musculus L) jantan dewasa yang sehat sebanyak 1 ekor. Umur mencit yang
digunakan berkisar antara 2-3 bulan dengan berat antara 20-30 gram. Sebelum
perlakuan hewan percobaan di aklimatisasi selama 7 hari. Hewan yang digunakan
untuk penelitian adalah hewan yang belum pernah diperlakukan terhadap obat dan
hewan yang dinyatakan sehat dengan kriteria tidak cacat secara fisik, tidak
mengalami penyimpangan berat badan ± 20 % dan secara visual memperlihatkan
perilaku yang normal (Anonim, 2014).

IV. ALAT & BAHAN


ALAT :
 Spuit oral dan ip
 Stopwatch
 Timbangan hewan

BAHAN :
 Na CMC 1%
 Asam asetat 1%
 Antalgin
 Asetosal
 Asam mefenamat

V. CARA KERJA
1. Timbang mencit untuk menentukan VAO obat dan VAO asam asetat
2. Ambil obat dengan spuit untuk intraperitonial, volume obat sesuai VAO
3. Suntikan obat secara ip ke salah satu mencit
4. Amati dan tunggu selama 30 menit
5. Ambil Na CMC 1% dengan spuit oral, volume sesuai berat hewan dan VAO.
Suntikan Na CMC 1% secara oral ke mencit yang lainnya, tunggu dan amati
selama 30 menit.
6. Ambil asam asetat 1% dengan spuit ip suntikkan kedua mencit secara ip
7. Amati selama 1 jam, kemudian hitung jumlah geliat tiap 5 menit
VI. HASIL

Jumlah Geliat
Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
Perlakuan Hewan waktu
ke- 5 ke- 10 ke- 15 ke- 20 ke- 25 ke- 30 ke- 35 ke- 40 ke- 45 ke- 50 ke- 55 ke- 60
Na-Cmc 1 8 6 11 7 6 7 7 6 7 5 6 2
  2 11 9 11 11 7 6 9 11 9 9 7 6
  3 9 9 11 11 7 7 6 11 5 5 5 6
  4 7 6 9 9 8 7 9 5 6 3 5 3
  5 5 7 5 10 7 5 5 4 8 7 9 3
Rata-rata   8 7,4 9,4 9,6  7 6,4  7,2 7,4 7 5,8 6,4 4
As.
Mefenamat 1 2 4 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0
200 mg
  2 8 6 5 4 3 2 1 0 0 0 0 0
  3 6 7 6 3 5 4 2 1 1 0 0 0
  4 5 6 4 3 2 2 2 2 1 0 0 0
  5 2 3 2 2 2 1 2 0 0 0 0 0
Rata-rata   4,6 5,2  3,8  3,0  2,8  2,0 1,4 0,6  0,4  0,0 0,0  0,0
As.
Mefenamat 1 1 1 2 1 1 1 2 3 0 0 0 0
100 mg
  2 10 2 1 4 1 4 0 0 0 0 0 0
  3 9 5 6 7 5 4 2 1 1 4 3 0
  4 12 8 7 4 6 4 3 3 4 5 2 2
  5 7 6 3 1 4 1 2 2 2 0 0 0

Rata-rata    7,8 4,4  3,8 3,4  3,4  2,8  1,8  1,8  1,4  1,8 1,0 0,4

Asetosal
1 1 1 1 5 2 1 0 0 0 0 0 0
200 mg
  2 1 7 7 3 6 5 2 3 2 0 0 0

  3 5 12 8 7 6 5 3 1 2 2 2 0

  4 9 10 6 3 4 3 1 3 1 0 0 0

  5 1 1 2 4 3 5 1 2 0 0 0 0

Rata-rata  3,4 6,2 4,8  4,4  4,2 3,8  1,4  1,8  1,0  0,4  0,4 0,0

Antalgin
1 3 9 8 6 5 5 2 3 0 0 0 0
200 mg
  2 1 2 3 5 3 2 0 0 0 0 0 0

  3 1 6 6 8 6 1 4 2 2 0 0 0

  4 3 3 3 3 4 4 1 1 0 0 0 0

  5 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Rata-rata    2,0 4,6  4,4 4,6  3,8 3,4  1,4 1,2  0,4  0,0  0,0 0,0
Persentase Proteksi Terhadap Nyeri yang Dihasilkan Tiap-tiap Perlakuan
Persen Proteksi
Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
Perlakuan Hewan waktu
ke – 5 ke-10 ke-15 ke-20 ke-25 ke-30 ke-35 ke-40 ke- 45 ke-50 ke-55 ke- 60

Kontrol - 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata   0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
As.Mefenamat
1 75% 45,95% 78,73% 68,75% 71,5% 84,4% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
200 mg
  2 0% 18,92% 46,81% 58,34% 57,2% 68,8% 86,2% 100% 100% 100% 100% 100%
  3 25% 5,1% 36,18% 68,75% 28,6% 37,5% 72,3% 86,5% 85,8% 100% 100% 100%
  4 37,5% 18,92% 57,45% 68,75% 71,5% 68,8% 72,3% 72,98% 85,8% 100% 100% 100%
  5 75% 59,5% 78,73% 79,2% 71,5% 84,4% 72,3% 100% 100% 100% 100% 100%
Rata-rata   42,5% 29,8% 59,58% 68,8% 96% 68,8% 80,6% 18,92% 42,9% 100% 100% 100%
As.Mefenamat
1 87,5% 86,5% 78,8% 89,59% 85,8% 84,4% 72,3% 59,46% 100% 100% 100% 100%
100 mg
  2 87,5% 72,98% 89,4% 58,4% 85,8% 37,5% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
  3 88,75% 32,5% 36,2% 27,1% 28,6% 37,5% 72,3% 86,5% 85,8% 31,1% 53,2% 100%
  4 98,5% 89,19% 25,6% 58,4% 14,3% 37,5% 58,4% 59,46% 42,9% 13,8% 68,8% 95
  5 12% 18,92 68,1% 89,59% 42,9% 84,4% 72,3% 72,98% 71,5% 100% 100% 100%
68,97
Rata-rata   2,5% 40,6% 59,58% 64,6% 51,5% 56,3% 75% 75,7% 98% 84,4% 99%
%
Asetosal 200
1 87,5% 86,5% 89,37% 47,92 71,5% 84,4% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
mg
  2 87,5% 5,5 % 25,6% 68,8% 14,3% 21,9% 72,3% 59,5% 71,5% 100% 100% 100%

  3 37,5% 83,79% 14,9% 27,1% 14,3% 21,9% 58,4% 86,5% 71,5% 65,6% 68,8% 100%

  4 88,75% 86,49% 36,2% 68,8% 42,9% 53,2% 86,6% 59,5% 85,8% 100% 100% 100%

  5 87,5% 86,5% 78,8% 58,4% 57,2% 21,9% 86,6% 72,98% 100% 100% 100% 100%

Rata-rata   57,5% 16,3% 48,49% 54,2% 94% 40,7% 80,6% 75,7% 85,8% 31,1% 37,5% 100%

Antalgin 200 1 62,5% 87,84% 14,9% 37,5% 28,6% 21,9% 72,3% 59,46% 100% 100% 100% 100%

  2 87,5% 72,98% 68,1% 47,92% 57,2% 68,8% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

  3 87,5% 18,92% 36,2% 16,7% 14,3% 84,4% 44,5% 72,98% 71,5% 100% 100% 100%

  4 62,5% 59,5% 68,1% 68,8% 42,9% 37,5% 86,2% 86,5% 100% 100% 100% 100%

  5 75% 59,5% 78,8% 89,6 85,8% 84,4% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Rata-rata   75% 37,9% 53,2% 52,1% 45,8% 46,9% 80,6% 81,1% 42,9% 100% 100% 100%

GRAFIK JUMLAH GELIAT


10
9
8
7
6
5 kontrol Na CMC
4 asam mefenamat 200 mg
3 ASAM MEFENAMAT 100
MG
2 asetosal
1 antalgin
0

GRAFIK % PROTEKSI
120.00%

100.00%

80.00%

60.00% asam mefenamat 200


mg
40.00% asam mefenamat 100
mg
20.00% asetosal
antalgin
0.00%

VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini menggunakan metode rangsangan kimia yang ditujukan untuk
melihat respon mencit terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon
menggeliat dan menarik kaki kebelakang ketika menahan nyeri pada perut. Langkah
pertama yang dilakukan adalah pemberian obat – obat analgetik pada hewan
percobaan. Ditunggu selama lima menit dan kemudian diberi asam asetat. Pemberian
steril asam asetat dilakukan secara intraperitional karena untuk mencegah penguraian
steril asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu dan larutan
steril asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui
rute lain. Misalnya per oral karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan
terhadap pengaruh asam.

Pemberian asam asetat ini bertujuan untuk menimbulkan rangsang nyeri melalui
rangsangan kimia. Pemberian bahan kimia tertentu akan merusak jaringan sehingga
memicu keluar atau terlepasnya mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin dari
jaringan yang rusak, kemudian merangsang reseptor nyeri diujung saraf perifer yang
selanjutnya diteruskan ke pusat nyeri oleh saraf sensorik melalui sumsum tulang
belakang dan thalamus yang kemudian berupa rasa nyeri sebagai akibat dari
rangsangan otak tersebut. Digunakan asam asetat yang merupakan asam lemah yang
pada dasarnya bersifat mengiritasi dan dapat membuat luka yang dapat menimbulkan
rasa sakit dan nyeri, tetapi senyawa ini merusak jaringan lebih sedikit atau tidak
permanen bila dibandingkan dengan menggunakan asam atau basa kuat seperti
chlorida.

Ada beberapa kelompok pada percobaan kali ini, yaitu kelompok control dimana
tidak diberikan obat pada mencit, lalu kelompok pembanding dengan menggunakan
antalgin 200 mg , kemudian kelompok uji I dengan pemberian asam mefenamat 200
mg, dan yang terakhir yaitu uji II dengan pemberian asam mefenamat 100 mg.
Masing-masing mencit diinduksi dengan asam asetat 1%, asam asetat memiliki durasi
sekitar satu jam sebagai penginduksi rasa nyeri, sehingga pengamatan dilakukan
selama satu jam, yang terhitung setelah diinduksi asam asetat. Pemilihan asam asetat
sebagai induksi nyeri yang dihasilkan berasal dari reaksi inflamasi akut local yaitu
pelepasan asam arakidonat dari jaringan fosfolipid melalui jalur siklooksigenase dan
menghasilkan prostaglandin, terutama prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin
F2α (PGF2α) didalam cairan peritoneal. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan
rasa nyeri dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa
yang dapat menghambat geliat pada mencit memiliki efek analgetik yang cenderung
menghambat sintesis prostaglandin.
Pada percobaan kali ini, dilihat dari jumlah geliat dengan membandingkan
kelompok control yang hanya diberikan CMC-Na, yang tidak memiliki efek
analgetik. Ternyata geliat pada mencit 8-16 kali setiap 5 menitnya, sedangkan pada
kelompok mencit yang diberikan antalgin 200 mg yang berperan sebagai kelompok
pembanding, geliat pada mencit berkurang menjadi 1-12 kali disetiap 5 menitnya.
Lalu pada kelompok uji I yang diberikan asam mefenamat 200 mg, geliat pada mencit
1-11 kali setiap 5 menitnya. Kemudian pada kelompok uji II yang diberikan asam
mefenamat 100 mg, geliat pada mencit 1-9 kali setiap 5 menitnya. Dapat
dibandingkan uji I dan uji II, asam mefenamat 200 mg lebih efektif memberikan efek
analgetik dibandingkan dengan  asam mefenamat 100 mg dilihat dari jumlah geliat
yang dihasilkan. Dan dapat disimpulkan juga , bahwa jumlah geliat mencit pada
kelompok kontrol lebih banyak daripada mencit yang diberikan obat analgetik. Hal
ini disebabkan karena mencit kontrol tidak memiliki perlindungan terhadap nyeri.

Larutan steril diberikan lima menit karena diketahui bahwa obat yang telah
diberikan sebelumnya sudah fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Setelah
beberapa menit kemudian, setelah diberikan larutan steril asam asetat hewan
percobaan akan menggeliat dengan ditandai dengan kejang perut dan kaki ditarik
kebelakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap selang waktu lima menit selama 60
menit.

Pengaruh obat analgetik terhadap mencit yaitu semakin besar dosis yang
diberikan maka geliat pada mencit semakin sedikit. Hal ini dikarenakan kerja dari
analgetik semakin maksimal. Analgetik menaikkan ambang nyeri dari mencit.
VIII. KESIMPULAN
 Pengujian aktivitas analgetik dilakukan dengan dua metode, yaitu induksi
nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik.
 Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji ditunjukkan
dalam bentuk gerakan geliat, sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara
termik ditunjukkan dengan menjilat kaki belakang atau meloncat saat
diletakkan di atas hot plate.
 Dapat dibandingkan uji I dan uji II, asam mefenamat 200 mg lebih efektif
memberikan efek analgetik dibandingkan dengan asam mefenamat 100 mg
mg/ml dilihat dari jumlah geliat yang dihasilkan.
 Jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol lebih banyak, daripada mencit
yang diberikan obat analgetik karena tidak memiliki perlindungan terhadap
nyeri.
 Asam  mefenamat 200 mg memiliki efektifitas yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan asam mefenamat 100 mg.

