Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI AKTIVITAS ENZIM


SEMESTER 116

Disusun oleh:
Garry Alexandro NIM 1308621017 Biologi B 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Karena protein merupakan bagian terbesar setelah air serta bagian
dari semua sel hidup. Protein mempunyai fungsi yang khusus yang
sifatnya tidak dapag digantikan oleh zat gizi lain, yaitu memelihara
serta membangun sel-sel dan jaringan tubuh. Dengan begitu protein
juga dapat dianggap sebagai peningkat sistem imunitas tubuh
(Rismayanthi, 2006).
Protein memegang peranan juga di dalam reaksi kimia dalam
tubuh. Protein globular yang bergantung pada interaksi struktur
bebas 20 jenis asam amino guna membentuk rantai polipeptida
(protein). Enzim merupakan protein globular yang berfungsi sebagai
biokatalis. Enzim akan ikut serta dalam reaksi-reaksi biokimia. Secara
khusus enzim membantu mempercepat reaksi kimia (Rismayanthi,
2006).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang enzim.
2. Mengetahui dan memahami tentang cara kerja enzim.
3. Mengetahui dan memahami tentang faktor yang mempengaruhi
kerja enzim.
4. Mengetahui dan memahami proses fermentasi ragi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim merupakan senyawa atau biomolekul protein yang
berfungsi mengkatalis reaksi kimia. Oleh karena itu enzim disebut
biokatalisator yang membantu mengkatalis suatu reaksi biokimia.
Reaksi-reaksi enzimatik, substrat merupakan molekul yang
mengawali reaksi sedangkan produk merupakan hasil dari reaksi
tersebut. Katalisator dapat berupa enzim maupun senyawa yang
bukan enzim, seperti logam. Enzim memiliki sifat yang sangat spesifik
dalam mengkatalis suatu reaksi (Susantiningsih, 2014).
Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi
kimia secara kolektif membentuk metabolisme perantara sel, suatu
bagian yang sangat kecil dari suatu molekul besar protein enzim
sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian kecil tersebut dinamakan
bagian aktif enzim. Enzim akan menurunkan aktivasi dari reaksi
energi. Aktivasi merupakan suatu mol yang menurunkan sejumlah
energi atau kalori pada suhu temperature tertentu untuk membawa
molekul ke dalam aktifnya (Sumardjo, 2009).
2.2 Cara Kerja Enzim
Enzim bertindak pada satu substrat dan mengkatalis secara
spesifik. Jika tidak ada aktivitas enzim artinya substrat tidak tersedia
untuk enzim. Aktivitas enzim dapat mencapai batas maksium jika
konsentrasi substrat ditingkatkan. Kondisi dimana aktivitas enzim
mencapai batas maksimum menunjukkan bahwa molekul substrat
dan molekul enzim bergabung pada sisi aktif hingga semua sisi
aktifnya terpakai. Oleh karena itu, penambahan enzim secara
berlebihan dengan substrat terbatas tidak dapat meningkatkan
aktivitas enzim karena aktivitas enzim terhenti saat substrat habis
(Rachmawati dkk, 2019).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Cara Kerja Enzim
Menurut Risnawati, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim adalah suhu, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
inhibitor, dan aktivator. Faktor-faktor tersebut akan membuat
aktivitas enzim menjadi terhambat, terdenaturasi, atau tidak
pengoptimalan aktivitas.
Selain itu enzim memiliki karakteristik aktivitasnya yaitu
memerlukan kofaktor. Kofaktor merupakan gugus non protein dari
enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor dapat berupa
koenzim dan gugus prostetik. Kofaktor koenzim tidak terikat kuat
dalam enzim biasanya berupa molekul organic. Sedangkan gugus
prostetik terikat kuat dalam enzim biasanya berupa molekul
anorganik, seperti ion logam Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+. Ion logam yang
merupakan senyawa kofaktor dapat berpotensi meningkatkan
aktivitas kerja enzim yang disebut dengan activator enzim. Selain
meningkatkan aktivitas kerja enzim ion logam juga terdapat yang
berpotensi sebagai penghambat kerja enzim disebut inhibitor enzim
(Sulistyowati, 2016).
Enzim tidak dapat bekerja pada pH yang terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi. Jika pH terlalu asam atau basa itu akan
menyebabkan enzim terdenaturasi sehingga sisi aktif enzim akan
terganggu. Dengan tersebut reaksi enzimatik sangat dipengaruhi oleh
pH. Perubahan pH menyebabkan terjadinya perubahan daerah
konformasi dan katalitik enzim yang mana sifat ionic dari gugus
karboksil dan gugus aminonya sangat mudah dipengaruhi oleh pH
(Safaria, 2013).
Suhu akan menyebabkan suatu enzim dapat mencapai keadaan
optimum. Kecepatan reaksi enzim akan meningkat karena energi
kinetic bertambah, ketika suhu berada pada suhu optimum. Energi
kinetic yang bertambah akan mempercepat gerak vibrasi, translasi,
dan rotasi enzim maupun substrat. Suhu yang bertambahn akan
meningkatkan frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan
substrat sehingga enzim akan menjadi lebih aktif (Meryandini, 2009).
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 8 April 2022.
Praktikum ini dilakukan di salah satu rumah anggota kelompok saya,
Koja, Jakarta Utara.
3.2 Cara Kerja
1. Setiap mahasiswa menyiapkan 3 buah botol dengan ukuran yang sama
(misal: botol air mineral 600 mL)
2. Beri perlakuan pada masing-masing botol, sebagai berikut:
A. Botol 1: 1 sendok teh ragi + 300 mL (1 gelas) air
Botol 2: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + ½ sendok teh gula pasir
Botol 3: 1 sendok teh ragi + 300 mL air +1 sendok teh gula pasir

B. Botol 1: 1 sendok teh ragi + 300 mL (1 gelas) air


Botol 2: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + 1 sendok teh gula pasir +
1/4 sendok teh garam
Botol 3: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + 1 sendok teh gula pasir +
½ sendok teh garam

C. Botol 1: 1 sendok teh ragi + 300 mL (1 gelas) air


Botol 2: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + 1 sendok teh gula pasir +
1/4 sendok teh air jeruk nipis
Botol 3: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + 1 sendok teh gula
pasir + ½ sendok the air jeruk nipis.

D. Botol 1: 1 sendok teh ragi + 300 mL (1 gelas) air


Botol 2: 1 sendok teh ragi + 300 mL air + 1 sendok teh terigu
Botol 3: 1 sendok teh ragi + 300 mL air +2 sendok teh terigu

3. Kocok perlahan untuk menghomogenisasi campuran tersebut


4. Tutup setiap botol dengan balon dan rapatkan dengan selotip atau ikat
dengan karet gelang
5. Amati perubahan yang terjadi pada balon setiap 30 menit selama 5
jam dengan mengukur diameternya menggunakan meteran.
6. Catat data yang diperoleh dalam tabel pengamatan.
7. Buat analisis dari hasil pengamatan tersebut.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Ragi

No Perlakuan Waktu Pengamatan Diameter Diameter Diameter


(detik) Balon 1 Balon 2 Balon 3
1 A 30 1 1 1
60 1 1 2
90 1 1 5
120 1 3 5
150 1 5 5
180 1 5 5
210 1 5 5
240 1 5 5
270 1 5 5
300 1 5 5
2 B 30 5,4 4,9 5,5
60 7,1 4,9 5,25
90 7,7 4,8 5,3
120 7,7 4,8 5,3
150 7 4,8 5,3
180 6 4,7 5,25
210 5,4 4,7 5,1
240 5,3 4,8 5,25
270 5,3 5 5,25
300 5,3 4,7 5
3 C 30 1 4 3,5
60 1 5 4
90 1 5,5 4
120 1 6 4
150 1 8,5 7,5
180 1 8,5 7,5
210 1 8,5 7,5
240 1 9 7,5
270 1 9 7,5
300 1 9 7,5
4 D 30 0,5 0,5 1
60 0,5 0,5 1
90 0,5 0,7 1,5
120 1 1,3 1,8
150 1 1,3 1,8
180 1 1,5 2
210 1 2 2,8
240 1,5 2,6 3
270 1,5 3 3,5
300 1,5 3 4

4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada perlakuan A berupa, air
dengan ragi, air dengan ragi dan ½ sdt gula pasir, dan air dengan ragi
dan 1 sdt gula pasir. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa air dengan ragi
dan 1 sdt gula pasir menunjukkan perkembangan diameter balon
yang lebih cepat membesar. Hal ini dikarenakan konsentrasi substrat
pemberian gula yang lebih banyak sehingga balon mengembang lebih
besar. Selain itu juga terdapat pengubahan senyawa glukosa yang ada
pada gula menjadi senyawa etanol dan karbondioksida dengan
bantuan bakteri (Saccharomyces cerevisiae) pada ragi. Karbondioksida
yang dihasilkan bersifat ringan dan akan memenuhi ruangan pada
balon yang menyebabkan balon menjadi mengembang.
Pada perlakuan B, ragi, gula, dan garam bereaksi menghasilkan
gas CO2 dalam jumlah besar sehingga volume balon membesar seiring
waktu. Akan tetapi ketika substrat habis bereaksi, maka volume balon
menjadi jenuh dan berkurang. Secara teoritis garam berfungsi sebagai
inhibitor dalam reaksi fermentasi tersebut. Tetapi balon tetap
membesar akibat adanya akumulasi gas CO2 hasil fermentasi.
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya pengaruh dari suhu ruangan
saat praktikum maupun pH air yang digunakan.
Pada perlakuan C, ragi, gula, dan jeruk nipis juga menghasilkan
CO2 tetapi dalam jumlah besar sehingga volume balon menjadi besar
seiringnya waktu. Secara teoritis air jeruk memiliki pH asam atau pH
yang rendah sehingga ketika dicampurkan dengan ragi dan gula akan
menyebabkan penurunan aktivitas enzim karena adanya pengaruh
pH. Dapat dilihat pada percobaan dengan ¼ sdt air jeruk nipis balon
lebih besar dibandingkan dengan ½ sdt air jeruk nipis. Hal tersebut
dikarenakan konsentrasi pH pada ¼ sdt air jeruk nipis tidak serendah
atau asam seperti ½ sdt air jeruk nipis. Jika pH yang terlalu asam atau
basa akan menyebabkan aktivitas enzim terganggu atau
terdenaturasi.
Pada perlakuan D ragi dan terigu, balon mengembang tidak
terlalu besar karena substrat yang direaksikan berupa karbohidrat
kompleks (polisakarida) dari tepung terigu dibandingkan dengan gula
pasir yang lebih sederhana (disakarida) sehingga enzim zimase
memerlukan waktu lebih lama untuk memecah amilum menjadi
glukosa.
BAB 5
KESIMPULAN
Enzim merupakan senyawa atau biomolekul protein yang berfungsi
mengkatalis reaksi kimia. Enzim mengkatalis secara spesifik dan bertindak
pada satu substrat. Aktivitas enzim akan terhenti saat substrat habis. Faktor
yang mempengaruhi kerja enzim antara lain, substrat, suhu, pH, kofaktor,
dan inhibitor. Proses fermentasi pada ragi dengan penambahan gula sebagai
substrat akan menghasilkan produk berupa alkohol dan CO2. Adanya CO2
menyebabkan balon mengembang. Adanya penambahan garam dan air jeruk
nipis berperan sebagai penghambat kerja enzim. Penambahan tersebut
menyebabkan balon mengembang dengan tidak optimal atau maksimum.
Penambahan terigu pada percobaan menunjukkan susbtrat yang dihasilkan
terlalu besar sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk habis
bereaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Meryandini, Anja. (2009). Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakterisasi
Enzimnya. Jurnal Makara Sains. Vol. 13 No 1
Rachmawati, D., dkk. (2019). Performa Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan
Pertumbuhan Lele Sangkuriang yang Dibudidaya di Desa Tambaksari,
Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal Melalui Penambahan Enzim
Papain Dalam Pakan Buatan. Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol. 3 No
2.
Rismayanthi, Cerika. (2006). Konsumsi Protein Untuk Peningkatan
Prestasi. Jurnal Medikora. Vol. 2 No 2
Risnawati, Metty., & Cahyaningrum, Edi, S. (2013). The Addition Effect of The
Metal Ions Ca 2+ On the Papain Activities. UNESA Journal of Chemistry
Vol. 2, No. 1
Safaria, S., et al. (2013). Efektivitas Campuran Enzim Selulase dari Aspergillus
Niger dan Trichoderma Reesei dalam Menghidrolisis Substrat Sabut
Kelapa. Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol. 2 No 1
Sulistyowati, E., et al. Karakterisasi beberapa Ion Logam terhadap Aktivitas
Enzim Tripsin. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 21 No 2
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susantiningsih, Tiwuk. (2014). Enzymes Functions in Metabolism. Majority
Journal. Vol. 1 No 1
Lampiran 1. Perlakuan Botol A

Lampiran 2. Perlakuan Botol B

Lampiran 3. Perlakuan Botol C

Lampiran 4. Perlakuan Botol D

Anda mungkin juga menyukai