Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI – TOKSIKOLOGI II

PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

Dosen Pengampu :

Apt. YANE DILA KESWARA, S.Farm., M.Sc.

Disusun Oleh :
1. Afif Surya Maulana (27216734A)
2. Anasthasya Palan Kia (27216733A)
3. Wahyu Indriyanto (27216718A)
4. Azkia Muthia Raudha (26206186A)

FAKULTAS FARMASI
PROGAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
I. TUJUAN
Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.
II. PRINSIP
Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot fese, dan
frekuensi defekasi pada aktivitas obat atapulgit dan loperamide yang dapat
memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan
memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum
ricini.
III. DASAR TEORI
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya. Menurut tori
klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan
chymus sangat dipercepat dan mash mengandung banyak air pada saat meninggalkan
tubuh sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa penyebab utama diare
adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau dan
terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi dan reosrpsi dari air dan
elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa.
Dalam keadaan normal atau biasa kandungan air berjumlah sebanyak 100-200
ml per jam tinja. Diare adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari
serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan
makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa
saluran cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan
konsentrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam
waktu 7-14 hari (Hudayani, 2008:5)
Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi ole enkefalin,
sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive
Intestinal Peptide).Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab
sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare. Terganggunya
keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai gejala utama, sering
kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung usus) yang disebabkan ole kuman
dan toksinnya.
Indonesia memiliki banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai
tanaman obat yang digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai obat diare.
Adapun tanaman obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare
diantaranya mempunyai efek sebagai astringen yaitu dapat mengerutkan selaput lendir
usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan disentri, selain itu juga
mempunyai efek sebagai antibakteri (Hudayani, 2008:2).
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu
penyakit yang masih banyak dijumpai di masyarakat, terbukti pada survei pengobatan
tradisional di Garut dan Baduy Selatan, diperoleh hasil bahwa dari 10 penyakit
terbanyak, ternyata diare mempunyai rangking tertinggi (71%) dibanding penyakit
lain. Diare biasanya ditandai dengan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal,
konsistensi encer, bersifat akut dan kronis. Diare akut ditandai dengan adanya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Shigella SP, Salmonella SP, virus
seperti rotavirus dan adenovirus, amuba, dapat juga oleh toksin bakteri seperti
Staphylococcus aureus, Clostridium welchii yang mencemari makanan, adapula yang
disebabkan oleh suatu penyakit diantaranya colitis ulcerosa, p. Chrohn, irritable bowel
syndrome, kanker kolon dan inveksi HIV (Tan :288).
Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi
bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh
enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air
dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon).
Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisasisa (serat-
serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat diserap pula
selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali sehingga
akhirnya isi usus menjadi lebih padat. Tetapi kadang terjadi peristaltik usus yang
meningkat sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung
banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah
bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya
hipersekresi. Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-
elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini
diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sekresi diatur oleh
prostaglandin dan neurohormon V.I.P. (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya
resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar
daripada resorpsi, oleh karena itulah diare terjadi (Tan, 2002: 288).
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan
dare sebagai berikut:
1. diare akibat virus
misalnya 'influenza perut dan 'travellers diarrhea' yang disebabkan antara lain
oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi
rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang
peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap
dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Di negara - negara barat, jenis diare in
paling sering terjadi, lebih kurang 60%.
2. diare bakterial (invasif)
Lumayan sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubung semakin
meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-bakteri tertentu pada keadaan
tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak kuman, meniadi
"infvasif dan menverbu ke dalam mukosa. Di sini bakteri-bakteri tersebut
memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam
darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-
kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal dari jenis diare
in ialah bakteri Salmonella, shigella, campylobacter, dan jenis coli tertentu.
3. diare parasite
Contohnya protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,
Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis. Diare
akibat parasit-parasit in biasanya mencirikan mencret cairan yang intermiten dan
bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri pert, demam,
anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa letih umum (malaise).
4. diare akibat enteroktosin
Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50 % dari wisatawan di
negara-negar berkembang dihinggapi dare ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman
yang membentuk enteroktosin, yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholera, dan
jarang Shigella, Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin
melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Dare jenis in juga bersifat
"selflimiting", artinya akan sembuh dengan sendirinya tapa pengobatan dalam lebih
kurang 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.
Pengobatan yang pertama dilakukan pada diare adalah mencegah dan
mengatasi dehidrasi dan kehilangan garam, hal ini dapt dilakukan dengan pemberian
Garam rehidrasi oral untuk menstimulasi secara aktif transpor Na dan air melalui
dinding usus (Tan, 292). Salah satu cara pengobatan diare adalah dengan
menggunakan senyawa Obat-obat antidiare yang dapat menghentikan atau
mengurangi diare. Mekanisme kerja dari jenis obat ini antara lain, Spasmolitika, yaitu
obat-obat yang dapat melepaskan kejangkejang otot yang sering kali mengakibatkan
nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksifenonium (Tan, 2002: 285). Obat-
obat yang bekerja intralumen, misalnya. dengan menyerap air, adsorbens, bahan
berserat, bahan pembentuk rasa (Hudayani, 2008:11).
Banyak sekali obat yang bermanfaat untuk terapi diare antara lain, obat yang
berguna untuk menurunkan motilitas GI, absorben, dan obat yang mempengaruhi
transfer elektrolit. Namun demikian, terapi lini pertama untuk diare adalah pemberian
oralit, yaitu sering disebut terapi supportif. Pemberian oralit berfungsi untuk
mencegah dehidrasi yang sangat berbahaya bagi 5 penderita diare, terutama pada
anak-anak dan lansia. (Batubara.L.priyo, 2008:79).
Salah satu obat antidiare yang berasal dari alam adalah tanaman salam
(Szygium polyanthum) yang biasa tumbuh liar di hutan dan pegunungan atau biasa
ditanam di pekarangan rumah. Tanaman salam biasa ditanam untuk diambil daunnya
sebagai bumbu dapur dan bagian kulit pohonnya sebagai bahan pewarna. Khasiat
yang dimiliki oleh tanaman ini adalah antibakteri, pengobatan diabetes mellitus, diare,
menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah tinggi, sakit maag, dan mabuk
karena alkohol ( Wasito, 2011:78).
IV. ALAT DAN BAHAN
Hewan percobaan : mencit putih jantan, dengan berat badan 20-25 g. Hewan
yang digunakan untuk percobaan memiliki feses normal.

Bahan :
 Loperamid HCI (0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL)
 Oleum ricini
 New diatab
 Loperamid
 Norit
 cmc
 Kertas saring

Alat :
 Alat suntik 1 mL
 Sonde oral mencit
 Stopwatch
 Timbangan mencit
V. PROSEDUR KERJA

Bobot mencit ditimbang, dikelompokkan secara acak menjadi empat


kelompok, yaitu kelompok control yang hanya diberi cmc, kelompok
control positif yang diberi new diateb, loperamid, dan norit.

sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan.

Sesuai dengan perlakuan yang akan dialaminya tiap mencit diberi peroral
sediaan uji dan kemudian ditempatkan dalam bejana individual
beralaskan kertas saring untuk pengamatan.

Satu jam setelah perlakuan pada butir 3 semua mencit diberi peroral 0,75
ml oleum ricini.

Respon yang terjadi pada setiap mencit diamati selang waktu 30 menit
selama 1 jam, setelah pemberian oleum ricini.

Parameter yang diamati yaitu waktu muncul diare, frekuensi konsistensi


diare, dan jumlah/bobot feses serta jangka waktu berlangsung diare.

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table dan dibuat


.grafiknya

Evaluasi hasil pengamatan pada tiap kelompok hewan untuk waktu muncul diare,
jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-masing secara statistic
VI. PERHITUNGAN DOSIS

1. Mencit 1 bobot 18 g, cmc 0,5ml


2. New diatab 600mg/70kg BB manusia, larutan stok 0,6%
Mencit 2 bobot 17 g
Konversi manusia-mencit = 600mg x 0,0026
= 1,56mg mg/20g Mencit
17 g
`untuk mencit bobot 17 g = x 1,56 mg
20 g
= 1,32 mg/ 17 g BB mencit

1,32
Vp = x 100 ml
600
= 0,22 ml
3. Loperamid 4mg/70kg BB manusia, larutan stok 4mg/100ml
Mencit 3 bobot 15,7 g
Konversi manusia-mencit = 4mg x 0,0026
= 0,01 mg mg/20g mencit
15,7 g
Untuk mencit bobot 15,7 g = x 0,01 mg
20 g
= 0,0785 mg/ 15,7 g BB mencit

0,0785
Vp = x 100 ml
4
= 0,21 ml

4. Norit 625mg/70kg BB manusia, larutan stok 250mg/100ml


Mencit 4 bobot 14,4 g
Konversi manusia-mencit = 625mg x 0,0026
= 1,62 mg mg/20g Mencit
14,4 g
Untuk mencit bobot 14,4 g = x 0,01mg
20 g
= 1,2 mg/ 14,4 g BB mencit

1,2
Vp = x 100 ml
0,250
= 0,50 ml

5. Tiap ekor diberi pencahar ( penginduksi diare/ oleum ricini dosis 0,75ml/2 0g BB
mencit
18 g
Mencit 1 = x 0,75 ml
20 g
= 0,7 ml/20 g BB mencit

17 g
Mencit 2 = x 0,22 ml
20 g
= 0,2 ml/20 g BB mencit

15,7 g
Mencit 3 = x 0,21 ml
20 g
= 0,2 ml/20 g BB mencit

14,4 g
Mencit 4 = x 0,50 ml
20 g
= 0,4 ml/20 g BB mencit

VII. HASIL PENGAMATAN

Perlakua Berat kertas b.30 mnt b.60mnt ▲T30 ▲T60


n kosong
30 mnt 60mnt Berat Faeces 1-³ 1-3
( berat ( berat
faeces faeces
bersih ) bersih )
1. 0,36 gr - 0,74 gr - 0,38 gr -
2. 0,37 gr 0,35 gr 0,6 gr 0,41gr 0,23 gr 0,06 gr
3. 0,37 gr 0,35 gr 0,39 gr 0,2 gr 0,02 gr 0,15 gr
4. 0,37 gr - - - - -

Tabel ANOVA
No Perlakuan 30 menit 60 menit
Frekw Bobot Konsist Frekw Bobot Konsist
BAB faeces ensi Faeces ensi
1 Mencit + CMC 1 kali 0,38 Encer, - - -
gram berlendi
r,
kehijau
an
2 Mencit + New 1 kali 0,23 Kental, 1 kali 0,06 Kental,
Diatabs gram berlendi gram berlendi
r, r,
kehijau kehijau
an. an
3 Mencit + Loperamid 1 kali 0,02 Kental, 1 kali 0,15 Kental,
gram hijau gram hijau,
tua berlendi
berlendi r
r
4 Mencit + Norit - - - - - -

VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan pengujian aktivitas anti diare pada mencit menggunakan new diatabs,
loperamid HCl, dan norit diperoleh hasil sebagai berikut :
- Mencit 1 diberi CMC 0,5 ml tanpa obat anti diare. Setelah diberi oleum ricini 0,5
ml sebagai stimulan usus halus untuk meningkatkan peristaltik usus (agar timbul
defekasi), didapatkan hasil bahwa setelah 30 menit pertama, mencit buang air
besar dengan frekuensi 1 kali, konsistensi cair berlendir warna hijau dengan berat
feses 0,38 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian oleum ricini merangsang
peristaltik usus, sehingga timbul defekasi. Pada menit ke-60, mencit tidak
defekasi.
- Mencit 2 diberi sediaan uji new diatabs 0,32 mg/0,22 ml. Setelah pemberian
oleum ricini 0,5 ml. Dalam jangka waktu 30 menit setelah pemberian oleum ricini,
timbul defekasi dengan frekuensi 1 kali, konsistensi feses kental, berlendir dan
hijau tua, berat feses 0,23 gram. Selanjutnya pada menit ke-60, mencit buang air
besar 1 kali, konsistensi kental, berlendir, warna hijau tua berat feses 0,06 gram.
Hal ini menunjukkan bahwa oleum ricini merangsang peristaltik usus, namun
dengan pemberian new diatabs yang bersifat adsorbensia, maka konsistensi feses
pada Mencit 2 lebih kental, dan bobot feses lebih sedikit daripada Mencit 1. Hal
ini membuktikan bahwa Obat New Diatabs dapat mengurangi peristaltik usus da
mem[erbaiki konsistensi feses.
- Mencit 3 diberi sediaan uji loperamid HCl 0,0785 mg/0,21 ml. Setelah pemberian
oleum ricini 0,5 ml; mencit mengalami defekasi sebanyak 1 kali, konsistensi feses
kental, berlendir dan kehijauan dengan berat feses 0,02 gram. Setelah 60 menit,
mencit buang air besar 1 kali, konsistensi feses kental, berlendir dan hijau tua
dengan berat feses 0,15 gram. Hal ini membuktikan bahwa oleum ricini
merangsang peristaltik usus sehingga timbul defekasi, namun dengan pemberian
loperamid HCl sebagai anti diare menyebabkan konsistensi feses kental dan berat
feses lebih sedikit dibandingkan Mencit 1 dan Mencit 2. Hal ini membuktikan
bahwa Loperamid HCL dapat mengurangi peristaltik usus dan memperbaiki
konsistensi feses.
- Mencit 4 diberi larutan uji norit sebanyak 1,2 mg/0,5 ml. Setelah pemberian
oleum ricini sebagai stimulan peristaltik usus, pada menit ke-30 maupun menit ke-
60, mencit tidak mengalami defekasi. Hal ini membuktikan bahwa norit sebagai
absorben dapat menekan peristaltik usus dan memperbaiki konsistensi feses.
IX. KESIMPULAN
Berdsarakan percobaan uji aktivitas antidiare dengan menggunakan metode proteksi
terhadap diare oleh Oleum ricini terhadap obat antidiare New Diatabs, Loperamid
HCl dan Norit dengan menggunakan parameter frekwensi diare, konsistensi feses dan
bobot feses dapat disimpulkan bahwa Norit sebagai adsorbensia memiliki efek
antidiare lebih besar dibanding Loperamid HCl dan New diatabs.
X. DAFTAR PUSTAKA
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 4. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Kongres Nasional VI Perhimpunan Gastrohepatologi dan Nutrisi Anak, 2014.


Farmakologi Obat-obat Anti Diare Universitas Udayana. Diakses dari
http://erepo.unud.ac.id
XI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6697/1/TAMZIL%20AZIZI.pdf
M, Fakhrur. (2017-2018). Laporan Praktikum Farmakologi- Toksikologi I. Universitas
Islam Bandung.
Nuryanti. (2013). Laporan Praktikum Farmakologi Uji Aktifitas Obat Antidiare Pada
Hewan Percobaan Kelinci.

Anda mungkin juga menyukai