IX. DAFTAR PUSAKA


Agus Djamhuri. 1995. “Sinopsis Farmakologi ’’ dengan Terapan Khusus di KIinik
dan Perawatan . Jakarta : Hipokrates. Halaman 102.
Anonim. (1991). Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik,
49,Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Dapartemen Kesehatan RI. Jakarta.
Joseph T. DiPiro, Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D.
Nolin, Vicki, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 11e, 2020.
Mutschler, E.,1986, Arieneimittelwirkungen, Edisi V , diterjemah kan oleh Mathhilda
B., Widyanto dan Ranti, A.S.,Dinamika Obat, 177-180, ITB, Bandung.
Sherwood L. 2012. Anatomi dan fisiologi manusia dari sel ke sistem.EGC. Jakarta
Vogel, H. G. (2002). Drug Discovery and Evaluation: Pharmacological Assays. New
York: Springer-Verlage Berlin Heidelberg.
X. PERTANYAAN
1. Kemukakan beberapa implikasi praktis dari hasil pengamatan saudara
Jawab :
Hasil pengamatan digunakan sebagai ilmu dan pengetahuan bagi
mahasiswa mengenai obat – obat analgetik.

2. Rumuskan dari pengamatan saudara beberapa parameter untuk pengujian efek


analgetik.
Jawab :
Banyak geliat yang dilakukan mencit dan ketahanan mencit dalam
menahan rasa nyeri akibat asam asetat.

3. Kemukakan beberapa alasan mengapa saudara mengamati perbedaan-


perbedaan dalam daya analgesik obat-obat yang digunakan dalam eksperimen
ini.
Jawab :
Karena analgetik memiliki 2 golongan yaitu narkotik dan non narkotik
dengan indikasi tidak jauh berbeda, agar bisa memilih obat dengan tepat
sesuai kebutuha.

4. Indonesia index of medical specialities (IIMS) memuat sejumlah analgesik-


antipiretik yang beredar di Indonesia dengan susunan dan indikasinya. Pilih
salah satu sediaan yang menurut saudara dinyatakan secara wajar khasiat dan
satu sediaan yang tidak demikian halnya. Kemukakan alasan saudara.
Jawab :
Acetaminofen atau paracetamol merupakan derivate dari aminofenol.
Penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik yang telah
menggantikam asam salisilat. Sebagai analgetik paracetamol tidak digunakan
secara lama atau terlalu lama karena dapat menimbulkan netrapat analgetik.
Jika dosis terapi tidak memberikan manfaat biasanya obat atau dosis lebih
besar tidak menolong dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cafein
yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa harus meninggikan kadar
dosisinya.

5. Kemukakan secara spesifik penderitaan nyeri yang diperingan oleh masing-


masing ergotamine senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin serta cara
perwujudan efek ini.
Jawab :
Kolksin adalah zat yang dapat menghalangi terbentuknya benang – benang
spindel pada proses anarasa dan dapat menghambat pembentukan sel.
6. Kemukakan metode lain untuk uji efek analgesik secara eksperimental.
Jawab :
a) Metode jentik ekor
Rangsang nyeri yang digunakan dalam metode ini berupa air panas
(50°C) dimana ekor tikus dimasukkan ke dalm air panas dan akan
merasakan nyeri panas dan ekor dijentikkan dari air panas tersebut.
b) Metode plat panas
Rangsang nyeri yang digunakan berupa lantai kandang yang panas
(55-56°C). Rasa nyeri panas pada kaki mencit akan menyebabkan
respon mengangkat kaki depan dan dijilat. Rata-rata hewan mencit
memberikan respon dengan metode ini dalam waktu 3-6 detik.
c) Metode siegmund
Rangsang nyeri yang digunakan adalah zat kimia yaitu asam asetat
secara intraperitoneal. Respon nyeri berupa geliatan yaitu retraksi
abdomen. Hewan mencit dengan rangsang nyeri ini akan memberikan
respon minimal 1 kali geliatan dalam 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai