Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN 4

Analgesik

Nama : Rizky Bachrul Alam Adiptia


NIM : 1041811110
Kelompok : K
Sub. Kelompok : 2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIFAR “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”

SEMARANG

2020
A. Tujuan Praktikum
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesic suatu
obat.
2. Memahami dasar-dasar perbedaan dalam daya analgesic berbagai analagetika
3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan
untuk sediaan- sediaan farmasi analgetika
B. Dasar Teori
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi penderitanya.
Namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan jaringan. Nyeri
merupakan suatu tanda terhadap adanya berbagai gangguan tubuh, seperti infeksi kuman,
peradangan dan kejang otot (Guyfon, 1996).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah
melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam
tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang
disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput
lendir,atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui
saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke
thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan
sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin,
plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, sertaion-ion kalium (Mutschler,
1991).
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses,
yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan
individu terhadap perangsang ini (Anief, 2000).
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah
dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgetika memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi
(Katzung, 1998).
Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi
ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis
yang diakibatkan oleh rangsangan sakit (Anief, 2000).
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun
sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri namun,
analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan
mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas rangsangan
terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri (Tjay dan Rahardja,
2007).
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping, analgetika di bedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Analgetika yang bersifat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika → kelompok
opiat)
2. Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada perifer
dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan
antireumatik (Tjay dan Rahardja, 2007).

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Analgetik narkotik  (analgetik sentral)


Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat
sekali. Dalam dosis besar dapat bersfat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman(euphoria). Hampir semua
perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi
kulit.
Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai resiko besar
terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat
ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat,
patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal.
Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat
(trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal.
Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan penggunaanya secara kronik, disamping untuk
mengatasi nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut
karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan
sebagai premedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat anastesi umum
sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anastesi.
Penggolongan analgesik - narkotik sebagai berikut :
 Alkaloid alam                   : morfin, codein
 Derivat semi sintesis        : heroin           
  Derivat sintetik                : metadon, fentanyl
 Antagonis morfin             : nalorfin, nalokson dan pentazocin

2. Analgesik non opioid (non narkotik)


Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat.
Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu
badan pada saat demam. `
Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pengatur kalor dihipotamalus,
mengakibatkan vosodilatasi perifer dikulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor
disertai banyaknya keluar keringat.
Antiradang sama kuatnya dengan analgesik  digunakan sebagai anti nyeri atau
rematik.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
a) Golongan salisilat
b) Golongan para aminofenol
c) Golongan pirazolon (dipiron)
d)  Golongan antanilat (asam mefenamat). (Katzung, 1998)
C. Alat dan Bahan
Alat :
 Spuit injeksi ( 0,1-1 ml )
 Jarum oral ( ujung tumpul )
 Beakerglass
 Stopwatch
 Penangas air
 Holder tikus
 Neraca ohauss
Bahan :
 Larutan CMC Na 0,5%
 Suspensi Na. Diklofenak dalam CMC Na 0,5%
 Suspensi Asam Mefenamat dalam CMC Na 0,5%
 Suspensi Ibuprofen dalam CMC Na 0,5%
 Suspensi Metil Prednisolon dalam CMC Na 0,5%
 Suspensi Dexametason dalam CMC Na 0,5%
 Hewan Uji : Tikus putih jantan
D. Skema Kerja

5 Tikus dipuasakan 12 jam sebelumnya lalu ditimbang.

Di hitung waktu jentik ekor normal masing - masing

Di hitung vp masing- masing dan diberi secara peroral

KEL G KEL H KEL I KEL J KEL K KEL L KONTROL

A.Ibuprofen As. Dexametha Methil Parasetamol Na. CMC Na


Mefenam son Prednisolon Diklofenak 0,5%
B.200mg/Kg at 500mg/KgB
BB 0,5mg/KgB 4mg/KgBB B 50mg/50 2,5ml
C. 500mg/5 B Man KgBB Man
D. 0kgbb

E.
F.

Dicatat respon efek analgesic dengan respon jentikan ekor dengan interval
waktu tertentu ( 10’,20’,30’,60’,90’ )
Ditabelkan data pengamatan waktu respon jentikan ekor sebelum dan
sesudah pemberian obat analgesik

Dibuat kurva antara respon jentikan ekor tikus vs waktu sejak pemberian
obat analgesik

E. Data Pengamatan

Nama Obat Tikus T0 T10 T20 T30 T60 T90


1 4,4 4,1 4,8 6,8 1,2 2,9
2 4,7 6,2 5,2 8,6 2,8 2,9
3 2,4 5,2 3,4 2,4 2,6 2,3
Na. Diklofenac 10,
5 5,4 5,7 5,2 3,1 2,1
0
6 2,8 6,6 5,0 2,1 2,3 3,4
7 5,1 8,3 8,2 4,5 2,5 4,3
Rata - rata 4,1 6,7 5,4 4,9 2,4 3,0
1 4,2 8,3 8,3 6,6 6,5 4,1
2 3,6 5,6 5,6 5,0 3,8 2,0
3 4,8 5,2 5,2 4,0 3,8 3,5
Ibuprofen
5 7,3 7,3 7,3 7,4 7,2 7,2
6 4,8 4,8 4,8 6,9 4,4 6,4
7 5,8 4,4 4,4 10,0 4,4 6,7
Rata - rata 5,1 5,9 5,9 6,7 5,0 5,0
1 3,5 5,1 4,8 5,6 5,0 4,4
2 2,9 4,6 2,3 2,9 2,8 2,4
Methylprednisolo 3 2,9 2,4 2,4 2,0 1,2 2,3
n 5 4,2 5,7 3,4 2,9 4,7 5,0
6 4,8 5,6 3,6 3,7 6,9 7,4
7 6,3 2,4 3,3 2,6 1,0 5,3
Rata - rata 4,1 4,3 3,3 3,3 3,6 4,5
1 4,6 3,3 7,0 5,0 4,0 3,3
Asam Mefenamat
2 4,6 2,6 7,6 4,6 5,3 4,0
3 2,6 4,0 6,3 5,0 4,3 3,3
5 2,3 5,0 5,6 5,0 7,6 3,3
6 5,3 3,6 6,7 8,0 9,0 4,3
7 6,0 6,0 6,3 6,0 5,6 4,0
Rata - rata 4,2 4,1 6,6 5,6 6,0 3,7
1 5,0 8,0 10,0 8,0 7,0 7,0
10,
2 3,3 9,0 6,0 9,0 6,0
0
3 8,7 9,0 8,0 8,0 4,0 7,0
Parasetamol 10,
5 5,6 6,0 10,0 10,0 5,0
0
10,
6 4,6 7,0 10,0 10,0 4,0
0
10, 10,
7 8,0 10,0 10,0 5,0
0 0
Rata - rata 5,9 8,2 9,0 9,2 8,5 5,7
1 4,7 5,3 10,0 3,7 5,0 5,5
2 4,3 3,2 5,1 9,4 3,0 6,3
3 4,4 9,3 2,4 4,7 7,2 6,8
Deksametason
5 2,2 4,6 3,6 5,5 5,0 2,4
6 1,8 2,4 3,5 2,7 3,2 2,6
7 3,6 2,9 7,6 3,0 1,9 3,0
Rata - rata 3,5 4,6 5,4 4,8 4,2 4,4

F. DATA PERHITUNGAN

 Dosis pemberian Parasetamol 500mg/50KgBB


 Dosis untuk 70kg manusia

70 Kg
o x 500 mg = 700 mg
50 Kg

 Dosis untuk tikus 200 gram

o 700 mg x 0,018 = 12,6 mg /200 gram tikus

 Cstock 5,755 mg/ml


Kelompok 3

1. Tikus 1 BB : 230 gram


BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram

230 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 14,49 mg/230 gram tikus

Dosis mencit
Vp =
Cstok

14,49mg
= x 1 ml
5,755mg

= 2,5 ml

2. Tikus 3 BB : 234 gram

BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram

234 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 14,74 mg/234 gram tikus

Dosis mencit
Vp =
Cstock

14,74 mg
= x 1 ml
5,755 mg

= 2,5 ml
3. Tikus 3 BB : 192 gram sebagai kontrol

4. Tikus 4 BB : 182 gram


BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram
182 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 11,47 mg/182 gram tikus

Dosis tikus
Vp =
Cstok

11,47 mg
= x 1 ml
5,755mg

= 0,19 ml

Kelompok 4

1. Tikus 1 BB : 173 gram


BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram

173 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 10,899 mg/173 gram tikus

Dosis mencit
Vp =
Cstok

10,899mg
= x 1 ml
5,755 mg

= 1,9 ml

2. Tikus 2 BB 170 gram sebagai kontrol


3. Tikus 3 BB : 210 gram

BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram

170 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 13,23 mg/210 gram tikus


Dosis mencit
Vp =
Cstock

13,23mg
= x 1 ml
5,755mg

= 2,3 ml

4. Tikus 4 BB : 208 gram


BB tikus
Dosis mencit = x 12,6 mg
200 gram

208 gram
= x 12,6 mg
200 gram

= 13,10 mg/208 gram tikus

Dosis tikus
Vp =
Cstok

13,10 mg
= x 1 ml
5,755 mg

= 2,3 ml

G. UJI ANALISIS DATA


1. Uji Normalitas

Nama Obat Kolmogorov- Smirnov

Statistik dv Sig.
Na, Diklofenak 0,107 48 0,200
Ibuprofen 0,117 48 0,095
Methylprednisolo 0,112 48 0,174
n
Asam Mefenamat 0,069 48 0,200
Paracetamol 0,145 48 0,013
Dexamethason 0,141 48 0,018
2. Uji Homogenitas

Levene
Statistic df1 df2 df3
1,973 5 282 0,083

3. Uji Anava satu jalan

Respon df F Sig
Between Groups 5 13,008 0
Within Groups 282
Total 287

4. Kurva
Kurva Obat Na Diklofenak
Hewan Uji vs Respon
12

10

0
T0 T10 T20 T30 T60 T90

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3


Tikus 5 Tikus 6 Tikus 7

Kurva Obat Ibuprofen


Hewan Uji vs Respon
12

10

0
T0 T10 T20 T30 T60 T90

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3


Tikus 5 Tikus 6 Tikus 7
Kurva Obat Asam Mefenamat
Hewan Uji vs Respon
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
T0 T10 T20 T30 T60 T90

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3


Tikus 5 Tikus 6 Tikus 7

Kurva Obat Methylprednisolone


Hewan Uji vs Respon
8
7
6
5
4
3
2
1
0
T0 T10 T20
KurvaT30
Obat Paracetamol
T60 T90
Hewan Uji vs Respon
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
12
Tikus 5 Tikus 6 Tikus 7
10

0
T0 T10 T20 T30 T60 T90

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3


Tikus 5 Tikus 6 Tikus 7
H. Pembahasan
Pada percobaan tentang analgetika, yang bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan dan
membandingkan daya analgetik berbagai analgetika menggunakan metode rangsang kimia.
Analgetika itu sendiri didefinisikan sebagai obat-obat atau zat-zat yang dapat mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
1. Ibuprofen

Obat pertama dari kelompok propionate (1969) ini adalah NSAID yang paling
banyak digunakan, berkat efek sampingnya yang relatif ringan dan status OTC nya
dikebanyakan Negara. Zat ini merupakan campuran rasemis, dengan bentuk dextro
yang aktif.Daya analgetis dan antiradangnya cukup baik dan mendesak salisilat untuk
penanganan rema yang tidak begitu hebat dan gangguan alat gerak
Mekanisme kerjanya ibuprofen yaitu inhibisi reversibel siklooksigenase dengan
waktu paruh 2 jam dan obat di eliminasi melalui ginjal
2. Natrium Diklofenak
Derivat fenilasetat ini (1974) termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya
dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan dengan obat lainnya
(indometasin, piroksikam).Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri juga
pada migrain dan encok.Lagipula secara parenteral sangat efektif untuk
menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung kemih).Kerusakan
hati fatal telah dilaporkan.
Mekanisme kerja sebagai inhibitor enzim siklooksigenase yang menurunkan
produksi prostaglandin penyebab inflamasi, demam, dan nyeri, terutama pada
jaringan perifer.
3. Metilprednisolon

Metilprednisolonmerupakan golongan kortikosteroida, termasuk steroid yang


berdaya antiradang kuat dengan efek agak cepat; pada dosis yang biasanya digunakan
pada arthritis rheumatoid tidak bekerja antierosif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan atas hambatan fosfolipase yang berefek
rintangan sintesa prostaglandin maupun leukotrien.Mungkin juga atas dasar stabilisasi
lisosom leukosit dengan kerja fagositosis dan berkurangnya aktivitas cyclic CMP.
4. Asam Mefenamat
Derivat antranilat (=O- aminobenzoat) ini (1956) memiliki daya antiradang kira-

kira 50% dari khasiat fenilbutazon. Plasma t1/2nya 2-4 jam. Banyak sekali digunakan
sebagai antinyeri dan antirema, walaupun pada kenyataannya dapat menimbulkan
gangguan lambung-usus, terutama dyspepsia dan diare pada orang-orang
sensitive.Tidak dianjurkan untuk anak-anak.
 Mekanisme kerja obat asam mefenamat (mefenamic acid) adalah dengan cara
menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX)
5. Parasetamol

Mekanisme kerja parasetamol yaitu inhibisi non kompetitif siklooksigenase


dengan menangkap oksigen reaktif dan radikal hidroperoksid (penangkap radikal)
yang diperlukan untuk aktivasi dengan waktu paruh.
Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi
emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau spoor
(sehingga nilai ambang nyeri naik).
6. Dexamethasone

Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid sintetis


terampuh.Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi kurang lebih
sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednison.
Mekanisme kerjanya dengan mengurangi peradangan dan menurunkan sistem
kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.
I. Kesimpulan

Semua obat tersebut memiliki efek analgesic dengan mekanisme kerja yg berbeda – beda
dan memiliki efek samping yang berbeda pula diantaranya :
1. Asam Mefenamat

dapat menimbulkan gangguan lambung-usus, terutama dyspepsia dan diare pada


orang-orang sensitive.Tidak dianjurkan untuk anak-anak.

2. Ibu Profen
a. sakit perut, maag, diare, sembelit.
b. kembung.
c. pusing, sakit kepala, gugup.
d. gatal atau ruam kulit.
e. telinga berdenging.
3. Paracetamol
a. mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan.
b. urine berwarna gelap, feses berwarna pucat.
c. kuning pada kulit dan mata.
d. reaksi alergi, yang dapat menyebabkan ruam dan bengkak.
4. Dexamethasone
a. Masalah tidur (insomnia)
b. Perubahan suasana hati.
c. Jerawat, kulit kering, penipisan kulit, memar atau perubahan warna
kulit.
d. Penyembuhan luka yang lambat.
e. Keringat berlebih.
f. Sakit kepala, pusing, sensasi berputar-putar.
g. Mual, sakit perut, kembung.
h. Kelemahan otot atau.
5. Natrium Diklofenak

Menyebabkan Kerusakan hati

6. Methylprednisolon
a. Sulit tidur (insomnia), perubahan mood.
b. Jerawat, kulit kering, kulit menipis, memar, dan perubahan warna kulit.
c. Luka yang tak kunjung sembuh.
d. Produksi keringat meningkat.
e. Sakit kepala, pusing, ruangan terasa berputar.
f. Mual, sakit perut, kembung.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Goodman and Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan oleh Amalia. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi  Kedokteran. EGC: Jakarta.
Katzung , Betram G. , 1997 , Farmakologi Dasar dan Klinis edisi 6 , Kedokteran EGC , Jakarta.
Khan, A., M. Rahman, S. Islam, 2007, Antipyretic activity of peperomia pellucida leaves in rabbit,
Department of Pharmacy.
Mutschler,E. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi & Toksikologi  edisiV. Penerbit ITB:
Bandung.
Tjay, T.H dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. PT Gramedia: Jakarta.
Semarang, 25 Maret 2000

Pembimbing Praktikan

A. Hesti W.S., M.Si. Med., Apt Rizky Bachrul Alam Adiptia

(1041811110)

Arik Dian Eka P,. M.Si., Apt

Wahyu Setyaningrum, S.Farm.,Apt

Anda mungkin juga menyukai