Anda di halaman 1dari 20

I.

TUJUAN PRAKTIKUM

 Praktikan dapat melakukan uji efek anti diare


 Praktikan dapat menganalisis secara statistik hasil uji anti diare dari aspek
frekuensi depekasi,skor konsistensi feses,berat (masa)feses

II. PRINSIP

 Proteksi

III. TEORI

3.1 Dasar Teori

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990). Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air
besar yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011). Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit
perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan
mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam
minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare
ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri
dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya,
karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang
berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan
gagal jantung.

Penyebab diare dapat terbagi menjadi 2 yaitu penyebab langsung diare


dimana dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain:
a) Infeksi virus
b) Bakteri
c) Parasit
d) Cacing perut
e) Malabsobsi adalah kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan
f) Makan makanan yang sudah basi
g) Psikologis misalnya rasa takut atau cemas yang berlebihan
IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat

 Sonde oral
 timbangan mencit
 wadah transpran
 alas(kertas saring)
 timbangan analitik
 lap dan tissue
 stopwatch
 toples
 gunting.

4.2 Bahan

 Hewan percobaan(mencit jantan)


 nacl fisiologis
 aquadest
 ol.ricini/parafin liquid
 loperamid.

V. PROSEDUR

1. Setiap wadah diberi alas berupa kertas saring, ditimbang terlbih dahulu (W0)
2. Timbang mencit dan tandai,catat bobot mencit
3. Preparasi sediaan
a. Hitung dosis dengan perhitungan dosis I pada manusia 2 mg dan dosis
II pada menusia 4 mg
b. Hitung dosis pada mencit sesuai beratnya
c. Buat sediaan dalam bentuk sediaan peroral dengan patokan dosis
pemberian 1 ml untuk mencit 20 g
4. Preparasi percobaan
Mencit dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5
mencit
Kelompok I :Mencit diberi Nacl fisiologis 1 ml dengan rute peroral, tanpa
diberi Parafin (kelompok negatif)
Kelompok II :Mencit diberi Nacl fisiologis 1 ml dengan rute peroral, setelah
30 menit diberi parafin 1 ml (Kontrol positif)
Kelompok III :mencit diberi loperamid 2 mg dengan rute peroral, setelah 30
menit diberi parafin 1 ml
Kelompok IV :mencit diberi loperamid 4 mg dengan rute peroral, setelah 30
menit diberi parafin (1 ml)
5. Tiap mencit dimasukkan kedalam wadah transparan, yang telah diberi alas
kertas saring
6. Amati :Waktu timbul diare,frekuensi defekasi,skor konsistensi feses,berat feses

VI. PERHITUNGAN

6.1 Dosis I loperamid

Dosis Manusia : 2 mg (50kg)

70 kg
Dosis Absolut Manusia : x 2 mg = 2,8 mg
50 kg

Dosis Absolut Mencit (20g) : 0,0026 x 2,8 mg = 0,00728 mg

30 gram
Dosis Absolut Mencit (30g) : x 0,00728 mg = 0,01 mg
20 gram

Perhitungan sediaan

Loperamid tab :1 tablet

PGS :2% x 20ml =0,4 g

Aqua untuk PGS :7 x 0,4g = 2,8 ml

2 mg
Konsentrasi sediaan : =0,1 mg/ml
20 ml

Pengenceran : V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 25 ml . 0,01

V1 = 2,5

Jadi, diambil 2,5 ml suspensi loperamid,masukan kedalam labu ukur,dan tambahkan


aquadest ad 25 ml kocok ad homogen
6.2 Dosis II Loperamid

Dosis Manusia : 4 mg

70 kg
Dosis Absolut Manusia : x 4 mg= 5,6 mg
50 kg

Dosis Absolut Mencit (20g) : 0,0026 x 5,6 mg = 0,01456 mg

30 gram
Dosis Absolut Mencit (35g) : x 0,01456 mg = 0,02 mg
20 gram

Pengenceran : V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 25ml . 0,02

25 𝑥 0,02
V1 = = 5ml
0,1

Jadi, diambil 5 ml suspensi loperamid,masukan kedalam labu ukur,dan tambahkan


aquadest ad 25 ml kocok ad homogen

VII. DATA PENGAMATAN

7.1 Kelompok I (kontrol negatif)

Hitungan Geliat Konsiste


Mencit Bobot(g) Bobot
nsi feses Feses
5¹ 5² 5³ 54 55 56 57 58 59 510 511 512

1 24,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0

2 25,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,41

3 26,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,42

4 26,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0,47

5 27,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,13
7.2 Kelompok II (kontrol positif)

Hitungan Geliat Konsiste


Mencit Bobot(g) Bobot
nsi feses Feses
5¹ 5² 5³ 54 55 56 57 58 59 510 511 512

1 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,239

2 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,324

3 25,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,272

4 23,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0,12

5 26,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,20

7.3 Kelompok III

Hitungan Geliat Konsiste


Mencit Bobot(g) Bobot
nsi feses Feses
5¹ 5² 5³ 54 55 56 57 58 59 510 511 512

1 20,5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0,57

2 26,5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,85

3 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0

4 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,843

5 30 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0,791

7.4 Kelompok IV

Hitungan Geliat Konsiste


Mencit Bobot(g) Bobot
nsi feses Feses
5¹ 5² 5³ 54 55 56 57 58 59 510 511 512

1 25,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0,30

2 25,3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,26

3 25,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0,02
4 23,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0,04

5 26,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0,05

Data Tota

a. Frekuensi defekasi

Mencit ke kontrol (-) kontrol(+) dosis 1 dosis 2


1 0 1 2 2
2 0 0 1 2
3 0 0 0 1
4 2 1 2 2
5 0 0 4 0
Jumlah 2 2 9 7

n = 20
ΣXT = 20

b. Skor konsistensi feses

Mencit ke kontrol (-) kontrol(+) dosis 1 dosis 2


1 − 0 1 1
2 − − 0 3
3 − − − 1
4 0 0 2 1
5 − − 2 −
Jumlah 0 0 5 6

n = 20
ΣXT = 11

c. Berat feses

mencit ke kontrol (-) kontrol(+) dosis 1 dosis 2


1 0 240 570 300
2 410 320 850 260
3 420 270 0 20
4 470 120 840 40
5 130 200 790 50
Jumlah 1430 1150 3050 670
n = 20
ΣXT = 6300 mg
Perhitungan anava hasil uji antidiare
a. Frekuensi defekasi

Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif) : 02 + 02 + 02 + 22 + 02 =4

Kelompok 2 (kontrol positif) : 12 + 02 + 02 + 12 + 02 =2

Kelompok 3 (dosis I) : 22 + 12 + 02 + 22 + 42 = 25

Kelompok 4 (dosis II) : 22 + 22 + 12 + 22 + 02 = 13

 X2 Total :4+ 2 + 25 + 13 = 44

Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (2+ 2 + 9 + 7)2
= (20)2
= 400
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
400
= 44 − 20

= 44 – 20 = 24
Perhitungan IV ( Kuadrat perlakuan)
( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(−))2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (+))2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼)2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼)2
= + + + ) −
𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (−) 𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(+) 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
(2)2 (2)2 (9)2 (7)2 (20)2
= ( + + + )− ( )
5 5 5 5 20

= 0,8 + 0,8 + 16,2 + 9,8 – 20


= 27,6 - 20
Perhitungan V (Jumlah kuadrat galat)
= Jumlah kuadrat total – Jumlah kuadrat perlakuan
= 24 – 7,6
=16,4
Tabel ANAVA
Varian Jumlah Derajat Kuadrat rata- F hitung
kuadrat kesalahan rata
Perlakuan 7,6 df 1 = K – 1 7,6
=2,53
3

=4–1=3 2,53
= 2,47
1,025

Galat 1,4 df 2 = n – K 16,4


= 1,025
14

= 20 – 4 = 16

a. F hitung = 2,47
b. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,23
c. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “TIDAK BERMAKNA”

b. Skor Konsistensi feses

Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif) : 02 + 02 + 02 + 02 + 02 =0

Kelompok 2 (kontrol positif) : 02 + 02 + 02 + 02 + 02 =0

Kelompok 3 (dosis I) : 12 + 02 + 02 + 22 + 22 =9

Kelompok 4 (dosis II) : 12 + 32 + 12 + 12 + 02 = 12

 X2 Total :0+ 0 + 9 + 12 = 21

Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (0+ 0 + 5 + 6)2
= (11)2
= 121
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
11
= 21 − 20

= 21 – 6,05 = 14,95
Perhitungan IV ( Kuadrat perlakuan)
( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(−))2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (+))2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼)2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼)2
= + + + ) −
𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (−) 𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(+) 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
(0)2 (0)2 (5)2 (6)2 (11)2
= ( + + + )− ( )
5 5 5 5 20

= 0 + 0 + 5+ 6 – 6,05
= 21 – 6,05
= 6,15
Perhitungan V (Jumlah kuadrat galat)
= Jumlah kuadrat total – Jumlah kuadrat perlakuan
= 14,95 – 6,15
= 8,8
Tabel ANAVA
Varian Jumlah Derajat Kuadrat rata- F hitung
kuadrat kesalahan rata
Perlakuan 6,15 df 1 = K – 1 6,15
=2,05
3

=4–1=3 2,05
= 3,727
0,55

Galat 8,8 df 2 = n – K 8,8


= 0,55
14

= 20 – 4 = 16

d. F hitung = 3,727
e. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,24
f. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “BERMAKNA”

c. Berat Feses

Perhitungan I ( X2 ) Total
Kelompok 1 (kontrol negatif): 02 + 4102 + 4202 + 4702 + 1302 = 582.300
Kelompok 2 (kontrol positif) :2402+3202+2702+ 1102 +2002 = 287.300

Kelompok 3 (dosis I) : 5702 + 8502 + 02 + 8402 + 7902=2,377.000

Kelompok 4 (dosis II) : 3002 + 2602 + 202 + 402 +502 = 162.100

 X2 Total :582.300+ 287.300 + 2,377.000 + 162.100 = 3,408.700

Perhitungan II ( X Total)2
( X Total)2 = (1430+ 1150 +3050 + 670)2
= (6300)2
= 39.690.000
Perhitungan III (Jumlah kuadrat total)
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ( X2) Total – ( )
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
39.690.000
= 3.408.700 − 20

= 3.408.700 – 1.984.500 = 1.424.200


Perhitungan IV ( Kuadrat perlakuan)
( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(−))2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (+))2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼)2 ( 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼)2
= + + + ) −
𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (−) 𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙(+) 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼 𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐼
( 𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)2
𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
(1430)2 (1150)2 (3050)2 (670)2 (6300)2
= ( + + + )− ( )
5 5 5 5 20

= 408.980 + 264.500 + 1.860.500+ 89.780 – 1.984.500


= 2.623.760 – 1.984.500
= 639.260
Perhitungan V (Jumlah kuadrat galat)
= Jumlah kuadrat total – Jumlah kuadrat perlakuan
= 1.424.200– 639.260
= 784.900

Tabel ANAVA
Varian Jumlah Derajat Kuadrat rata- F hitung
kuadrat kesalahan rata
Perlakuan 639.260 df 1 = K – 1 639.260
3

=213.087
=4–1=3 213.087
= 4,34
49.059

Galat 784.940 df 2 = n – K 784.940


= 49.059
16

= 20 – 4 = 16

g. F hitung = 4,34
h. Nilai f tabel anava α 0,05 (Df1 , Df2) = ( 3, 16) adalah 3,23
i. (f hitung < f tabel)
Dengan keyakinan 95% didapat hasil pengujian uji antidiare (frekuensi defekasi)
adalah berbeda “BERMAKNA”

VIII. PEMBAHASAN

Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dapat menghambat diare yang
ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini terhadap hewan percobaan. Pengamatan
dilakukan terhadap diare/ feses yang dikeluarkan mencit. Obat diare yang digunakan
pada percobaan ini adalah loperamide. Loperamide merupakan obat diare yang bekerja
dengan mekanisme penghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada
diare akibat gangguan motilitas.

Paraffin merupakan zat penginduksi terjadinya diare. Diare merupakan keadaan


buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-
penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di
dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik
sehingga timbul diare.

Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun
yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan
berhenti dengan sendirinya.

Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah frekuensi total feses,
bobot feses dan konsistensi feses. Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dengan
bobot kurang lebih 20 gram
Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol
negatif (aquadest), kelompok 2, merupakan kontrol positif (NaCl), kelompok 3
loperamide dosis 1 (2 mg), kelompok 4 loperamide dosis 2 (4mg).

Prosedur pertama yang dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit


untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit.
Kemudian ditandai ekornya dengan spidol. Kemudian menimbang kertas saring yang
akan digunakan untuk menampung feses/urine dari mencit.

Mencit kelompok kontrol negatif (kelompok I) hanya diberi aquadest rute


peroral sebanyak 1 ml. Mencit kelompok kontrol positif (kelompok 2) diberi NaCl
fisiologis rute peroral, volume pemberiannya disesuaikan dengan BB mencit. Mencit
kelompok loperamide dosis 1 (kelompok 3) diberi suspensi loperamide 0,1mg/ml
rute peroral , volume pemberiannya disesuaikan dengan BB mencit. Mencit kelompok
loperamide dosis 2 (kelompok 4) diberikan suspensi loperamide 0,2mg/ml rute peroral,
volume pemberiannya disesuaikan dengan BB mencit. Pemberian keempat zat
tersebut dilakukan secara peroral karena yang akan diamati adalah frekuensi total feses,
bobot feses dan konsistensi feses, kemudian mencit-mencit tersebut didiamkan selama
30 menit agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh
mencit, sehingga didapat efek yang diharapkan. Kemudian setelah 30 menit , mencit
kelompok 2,3 dan 4 diberi oleum ricini sebanyak 1 ml. Oleum ricini akan menyebabkan
diare pada mencit.

IX. KESIMPULAN

X. DAFTAR PUSTKA

Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed.


Mcgraw-hill Publishing Company : New York.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC : Jakarta.
Lukmanto, H. 1986. Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia, Edisi II, Jakarta.

PENGORBANAN HEWAN UJI

I. TUJUAN
1. Menghentikan penderitaan hewan uji
2. Memahami cara pengorbanan hewan uji -> praktikan melakukan dislokasi
hewan uji
II. Prinsip

Cara kimia

o Metode inhalasi (v) -> kloroform

Cara fisika

o Metode dislokasi
III. Dasar Teori

Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit hebat atau
lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit
atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan. Etanasi atau cara
kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan akan
mati dengan seminimal mungkin rasa sakit.
Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan melakukan dislokasi leher adalah cara
yang paling cepat, mudah dan berperikemanusiaan, tetapi cara perlakuan kematian
juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan percobaan dalam
rangkaian percoabaan. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan
kloroform yang diuapkan dalam wadah khusus.
Kloroform atau yang disebut sebagai triklormetana (CHCL3) merupakan
senyawa dalam bentuk cairan tak berwarna,beraroma khas dan mudah
menguap.senyawa ini sering digunakan sebagai annestesi umum,namun sekarang
ini telah jarang digunakan karena sudah terbukti dapat merusak organ hati dan
ginjal. Untuk saat ini kloroform lebih sering digunakan dalam proses industri
seperti pembuatan plastik,pendingin dan pelarut.
Hewan percobaan atau”experimental animal” adalah semua hewan vertebrata
yang kehidupannya dipisahkan dari lingkungan alamnya dan digunakan untuk
keperluan penelitian,pendidikan dan pengujian secara etis perlakukanlah hewan
dengan selayaknya,sehingga tercapai kualitas hasil ilmiah yang di dapat dari
percobaan hewan.

IV. ALAT DAN BAHAN

a. Bahan

 Hewan uji (mencit) 2 ekor


 Kloroform

b. Alat

 Beaker glass
 Kapas
 Plastik scrap
 Spidol bekas
 Ram kawat
V. PROSEDUR

a. Metode fisika
- Simpan mencit diatas ram kawat.
- Tekan bagian leher menggunakan spidol dengan tangan kiri
- Tarik kebelakang ekor mencit sekaligus dengan menggunakan tangan
kanan
- Lakukan dengan seksama, jangan ragu-ragu karena akan menambah
penderitaan pada mencit.
b. Metode kimia
- Siapkan beaker glass kosong.
- Masukkan kapas ke dalam beaker glass.
- Beri tetesan kloroform, lalu tutup dengan plastik scrap, diamkan selama
10 menit agar menguap.
- Masukkan mencit ke dalam beaker glass.
- Nyalakan stopwatch! Lihat dan catat berapa lama waktu yang
diperlukan sampai mencit mati.

VI. Hasil Percobaan


- Dengan metode fisika (dislokasi leher) mencit mati dalam 2-3 detik
- Dengan metode kimia (khloroform) mencit mati pada detik ke 20
VII. Pembahasan

Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pengorbanan hewan uji


mencit dengan menggunakan 2 cara yaitu cara fisika dan cara kimia. Cara
fisika yaitu dengan cara menyimpan mencit di atas ram kawat kemudian
menarik ekor mencit dan menekan lehernya dengan spidol. Sedangakan cara
kimia dengan cara memasukkan mencit ke dalam beaker glass yang berisi
kloroform yang telah diuapkan sebelumnya. Untuk cara kimia perlu waktu 20
detik sampai hewan uji mati sedangkan cara fisika lebih cepat karna hewan uji
langsung mati seketika.

VIII. Kesimpulan
 Praktikan dapat melalukan pengorbanan hewan uji (mencit) dengan baik dan
berhasil.
 Pada pengorbanan hewan uji cara fisika lebih cepat daripada cara kimia.
UJI EFEK LOKAL OBAT

I. TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana efek obat bekerja


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui kerja efek obat pada membrane dan
kulit mukosa.
II. PRINSIP
1. Zat yang bersifat korosif digunakan untuk menggugurkan bulu.
2. Memecahkan ikatan S – S karatin kulit.

III. TEORI DASAR

Efek lokal adalah efek yang mempengaruhi daerah setempat yang di berikan
obat itu sendiri.Ada beberapa area yang bisa dipakai untuk efek lokal obat,yaitu:

1. Kulit atau perkutan,obat yang diberikan diarea kulit dengan cara


mengoleskan pada permukaan kulit.Contoh : salep,lotion,krim
2. Inhalasi,obat yang di gunakan dengan cara disemprot untuk disedot
melalui mulut atau hidung.contoh:sediaan gas dan aerosol
3. Mukosa telnga dan mata, obat yang diberikan melalui mukosa atau
selaput telinga atau mata yang akan diabsorbsi melalui darah yang
kemudian akan memberikan efek.contoh: salep atau tetes mata
4. Intravaginal,obat yang diberikan melalui mukosa atau selaput
vagina.contoh: salep dan krim
5. Intranasal,obat yang diberikan melalui selaput lendir hidung.
contoh:otrivi
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. obat ini bekerja pada
tiap bagian susunan saraf. sebagai contoh bila anestetik lokal dikenakan pada ko
rteks motoris impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti dan bila
disuntikkan kedalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat .Pemberian
anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik
didaerah yang dipersarafinya.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Jarum pentul
 Sterofoam
 Bisturi
 Spatel
 Pipet tetes
 Sarung tangan
b. Bahan
 Kulit mencit
 NaOH konsentrasi 20%
 Cream veet

V. PROSEDUR

1. Mencit yang telah di dislokasi atau di korbankan disimpan diatas


sterofoam dan diberi jarum pentul sisi-sisinya agar bisa terlentang.
2. Mencit diambil kulitnya atau dikuliti bagian badannya saja, kemudian
dibagi 2 bagian.
3. Pada kulit ke -1 dioleskan cream veet, kuliit ke-2 diteteskan sedikit NaOh
konsentrasi 20%.
4. Setelah beberapa menit, dengan spatel dilihat mana yang lebih efektif
untuk menggugurkan bulu.
5. Catat hasil yang diperoleh dari hasil pengujian.

VI. HASIL PENGAMATAN

Bahan Bahan yang Efek yang diamati Waktu timbul


percobaan digunakan efek

 Bulu pada kulit 15 menit


Veet cream mencit mudah
dihilangkan(mudah
Kulit rontok
mencit  Warna kulit jadi
Larutan NAOH kuning
20%  Setelah diamati
beberapa saat bulu
mencit masih
susah rontok

VII. PEMBAHASAN
Mencit yang digunakan pada praktikum kali ini dilakukan pengorbanan
mencit terlebih dahulu dengan cara dislokasi mencit. Dislokasi lokal dapat
digunakan dengan cara memisahkan atau menghambat pengaliran darah ke otak
dengan merenggangkan bagian-bagian tulang belakang dari mencit.
Mencit yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (ambil kulitnya) sesuai
dengan keperluan, baik dari segi jumlah maupun ukurannya. Kulit yang sudah ada
diletakkan diatas sterofoam dan mulai diberikan larutan uji yang telah ditentukan
yaitu dengan NaOH konsentrasi 20% dan cream veet. Larutan NaOH diteteskan
sedikit pada kulit (jangan sampai terlalu basah), sedangkan cream veet hanya cukup
dioleskan sedikit pada permukaan kulit. Setelah beberapa menit dilihat hasil yang
lebih efektif dengan menggoreskan spatel pada permukaan kulit tersebut.
Hasil pengamatan kulit mencit yang diberikan larutan NaOh 20%
memberikan efek penipisan pada kulit dan warna kulit menjadi kuning. Sedangkan
efek yang dihasilkan setelah pengolesan cream veet kulitnya lembek dan warna
kulit tetap. Maka hasil pengujian efek pengguguran bulu menunjukkan adanya
kerontokan setelah diberikan larutan NaOH 20% maupun cream veet, namun lebih
efektif menggunakan cream veet.
Zat yang dapat menggugurkan bulu bekerja dengan cara memecahkan
ikatan s-s pada karatin kulit, sehingga bulu rusak dan mudah gugur. Ini yang terjadi
pada saat kulit mencit dioleskan cream veet. Sedangkan pada perlakuan kulit
mencit ditetesi larutan NaOH 20% bekerja dengan cara mengendapkanprotein kulit,
sehingga kulit membran mukosa rusak. Ini terbukti pada kulit yang telah ditetesi
NaOH 20% kulit menjadi tipis dan berubah menjadi warna kuning.
VIII. KESIMPULAN
- Efek lokal obat adalah pengaruh obat pada tubuh yang bersifat lokal (hanya
mempengaruhi sebagian permukaan saja).
- Larutan NaOH 20% dan cream veet digunakan untuk menggugurjan bulu mencit
karena mempunyai sifat korosif.
- Penggunaan cream veet lebih efektif daripada larutan NaOH 20% untuk
menggugurkan bulu.

Anda mungkin juga menyukai