Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGARUH ABSORPSI OBAT PADA HEWAN COBA

NAMA : NUR RISKA ANGGRAENI


NIM : 120050
KELAS : B

PRODI DIII FARMASI


POLTEKKES HERMINA
JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PRAKTIKUM 5
PENGARUH ABSORPSI OBAT PADA HEWAN COBA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menganalisis kecepatan absorpsi furosemide dengan berbagai macam jalur
pemberian obat.

B. DASAR TEORI
Absorbsi adalah proses perpindahan obat dari tempat pemberiannya ke dalam pembuluh
darah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan besarnya dosis obat yang
diabsorbsi, diantaranya adalah rute pemberian. Secara garis besar obat dapat diberikan melalui 2
rute pemberian yaitu enteral dan parenteral. Pemberian melalui enteral umumnya dilakukan
melalui oral, dimana obat masuk ke dalam mulut, turun ke kerongkongan dan masuk ke dalam
lambung dan sebagian besar penyerapan obat terjadi melalui usus. Sedangkan pemberian
parenteral umumnya dilakukan melalui injeksi baik secara intravena, subcutan dan lain
sebagainya.
Pemberian oral pada hewan uji akan memberikan bioavailabilitas yang beragam, dikarenakan
banyak faktor yang mempengaruhi obat sebelum mencapai pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan kecepatan dan jumlah dosis yang mencapai pembuluh darah beragam pula,
akibanya efek obat juga akan memberikan onset dan durasi yang beragam pula. Sedangkan pada
pemberian dengan cara parenteral terutama secara intravena maka obat langsung dimasukkan
dalam pembuluh darah vena sehingga tidak terjadi proses absorbsi, akibatnya jumlah obat yang
ada dalam pembuluh darah akan sama dengan jumlah obat yang diberikan. Tetapi rute pemberian
parenteral lain tetap melalui proses absorbsi karena letak injeksi diberikan diluar pembuluh
darah, seperti injeksi intra muskular yang diberikan melalui otot, atau injeksi lainnya sehingga
pada pemberian tersebut tetap terjadi proses absorbsi.
Selain karena faktor rute pemberian maka absorbsi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan
kimia dari bahan aktif yang diberikan, Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari
bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses absorbsi obat. Selain itu bentuk kristal atau
polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses
absorbsi.

C. PRINSIP PERCOBAAN
Cara pemberian mempengaruhi kecepan absorpsi, semakin cepat furosemide diabsorpsi oleh
tubuh maka semakin cepet efek diuresis nya ditandai dengan mulai nya hewan coba
mengeluarkan urin.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Furosemide injeksi 5. Syringe injeksi 1 ml
2. Furosemide tablet 6. Sarung tangan
3. Natrium CMC 7. Stop watch
4. Aquadest
E. CARA PEMBUATAN

1. Pembuatan Natrium CMC 1% 1.


 Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih.
 Timbang Na.CMC sebanyak 1 g.
 Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50 ml air panas.
 Aduk campuran tersebut hingga homogen, ditandai dengan tidak nampaknya lagi
serbuk berwarna putih dan campuran berupa seperti gel.
 Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume larutan
tersebut menjadi 100 ml, dinginkan.

2. Pembuatan suspense furosemide untuk pemberian oral


 Perhitungan dosis oral furosemide untuk mencit
 Dosis lazim furosemide untuk manusia: 40 mg/hari
 Konversi dosis untuk mencit 20 g = dosis lazim x faktor konversi
= 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg

Dibuat larutan stok furosemide dengan dosis 0,104 mg/1 mL sebanyak 100 ml Tablet
furosemide yang dibutuhkan: 0,104 mg x 100 ml = 10,4 mg
10,4 mg/40 mg x 1 tab = 0,26 tab

Cara pembuatan suspense furosemide:


1. Ambil 0,26 tablet furosemide, gerus hingga halus.
2. Tambahkan sekitar 50 ml larutan natrium CMC 1%, aduk hingga homogen
3. Tambahkan volumenya dengan natrium cmc 1% hingga volumenya 100 mL.

Dosis lazim untuk manusia 80 mg/hari


Konversi dosis untuk mencit 20 gr : 80mg x 0,0026 = 0,208 mg
Dibuat larutan Furosemide dengan dosis 0,208 mg/ml sebanyak 100 ml
Tablet furosemide yang di butuhkan: 0,208x100 ml = 20,8 mg
= 20,8 mg / 40 mg = 0,52 tab
Dosis yang di berikan kepada mencit :
Mencit 1 = 28,60 gr/20 gr 𝑥 0,208 mg = 0,29 mg 0,3 mg
Mencit 2 = 26,86 gr/20 gr 𝑥 0,208 mg = 0,27 mg
Mencit 3 = 25,82 gr/20 gr 𝑥 0,208 mg = 0,26 mg
Tiap 100 ml larutan mengandung furosemide 20,8 mg atau 0,208 mg / 1 ml
Mencit 1 = 0,3 mg/0,208 mg 𝑥 1 ml = 1,44 ml
Mencit 2 = 0,27 mg/0,208 mg 𝑥 1 ml = 1,29 ml  1,3 ml
Mencit 3 = 0,26 mg/0,208 mg 𝑥 1 ml = 1,25 ml
3. Pemberian furosemide melalui intravena

Dosis lazim untuk manusia 40 mg/hari.


Konversi dosis untuk mencit 20 gr = 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg.
Sediaan injeksi furosemide 10 mg/1 ml.

 Mencit 1 : 32,20 g x 0,104 mg = 0,16 mg = 0,16 mg x 1 ml = 0,016 ml


20 g 10 mg

 Mencit 2 : 30,50 g x 0,104 mg = 0,15 mg = 0,15 mg x 1 ml = 0,015 ml


20 g 10 mg

 Mencit 3 : 35,38 g x 0,104 mg = 0,18 mg = 0,18 mg x 1 ml = 0,018 ml


20 g 10 mg

Pelaksaan Praktikum
1. Hewan dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor.
2. Kelompok 1: kelompok normal = diberi minum saja
3. Kelompok 2: kelompok oral = diberi furosemide suspense
4. Kelompok 3: kelompok intravena= diberi furosemide injeksi secara intravena
5. Semua pemberian obat sesuai dengan berat badan mencit
6. Setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudian diamati berapa lama waktu yang
diperlukan mencit pertama mengeluarkan urin, dan dibandingkan volume urin yang
diperoleh dari masing-masing kelompok.
F. HASIL PENGAMATAN

Data pelaporan pengamatan Pengaruh absropsi terhadap efek diuretic furosemide.

Kelompok Replikasi BB mencit (g) Volume Waktu Volume urine


pemberian pemberian (ml)
(ml) obat
Normal 1.Mencit 1 33,70 g 2 ml 20 menit 0,2 ml
2.Mencit 2 27,96 g 2 ml 20 menit 0,5 ml
3.Mencit 3 33,66 g 2 ml 20 menit Tidak
didapatkan
hasil
Oral 1.Mencit 1 28,60 g 1,44 ml 60 menit Tidak
didapatkan
hasil
2.Mencit 2 26,86 g 1,34 ml 18 menit 10 0,2 ml
detik
3.Mencit 3 25,82 g 1,24 ml 37 menit Tidak
didapatkan
hasil
Intravena 1.Mencit 1 32,20 g 0,016 ml 26 menit 0,1 ml
2.Mencit 2 30,50 g 0,015 ml 26 menit 0,2 ml
3.Mencit 3 35,38 g 0,018 ml 12 menit 0,25 ml

G. PEMBAHASAN

Arbsorbsi merupakan suatu proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah.
Bergantung cara pemakaiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. ( Ganiswawa, 2008 ).
Faktor- faktor absorbsi obat dalam tubuh antara lain :
 Kelarutan obat
 Kemampuan difusi melewati sel membrane
 Konsentrasi obat
 Sirkulasi pada letak absorbsi
 Luas permukaan kontak obat
 Bentuk sediaan obat
 Rute pemberian obat

Pada praktikum kali ini, kita mempelajari tentang pengaruh absorpsi obat dalam tubuh hewan
uji. Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung
cepat sehingga cocok untuk dijadikan hewan uji sebagai objek pengamatan. Tujuan dari
praktikum kali ini yaitu menganalisis kecepatan absorpsi furosemide dengan berbagai macam
jalur pemberian obat. Alat – alat dan bahan dipersiapkan untuk percobaan, mencit ditimbang
dengan maksud untuk perhitungan dosis, karena faktor yang terpenting dalam memberikan dosis
yang tepat adalah berat badan. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Kelompok Normal

Kelompok normal hanya diberi air putih saja sebanyak 2 ml. Dari ke-3 mencit yang diberikan
air putih saja telah didapatkan data :
 Mencit 1 dengan berat 33,70 g, setelah diberi air putih 2 ml dan didiamkan selama 20
menit, volume urine yang didapat yaitu 0,2 ml
 Mencit 2 dengan berat 27,96 g, setelah diberi air putih 2 ml dan didiamkan selama 20
menit, volume urine yang didapat yaitu 0,3 ml
 Mencit 3 dengan berat 33,66 g, setelah diberi air putih 2 ml dan didiamkan selama 20
menit, volume urine tidak didapatkan.

2. Kelompok Oral
Untuk kelompok ini diberikan furosemide secara oral, hasil yang didapat dari ke-3 mencit
yaitu pada mencit ke-2 yang berhasil mengeluarkan urine sebanyak 0,2 ml, sedangkan untuk
mencit 1 dan 3 tidak berhasil mengeluarkan urine.

3. Kelompok Intravena
Untuk kelompok ini diberikan furosemide secara I.V (Intravena), hasil yang didapat dari
ke-3 mencit tersebut semuanya berhasil mengeluarkan urine, tetapi setelah diberikan minum
aquadest sebanyak 2 ml.

Dari hasil pengamatan kelompok-kelompok, diperoleh onset dan durasi yang berbeda.
Onset merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat. Durasi adalah waktu
lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang. Pada praktikum kali ini kita menggunakan obat
furosemide tablet dan furosemide injeksi, dimana Furosemid adalah derivat sulfonamide, yang
mempunyai gugus sulfomoil di posisi meta. Aktivitas diuretik furosemid terutama dengan jalan
menghambat absorbsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus
distal, tetapi juga pada lengkung henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas
kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemid ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan
penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemid
juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume
plasma. Furosemid digunakan untuk menghilangkan air dan garam dalam tubuh.

Waktu paruh furosemid tergantung pada fungsi ginjal. Onset secara oral adalah dalam
waktu 1 jam dan diuresis berlangsung sekitar 6-8 jam. Onset secara injeksi adalah 5 menit dan
diuresis berlangsung selama 2 jam. Berdasarkan hasil percobaan ke-3 kelompok mencit, pada
kelompok 1 yang hanya diberikan aquadest sebanyak 2 ml hanya pada mencit ke-1 dan 2 yang
mengeluarkan urne sedangkan pada mencit 3 tidak mengeluarkan urine sama sekali.
Dan pada kelompok 2 dengan pemberian furosemide tablet, dari 3 mencit yang di uji
didapatkan hasil hanya mencit ke-2 saja yang mengeluarkan urine sedangkan untuk mencit ke 1
dan 3 tidak mengeluarkan urine.

Begitupun pada kelompok ke-3 meskipun ke-3 mencit mengeluarkan urine namun dalam
jumlah yang tidak cukup banyak, dan ke-3 mencitpun mengeluarkan urine setelah diberikan
aquadest sebanyak 2 ml secara oral. Penyimpangan hasil yang terjadi pada mencit 3 di kelompok
1 bisa disebabkan karena sebelumnya mencit mengalami dehidrasi sehingga setelah 20 menit
mencit 3 tidak mengeluarkan urine karena mencit 3 mengalami dehidrasi berbeda dengan mencit
1 dan 2 pada kelompok 1.

Pada kelompok ke-2 penyimpangan hasil terjadi pada mencit 1 dan 3 dan hasil urine yang
hanya sedikit pada mencit 2 (sebanyak 0.2 ml) karena efek dari furosemid oral adalah 1 jam dan
diuresis akan berlangsung sekitar 6-8 jam atau bisa saja mencit mengalami dehidrasi. Pada
kelompok 2 bisa saja tidak terjadi penyimpangan bila sebelum dilakukan pengujian ke-3 mencit
diberi minum terlebih dahulu dengan air hangat, adapun tujuan dari pemberian air hangat pada
hewan uji dimaksudkan sebagai induktor untuk memperjelas efek diuretik yang terjadi. Volume
urin mencit tanpa pemberian sejumlah air akan sangat kecil yaitu 1 mL per jam. Berdasarkan
penyataan tersebut diduga volume urin mencit normal pun kurang dari 1 mL per jam. Disamping
itu, kerja suatu diuretik tanpa pemberian asupan air ekstra dapat menyebabkan dehidrasi.
Pemberian air hangat juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasiarteriol aferen. Apabila
darah yang masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang melebar meningkat maka tekanan
darah kapiler glomerulus bertambah, sehingga laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat.

Pada kelompok 3 pemberian obat diuretik secara intravena harus diberikan minum
aquadest sebanyak 2 ml baru di dapatkan urine, sama seperti kasus kelompok 2 ke-3 mencit
mungkin saja mengalami dehidrasi atau bisa saja karena jumlah obat yang disuntikan ke
intravena mencit tidak semuanya masuk kedalam pembuluh darah.

Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan diantaranya yaitu bisa karena terjadi
kesalahan saat melakukan pemberian obat pada mencit, kekurangan /kelebihan dosis obat, atau
kondisi mencit yang stres karena tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebelum dilakukan
percobaan.

H. KESIMPULAN

Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obatnya adalah saluran cerna (mulut
sampai rectum), kulit, paru-paru, otot, dan lain-lain. Onset merupakan waktu mulai timbulnya
efek setelah pemberian obat, waktu onset paling cepat adalah intravena (IV), sedangkan Durasi
adalah waktu lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang, waktu durasi yang paling cepat
adalah peroral. Furosemid bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida dan air dari
cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan pengeluaran urin (diuresis).
Berdasarkan hasil percobaan,terjadi penyimpangan hasil baik pada kelompok 1
(pemberian aquadest oral) dan kelompok 3pemberian obat diuertik oral (suspensi furosemid),
hanya pada kelompok 2 pemberian obat diuretik secara I.V yang menunjukan hasil positif dari
ke-3 hewan uji meskipun harus diberikan aquades secara oral terlebih dahulu, hal ini bisa
disebabkan karena baik mencit di kelompok 1 , 2 dan 3 mengalami dehidrasi dan terjadi
kesalahan penginjeksian furosemid yang tidak masuk kedalam pembuluh darah.

I. DAFTAR PUSTAKA

1. Katzung, Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan klinik. Salemba Medika. Jakarta
2. Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. PT Gramedia. Jakarta.
3. Sulaksono, M.E. 1987. Peranan Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai