Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOLOGI I

NAMA : Ainorieda
NIM : 20.71.023490
KELAS : FARMASI C

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN 2021/2022
1. Ligan

            Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas


misalnya ligan NH3, H2O dan Cl- atau memiliki pasangan elektron π misalnya ligan
C2H2  (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena). Suatu ligan dapat memiliki
elektron yang tidak berpasangan disamping pasangan elektron π. Misalnya ligan
C5H5 (siklopentadiena), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil). Di dalam ligan terdapat
atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron bebas atau atom yang
terikat melalui ikatan π. Melalui atom donor tersebut suatu ligan melakukan ikatan
kovalen koordinasi dengan atom pusat yang ada. Berdasarkan jumlah atom donor
yang dimilikinya ligan dapat dikelompokkan sebagai ligan monodentat, bidentat,
tridentat, dan seterusnya. Ligan yang memiliki lebih dari satu atom donor yaitu ligan
bidentat, tridentat, dan seterusnya seringkali disebut sebagai ligan polidentat. Pada
ligan yang memiliki dua atau lebih atom donor. Atom donor yang memiliki lebih
dari satu pasangan elektron bebas dapat berikatan dengan lebih dari satu atom atau
ion pusat. Pada keadaan tersebut ligan ini berfungsi sebagai jembatan antara atom-
atom atau ion pusat yang ada pada ligan Cl- pada kompleks berikut.
Dalam menulis suatu ligan. Gugus yang ada seringkali ditulis dalam bentuk
singkatan, misalnya :

Mc = Metil                              Bu = butyl
Et   = etil                                 Ph = fenil
Pr   = propil                             Cy = sikloheksil

Ligan yang memiliki ikatan π dan elektron yang tidak berpasangan merupakan
donor elektron ganjil seperti alil dan siklopentadienil. Ligan alil dapat mendonorkan
tiga elektron sedangkan siklopentadienil dapat mendonorkan lima elektron. Ligan-
ligan tersebut dapat mengadakan ikatan karbon logam sehingga senyawa yang
terbentuk merupakan seyawa organometalik.
Pada senyawa kompleks banyaknya atom donor yang terikat pada atom atau ion
pusat disebut bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi tidak sama dengan bilangan
oksidasi atau tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi dari atom yang berikatan adalah
muatan yang dimiliki oleh atom tersebut apabila elektron-elektron dalam setiap
ikatan diberikan pada atom yang lebih elektronegatif. Dibawah ini diberikan
beberapa contoh ion dan molekul kompleks beserta bilangan koordinasi dan
bilangan oksidasi dari atom atau ion pusat yang ada.

Bilangan Bilangan
Kompleks Ion pusat
Koordinasi Oksidasi
[Ag (NH3)2]+ Ag+ 2 +1
[HgI3]- Hg2+ 3 +2
[Zn (NH3)4]+ Zn2+ 4 +2
[Fe (CO)5] Fe 5 0
[Fe (CN)6]3- Fe3+ 6 +3
[ZrF7]3- Zr 7 +4
[Mo (CN)8]4- Mo4+ 8 +4

Didalam senyawa kompleks bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4


dan 6. Penamaan senyawa kompleks ada dua cara. Cara pertama didasarkan atas nama
dan jumlah ligan yang ada serta nama dan jumlah atom pusat beserta tingkat
oksidasinya. Cara yang kedua didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama dan jumlah
atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada. Penamaan senyawa kompleks
melibatkan banyak aturan dimana semakin rumit senyawanya semakin banyak aturan
yang harus diterapkan. Aturan-aturan penamaan senyawa  kompleks adalah sebagai
berikut.
1. Nama Ligan
A. Ligan netral
Ligan netral diberi nama seperti nama senyawanya kecuali beberapa ligan
seperti NH3, H2S, H2Te dan CO.
Singkatan atau
Nama Senyawa Nama Ligan
Rumus Kimia
Asetonitril asetonitril MeCN
Etilenadiamena etilenadiamena en
Piridina piridina py
2,2’-bipiridina 2,2’-bipiridina bpy
1,10-fenantrolina 1,10-fenantrolina phen
Trifenilfosfina trifenilfosfina PPh3
Trifenilarsina trifenilarsina AsPh3
Trifenilstibina trifenilstibina SbPh3
Trisikloheksilfosfina trisikloheksilfosfina Pcy3
Ammonia amina NH3
Hydrogen sulfide sulfan H2S
Hydrogen telurida telan H2Te
Karbon monoksida karbonil CO

B. Ligan bermuatan negative


- Anion yang namanya berakhiran dengan –da, sebagai ligan akhiran –da
diganti dengan –do seperti dibawah.
Rumus Kimia Nama ion Nama Ligan
NH2- amida amido
NH2- imida imido
N3- azida azido

Kecuali untuk ligan-ligan berikut :


Rumus kimia Nama ion Nama ligan
F- flourida flouro
Cl- klorida kloro
Br- bromida bromo
I- iodida iodo
O2- oksida okso
H- hidrida Hidro (hidrido)
Anion yang namanya berakhiran dengan –it atau –at sebagai ligan pada akhiran tersebut
ditambah dengan akhiran –o, dan atom donor yang berikatan dengan atom atau ion
pusat dituliskan dibagian depan seperti contoh-contoh berikut.

Rumus kimia Nama ion Nama ligan


ONO- Nitrit Nitrito
NO2- Nitrit Nitro
ONO2- Nitrat Nitrato
OSO2- Sulfit Sulfito
OSO32- Sulfat Sulfato
SCN Tiosianat Tiosianato
NCS- Isotiosianat Isotiosianato

2. Bila didalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu macam ligan, urutan
penyebutan nama ligan adalah secara alfabetik terlepas dari jumlah dan
muatan  ligan yang ada. Pada aturan lama (sebelum tahun 1971) ligan negatif
disebut lebih dahulu secara alfabetik kemudian diikuti dengan ligan yang netral
yang disebut secara alfabetik pula. Jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan
awalan di, tri, tetra dan seterusnya. Apabila awalan-awalan tersebut telah
digunakan untuk menyebut jumlah substituen yang ada pada ligan maka jumlah
ligan yang ada dinyatakan dengan awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. Ligan
yang terdiri dari dua atau lebih atom ditulis didalam tanda kurung.
3. Nama senyawa kompleks netral dinyatakan dengan satu kata sedangkan nama
senyawa kompleks ionik dinyatakan dengan dua kata dimana nama kation disebut
lebih dulu.
4. Pada senyawa kompleks ditunjukan:\
 Bilangan oksidasi dari ion pusat dengan angka romawi (angka stock).
 Muatan dari ion kompleks dengan angka arab ditambah tanda (+) untuk ion
positif dan tanda (-) untuk ion negatif (angka Ewens-Bassett)
5. Nama ion atau senyawa kompleks yang berisomer ditambah dengan awalan yang
menyatakan isomer yang ada seperti awalan cis-, trans-, fac-, mer-, dan lain-lain.
Aturan 1 sampai 5 dapat digunakan untuk memberi  nama ion atau senyawa
kompleks yang terdiri atas satu atom atau ion pusat dan beberapa ligan monodentat.
6. Nama ion kompleks positif diakhiri dengan nama logam beserta bilangan
oksidasinya atau muatan ion kompleks
Beberapa contoh senyawa kompleks dan namanya diberikan dibawah ini.
Kompleks Netral:
[AgCl(PPh3)3]                   = klorotris(trifenilfosfina)perak(I)
cis - [Pt(NH3)2Cl2]             = cis-diaminadikloroplatina(II)
fac- [Ru(H2O)3Cl3]            = fac-triakuatriklororutenium(III)
Catatan:
 Tatanama senyawa kompleks dimana logam yang ada tingkat oksidasinya
ditunjukkan dengan angka Romawi dikenal sebagai tatanama sistematik.
 Untuk senyawa kompleks netral sebaiknya penamaan dengan menggunakan
angka Romawi dan tidak menggunakan angka arab.
 Bilangan oksidasi nol dari atom pusat boleh tidak dituliskan seperti
bilangan oksidasi Ni dalam [Ni(CO)4]. 

7. Nama ligan yang membentuk jembatan antara dua atom atau ion pusat diberi
awalan μ- atauμ2-; awalan μ3- ditambahkan pada nama ligan bila ia membentuk
jembatan antara tiga atom atau ion pusat
Ligan yang membentuk jembatan dapat disebut lebih dulu.
Contah: [(NH3)5Cr-OH-Cr(NH3)5]Cl5
8. Pada ligan yang dapat berikatan di dua tempat (ligan ambidentat) seperti
NO2- (nitro), ONO-(nitrito), SCN- (tiosianato) dan NCS- (isotiosianato) dalam
penulisan rumus senyawa kompleksnya atom donor ditulis lebih dekat ke atom atau
ion pusat yang ada.
Contoh:
[Ru(NH3)5(NO2)]Cl
pentaaminanitrorutenium(II) klorida  atau  pentaaminanitrorutenium(1+) klorida
trans-[Cr(NH3)4(SCN)2]Br
trans-tetraaminaditiosianatokromium(III) bromida
atau   trans-tetraaminaditiosianatokromium(1+) bromide
9. Pada ligan yang memiliki lebih dari satu atom donor (ligan polidentat), atom donor
yang berikatan dengan atom atau ion pusat dinyatakan dengan symbol dari atom
tersebut ditulis dengan huruf miring setelah nama ligan yang bersesuaian.
10. a. Bila pada senyawa kompleks terdapat dua atom atau ion pusat yang saling
berikatan dan senyawanya simetrik maka digunakan awalan di atau
awalan bis apabila awalan di telah digunakan.
      Contoh:
      [Br4Re – ReBr4]4-            ion bis[tetrabromorenat(II)]
                                              atau ion bis(tetrabromorenat)(4-)
      [(CO)5Mn – Mn(CO)5]   bis(pentakarbonilmangan)
b.   Bila senyawa tidak simetrik maka satu atom atau ion pusat yang ada beserta
ligan-ligan yang terikat padanya dianggap sebagai ligan dari atom atau ion pusat
yang lain.
Contoh: [(CO)4Co – Re(CO)5]     pentakarbonil(tetrakarbonilkobaltio)renium
11. Nama ligan yang tidak jenuh diberi awalan ŋ- (hapto), sedangkan banyaknya atom
yang terlibat dalam system tidak jenuh dinyatakan dengan angka pangkat pada
awalan ŋ-, Awalanŋ5- digunakan bila ada 5 atom yang terlibat dalam system tidak
jenuh seperti pada ligan C5H5(siklopentadienil). Bila ada 2 atom yang terlibat
dalam system tidak jenuh digunakan awal ŋ-atau ŋ2-
12. Kompleks bis (ŋ5-siklopentadienil) logam disebut juga kompleks meta-losena
dengan struktur sebagai berikut:
Bila M       = Fe nama kompleks adalah ferosena
Gugus cabang yang ada diberi nomor dengan harga terendah. Atom karbon pada
cincin pertama diberi nomor 1 sampai 5, sedangkan pada cincin yang lain diberi
nomor 1’ sampai 5’.
2. Reseptor
Reseptor adalah molekul protein yang secara normal diaktivasi oleh
transmitor atau hormon. Saat ini banyak reseptor yang telah banyak diklon dan
diketahui urutan asam aminonya.Reseptor obat adalah suatu makromolekul dapat
berupa lipoprotein, asam nukleat yang jelas dan spesifik terdapat dalam jaringan sel
hidup, mengandung gugus-gugus fungsional atau atom-atom terorganisasi (Cartika,
2016). Terdapat empat jenis reseptor utama yaitu : (Neal, 2006)

 Agonist (ligand) gated channel terdiri dari subunit protein yang membentuk pori
sentral (misal: reseptor nikotin, reseptor GABA).
 G-protein coupled receptor yaitu reseptor protein yang mengikat protein G
membentuk suatu kelompok reseptor dengan tujuh heliks yang membentuk
membran. Reseptor ini berkaitan dengan respon fisiologis oleh second
messenger.
 Reseptor inti untuk membentuk hormon steroid dan hormon tiroid terdapat
dalam inti sel yang mengatur transktipsi dan selanjutnya sintesis protein.
 Kinase-linked receptor adalah reseptor pada permukaan yang mempunyai
aktivitas tirosin kinase intrinsik (misal: reseptor insulin, sitokin dan faktor
pertumbuhan).

a. Asam Amino Penyusun Reseptor


Sebagai building block atau unit penyusun dari protein yang memiliki fungsi
sebagai protein transport, protein struktural, enzim, antibodi, neurotransmiter, dan
reseptor sel. Secara umum asam amino dibagi menjadi dua yakni asam amino endogen
yang dapat dibentuk oleh tubuh manusia atau non esensial dan asam amino eksogen
yang diperoleh dari makanan. Pada struktur asam amino terdapat satu atom C sentral
yang mengikat secara kovalen gugus amino, gugus karboksil, satu atom H dan rantai
samping atau gugus R Gugus R menunjukkan sifat kimiawi setiap asam amino
sebagaimana ikatan protein dan fungsi biologis. Gugus R yang berbeda-beda pada tiap
jenis asam amino menentukan struktur, ukuran, muatan elektrik, dan dan sifat
kelarutan didalam air. Dua asam amino berikatan melalui suatu ikatan peptida dan
membentuk rantai polipeptida yang tidak bercabang dan akhirnya membentuk suatu
protein (Harti, 2014).

Mekanisme kerja obat terjadi baik secara agonis maupun antagonis, dimana
obat yang bekerja melalui ikatan reseptor akan menghasilkan atau menghambat
respon. Mekanisme kerja obat secara agonis menganut sistem lock and key yang
artinya reseptor sebagai komplemen atau gembok (lock) tepat dari struktur ruang yang
akan ditempati oleh zat obat yang bersangkutan yang disebut anak kunci (key).
Sedangkan, mekanisme kerja obat secara antagonis mampu menduki reseptor
bersangkutan kemudian memblokir aktivitas hormon tersebut (Tjay dan Raharja,
2010).

b. Teori Interaksi Obat – Reseptor


1. Teori Klasik
Teori Klasik menyebutkan bahwa respon biologis timbul bila ada
interaksi antara tempat atau struktur dalam tubuh yang karakteristik atau
sisireseptor, dengan molekul asing yang sesuai atau obat, dan satu sama lain
merupakan struktur yang saling mengisi. Ehrlich (1907) memperkenalkan
istilah reseptor dan membuat konsep sederhana tentang interaksi obat-reseptor
yaitu corpora non agunt nisi fixata atau obat tidak dapat menimbulkan efek
tanpa mengikat reseptor (Siswandono dan Soekardjo., 2000).

2. Teori Pendudukan
Clark (1926), memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati
satu sisi reseptor dan obat harus diberikan dalam jumlah yang lebih agar tetap
efektif selama proses pembentukkan kompleks. Obat (O) akan berinteraksi
dengan reseptor (R) membentuk kompleks obat-reseptor (OR). Proses interaksi
ini dijelaskan sebagai berikut: k1 (O) + (R) ==== (OR) E k2 k1 : kecepatan
pengambungan k2 : kecepatan disosiasi E : efek biologis yang dihasilkan Lalu
proses interaksi obat-reseptor menurut Ariens-Stephenson dijelaskan dengan
bagan sebagai berikut: Afinitas efikasi O + R ======== Komplek O-R respon
biologis O + R ===== O-R Respon (+) : senyawa agonis Afinitas besar dan
aktivitas intristik = 1 O + R ===== O-R Respon (-) : senyawa antagonis
Afinitas besar dan aktivitas intristik = 0

3. Teori Gangguan Makromolekul


Belleau (1964) memperkenalkan teori model kerja obat yang disebut
teori gangguan molekul. Interaksi mikromolekul obat dengan makromolekul
protein/ 15 reseptor dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
konformasi reseptor sebagai berikut: 1) Gangguan konformasi spesifik
(Specific Conformational Pertubation = SCP) 2) Gangguan konformasi tidak
spesifik (Non Specific Conformational Pertubation = NSCP) Obat agonis
adalah obat yang mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur
reseptor menjadi bentuk SCP sehingga menimbulkan respon biologis. Obat
antagonis adalah obat yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat
mengubah struktur reseptor menjadi bentuk NSCP sehingga menimbulkan efek
pemblokan. Pada teori ini ikatan hidrofob merupakan faktor penunjang yang
penting dalam proses pengikatan obat-reseptor (Siswandono dan Soekardjo,
2000).

3. Protein G
 Merupakan keluarga terbesar reseptor permukaan sel
 Menjadi mediator dari respon seluler berbagai molekul, seperti: hormon,
neurotransmiter, mediator lokal, dll.
 Merupakan satu rantai polipetida tunggal, keluar masuk menembus membran sel
sampai 7 kali Æ disebut memiliki 7 transmembran

Terikat dengan protein G yang akan menghubungkan reseptor dengan


enzim atau kanal ion yang menjadi target. Reseptor ini mengaktivasi rangkaian
peristiwa yang mengubah konsentrasi satu /lebih suatu molekul signaling
intraseluler atau second messenger Æ menimbulkan respon seluler Ada dua
jalur transduksi signal pada reseptor protein G :

a. jalur adenilat siklase dan jalur fosfolipase, tergantung pada jenis protein G
yang terhubung „
b. Macam second messenger yang terlibat dalam signal transduksi reseptor
ini adalah : cAMP, PKA, PKC, DAG, IP3, Ca++
Protein G merupakan suatu heterotrimeric guanine nucleotide binding
protein = protein yang berbentuk heterotrimer dan memiliki tempat ikatan
dengan nukleotida guanine. Ada 3 macam :
1. yang mengaktifkan enzim adenilat siklase Æ Gs(stimulatory)
2. yang menghambat enzim adenilat siklase Æ Gi (inhibitory)
3. Yang mengaktifkan sistem fosfolipase/inositol fosfat Æ Gq

Adenilat siklase : enzim yg mengkatalisis pembentukan cAMP „


Fosfolipase : enzim yang menghidrolisis senyawa fosfolipid (fosfatidil
inositol) menjadi diasil gliserol (DAG) dan inositol trifosfat (IP3)
Note : kini dijumpai juga protein G12 dan G13 Æ masih sedikit
diketahui peranannya

Aktivasi GPCR melalui aktivasi Gs Æ jalur adenilat siklase


1. Protein G : protein yang terdiri dari 3 rantai polipeptida Æsubunit α, β, γ „
2. Rantai β dan γ membentuk kompleks βγ yang kuat Æ protein G tadi
tertambat pada permukaan sitoplasmik membran plasma „
3. Pada bentuk inaktif, protein G berada sebagai suatu trimer dengan GDP
yang terikat pada subunit α „
4. Jika suatu ligan berikatan dengan GPCR Æ terjadi proses signaling yang
diawali dengan perubahan dari GDP menjadi GTP „
5. Subunit α yang terikat dgn GTP kemudian terdisosiasi dari subunit βγ
menjadi subunit yang aktif Æ mengaktifkan adenilat siklase (AC) Æ
memproduksi cAMP „
6. cAMP mengaktivasi PKA Æ PKA akan mengatur transkripsi gen Æ
sintesis protein tertentu
Second messenger pada jalur adenilat siklase „
1. cAMP (siklik AMP) Æ mengaktivasi Protein Kinase A (PKA) atau A-
kinase „
2. PKA : disebut protein kinase A karena aktivasinya diregulasi oleh adanya
cAMP Æ memfosforilasi banyak jenis protein dan mengaktifkannya Æ
berperan dalam regulasi enzim metabolisme dan transkripsi gen „
3. Contoh : dalam metabolisme glukosa Æ memicu glikogenolisis dan
menghambat sintesis glycogen Æ meningkatkan/ memaksimalkan
ketersediaan glukosa dalam sel
4. Efek cAMP tidak boleh terlalu lama Æ sel harus mampu mendefosforilasi
protein yang telah terfosforilasi oleh A-kinase Æ „
5. Defosforilasi serine dan threonine yang terfosforilasi dikatalisis oleh
serine/threonine phosphoprotein phosphatase
Aktivasi GPCR melalui sistem fosfolipase „
1. Merupakan salah satu mekanisme transduksi signal yang penting „ diawali
dg pengikatan suatu ligan pada reseptor Æ
2. Mengaktivasi enzim fosfolipase Cβ Æ membelah PIP2 menjadi IP3 dan
DAG „ PIP2 = fosfatidil inositol bis-fosfat Æ
3. Merupakan senyawa fosfolipid hasil degradasi fosfatidil inositol pada
membran sel dg bantuan enzim PI kinase „
4. IP3 = inositol trifosfat Æ berikatan dengan reseptor spesifik pada retikulum
endoplasmik yang tekait dg kanal Ca++ Æ memicu pelepasan Ca intrasel Æ
peningkatan Ca intrasel „
5. DAG = diasil gliserol Æ mengaktivasi protein kinase C Æ memfosforilasi
residu serine/threonin pada sel target
Second messenger pada jalur fosfolipase „
1. DAG (diasil gliserol) DAG memiliki 2 peran dalam signaling, yaitu: -
dapat diurai lebih lanjut untuk melepaskan asam arakidonat - bersama-
sama dengan Calcium mengaktivasi protein kinase C (C-kinase atau PKC)
„
2. PKC : Disebut protein kinase C karena aktivitasnya tergantung pada
Calcium Æ PKC bekerja dengan cara memfosforilasi bagian serin dan
treonin pada banyak jenis protein target, tergantung pada tipe selnya Æ
Aktivitas P
3. Calcium - Ca++ merupakan second messengeryang sangat banyak
digunakan pada berbagai fungsi sel - Konsentrasi
- Ca++ dalam sitosol sangat kecil (10-20 nM), di ekstrasel sebesar 1-2
mM. Di dalam sel,
- Ca++ tersimpan di dalam retikulum endoplasma (pada sel saraf) atau di
retikulum sarcoplasma (pada sel otot)
- Ca++ di RE dilepaskan jika terjadi ikatan antara IP3 dengan IP3- gated
Ca++ channelÆ kanal membuka
- Fungsi ion Ca++ antara lain: 1. kontraksi otot 2. pelepasan
neurotransmitter pada sel saraf
- eksositosis pada secretory cells, contoh: histamin dari mast cells, insulin
dari sel β di pancreas
Contoh reseptor protein G : Reseptor angiotensin, Reseptor asetilkolin
muskarinik , Reseptor adrenergic, Reseptor dopamine.
4. Sistem Sentralisasi
Sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap yang diterapkan pada suatu
rumah sakit berbeda-beda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain, hal
tersebut biasanya tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan
fasilitas fisik, personel dan tata ruang suatu rumah sakit. Sistem distribusi obat adalah
suatu tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan jaminan mutu yang serasi,
terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada penderita. Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan
berdasarkan ada tidaknya satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat
inap. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi
menjadi dua sistem, yaitu :
Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan
pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan
perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun
kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi
tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep itu diproses
sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk
didistribusikan kepada penderita tertentu.” Sistem ini kurang sesuai untuk rumah
sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang
menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan
pasien sangat jauh.

Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)


Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan
istilah depo farmasi/satelit farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan
farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan
keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. Ada berbagai keuntungan
penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai pihak yang terlibat, antara lain :

 Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsikan pada pasien


 Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
 Apoteker dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter dan
perawat
 Sistem distribusi obat berorientasi pada pasien sangat berpeluang
diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui pasien
 Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara
dengan pasien secara efisien
 Informasi obat dari Apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
 Waktu kerja perawat dalam distribusi obat dan penyiapan obat untuk
digunakan pasien berkurang karena tugas itu lebih banyak dilakukan
personel IFRS desentralisasi
 Spesialisasi terapi obat bagi Apoteker dalam bidang perawatan pasien
dicapai lebih efekfif sebagai hasil dari pengalaman klinik terfokus
 Pelayanan klinik Apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan
diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita
khusus yang diminta dokter
 Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik obat dan studi
asesmen mutu terapi oleh penderita
 Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsikan pada pasien
 Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
 Apoteker dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter dan
perawat
 Sistem distribusi obat berorientasi pada pasien sangat berpeluang
diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui pasien
 Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara
dengan pasien secara efisien
 Informasi obat dari Apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
 Waktu kerja perawat dalam distribusi obat dan penyiapan obat untuk
digunakan pasien berkurang karena tugas itu lebih banyak dilakukan
personel IFRS desentralisasi
 Spesialisasi terapi obat bagi Apoteker dalam bidang perawatan pasien
dicapai lebih efekfif sebagai hasil dari pengalaman klinik terfokus
 Pelayanan klinik Apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan
diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita
khusus yang diminta dokter
 Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik obat dan studi
asesmen mutu terapi oleh penderita

Sedangkan keterbatasan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :


 Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit
karena lokasi IFRS cabang atau depo farmasi yang banyak untuk obat
yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis
 Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena
anggota staf yang berpraktik dalam lokasi fisik yang banyak
 Lebih banyak alat diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat,
lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik
 Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat
dapat melebihi kapasitas ruangan dan personel dalam unit IFRS
desentralisasi yang kecil

Sedangkan keterbatasan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :


 Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit
karena lokasi IFRS cabang atau depo farmasi yang banyak untuk obat
yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis
 Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena
anggota staf yang berpraktik dalam lokasi fisik yang banyak
 Lebih banyak alat diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat,
lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik
 Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat
dapat melebihi kapasitas ruangan dan personel dalam unit IFRS
desentralisasi yang kecil
Sedangkan keterbatasan pada sistem distribusi obat ini adalah :
 Kemungkinan keterlambaat sediaan obat sampai pada pasien
 Jumlah kebutuhan personel IFRS meningkat
 Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk
penyiapan obat di ruangan pada waktu konsumsi obat
 Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu
penyiapan konsumsi
 Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi ini kurang sesuai jika
diterapkan pada rumah sakit besar misalnya kelas A dan B dan yang
memiliki daerah perawatan penderita yang menyebar sehingga jarak
antara IFRS dengan beberapa daerah perawatan pasien sangat jauh.
Sistem ini pada umumnya digunakan oleh rumah sakit kecil.
 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (floor stock)
 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah suatu kegiatan
penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order
obat, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dengan
mengambil dosis dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada
pasien di ruang tersebut.
 Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan ini, semua
obat yang dibutuhkan oleh pasien tersedia dalam ruang penyimpanan
obat di ruang tersebut, kecuai obat yang jarang digunakan atau obat yang
sangat mahal. Persediaan obat di ruang biasanya dipasok oleh IFRS dan
seminggu sekali dilakukan pemeriksaan persediaan obat di ruangan
tersebut kemudian menambah persediaan obat yang sudah sampai pada
batas pengisian kembali. Obat yang di dispensing pada sistem ini terdiri
atas obat penggunaan umum yang biayanya dibebankan pada biaya paket
perawatan menyeluruh dan order obat yang harus dibayar sebagai biaya
obat.

Keuntungan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan yaitu :


 Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
 Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
 Pengurangan penyalinan kembali order obat
 Pengurangan jumalah personel IFRS yang diperlukan
 Sedangkan keterbatasan sistem distribusi obat ini adalah
 Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh
Apoteker, selain itu penyiapan dan konsumsi obat dilakukan oleh
perawat sendiri tidak ada pemeriksaan ganda.
 Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas ruangan yang
sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu kurang diperhatikan
oleh perawat. Akibatnya penyimpanan yang tidak teratur, mutu obat
cepat merosot, dan tanggal kadaluarsa kurang diperhatikan sehingga
sering terjadi sediaan obat yang tak terpakai karena telah kadaluarsa.
 Pencurian obat meningkat
 Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
 Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
obat yang sesuai di setiap daerah perawatan pasien
 Diperlukan waktu tambahan bagi pasien untuk menangani obat
 Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
 Karena keterbatasan/kelemahan sistem distribusi obat ini sangat banyak,
maka sistem ini hendaknya tidak digunakan lagi. Dalam sistem ini
tanggung jawab besar dibebankan kepada perawat yang sebenarnya
adalah tanggung jawab Apoteker. Maka diperkenalkanlah sistem
distribusi obat desentralisasi yang melaksanakan sistem persediaan
lengkap di ruang tetapi dibawah pimpinan seorang Apoteker yang
dikenal dengan depo farmasi.
 Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dengan persediaan
ruangan
 Jenis dan jumlah obat yang tersedia di ruangan ditetapkan oleh PFT
dengan masukan dari IFRS dan dari pelayanan keperawatan. Sistem
kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS, obat
yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh banyak
pasien, yang setiap hari diperlukan dan biasanya adalah obat yang
harganya relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas.

4. Second Messenger
PROTEIN G dan Second Messenger
Banyak ligan-ligan ekstraseluler bekerja dengan meningkatkan konsentrasi
secondmessenger intraseluler seperti siklik adenosine-3’, 5’-monofosfat (siklik
AMP), ion kalsium,atau fosfoinositida. Dalam kebanyakan kasus mereka
menggunakan penanda transmembrandengan tiga komponen terpisah. Pertama, ligan
ekstraseluler tersebut ditemukan secarakhusus oleh reseptor permukaan sel.
Kemudian reseptor tersebut mencetuskan aktifasi protein G yang terletak pada
permukaan sitoplasmik membrane plasma. Protein G yangaktif tersebut kemudian
mengubah aktifasi elemen efektor, biasanya berupa suatu enzimatau ion kanal.
Elemen ini kemudian mengubah konsentrasi second messenger intra selular. Untuk
siklik AMP, Enzim efektor adalah Adenilil siklase, suatu transmembran protein
yangmengubah ATP intar selular menjadi siklik AMP. Protein G yang sama disebut
Gs, merangsang adenelil siklase setelah diaktifkan oleh hormone inang atau
neurotransmitterinang , masing-masing bekerja melalui reseptor yang spesifik. Gs
dan Protein G lainnya menggunakan suatu mekanisme molecular yang melibatkan
peningkatan dan hidrolisa GTP. Secara bermakna, mekanisme ini memisahkan
reseptorligan tereksitasi dari aktifasi efektor Protein G, dengan demikian
memungkinkan sinyal ditransduksi tersebut dapat diperbesar. Misalnya, suatu
Neurotransmitter seperti norepinefrin dapat menemukan membrane reseptornya
dengan waktu yang singkat, hanya dalam beberapa mili detik. Namun ketika
pertemuan norepinefrin, reseptor inimenghasilkan suatu GTP-bound Gs molekuler,
lamanya aktivitas adenilil siklase lebih bergantung pada lamanya GTP berikatan
dengan Gs daripada afinitas reseptor padanorepinefrin. Sesungguhnya, seperti protein
G yang lainGTP bound Gs tetap aktif untuk beberapa puluh detik yang lebih lagi
memperbesar sinyal aslinya. Mekanisme inimenerangkan bagaimana penandaan yang
dilakukan protein G menghasilkan fenomenareseptor cadangan. Walaupun satu
molekulreseptor yang diaktifkan oleh ligan diperlukanuntuk memulai pengikatan
GTP oleh satu protein G, hidrolisa GTP yang lambatmenyebabkan protein G aktif
lebih lama setelah reseptor sudah diisosiasi dari molekulagonisnya. Jadi, pada
konsentrasi agonis yang rendah, prporsi reseptor yang diikat agonismungkin jauh
lebih rendah dari proporsi protein G yang aktif ( terikat GTP); jika proporsi protein G
aktif berkorelasi dengan respon pharmakologik maka reseptor-reseptor akan bersifat
cadangan yaitu , suatu fraksi kecil dari reseptor yang diduduki oleh agonis padawaktu
tertentu, akan menghasilkan respon yang lebih besar secara proporsional.Golongan
protein G cukup brbeda-beda; selain Gs, stimulasi terhadap adenilil siklase,terdapat
juga subgolongan yang lain dari protein G. anggota-anggota dari subgolongan GI
(I=inhibitory) berangkaian dengan reseptro untuk menghambat adenilil siklase;
protein GI juga menjadi mediator rangsangan reseptor terhadap second messenger
phospoinositida pada sel-sel tertentu dan pengaturan saluran K + dan Ca2+.
Subgolongan Gi tersebut meliputi juga 2 protein G(Gt1 dan Gt2, disebut
“transducins), yang menjadi mediator fototransduksi didalam batang retinadan sel-sel
konus.Tidaklah mengherankan, reseptor-reseptor yang diikat pada protein G
mempunyaistruktur yang mirip atau sama lainnya, terdiri atas jenis reseptor yang
disebut “serpenti nereceptor”, disebut demikian karena protein polipeptida ini
melintasi membran plasmasebanyak tujuh kali. Reseptor-reseptor untuk amina
adrenergic, serotonin, asetilkolin(muskarinik, bukan nikotinik), banyak hormone-
hormon peptide, odorant, bahkan reseptorvisual (dalam sel batang konus dan retina)
semuanya termasuk dalam golongan serpentine. Terminal amino dan karboksil dari
masing-masing reseptor jenis ini terletak pada sisiekstraseluler dan sisi sitoplasmik
membrane secara berturut-turut. Reseptor serpentine yang berlainan mirip satu sama
lain dalam rangkaian asam amino dan letak bagian hidrofobik semuanya berasal dari
precursor yang umum.Sehubungan dengan kemiripan struktur ini, tampaknya
reseptor-reseptor serpentinemelakukan transduksi sinyal-sinyal melewati membrane
plasma dengan cara yang sama.Seringkali ligan agonis seperti katekolamin,
asetilkolin, atau foton yang mengaktiifkankromofon dan fotoreseptor retina, diikat
dalam suatu kantong yang dikelilingi oleh bagiantransmembran reseptor. Perubahan
konfirmasi yang dihasilkan pada bagian iniditransmisikan ke lingkaran sitoplasmik
pada reseptor, yang mengubah aktifitas protein Gyang tepat dengan menaikkan
penempatan GDP oleh GTP. Bukti biokimia menunjukkan bahwa protein G tersebut
berinteraksi dengan asam amino pada lingkaran ketiga sitoplasmikdari polipeptoda
reseptor.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E., Russell, J. W., and Holum, J. R. 2000. Chemistry Matter and Its
Change,3rdEd. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Companion, A. L. 1964. Chemical Bonding. New York: McGraw-Hill Book Company
Cotton, F. A. and Wilkinson, G. 1980. Advanced Inorganic Chemistry, a
Comprehensive Text, 4thEd. New York: Jhon Wiley & Sons.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/menkes/sk/x/2004
Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Siregar Charles, J.P., Lia Amalia. 2003. Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Jakarta.
Hassan WE. 1986. Hospital Pharmacy, 5th editon, Lea dan Febger Philadelphina.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Ke D
    Laporan Ke D
    Dokumen14 halaman
    Laporan Ke D
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Ke 6 Praktikum
    Ke 6 Praktikum
    Dokumen21 halaman
    Ke 6 Praktikum
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Praktikum I
    Praktikum I
    Dokumen18 halaman
    Praktikum I
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Data Judul KTI D3 Kebidanan
    Data Judul KTI D3 Kebidanan
    Dokumen5 halaman
    Data Judul KTI D3 Kebidanan
    saya harum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum
    Laporan Praktikum
    Dokumen4 halaman
    Laporan Praktikum
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • P6 KIMFARed
    P6 KIMFARed
    Dokumen12 halaman
    P6 KIMFARed
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis DBD
    Diagnosis DBD
    Dokumen4 halaman
    Diagnosis DBD
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • P7 FISFAr
    P7 FISFAr
    Dokumen15 halaman
    P7 FISFAr
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • LAPSEm
    LAPSEm
    Dokumen4 halaman
    LAPSEm
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Uv-Vis (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Uv-Vis (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Dokumen10 halaman
    Uv-Vis (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Salinan
    Salinan
    Dokumen28 halaman
    Salinan
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Praktikum
    Petunjuk Praktikum
    Dokumen4 halaman
    Petunjuk Praktikum
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum
    Laporan Praktikum
    Dokumen8 halaman
    Laporan Praktikum
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Pentunujuk
    Pentunujuk
    Dokumen4 halaman
    Pentunujuk
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum SIKOM
    Laporan Praktikum SIKOM
    Dokumen6 halaman
    Laporan Praktikum SIKOM
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Fitokimia
    Fitokimia
    Dokumen2 halaman
    Fitokimia
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • MODUL
    MODUL
    Dokumen5 halaman
    MODUL
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen7 halaman
    LAPORAN
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen26 halaman
    Bab II
    Indah Nurariska
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen7 halaman
    LAPORAN
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • No Gambar Keterangan: Lampiran
    No Gambar Keterangan: Lampiran
    Dokumen6 halaman
    No Gambar Keterangan: Lampiran
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Uji Iritasi
    Uji Iritasi
    Dokumen16 halaman
    Uji Iritasi
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen18 halaman
    Laporan
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Soal-Soal Teknologi Sediaan Solida
    Soal-Soal Teknologi Sediaan Solida
    Dokumen93 halaman
    Soal-Soal Teknologi Sediaan Solida
    Hafiz Anwari
    100% (3)
  • Aspirin (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Aspirin (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Dokumen7 halaman
    Aspirin (Irsa Suriyati 20.71.022362)
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen9 halaman
    Bab 1
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Praktikum Kimia Dasar
    Praktikum Kimia Dasar
    Dokumen87 halaman
    Praktikum Kimia Dasar
    Heppy Riastuti
    100% (2)
  • Laporan Antidiare
    Laporan Antidiare
    Dokumen22 halaman
    Laporan Antidiare
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat
  • Proses Ni
    Proses Ni
    Dokumen13 halaman
    Proses Ni
    Joan destalino destalino
    Belum ada peringkat