Anda di halaman 1dari 13

Nilai Paraf

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIA DENGAN


METODE TOLERANSI GLUKOSA

Tanggal Praktikum : 25 MARET 2019

Disusun oleh :

KELOMPOK 1 SHIFT 1

Gina Brielyana Defina ( 24041116180 )


Nia Risnawati ( 24041116194 )
Rian Triyana ( 24041116202 )
Sopia Astuti ( 24041116211 )
Yenira Nur Oktaviani ( 24041116215 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2019
A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui aktivitas antihiperglikemia dengan metode toleransi glukosa.
2. Mengetahui kerja obat antidiabetes oral dalam mengendalikan kadar gula darah.

B. Dasar Teori

Diabetes Mellitus (DM) yaitu suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin
oleh sel-sel β-Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya
sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).

Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.


Glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥
200 mg/dL. DM diklasifikasikan secara umum menjadi DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM
Gestasional.

DM tipe 1 adalah jenis penyakit diabetes mellitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel
penghasil insulin pada pankreas.

DM tipe 2 adalah jenis penyakit diabetes mellitus yang salah satunya diakibatkan
resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah insulin tapi tidak dapat berfungsi.

DM Gestasional ini adalah kondisi diabetes yang bersifat temporer atau sementara.
Kondisi ini biasanya dialami oleh para wanita yang sedang dalam kondisi kehamilan
(Gunawan, 2012).

Untuk DM tipe 2 penanganannya menggunakan antidiabetes oral/ADO yang


bertujuan untuk meningkatkan sekresi dari insulin atau meningkatkan sensitivitas dari
reseptor insulin. Dibawah ini adalah golongan obat yang termasuk kedalam ADO :

1. Golongan biguanida
Obat golongan ini bekerja menghambat glukonegenesis atau pembentukkan
glukosa di hati. Contoh obat : metformin.
2. Golongan sulfonil urea
Obat golongan sulfonil urea bekerja menstimulasi sel β-pankreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Contoh obat : gliclazide, plipizid,
glimepiride, dan glibenklamid.
3. Golongan thiazolidinediones
Golongan ini bekerja meningkatkan uptake atau masuknya gula dari darah ke dalam
sel. Contoh obat : pioglitazone
4. Golongan meglitinide
Obat golongan ini bekerja menstimulasi sekresi insulin, tetapi dalam efek lebih mild
ketimbang golongan sulfonil urea. Contoh obat : repaglinide, dan nateglinid.
5. Golongan inhibitor α-glucosidase
Merupakan suatu enzim pada usus. Obat golongan ini bekerja memecah karbohidrat
kompleks menjadi monosakarida, salah satunya glukosa. Contoh obat : akarbose.
6. Golongan inhibitor DPP-4
Disebut juga golongan gliptin. Obat golongan ini bekerja menghambat enzim DPP-
4 dalam tubuh. Enzim DPP-4 bekerja menghancurkan hormone incretin, yaitu
hormone yang dibutuhkan dalam regulasi gula darah tubuh. Contoh obat : sitaglipin,
linagliptin, dan vildagliptin.
7. Golongan agonis GLP-1 (Glucagon like-peptide 1)
Obat golongan ini bekerja meningkatkan pelepasan insulin, menghambat pelepasan
glukagon serta memperlambat pengosongan lambung, dan memperpanjang
perasaan kenyang. Contoh obat : liraglutid.
Gejala Diabetes Mellitus (Tan Hoan, 2010) :
a. Poluria (banyak berkemih)
b. Polidipsia (banyak minum)
c. Polifagia (banyak makan)
Pada umumnya, gejala DM adalah :
 Kelaparan dan kelelahan
 Lebih sering pipis dan mudah haus
 Mulut kering dan kulit gatal
 Penglihatan kabur
Pada kondisi tertentu, terdapat gejala diabetes yang cenderung muncul setelah
glukosa telah tinggi untuk waktu yang lama.
 Infeksi jamur
 Penyembuhan luka jadi lambat
 Nyeri atau mati rasa di kaki
 Berat badan turun
 Mual dan muntah

C. Alat , Bahan dan Hewan Uji

ALAT BAHAN HEWAN UJI


- Alat suntik 1 mL dan - Obat antidiabetes Mencit putih jantan
sonde oral mencit yang diuji dengan berat badan
- Stopwatch (glibenklamid dan antara 20-25 gram.
- Timbangan mencit metformin)
- Wadah penyimpanan - Tragakan 1%
mencit
- Glukometer
- Strip glukotest

D. Prosedur Kerja
1) Mencit ditimbang dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok terdiri atas 5 ekor
mencit untuk setiap kelompok
- Kelompok kontrol negatif, diberi tragakan 1%
- Kelompok kontrol positif, diberi tragakan 1% dan glukosa 2 g/70 KgBB
- Kelompok obat uji I, diberi metformin dosis 500 mg/70 KgBB
- Kelompok obat uji I, diberi glibenklamid dosis 5 mg/70 KgBB
(Obat diberikan secara oral)
2) Diukur gula darah mencit menggunakan glukometer untuk mendapatkan kadar
glukosa awal
3) Setelah 30 menit, mencit yang kontrol positif dan obat uji I diberikan glukosa
dengan dosis 2 mg/70 kgBB sedangkan yang kontrol negatif lanjut dilakukan
pengukuran kadar glukosa
4) Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah dengan alat glukometer pada menit
ke 30, 60, 90 melalui ekor tikus yang dipotong dengan scalpel.
5) Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis variansi
6) Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
E. Hasil Pengamatan dan Analasis Data
a. Tabel Hasil Pengamatan

Pengujian Antihiperglikemia Dengan Metode Toleransi Glukosa

No. Kadar Gula Darah


Kelompok
Hewan T0 T30 T60 T90 T30-0 T60-T0 T90-0
A1 41 73 54 64 32 12 23
A2 56 69 56 47 13 0 9
Kontrol Negatif
A3 -2 47 47 31 -5 -5 -21
(Tragakan)
X 31,7 63,0 52,3 47,3 13,3 2,3 3,7
SD 30,1 14,0 4,7 16,5 18,5 8,7 22,5
B1 48 62 58 58 14 10 10
Kontrol Positif B2 68 102 97 149 34 29 81
(Tragakan + B3 51 75 79 74 24 28 23
Glukosa) X 55,7 79,7 78,0 93,7 24,0 22,3 38,0
SD 10,8 20,4 19,5 48,6 10,0 10,7 37,8
C1 59 69 56 48 10 -3 -9
C2 42 107 69 56 65 27 14
Uji 1 Metformin C3 43 59 96 64 16 53 21
X 48,0 78,3 73,7 56,0 30,3 25,7 8,7
SD 9,5 25,3 20,4 8,0 30,2 28,0 15,7
D1 77 84 71 53 7 -6 -24
D2 43 78 51 46 35 8 3
Uji 2 Glibenklamin D3 65 68 38 64 3 -27 -1
X 61,7 76,7 53,3 54,3 15,0 -8,3 -7,3
SD 17,2 8,1 16,6 9,1 17,4 17,6 14,6
b. Analisi Data

Descriptives
anova
95% Confidence
Interval for Mean Between-
Std. Std. Lower Upper Component
N Mean Deviation Error Bound Bound Min Max Variance
kontrol negatif 21 32.29 28.214 6.157 19.44 45.13 -21 73
kontrol positif 21 55.90 35.120 7.664 39.92 71.89 10 149
uji 1 21 45.33 29.869 6.518 31.74 58.93 -9 107
uji 2 21 35.14 35.097 7.659 19.17 51.12 -27 84
Total 84 42.17 32.989 3.599 35.01 49.33 -27 149
Model Fixed 32.223 3.516 35.17 49.16
Effects
Random 5.368 25.08 59.25 65.799
Effects

Robust Tests of Equality of Means


anova
Statistica df1 df2 Sig.
Welch 2.202 3 44.258 .101

Brown-Forsythe 2.331 3 77.214 .081


a. Asymptotically F distributed.

Multiple Comparisons
Dependent Variable: anova
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference Std.
kelompok kelompok (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
kontrol kontrol -23.619* 9.944 .020 -43.41 -3.83
negatif positif
uji 1 -13.048 9.944 .193 -32.84 6.74
uji 2 -2.857 9.944 .775 -22.65 16.93
kontrol kontrol 23.619* 9.944 .020 3.83 43.41
positif negatif
uji 1 10.571 9.944 .291 -9.22 30.36
uji 2 20.762* 9.944 .040 .97 40.55
uji 1 kontrol 13.048 9.944 .193 -6.74 32.84
negatif
kontrol -10.571 9.944 .291 -30.36 9.22
positif
uji 2 10.190 9.944 .309 -9.60 29.98
uji 2 kontrol 2.857 9.944 .775 -16.93 22.65
negatif
kontrol -20.762* 9.944 .040 -40.55 -.97
positif
uji 1 -10.190 9.944 .309 -29.98 9.60
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan:
Dari output pertama One-way ANOVA dihasilkan Fhitung =0,206 dan Sig. 0.101.
Nilai Sig. 0.101 > α = 0,05 artinya pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara banyaknya perbedaan kadar gula darah
dengan metode toleransi glukosa. Tetapi nilai Sig. 0,101 > α = 0,01 artinya pada
tingkat kepercayaan 99% tidak menunjukkan adanya perbedaan yang sangat
signifikan.
Dari Output kedua Post Hoc Test; tanda * menunjukkan kelompok yang berbeda
secara signifikan. Dari tabel di atas tidak terdapat tanda *.

F. Perhitungan
Mencit 1 : A1 22 Gram Kontrol negatif (Tragakan 1 %)
Mencit 2 : B1 20 Gram Kontrol positif (Tragakan 1 % + Glukosa 2 gr/70 KgBB)
Mencit 3 : C1 24 Gram Obat uji 1 (Metformin 500 mg/70 KgBB + Glukosa 2
gr/70 KgBB)

1. A1 (Tragakan 1 %)
22 𝐺𝑟𝑎𝑚
 Vol. Pemberian = 20 𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑋 0,2 𝑚𝑙 = 0,22ml/22grBB

2. B1 (Tragakan 1 % + Glukosa 2 gr/70 KgBB)


20 𝐺𝑟𝑎𝑚
 Vol. Pemberian = 𝑋 0,2 𝑚𝑙 = 0,2 𝑚𝑙/20grBB
20 𝐺𝑟𝑎𝑚

3. C1 (Metformin 500 mg/70 KgBB + Glukosa 2 gr/70 KgBB)


24 𝐺𝑟𝑎𝑚
 Vol. Pemberian = 𝑋 0,2 𝑚𝑙 = 0,24 𝑚𝑙/24grBB
20 𝐺𝑟𝑎𝑚

 Dosis untuk 20 gr = FK x Dosis


= 0,0026 x 500 mg
= 1,3 mg/20gr BB

4. Untuk pemberian kadar glukosa 2 gr/ KgBB


 Vol. Pemberian 0,2 ml glukosa.

G. Pembahasan
Hiperglikemia merupakan kondisi dimana kadar gula tinggi melebihi normal di
dalam tubuh yang jiga terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan diabetes
melitus. Diabetes melitus yaitu kondisi gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan
protein yang ditandai dengan hiperglikemia kronik akibat rusaknya pankreas (tidak
diproduksi insulin) atau tidak sensitifnya reseptor insulin pada sel (resistensi insulin)
atau sedikitnya insulin yang di produksi atau keduanya.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian aktivitas antidiabetes
Glibenklamid dan Metformin. Kami mengelompokkan mencit ke dalam 4 kelompok
yang masing-masing terdiri dari 3 ekor mencit. Mencit kelompok 1 sebagai kontrol
negatif diberikan tragakan 1%, mencit kelompok 2 sebagai kontrol positif diberi
tragakan 1% dan di induksi glukosa, mencit kelompok 3 diberikan metformin dan
diinduksi glukosa dan mencit kelompok 4 diberikan Glibenklamid dan juga diinduksi
glukosa.
Pada mencit kelompok 1 yang merupakan kontrol negatif diberi tragakan 1%
dan tidak di induksi glukosa menunjukkan kadar gula darah normal tidak mengalami
perubahan yang berarti dari menit ke 0 hingga menit ke 90. Hal tersebut memang sesuai
dengan pemberian tragakan yang tidak mempengaruhi kadar gula darah.
Pada mencit kelompok 2 yang merupakan kontrol positif diberi tragakan 1%
dan 30 menit kemudian di induksi glukosa menunjukkan kadar gula darah terus naik
dari menit ke 30 sampai menit ke 90. Hal ini terjadi sesuai dengan kondisi yang
diberikan sebagai kontrol positif mencit kelompok ini diberikan induksi glukosa tetapi
tidak diberikan obat antihiperglikemia. Sehingga tidak mampu menurunkan kadar gula
darah hingga menit ke 90 karena tidak dibantu obat antidiabetes yang mampu
menurunkan kadar gula darah.
Mencit kelompok 3 diberikan metformin 500 mg/70Kg BB, 30 menit kemudian
diinduksi dengan glukosa dan diuji kadar gula darahnya dengan glukometer secara
berkala setiap 30 menit. Terlihat terus terjadi kenaikan kadar gula darah sampai menit
ke 30 dan mulai terjadi penurunan pada menit ke 60 dan pada menit 90 terjadi
penurunan dan ada 1 dari 3 mencit pada kelompok 4 yang mengalami penurunan kadar
gula darah yang hampir dibawah menit normal (<menit ke 0). Dalam menurunkan kadar
gula darah yang tinggi, metformin bekerja dengan cara menghambat proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis, memperlambat penyerapan glukosa pada usus,
serta meningkatkan sensitivitas insulin dalam tubuh. Metformin merupakan obat
turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini
digolongkan sebagai obat antihipoglikemik. Namun pada kelompok ini terjadi
hipoglikemia pada salah satu mencit. Hal tersebut dapat disebabkan karena sensitivitas
reseptor insulin pada mencit ini begitu tinggi atau karena glukosa terus menerus diubah
menjadi energi sehingga terjadi hipoglikemia.
Untuk mencit kelompok 4 yang diberi glibenklamid 5mg/70kgBB, setelah
diberi obat dan 30 menit kemudian diinduksi glukosa dan diuji kadar gula darahnya
dengan glukometer secara berkala setiap 30menit. kadar gula darahnya terus meningkat
hingga menit ke 60 dan menurun pada menit ke 90 mendekati normal. Glibenklamid
ini merupakan turunan sulfonilurea yang bekerja menurunkan kadar gula darah dengan
cara meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Dengan peningkatan rasio insulin
maka glukosa yang diubah menjadi energi bertambah dan gula darah menurun.
Mekanisme ini bergantung pada sel β-pankreas. Sulfonilurea menempel pada reseptor
yang spesifik di sel β-pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui kanal ATP-
dependent. Hal tersebut menyebabkan kontraksi filamen aktomiosin yang bertugas
untuk memicu eksositosis dari insulin. Dilihat dari hasil percobaan pada menit ke 90
kadar gula darah kelompok mencit 3 sudah menurun kadar gula darahnya mendekati
normal. Ada satu dari 4 mencit di kelompok 3 yang sudah mengalami penurunan kadar
gula darah pada menit ke 60, hal ini bisa disebabkan karena insulin sudah mulai
menurunkan kadar gula darah pada menit ke 60. Namun, sekresi insulin ini tidak
bergantung kadar gula, sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia.

H. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. aktivitas obat antihiperglikemik, glibenklamid, dan metformin walau memiliki
mekanisme kerja yang berbeda tetapi keduanya sangat efektif menurunkan kadar gula
darah.
2. Kerja obat antihiperglikemik oral ini efektif untuk menurunkan kadar gula darah
untuk DM tipe 2. Karena DM tipe 1 tidak dapat diberi obat oral karena tidak mampu
diproduksinya insulin.

I. Jawaban dan Pertanyaan

Pertanyaan :

1. Bagaimana mekanisme kerja metformin dan glibenklamid ?


2. Mengapa pengukuran toleransi glukosa dilakukan selama 2 jam dari pemberian
glukosa ? serta jelaskan mengapa toleransi glukosa dapat digunakan untuk
menggambarkan efek antihiperglikemia!

Jawaban :
1. Metformin mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sensitivitas reseptor insulin
pada sel sedangkan glibenklamid mekanisme kerjanya adalah menstimulasi sel β-
pankreas untuk memproduksi insulin.
2. Karena pengukuran glukosa selama 2 jam adalah untuk melihat reaksi yang
terjadi pada insulin apakah akan bekerja atau tidak karena pada saat 2 jam
tersebut fase dimana glukosa akan naik dan di stabilkan oleh insulin. Kemudian
kenapa metode toleransi glukosa dapat digunakan untuk menggambarkan efek
antihiperglikemia karena pada fase hiperglikemia grafik glukosa akan meningkat
dan dapat di redam dengan antihiperglikemia.

J. Daftar pustaka

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI : Jakarta

Handoko, T, dan Suharto B. 2003. Insulin Glukagon dan Antidiabetek Dalam


Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru : Jakarta.

Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. PT. Gelora Aksara
Pratama : Jakarta.

Sudoyo AW, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta

Suryono, 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran.
Lampiran
Bagian kerja :
1. Sopia Astuti :
 Cover
 Tujuan
 Dasar teori
 Daftar pustaka
 Menyusun, print dan jilid
2. Rian Triyana
 Data hasil pengamatan
 Pertanyaan dan jawaban pertanyaan
3. Yenira Nur Octa
 Analisis data
4. Gina Brielyana
 Pembahasan
 kesimpulan
5. Nia Risnawati
 Alat, bahan, hewan uji
 Prosedur kerja
 Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai