Anda di halaman 1dari 11

I.

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan penggunaan alat evaporator.

2. Mahasiswa mampu menggunakkan alat evaporator.

II. TEORI

2.1 Pengertian Alat Evaporator

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau


keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa
saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap). Evaporator
biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan. Pada industri
kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari
proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap,
menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi
air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek
pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang
menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator
juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau

1
zat kontaminasi lain.
Evaporator berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai
dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang
terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan
ke dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan
lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen
volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia
dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air
asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya.
Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas
oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan
membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi
lain.

2.2 Prinsip Kerja Alat Evaporator

Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip


kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri.
Prinsip kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu
larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat
pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang
lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi.
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia
dilakukan dengan peralatan yang namanya evaporator. Ada empat komponen

2
dasar yang dibutuhkan dalam evaporasi yaitu : Evaporator, kondensor , injeksi
uap, dan perangkap uap.
1. Kondensor
Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)
yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida. Kondensor berfungsi untuk
mengubah uap menjadi air. Prinsip kerja Kondensor proses perubahannya
dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu ruangan yang berisi
pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan air
sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side).
2. Injeksi Uap
3. Perangkap Uap
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi
biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa
campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen-
komponennya.
Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah
panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan
sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih
digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam
evaporator terdapat 3 bagian, yaitu (Gaman, 1994):
1. Alat pemindah panas

Berfungsi untuk Mensuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan


suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas
umumnya digunakan uap jenuh.

2. Alat pemisah

Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.

3. Alat pendingin

3
Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin
ini bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer

2.3 Fungsi Evaporator

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau


keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga
bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih
lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan
ke dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan
atau larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen
volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia
dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air
asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya.
Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi
panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.

2.4 Tipe-tipe Alat Evaporator

A. Tipe Evaporator Berdasarkan Banyak Proses:


1. Evaporator Efek Tunggal (single effect)
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui

4
satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah
panas.

2. Evaporator Efek Ganda


Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau
lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek majemuk.
Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada penggunaan uap yang
dihasilkan dari evaporator sebelumnya. Tujuan penggunaan evaporator efek
majemuk adalah untuk menghemat panas secara keseluruhan, hingga akhirnya
dapat mengurangi ongkos produksi.
Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan yaitu
dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk
memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan
memadatkan kembali uap tersebut. Apabila dibandingkan antara alat
penguapan n-efek, kebutuhan uap diperkirakan 1/n kali, dan permukaan pindah
panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan untuk alat penguapan berefek
tunggal, untuk pekerjaan yang sama.

B. Tipe Evaporator Berdasarkan Bentuknya:


1. Evaporator Sirkulasi Alami/paksa
Evaporator sirkulasi alami bekerja dengan memanfaatkan sirkulasi yang
terjadi akibat perbedaan densitas yang terjadi akibat pemanasan. Pada evaporator
tabung, saat air mulai mendidih, maka buih air akan naik ke permukaan dan

5
memulai sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid dan uap air di bagian
atas dari tabung pemanas.Jumlah evaporasi bergantung dari perbedaan temperatur
uap dengan larutan. Sering kali pendidihan mengakibatkan sistem kering, Untuk
menghidari hal ini dapat digunakan sirkulasi paksa, yaitu dengan manambahkan
pompa untuk meningkatkan tekanan dan sirkulasi sehingga pendidihan tidak
terjadi.

2. Falling Film Evaporator


Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter) yang dilapisi dengan
jaket uap (steam jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan
masuk dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan
gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yag juga
mengalir menurun. Tipe ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga
sering digunakan untuk industri kimia, makanan, dan fermentasi.
Cara kerjanya yaitu cairan yang akan dipekatkan dimasukkan dari bagian atas
kolom yang kemudian mengalir kebawah bagian tube yang telah dipanaskan,
(besarnya tube 1 2-10o diameter). Pada bagian bawah dilengkapi pompa untuik
mensirkulasi cairan keatas guna mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.
Problem utama alat ini adalah bagaiman kita dapat mendistribusikan liquid
secara merata ke tube bagian dalam sebagai film.

3. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator


Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung dengan
sumber panas berasal dari luar tabung (biasanya uap). Buih air akan timbul dan
menimbulkan sirkulasi. Long vertikal tube evaporator (kestner evaporator)
dengan sirkulasi alam (natural circulation) dimana liquida masuk kedalam tube
dan steam mengalir diluarnya (dalam steam chest) liquida yang masuk tube
tingginya tidak lebih dari 2 atau 3 ft diatas dasar tube. Setelagh mengalami
pendidihan maka kecepatan liquida didalam akan tinggi,sehingga pada
vapor head dipasang buffle (deflektor) untuk mencegah buih atau busa yang
terjadi. Pada alat ini dipasang reflux untuk mempertinggi ukuran tube. 1 1/4 - 2

6
1/2 inc diameter. 10 – 20 ft panjang.

4. Plate Evaporator
Mempunyai luas permukaan yang besar, Plate biasanya
tidak rata dan ditopangoleh bingkai (frame). Uap mengalir melalui
ruang-ruang di antara plate. Uap mengalir secara co-current dan counter
current terhadap larutan. Larutan dan uap masuk ke separasi yang
nantinya uap akan disalurkan ke condenser. Eveporator jenis ini sering dipakai
pada industri susu dan fermntasi karena fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk
larutan kental dan padatan.

5. Multi-effect Evaporator
Menggunakan uap pada tahap untuk dipakai pada tahap
berikutnya. Semakin banyak tahap maka semakin rendah konsumsi energinya.
Biasanya maksimal terdiri dari tujuh tahap, bila lebih seringkali ditemui biaya
pembuatan melebihi penghematan energi. Ada dua tipe aliran, aliran maju dimana
larutan masuk dari tahap paling panas ke yang lebih rendah, dan aliran mundur
yang merupakan kebalikan dari aliran maju. Cocok untuk menangani produk yang
sensitive terhadap panas seperti enzim dan protein.

6. Horizontal-tabung Evaporator
Horizontal Tube Evaporator adalah tube-tubenya terletak horizontal, karena
kondisinya yang demikian, harga evaporator ini relative murah dengan konstruksi
design yang memudahkan penggantian tube-tubenya. Horisontal Tube Evaporator
merupakan evaporator yang sudah tua dan jarang digunakan. Tube – Tube dalam
Horisontal Tube Evaporator merupakan tempat masaknya pemanas (biasanya
steam).
Evaporator horisontal-tabung merupakan pengembangan dari panci terbuka,
di mana panci tertutup dalam, umumnya dalam silinder vertikal.
Tabung pemanas disusun dalam bundel horisontal direndam dalam cairan di
bagian bawah silinder. Sirkulasi cairan agak miskin dalam jenis evaporator.

7
7. Vertikal-tabung Evaporator
Evaporator jenis ini yang sering digunakan adalah tipe standart. Pada
mulanya vertikal tube evaporator yang dibuat tanpa adanya “down tube” ( ruang
kosong antara 2 tube-sheet ) tetapi kemudian dengan adanya “down tube” ini
lebih menguntungkan pada perpindahan panas.Dibanding dengan horisontal tube
evaporator perpindahan panas vertikal tube evaporator lebih baik. Aliran liquida
yang ada didalam vertikal tube evaporator terjadi karena perbedaan density.
Kerak-kerak yang mungkin terjadi mudah dibersihkan. Dengan menggunakan
tabung vertikal, bukan horizontal, sirkulasi alami dari cairan dipanaskan dapat
dibuat untuk memberikan transfer panas yang baik.

Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri
dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Dalam kebanyakan proses evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak
sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair,
kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula,
evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen
tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini
tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam
evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan
uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
2. Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan
uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Besar kecilnya penguapan dari permukaan air bebas dipengaruhi oleh

8
beberapa faktor yaitu:
1. Kelembaban udara (semakin lembab semakin kecil penguapannya)
2. Tekanan udara
3. Kedalaman dan luas permukaan, semakin luas semakin besar penguapannya
4. Kualitas air, semakin banyak unsur kimia, biologi dan fisika, penguapan
semakin kecil.
5. Kecepatan angin
6. Topografi, semakin tinggi daerah semakin dingin dan penguapan semakin
kecil
7. Sinar matahari
8. Temparatur
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)
dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi
didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu :
1. Pemberian panas ke dalam cairan.
Makin tinggi pressure makin besar panas yang dibutuhkan jadi pressure
perlu diturunkan untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal
2. Pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap.
Peristiwa bubbling yaitu terbentuknya nukleat sebagai
awal pembentukan gelembung.
3. Pemisahan uap dari cairan.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan
kalor ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).

Perbedaan evaporasi dengan proses lain adalah:


1. Evaporasi dengan pengeringan
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan
adalah zat cair – kadang-kadang zat cair yang sangat viskos – dan bukan zat
padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam
kuantitas relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.

9
2. Evaporasi dengan distilasi
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen
tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi
ini tidak ada usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu,
evaporasi biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti
air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur dan
limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan
nonvolatil.
3. Evaporasi dengan kristalisasi
Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan
pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal
dalam larutan induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan
untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk mendapatkan
kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi
padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara lain:

1. Suhu; walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya.
Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak
jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan udara; jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar
kering. Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara)
semakin cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di
kepingan gelas di ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada
tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih
cepat kering di daerah kelembapan udaranya rendah.
3. Tekanan; semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi
terjadi. Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah

10
dikosongkan (tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara; pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang
yang sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul
air. Hal ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan; cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat
daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih
357°C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.

III. DAFTAR PUSTAKA

Hui YH. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering, Volume
3. Boca Raton: Taylor & Francis Group. Hal:102-11.

Mc Cabe, Warren L. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta :Penerbit


Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai