Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

UJI ANTIDIARE

Oleh :
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4 :
1. Desi Rahmadani (26206236A)
2. Rambu Rylma Atandau Memangu (26206237A)
3. Semi Rosyidah (26206238A)
4. Ni Ketut Simpen Widnyani (26206243A)
5. Dina Lisdiana Pujianto (26206245A)
6. Glori Destasya (26206246A)
7. Afa Rahmatul Nisa (26206247A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
2022
A. TUJUAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang ditimbulkan oleh penginduksi oleum
ricini terhadap hewan uji atau tidak dan memahami sasaran,tata cara pelaksanaan,luaran
dan manfaat dari uji antidiare
B. LANDASAN TEORI
Diare adalah suatu gejala dimana frekuensi pengeluaran feses meningkat melebihi
frekuensi normal dan konsistensi feses menjadi cair. Pada keadaan diare, terjadi
ketidakseimbangan antara absorpsi dan sekresi air dan elektrolit dalam usus, dimana
absorpsi berkurang atau sekresi bertambah diluar normal.
Secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar)
lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah terjadi karena chymus yang melewati usus kecil
dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup
waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir
dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-
anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan
cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa.
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut.
Adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan kadangkadang
demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam sampai
beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat
makanan.
2. Diare kronis.
Adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Berdasarkan
ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Diare spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, atau parasit.
b. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan atau penyebab lain.
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan
dan keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik
secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu
penyakit berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam, berat badan menurun,
malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap darah. Demam disertai defense otot
perut menunjukan adanya proses radang pada perut. Diare kronik seperti yang dialami
seseorang yang menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan seperti
serangan akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare karena
infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri dapat diarahkan untuk
memebedakan antara diare akut dengan diare kronik
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Penggunaan obat antidiare
biasanya dimaksudkan untuk menghentikan diare, tidak untuk menghilangkan
penyebabnya. Antidiare yang biasa digunakan adalah obat yang bersifat obsorben,
misalnya kaolin dan karbon aktif atau yang dapat menekan peristaltik usus, seperti
loperamid dan morfin serta turunan-turunannya. Penggunaan morfin dan turunan-
turunannya jarang sekali dilakukan karena obat-obat ini bersifat adiktif dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Penggolongan obat diare :
1. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian
dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yang disebabkan oleh infeksi beberapa
bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya
diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk
terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin,
kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon).
2. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya,
derivat petidin (definoksilat dan loperamid), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak
beladona)
3. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolism serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak
serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah
karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium)
(Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

C. ALAT DAN BAHAN :


a. ALAT :
- Sonde Oral
- Handscoon
- Kertas Saring
- Wadah Mencit ( Botol Aqua )

b. BAHAN :
- Loperamid
- Aquadest
- Norit
- New diatabs
D. CARA KERJA

1.) Menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis


sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang sebelumnya sudah
diberi tanda pada tiap ekor mencit.
2.) Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan.
 Hewan uji pertama sebagai pembanding, diberikan New diatab 600 mg
diberikan kepada mencit sebanyak 0,272 ml.
 Hewan uji kedua diberikan Norit 250 mg/100 ml diberikan kepada
mencit sebanyak 0,26 ml
 Hewan uji ketiga sebagai kontrol, diberikan aquadest sebanyak 0,2 ml
 Hewan uji keempat diberikan sebagai pembanding, diberikan
Loperamide 4 mg/100 ml diberikan kepada mencit sebanyak 0,275 ml.

3.) Mencit dipuaskan selama satu jam sebelum pengujian dimulai.

4.) Diberikan sediaan per oral sesuai kelompok uji.

5.) Mencit ditempatkan didalam bejana individual yang beralaskan kertas


saring pangamatan yang terlebih dahulu ditimbang

6.) 45 menit setelah perlakukan, tiap mencit diberikan 0,75 ml Oleum ricini

7.) Respon yang terjadi pada mencit diamati selang waktu 30 menit selama 2
jam setelah pemberian Oleum ricini.

8.) Parameter yang diamati adalah frekuensi diare, konsistensi feses, bobot
feses, waktu timbul diare dan durasi diare.

9.) Data kemudian dicatat dan dianalisis.


E. HASIL

No Hewan Uji Hasil Pengamatan Konsistensi Jumlah


Feses Feses
1 Mencit 1 Cair Sedikit

2 Mencit 2 Padat, kering Sedikit

3 Mencit 3 Padat, kering Banyak

4 Mencit 4 Cair Banyak


F. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana aktivitas obat
antidiare dapat menghambat diare pada yang ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini
terhadap hewan uji atau tidak. Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak
cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh
adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan efek yang
mempercepat peristaltik sehingga timbul diare. Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang
jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun
bermacam-macam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih
maka diare akan berhenti dengan sendirinya. Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat,
hanya apabila terjadi diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain karena
anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga karena mencit mudah
ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat.
Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 1 jam sebelum percobaan
tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh
terhadap kecepatan peristaltik. Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Prosedur pertama
dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis
sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang sebelumnya sudah diberi tanda pada
tiap ekor mencit.
Untuk bobot mencit kelompok kami didapatkan hasil mencit 1 yaitu 19 gram, mencit 2, 3,
dan 4 yaitu 20 gram. Untuk pemberian obat yang kami gunakan yaitu untuk mencit 1 kami
gunakan new diatabs, untuk mencit 2 yaitu norit, untuk mencit 3 yaitu aquadest, dan untuk
mencit 4 yaitu loperamid. Kemudian setelah diberikan sediaan obat per oral mencit didiamkan
terlebih dahulu selama 1 jam. Setelah 1 jam tiap mencit diberi induksi 0,75 ml oleum ricini.
Lalu tunggu respon yang terjadi pada hewan uji mencit amati selang waktu 30 menit selama 4
jam.
Setelah kami amati untuk mencit 1 didapatkan hasil konsistensi feses cair dengan jumlah
feses yang sedikit, untuk mencit 2 didapatkan hasil konsistensi feses padat dan kering dengan
jumlah feses yang sedikit, untuk mencit 3 didapatkan hasil konsistensi feses padat dan kering
dengan jumlah feses yang banyak, dan untuk mencit 4 didapatkan hasil konsistensi feses cair
dengan jumlah feses yang banyak.
Dengan demikian, obat yang memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat sehingga
menjaga konsistensi feses mencit dalam keadaan normal atau padat dan kering adalah
pemberian aquadest dibandingkan pemberian obat new diatabs, norit, dan loperamide. Untuk
urutan obat yang memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat yang pertama yaitu aquadest,
yang kedua norit, yang ketiga new diatabs, dan yang terakhir yaitu loperamide.
G. KESIMPULAN
Diare adalah suatu gejala dimana frekuensi pengeluaran feses meningkat melebihi
frekuensi normal dan konsistensi feses menjadi cair. Pada praktikum ini, mencit 1 yang
diberi new diatabs, didapatkan hasil konsistensi feses cair dengan jumlah feses yang
sedikit. Untuk mencit 2 yang diberi norit didapatkan hasil konsistensi feses padat dan
kering dengan jumlah feses yang sedikit. Untuk mencit 3 diberi aquadest didapatkan hasil
konsistensi feses padat dan kering dengan jumlah feses yang banyak, dan untuk mencit
yang ke 4 diberi loperamid, hasil fesesnya adalah konsistensi fesesnya cair dan jumlah
feses yang banyak.

H. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapi UI. 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
Penerbit UI Press. diakses pada tanggal 09 Juni 2022

Supratman, Diestyani., dkk. 2016. Pengujian Aktivitas Antidiare. Garut: Universitas Garut.
diakses pada tanggal 09 Juni 2022

Tim Dosen Farmakologi-Toksikologi. 2022. Panduan Praktikum: Farmakologi-


Toksikologi II. Surakarta: Universitas Setia Budi. diakses pada tanggal 09 Juni 2022
I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai