TUJUAN PRAKTIKUM
II. PRINSIP
Proteksi
III. TEORI
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990). Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air
besar yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011). Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit
perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan
mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam
minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare
ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri
dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya,
karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang
berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan
gagal jantung.
4.1 Alat
Sonde oral
timbangan mencit
wadah transpran
alas(kertas saring)
timbangan analitik
lap dan tissue
stopwatch
toples
gunting.
4.2 Bahan
V. PROSEDUR
1. Setiap wadah diberi alas berupa kertas saring, ditimbang terlbih dahulu (W0)
2. Timbang mencit dan tandai,catat bobot mencit
3. Preparasi sediaan
a. Hitung dosis dengan perhitungan dosis I pada manusia 2 mg dan dosis
II pada menusia 4 mg
b. Hitung dosis pada mencit sesuai beratnya
c. Buat sediaan dalam bentuk sediaan peroral dengan patokan dosis
pemberian 1 ml untuk mencit 20 g
4. Preparasi percobaan
Mencit dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5
mencit
Kelompok I :Mencit diberi Nacl fisiologis 1 ml dengan rute peroral, tanpa
diberi Parafin (kelompok negatif)
Kelompok II :Mencit diberi Nacl fisiologis 1 ml dengan rute peroral, setelah
30 menit diberi parafin 1 ml (Kontrol positif)
Kelompok III :mencit diberi loperamid 2 mg dengan rute peroral, setelah 30
menit diberi parafin 1 ml
Kelompok IV :mencit diberi loperamid 4 mg dengan rute peroral, setelah 30
menit diberi parafin (1 ml)
5. Tiap mencit dimasukkan kedalam wadah transparan, yang telah diberi alas
kertas saring
6. Amati :Waktu timbul diare,frekuensi defekasi,skor konsistensi feses,berat feses
VI. PERHITUNGAN
70 kg
Dosis Absolut Manusia : x 2 mg = 2,8 mg
50 kg
30 gram
Dosis Absolut Mencit (30g) : x 0,00728 mg = 0,01 mg
20 gram
Perhitungan sediaan
2 mg
Konsentrasi sediaan : =0,1 mg/ml
20 ml
Pengenceran : V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 25 ml . 0,01
V1 = 2,5
Dosis Manusia : 4 mg
70 kg
Dosis Absolut Manusia : x 4 mg= 5,6 mg
50 kg
30 gram
Dosis Absolut Mencit (35g) : x 0,01456 mg = 0,02 mg
20 gram
Pengenceran : V1 . N1 = V2 . N2
25 𝑥 0,02
V1 = = 5ml
0,1
1 24,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0
2 25,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,41
3 26,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,42
4 26,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0,47
5 27,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,13
7.2 Kelompok II (kontrol positif)
1 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,239
2 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,324
3 25,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,272
4 23,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0,12
5 26,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,20
1 20,5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0,57
2 26,5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,85
3 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0
4 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,843
5 30 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0,791
7.4 Kelompok IV
1 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0,30
2 25,3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,26
3 25,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0,02
4 23,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0,04
5 26,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,05
Data Tota
a. Frekuensi defekasi
n = 20
ΣXT = 20
n = 20
ΣXT = 11
c. Berat feses
Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif) : 02 + 02 + 02 + 22 + 02 =4
Kelompok 3 (dosis I) : 22 + 12 + 02 + 22 + 42 = 25
X2 Total :4+ 2 + 25 + 13 = 44
Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (2+ 2 + 9 + 7)2
= (20)2
= 400
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
400
= 44 − 20
= 44 – 20 = 24
Perhitungan IV ( Kuadrat perlakuan)
( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(−))2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (+))2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼)2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼)2
= + + + ) −
𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (−) 𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(+) 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
(2)2 (2)2 (9)2 (7)2 (20)2
= ( + + + )− ( )
5 5 5 5 20
=4–1=3 2,53
= 2,47
1,025
= 20 – 4 = 16
a. F hitung = 2,47
b. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,23
c. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “TIDAK BERMAKNA”
Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif) : 02 + 02 + 02 + 02 + 02 =0
Kelompok 3 (dosis I) : 12 + 02 + 02 + 22 + 22 =9
X2 Total :0+ 0 + 9 + 12 = 21
Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (0+ 0 + 5 + 6)2
= (11)2
= 121
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
11
= 21 − 20
= 21 – 6,05 = 14,95
Perhitungan IV ( Kuadrat perlakuan)
( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(−))2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (+))2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼)2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼)2
= + + + ) −
𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (−) 𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(+) 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
(0)2 (0)2 (5)2 (6)2 (11)2
= ( + + + )− ( )
5 5 5 5 20
= 0 + 0 + 5+ 6 – 6,05
= 21 – 6,05
= 6,15
Perhitungan V (Jumlah kuadrat galat)
= Jumlah kuadrat total – Jumlah kuadrat perlakuan
= 14,95 – 6,15
= 8,8
Tabel ANAVA
Varian Jumlah Derajat Kuadrat rata- F hitung
kuadrat kesalahan rata
Perlakuan 6,15 df 1 = K – 1 6,15
=2,05
3
=4–1=3 2,05
= 3,727
0,55
= 20 – 4 = 16
d. F hitung = 3,727
e. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,24
f. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “BERMAKNA”
c. Berat Feses
Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif): 02 + 4102 + 4202 + 4702 + 1302 = 582.300
Kelompok 2 (kontrol positif) :2402+3202+2702+ 1102 +2002 = 287.300
Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (1430+ 1150 +3050 + 670)2
= (6300)2
= 39.690.000
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
39.690.000
= 3.408.700 − 20
Tabel ANAVA
Varian Jumlah Derajat Kuadrat rata- F hitung
kuadrat kesalahan rata
Perlakuan 639.260 df 1 = K – 1 639.260
3
=213.087
=4–1=3 213.087
= 4,34
49.059
= 20 – 4 = 16
g. F hitung = 4,34
h. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,23
i. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “BERMAKNA”
VIII. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dapat menghambat diare yang
ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini terhadap hewan percobaan. Pengamatan
dilakukan terhadap diare/ feses yang dikeluarkan mencit. Obat diare yang digunakan
pada percobaan ini adalah loperamide. Loperamide merupakan obat diare yang bekerja
dengan mekanisme penghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada
diare akibat gangguan motilitas.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun
yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan
berhenti dengan sendirinya.
Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah frekuensi total feses,
bobot feses dan konsistensi feses. Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dengan
bobot kurang lebih 20 gram
Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol
negatif (aquadest), kelompok 2, merupakan kontrol positif (NaCl), kelompok 3
loperamide dosis 1 (2 mg), kelompok 4 loperamide dosis 2 (4mg).
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTKA
I. TUJUAN
1. Menghentikan penderitaan hewan uji
2. Memahami cara pengorbanan hewan uji -> praktikan melakukan dislokasi
hewan uji
II. Prinsip
Cara kimia
Cara fisika
o Metode dislokasi
III. Dasar Teori
Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit hebat atau
lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit
atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan. Etanasi atau cara
kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan akan
mati dengan seminimal mungkin rasa sakit.
Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan melakukan dislokasi leher adalah cara
yang paling cepat, mudah dan berperikemanusiaan, tetapi cara perlakuan kematian
juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan percobaan dalam
rangkaian percoabaan. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan
kloroform yang diuapkan dalam wadah khusus.
Kloroform atau yang disebut sebagai triklormetana (CHCL3) merupakan
senyawa dalam bentuk cairan tak berwarna,beraroma khas dan mudah
menguap.senyawa ini sering digunakan sebagai annestesi umum,namun sekarang
ini telah jarang digunakan karena sudah terbukti dapat merusak organ hati dan
ginjal. Untuk saat ini kloroform lebih sering digunakan dalam proses industri
seperti pembuatan plastik,pendingin dan pelarut.
Hewan percobaan atau”experimental animal” adalah semua hewan vertebrata
yang kehidupannya dipisahkan dari lingkungan alamnya dan digunakan untuk
keperluan penelitian,pendidikan dan pengujian secara etis perlakukanlah hewan
dengan selayaknya,sehingga tercapai kualitas hasil ilmiah yang di dapat dari
percobaan hewan.
a. Bahan
b. Alat
Beaker glass
Kapas
Plastik scrap
Spidol bekas
Ram kawat
V. PROSEDUR
a. Metode fisika
- Simpan mencit diatas ram kawat.
- Tekan bagian leher menggunakan spidol dengan tangan kiri
- Tarik kebelakang ekor mencit sekaligus dengan menggunakan tangan
kanan
- Lakukan dengan seksama, jangan ragu-ragu karena akan menambah
penderitaan pada mencit.
b. Metode kimia
- Siapkan beaker glass kosong.
- Masukkan kapas ke dalam beaker glass.
- Beri tetesan kloroform, lalu tutup dengan plastik scrap, diamkan selama
10 menit agar menguap.
- Masukkan mencit ke dalam beaker glass.
- Nyalakan stopwatch! Lihat dan catat berapa lama waktu yang
diperlukan sampai mencit mati.
VIII. Kesimpulan
Praktikan dapat melalukan pengorbanan hewan uji (mencit) dengan baik dan
berhasil.
Pada pengorbanan hewan uji cara fisika lebih cepat daripada cara kimia.
UJI EFEK LOKAL OBAT
I. TUJUAN
Efek lokal adalah efek yang mempengaruhi daerah setempat yang di berikan
obat itu sendiri.Ada beberapa area yang bisa dipakai untuk efek lokal obat,yaitu:
V. PROSEDUR
VII. PEMBAHASAN
Mencit yang digunakan pada praktikum kali ini dilakukan pengorbanan
mencit terlebih dahulu dengan cara dislokasi mencit. Dislokasi lokal dapat
digunakan dengan cara memisahkan atau menghambat pengaliran darah ke otak
dengan merenggangkan bagian-bagian tulang belakang dari mencit.
Mencit yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (ambil kulitnya) sesuai
dengan keperluan, baik dari segi jumlah maupun ukurannya. Kulit yang sudah ada
diletakkan diatas sterofoam dan mulai diberikan larutan uji yang telah ditentukan
yaitu dengan NaOH konsentrasi 20% dan cream veet. Larutan NaOH diteteskan
sedikit pada kulit (jangan sampai terlalu basah), sedangkan cream veet hanya cukup
dioleskan sedikit pada permukaan kulit. Setelah beberapa menit dilihat hasil yang
lebih efektif dengan menggoreskan spatel pada permukaan kulit tersebut.
Hasil pengamatan kulit mencit yang diberikan larutan NaOh 20%
memberikan efek penipisan pada kulit dan warna kulit menjadi kuning. Sedangkan
efek yang dihasilkan setelah pengolesan cream veet kulitnya lembek dan warna
kulit tetap. Maka hasil pengujian efek pengguguran bulu menunjukkan adanya
kerontokan setelah diberikan larutan NaOH 20% maupun cream veet, namun lebih
efektif menggunakan cream veet.
Zat yang dapat menggugurkan bulu bekerja dengan cara memecahkan
ikatan s-s pada karatin kulit, sehingga bulu rusak dan mudah gugur. Ini yang terjadi
pada saat kulit mencit dioleskan cream veet. Sedangkan pada perlakuan kulit
mencit ditetesi larutan NaOH 20% bekerja dengan cara mengendapkanprotein kulit,
sehingga kulit membran mukosa rusak. Ini terbukti pada kulit yang telah ditetesi
NaOH 20% kulit menjadi tipis dan berubah menjadi warna kuning.
VIII. KESIMPULAN
- Efek lokal obat adalah pengaruh obat pada tubuh yang bersifat lokal (hanya
mempengaruhi sebagian permukaan saja).
- Larutan NaOH 20% dan cream veet digunakan untuk menggugurjan bulu mencit
karena mempunyai sifat korosif.
- Penggunaan cream veet lebih efektif daripada larutan NaOH 20% untuk
menggugurkan bulu.