Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI ANTIDIARE

Dosen Pengampu : Syahrida Dian A,M.Sc.,Apt

Disusun oleh : kelompok 9 D

TASHA DWI ANDINA 20.71.023147


MAYSA ALFRIDA 20.71.023148
SINTIA KRISTIANI 20.71.023472
FAHRIANI 20.71.023473
SANJURI 20.71.023151
AZIZAH FITRI MAULIDA 20.71.023157
TITIK WIDIATI 20.71.023474
RIANIKO 20.71.023476
AFIFAH TRILAINI 20.71.023489

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mempraktikan dan mengetahui adanya aktivitas
obat antidiare yang bekerja menghambat diare pada hewan percobaan.

II. DASAR TEORI


Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200
mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi
BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau
tanpa inkontinensia fekal (Ambari, 2019). Diare atau diarrhea merupakan
kondisi rangsangan buang air besar yang terus menerus disertai keluarnya
feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki kandungan air yang
berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita dan anak-
anak.  Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis
penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Wahid, 2018).
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam
bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang
tinggi, terutama di Indonesia Bagian Timur. Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2007, menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab utama
kematian pada balita (Kemenkes RI., 2011).
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National
Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
 Infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman,contohnya campylobacter,salmonella,shigella, dan esche
richia coli (e. Coli).
 Infeksi virus
Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, norwalk
virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
 Intoleransi makanan
Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan,
misalnya pemanis buatan dan laktosa.
 Parasit
Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan
diare misalnya giardia lamblia,  cryptosporidium and entamoeba
histolytica,
 Reaksi atau efek samping pengobatan
Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida
mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
 Gangguan intestinal
 Kelainan fungsi usus besar
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan
konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24
jam). Penyebab penyakit diare dapat dikelompokkan dalam 2 golongan,
yaitu golongan infeksi dan non infeksi. Golongan infeksi dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Sedangkan golongan non infeksi dapat
disebabkan karena gangguan absorpsi, gangguan gizi, keracunan, alergi dan
stres (tekanan psikis), sehingga diperlukan obat yang dapat menurunkan
motilitas usus dan yang dapat mengentalkan feses (BPOM, 2008).
Upaya-upaya pengobatan antidiare dapat dilakukan dengan
tradisional maupun kimia yang telah banyak dikembangkan. Obat
tradisional memiliki beberapa beberapa keuntungan yaitu lebih murah dan
memiliki lebih banyak manfaat bila dibandingkan dengan obat kimia.
Tanaman obat telah digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai obat
antidiare. Obat-obat kimia antidiare dapat digolongkan menjadi beberapa
golongan yaitu golongan obat antimotilitas, adsorben, obat yang mengubah
transpor elektrolit dan cairan. Salah satu contohnya adalah loperamid HCL.
Mekanisme kerjanya yaitu memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkular dan longitudinal usus. Sehingga Loperamide
dapat mempengaruhi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses
(Mycek, dkk, 2001).
BAB II
METODE

III. ALAT DAN BAHAN


1) Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:

NO ALAT JUMLAH
1 Timbangan Analitik 1 buah
2 Hotplate 1 buah
3 Mortir dan stamper 1 buah
4 Gelas beaker 250 ml 1 buah
5 Labu ukur 500 ml 1 buah
6 Penjepit tabung 1 buah
7 Spuit 0,1-1 ml 5 buah
8 Jarum oral (sonde) 1 buah
9 Stopwatch 1 buah

2) Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:

NO BAHAN JUMLAH
1 Hewan Uji (Mencit) 5 ekor
2 Loperamide 0,002% 100 ml
3 CMC Na 1% 100 ml
4 Oleum Ricini 0,01 ml
IV. CARA KERJA
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum

Ditimbang sebanyak 5 ekor mencit

Dibuatkan larutan yang dibutuhkan

Ditimbangan kertas saring

Diberikan perlakuan sesuai dengan perhitungan (kontrol dan
perlakuan), tunggu selama ±30 menit

Diberikan oleum ricini 0,01 ml/g mencit

Diamati selama 1 jam dan ditimbang tinja yang dihasilkan selama 1 jam
BAB III
HASIL PENGAMATAN

V. HASIL PENGAMATAN
Hewan BB Onset Durasi Berat Berat Berat Konsistensi
Uji (gr) (Mencit) (Menci KS KS + Tinja Tinja
t) Tinja
Kontrol 1 23 g - - 0,6270 g - - -
2 25 g - - 0,6829 g - - -
3 23 g - - 0,6734 g - - -
4 25 g - - 0,6652 g 1,0080 g 0,3428 Padat
g
5 23 g - - 0,6693 g - - -
Perlakuan 1 30 g 34 menit 1, 34 0,6591g 1,3459 g 0,7368 Lembek
menit g
2 27 g - - 0,6389 g 0,6559 g - -
3 28 g - - 0,6714 g 0,7184 g - -
4 26 g 35 menit 1, 35 0,6782 1,1386 g 0,4606 Lembek
menit g
5 27 g - - 0,7009 0,7205 - -

VI. PERHITUNGAN
I. Loperamid 0.002% (2mg/100 ml)
Dosis Lazim loperamid = 2 mg (manusia)
Penyesuaian dosis pada mencit (Cek kembali tabel konversi pada
hewan uji):

2 mg x 0.0026 = 0.0052 mg (untuk 20 g mencit)

Larutan loperamid yang dibuat = 0.002% = 2 mg/100 ml


2 mg = 100 ml
0.0052 mg = 0.26 ml

Mencit 1 : 20 = 0,26 ml
30 g = x ml
30
x 0,26 ml = 0,39 ml
20
Mencit 2 : 20 = 0,26 ml
27 g = x ml
27
x 0,26 ml = 0,35 ml
20
Mencit 3 : 20 = 0,26 ml
30 g = x ml
28
x 0,26 ml = 0,36 ml
20
Mencit 4 : 20 = 0,26 ml
26 g = x ml
26
x 0,26 ml = 0,34 ml
20
Mencit 5 : 20 = 0,26 ml
27 g = x ml
27
x 0,26 ml = 0,35 ml
20

II. OL. Ricici


Ol. Ricini = 0.01 ml/g mencit
Untuk 20 g mencit:
20 g x 0.01 ml = 0.2 ml

Mencit 1 = 30 x 0,1 = 0,3 ml


Mencit 2 = 27 x 0,1 = 0,27 ml
Mencit 3 = 28 x 0,1 = 0,28 ml
Mencit 4 = 26 x 0,1 = 0,26 ml
Mencit 5 = 27 x 0,1 = 0,27 ml
BAB IV
PEMBAHASAN

VII. PEMBAHASAN
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak
cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu.
Diare disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding
usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik
sehingga timbul diare. Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang
jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer
(Dalyono, 1990). Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada dasarnya
diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih
maka diare akan berhenti dengan sendirinya (Suhaimi, 2020).
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila
terjadi diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat
antidiare yang banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid yang
daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari
sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid
merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum)
dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada
SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantunga (Mutchler, 1991).
Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti
diare dalam menghambat diare yang ditimbulkan oleh penginduksi
oleum ricini, terhadap hewan percobaan. Pengamatan dilakukan
terdapat diare yang dikeluarkan oleh mencit. Obat yang akan diuji
aktivitas anti diarenya pada percobaan kali ini adalah Loperamid
(Arika, 2017). Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja
dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya
diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek
samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi (Departemen Farmakologi
dan Terapi, 2007)
Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang
berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini
mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang
merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya
dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis oleum
ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30ml), diberikan
sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah
pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer (Tjay
et al, 2002).
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi
frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare
pun bermacam-macam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme
alamiah tubuh untuk untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak
dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan
berhenti dengan sendirinya (Harkness, 1994).
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini
adalah mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi
fisiplogi manusia, juga karena mencit mudah ditangani, ukuran
tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih
cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama
18jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut
dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan
peristaltic (Ambari, 2019).
Tiap kelompok diberi 5 ekor mencit. Kelompok di bagi menjadi
dua yaitu kelompok control dan kelompok perlakuan. Prinsip percobaan
ini yaitu Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses,
bobot feses, dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat loperamid yang
dapat memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi
defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi
terhadap diare oleh oleum ricini (Wahid et al, 2018). Prosedur pertama
dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan
banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang
sebelumnya sudah diberi tanda pada tiap ekor mencit. Setelah
ditimbang, pada mencit kontrol diberi larutan CMC Na yang cenderung
tidak mempunyai efek farmakologis. Mencit perlakuan diberi loperamid
sebagai obat antidiare. Setelah pemberian obat, mencit didiamkan
selama 30 menit, dengan Estimasi bahwa dalam 30 menit, obat telah
bekerja di dalam tubuh mencit, kemudian mencit segera diinduksi
dengan oleum ricini sesuai dosis yang telah di hitung sesuai berat badan
mencit untuk tiap mencit. Oleum ricini akan menyebabkan diare pada
mencit. Setelah proses induksi diamati waktu terjadinya diare, jangka
waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Konsistensi feses dicatat
dengan mengamati kondisi feses yaitu normal, setengah padat, lembek,
cair.

Adapun hasil pengamtan yang di dapatkan yaitu pada kelompok


perlakuan dengan memberikan loperamide sebagai antidiare dan ol.
Ricici sebagai induksi diare. Maka pada bobot 27 g dan 28 g mencit
tidak mengeluarkan feses dan pada bobot 26 g dan 30 g terjadi rekasi
pada mencit yaitu mengeluarkan feses dengan konsistensi feses lembek.
Kemudian di feses di timbang dan di dapatkan berat feses yang
dihasilkan pada bobot mencit 26 g sebesar 0,7368 g dan pada bobot
mencit 30 g sebesar 0,4606 g. Adapun durasi diare yang terjadi pada
mencit 1 dengan bobot 26 g selama 94 menit dan pada mencit 4 dengan
bobot 26 g selama 95 menit. Pada mencit dengan bobot 27 g dan 28 g
obat berekasi dengan baik di tandai dengan tidak terdapat feses yang
keluar atau yang di hasilkan pada pengujian ini, Dapat di katakana
bahwa obat antidiare loperamide berekasi dengan baik pada bobot
mencit 27 g dan 28 g.
BAB V
PENUTUP
VIII. KESIMPULAN
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan pada bobot 27 g
dan 28 g mencit tidak mengeluarkan feses aritnya obat
loperamide berekasi dengan baik dan pada bobot 26 g dan 30 g
terjadi rekasi pada mencit yaitu mengeluarkan feses dengan
konsistensi feses lembek dengan berat feses yang dihasilkan pada
bobot mencit 26 g sebesar 0,7368 g dan pada bobot mencit 30 g
sebesar 0,4606 g. durasi diare pada mencit 1 bobot 26 g selama 94
menit dan pada mencit 4 bobot 26 g selama 95 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI 2011. Buletin Data dan Informasi Kesehatan: Situasi


Diare di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
POM. 2008. Materia Medika Indonesia. Jilid I Depkes RI. Jakarta. P.90-94
Mycek, M.J dkk. 2001. Antidiare. Farmakologi ulasan gambar. Terjemahan
Azwar Agoes. Edisi 2. Widya Medika. h. 248, Jakarta
Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat . Bandung : Penerbit ITB.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5.
Jakarta : Penerbit UI Press.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007.
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal :
14-4.
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB
Wahid, A. R., Wardani, A. K., & Astuti, R. (2018). Uji Efek Antidiare Ekstrak
Etanol Daun Sawo (Manilkara Zapota L.) Terhadap Mencit Jantan Dengan
Metode Transit Intestinal. Jurnal Ulul Albab, 22(2).
Ambari, Y. (2019). Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Salam (Eugenia
Polyantha Wight) Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur BALB-
C. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, 1(1).
Arika, F. (2017). Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Situduh Langit
(Erigeron Sumatrensis Retz.) Terhadap Tikus Jantan Dengan Metode Transit
Intestinal.
Suhaimi, S., & Kartikasari, D. (2020). Uji Antidiare Granul dari Ekstrak Etanol
Daun Kratom (Mytragina specioca Korth) terhadap Mencit Putih Jantan
(Mus musculus L). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 18(1), 101-108.
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN
.

Gambar penimbangan bobot


1.
mencit 1

Gambar penimbangan bobot


2.
mencit 2

Gambar penimbangan bobot


3.
mencit 3
Gambar penimbangan bobot
4.
mencit 4

Gambar penimbangan bobot


5.
mencit 5

Gambar penimbangan ketas


6.
saring 1
Gambar penimbangan ketas
7.
saring 2

Gambar penimbangan ketas


8.
saring 3

Gambar penimbangan ketas


9.
saring 4
Gambar penimbangan ketas
10.
saring 5

Pemberian secara peroral


11.
loperamide pada mencit 1

Pemberian secara peroral


12.
loperamide pada mencit 2
Pemberian secara peroral
13.
loperamide pada mencit 3

Pemberian secara peroral


14.
loperamide pada mencit 4

Pemberian secara peroral


15. loperamide pada mencit 5
Pemberian secara peroral oleum
16.
ricini pada mencit 1

Pemberian secara peroral oleum


17.
ricini pada mencit 2

Pemberian secara peroral oleum


18.
ricini pada mencit 3
Pemberian secara peroral oleum
19.
ricini pada mencit 4

Pemberian secara peroral oleum


20.
ricini pada mencit 5

Penimbangan kertas saring +


21.
diare mencit 1
Penimbangan kertas saring +
22.
diare mencit 4

Anda mungkin juga menyukai