Anda di halaman 1dari 72

SKRINING FITOKIMIA, KADAR TANIN DAN

TINGKAT KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP


TEH DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk)
YANG DITANAM DI DUA DESA DI PROVINSI
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

M. SANI SIREGAR
161201027

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SKRINING FITOKIMIA, KADAR TANIN DAN TINGKAT
KESUKAAN MASYARAKAT TERHADAP TEH DAUN
GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk) YANG DITANAM DI
DUA DESA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:
M. SANI SIREGAR
161201027

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

M SANI SIREGAR : Skrining Fitokimia, Kadar Tanin dan Tingkat Kesukaan


Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Yang
Ditanam Di Dua Desa Di Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh RIDWANTI
BATUBARA, S.HUT., M.P dan TENGKU ISMANELLY
HANUM, S.SI., M.SI., APT.
Tanaman gaharu merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai
ekonomi tinggi karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang lebih
tinggi. Hal ini menyebabkan daun gaharu memiliki potensi sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia, kadar tanin dan
tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu. Penelusuran kandungan
kimia pada daun gaharu dilakukan dengan metode skrining fitokimia. Pengujian
kualitas daun gaharu dilakukan dengan penetapan kadar air dan karakterisasi
yang meliputi kadar sari larut air, sari larut etanol, abu total, dan abu tidak larut
asam. Penetapan kadar tanin dilakukan dengan metode Lowenthal-Procter.
Tingkat kesukaan konsumen terhadap teh daun gaharu dilakukan dengan uji
hedonik berdasarkan parameter aroma, rasa, dan warna teh. Hasil pengukuran
kadar air daun gaharu telah memenuhi syarat standarisasi yaitu tidak melebihi
10%. Gaharu yang berasal dari Desa Asam Jawa Raya dan Bakal Julu
mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, glikosida dan triterpenoid. Hasil
karakterisasi simplisia kadar sari larut air, sari larut etanol, abu toal, dan abu tidak
larut asam masing-masing Desa Asam Jawa Raya 13,84%, 8,17%, 6,05%, 0,84%
dan Desa Bakal Julu 8,26%, 5,57%, 6,81%, 0,87%. Penetapan kadar tanin
menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda yaitu Desa Asam Jawa Raya 1,618%
dan Desa Bakal Julu 1,656%. Uji hedonik menunjukkan tingkat kesukaan
masyarakat terhadap teh daun gaharu asal tumbuh Desa Asam Jawa Raya dengan
warna dan aroma tergolong cukup suka, dan rasa tergolong tidak suka, sedangkan
Desa Bakal Julu dengan aroma, rasa, dan warna tergolong cukup suka.

Kata kunci : Daun gaharu, kadar air, karakterisasi, kadar tanin, skrining fitokimia,
uji hedonik.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

M SANI SIREGAR : Phytochemical screening, tanin content, and society


acceptance level againts tea of agarwood leaves (Aquilaria malaccensis Lamk)
being planted in two villages in north sumatra province. Supervised by
RIDWANTI BATUBARA, S.HUT., M.P and TENGKU ISMANELLY HANUM,
S.SI., M.SI., APT.
Agarwood plant is one of commodity that owns high economic value
because of agarwood leaves contains higher secondary metabolite compound.
This condition causes agarwood leaves has a potention to become antioxidant.
This research purposed to find out chemical contents, tanin content, and
consumer acceptance level againts tea of agarwood leaves. Exploration of
chemical contents of agarwood leaves was carried out by phytochemical
screening method. Quality test of agarwood leaves was carried out with moisture
content determination and characterization that covers essence content water
soluble, essence ethanol soluble, total ash, and ash content not soluble in acid.
Tanin content determination was carried out by Lowethal-Procter method.
Consumer acceptance level againts agarwood leaves was carried out by hedonic
test based on smell, taste, and tea color. The result of measurement on agarwood
leaves moisture content has fulfill standardization that is not exceed 10%.
Agarwood leaves from Asam Jawa Raya and Bakal Julu villages is flavonoids,
tannins, alkaloids, glycosides and triterpenoids.. The result of simplicia
characterization essence content water soluble, essence content ethanol soluble,
total ash content, ash content not soluble in acid each Asam Jawa Raya village
13,84%, 8,17%,6,05%,0,84% and Bakal Julu village 8,26%,5,57%,6,81%,0,87%.
The determination of tanin content showed the less differs value in Asam Jawa
Raya village 1,618% and Bakal Julu village 1,656%. The hedonic test shows the
level of people's preference for gaharu leaf tea from growing in Asam Jawa Raya
Village with the color and aroma classified as quite like it, and the taste is
classified as dislike, while the Bakal Julu Village with its aroma, taste, and color
is classified as quite like it.

Key words : agarwood leaves, moisture content, characterization, tanin content,


phytochemical screening, hedonic test.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

M Sani Siregar lahir di Padangsidimpuan, 01


Januari 1998 dari pasangan Bapak Mhd Sukri Siregar
dan Ibu Adelina Nst. Penulis merupakan anak ke-3 dari
3 bersaudara. Adapun pendidikan formal yang pernah
ditempuh, pada tahun 2004 penulis memasuki
pendidikan tingkat dasar di SD 200102/2
Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis memasuki
pendidikan tingkat lanjut SMP Negeri 3 Padangsidimpuan dan lulus pada tahun
2013. Tahun 2013 penulis memasuki pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1
Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2016 dan pada tahun yang sama diterima
di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Nasioinal Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) BKM Baytul Asyjaar Fakultas Kehuutanan USU tahun
2016-2020, UKM Rain Forest Fakultas Kehutanan USU periode 2016-2020 ,
Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-Dakwah USU periode 2018-2020.
Pada tahun 2018 penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(P2EH) di Desa Lubuk Kertang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada tanggal
22 Juli – 22 Agutus 2019 di KPH IX Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2019 penulis melaksanakan penelitian
dengan judul Skrining Fitokimia, Penetapan Kadar Tanin Dan Tingkat
Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
Yang Ditanam Di Dua Desa Di Provinsi Sumatera Utara di bawah bimbingan Ibu
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan Ibu Tengku Ismanelly Hannum, S.Si., M.Si.,
Apt.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Skrining Fitokimia,
Kadar Tanin dan Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk) Yang Ditanam Di Dua Desa Di Provinsi Sumatera
Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
T. Ismanelly Hanum, S.Si, M.Si., Apt selaku anggota komisi pembimbing yang
telah memberikan masukan dan saran berharga dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada Orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan
dan doa nya kepada penulis. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
penulis yang telah membantu penulis di lapangan maupun memberikan saran
dalam penyusunan skripsi ini dan terima kasih kepada Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis fasilitas sehingga
dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2020

Penulis

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
PERNYATAAN ORIGINALITAS .................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)..................................... 3
Morfologi Tanaman Gaharu ........................................................................ 3
Sebaran dan Tempat Tumbuh Gaharu ......................................................... 3
Budidaya Gaharu ......................................................................................... 4
Teh Daun Gaharu ......................................................................................... 5
Kandungan Gaharu ..................................................................................... 5
Skrining Fitokimia ...................................................................................... 6
Gravimetri .................................................................................................... 9
Karakterisasi ............................................................................................... 9
Uji Organoleptik .......................................................................................... 9
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 10

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 12
Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
Prosedur Penelitian ..................................................................................... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN


Identifikasi Jenis Tumbuhan ....................................................................... 19
Skrining Fitokimia ...................................................................................... 19
Penetapan Kadar Air .................................................................................... 22
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ........................................................... 23
Penentuan Kadar Tanin ................................................................................ 24

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Uji Hedonik .................................................................................................. 25

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Skala Hedonik dan Skala Numerik ......................................................... 18
2. Hasil Uji Fitokimia Simplisia Serbuk dan Ekstrak Daun ....................... 19
3. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Air Simplisa Gaharu ...................... 22
4. Hasil Karakterisasi Serbuk Daun Gaharu .............................................. 23
5. Hasil Uji Kadar Tanin Ekstrak Daun Gaharu ........................................ 24
6. Hasil Responden Terhadap Teh Daun Gaharu ....................................... 25

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Warna ........................................ 26
2. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Rasa .......................................... 27
3. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Aroma ...................................... 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1 Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................................. 36
2 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Air Simplisia ................................ 37
3 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Air ............................... 39
4 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Etanol .......................... 41
5 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total ..................................... 43
6 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ................ 45
7 Hasil Skrining Fitokimia ........................................................................ 47
8 Hasil Uji Kadar Tanin ............................................................................ 52
9 Hasil Uji Statistik ................................................................................... 55
10 Hasil Uji Hedonik .................................................................................. 56

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan pohon yang
berasal dari suku Thymelaeaceae yang tumbuh subur di negara tropis termasuk di
Indonesia dikenal dengan nama Agarwood, Eaglewood, Aloewood, Lign-aloes.
Suku Thymelaeaceae sering dijumpai serta di budidaya masyarakat di
Bangladesh, India, Indonesia, Bhutan, Iran, Laos, Myanmar, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand. Di Indonesia, tumbuhan ini sering ditemukan di
Sumatera, Kalimantan, dan Bangka. Batang pohon gaharu menjadi sumber utama
gaharu (agarwood), suatu produk bebebentuk kayu yang menghasilkan resin
dengan aroma yang khas dan sering digunakan sebagai bahan campuran parfum.
(Kamaluddin et al, 2017).
Pohon gaharu merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan menghasilkan gubal berupa kayu yang berasal dari
pembusukan akibat aktivitas mikroba. Gubal gaharu mengandung damar wangi
beraroma harum dan telah lama diperdagangkan. Gaharu dikatakan pohon
termahal karena bermanfaat dalam kehidupan manusia antara lain sebagai bahan
baku industri parfum, bahan ritual keagamaan, bahan baku obat-obatan seperti
antiseptik, anti mikroba, stimulan kerja syaraf, penghilang rasa sakit, obat kanker,
obat ginjal (Mega, et al., 2012).
Penelitian terus berkembang tidak hanya pada gubal gaharu, tetapi pada
daun gaharu diduga mengandung senyawa metabolit sekunder yang tinggi dan
berpotensi sebagai antioksidan. Silaban (2014) mengemukakan bahwa ekstrak
daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) mengandung senyawa metabolit
sekunder alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin dan saponin yang
berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai konsentrasi penghambatan (IC50)
sebesar 31,12 ppm – 38,16 ppm termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai
lebih kecil dari 50 ppm. Menurut Agustiantoro (2018), simplisia daun gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk.) yang tumbuh secara budiddaya di Desa Bahorok
Kabupaten Langkat mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid,
tanin dan triterpenoid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Teh merupakan minuman yang sudah dikenal luas di Indonesia dan di


dunia. Pada umumnya minuman berwarna coklat ini dibuat untuk minuman
penjamu tamu, karena aromanya yang harum dan rasanya yang khas membuat
minuman ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Misra. et al., 2009).
Teh yang banyak disukai masyarakat berupa teh yang memiliki kombinasi
aroma, warna dan rasa yang baik. Tempat tumbuh yang berbeda diasumsikan
mempengaruhi terhadap tingkat kesukaan konsumen. Dalam hal ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang komponen kimia apa saja yang
terkandung dalam daun gaharu sehingga berpotensi untuk dijadikan teh sebagai
minuman yang cukup disukai oleh masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengetahui kandungan kimia,
kadar tanin dan kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu. Pada penelitian
ini jenis yang akan diteliti adalah A.malaccensis Lamk yang tumbuh di dua Desa
yaitu Desa Asam Jawa Raya, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Desa Bakal
Julu Kabupaten Dairi. Gaharu yang ditanam di dua tempat ini berasal dari anakan
pohon induk yang tumbuh di daerah Kecamatan Bahorok, Langkat.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kandungan kimia dan kadar tanin pada daun gaharu yang
ditanam di Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi dan Desa Asam Jawa Raya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu yang
ditanam di Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi dan Desa Asam Jawa Raya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai acuan petani gaharu dalam mengelola gaharu
menjadi minuman teh seduh yang sehat dan disukai masyarakat
2. Dapat digunakan sebagai acuan mengenai pemanfaatan lebih lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)


Taksonomi tumbuhan gaharu (A. malaccensis Lamk.) menurut Susilo et al,
(2014) antara lain ; Kerajaan: Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi :
Angiospermae ; Kelas: Dikotil ; Sub Kelas : Dialypetale ; Ordo: Myrtales ;
Famili: Thymeleaceae ; Marga: Aquilaria ; Spesies: A. malaccensis Lamk.

Morfologi Tanaman Gaharu


Pohon gaharu dapat tumbuh dengan ketinggian 25-50 m dengan diameter
mencapai 60 cm. Gaharu mempunyai karakteristik batang yang tegak lurus,
kadang berbanir, kulit batang licin, beretak tipis, warna coklat kelabu, kulit dalam
putih, kayu gubal putih kekuningan (coklat muda). Daun dengan bentuk bundar
lonjong, ukuran tipis tidak berbulu, berukuran 5-14 x 2,5-5 cm, ujung lancip,
pangkal lancip, tirus, tumpul, tepi bergelombang, daun berwarna hijau tua dan
permukaan bawah hijau terang, kadang berbulu, tangkai memiliki panjang 4-6
mm dan berbulu, tulang daun sekunder menyirip tidak teratur dengan jumlah 12-
16 pasang. Bentuk bunga yang dihasilkan berbentuk payung, muncul di ujung
ranting, bawah ketiak daun dan di atas ketiak tangkai, memilki cabang 2-3,
masing-masing cabang 10 bunga, panjang tangkai perbungaan 5-15 mm. Bunga
bentuk tabung, panjang 5-6 mm, warna hijau kekuningan, panjang tangkai bunga
3-6 mm, tabung bunga bagian dalam tidak berbulu dan bagian luar berbulu. Buah
kapsul, licin, bulat telur dengan ukuran 2,5-3,5 x 2,5 cm, ujung buah tumpul dan
pangkal buah menyempit, daging buah tebal tidak berbulu, panjang tangkai buah 1
cm. Biji bentuk bulat telur, hitam, berukuran 10 x 6 mm, pada bagian pangkal biji
bengkok seperti ekor berbulu lebat, berwarna merah, dengan jumlah biji 1-2
(Susilo, et al., 2014).

Sebaran dan Tempat Tumbuh Gaharu


Pada umumnya penyebaran tempat tumbuh gaharu di Indonesia meliputi
wilayah hutan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Nusa Tenggara,
dan Irian Jaya. Ekosistem hutan seperti gambut, rawa, hutan pegunungan, hutan
dataran rendah, dan lahan berpasir berbatu menjadi tempat tumbuh gaharu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fase pertumbuhan pohon


penghasil gaharu yaitu faktor sifat fisiologis dan faktor sifat fenologis yang
termasuk dalam sifat biofisiologis tumbuh pohon penghasil gaharu yang penting
untuk diperhatikan. Pada wilayah yang potensial tumbuh gaharu jenis A.
malaccensis Lamk tinggi pohon dapat mencapai sekitar 40 m dengan diameter
80 cm. Pada hutan pegunungan dan hutan dataran rendah pohon gaharu tumbuh
pada ketinggian hingga 750 m dpl, untuk daerah yang beriklim panas dengan suhu
rata-rata dapat mencapai 32o C dan curah hujan < 2000 mm/tahun dengan
kelembapan sekitar 70 % (Sumarna, 2012).

Budidaya Pohon Gaharu


Pada umumnya pengembangan tanaman gaharu tidak bertujuan untuk
menghasilkan kayu, melainkan untuk menghasilkan gubal gaharu yang terbentuk
dari respon tanaman atas infeksi mikroba, khususnya jamur Fusarium sp.,
Cylindrocarpon sp., Trichoderma sp., Pythium sp., Phialophora sp., dan
Popullaria sp. Input iptek dalam budidaya gaharu dibutuhkan agar pertumbuhan
dan produksi gubal gaharu dapat optimal. Dukungan iptek dimaksud berkaitan
dengan aspek pembibitan atau perbanyakan bibit pohon penghasil gaharu.
Perbanyakan bibit pohon penghasil gaharu dapat dilakukan, baik secara generatif
maupun vegetatif. Perbanyakan vegetatif dan pemuliaan pohon berpotensi untuk
menghasilkan bibit klon gaharu yang memiliki keunggulan, baik pertumbuhan dan
produktivitas gubal gaharunya (Santoso, et al., 2011).
Budidaya pohon gaharu yang berpotensial dengan melihat beberapa aspek
seperti kesesuaian wilayah tempat tumbuh terhadap pohon penghasil gaharu akan
memperoleh keberhasilan pohon gaharu berkualitas tinggi serta bernilai komersial
tinggi. Beberapa aspek dalam budidaya pohon gaharu antara lain pemilihan jenis
dan pemilihan lahan. Pada umumnya, pohon penghasil gaharu dapat tumbuh dan
dibudidayakan di berbagai kondisi serta tipe lahan dengan memperhatikan kondisi
ekologis lahan tumbuh, baik pada lahan dengan kesuburan tinggi, sedang serta
pada lahan-lahan marginal. Secara biologis, lahan budidaya dapat ditentukan
dengan pendekatan kondisi endemik sebaran tumbuh pohon yang berpotensi
sebagai penghasil gaharu (Sumarna, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Teh Daun Gaharu


Teh sebagai bahan minuman terbuat dari pucuk muda daun teh yang telah
mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan
dan pengeringan. Adapun manfaat yang telah dihasilkan dari minuman teh adalah
rasa segar, serta memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan
dampak negatif. Senyawa kimia yang terkandung di dalam daun teh terdiri dari
empat kelompok besar antara lain golongan fenol, bukan fenol, aromatis dan
enzim. Selama ini teh berasal dari Camellia sinensis tetapi sekarang banyak varian
teh dari dedaunan yang nikmat dan memiliki manfaat bagi kesehatan. Salah
satunya yaitu teh daun gaharu. Tidak semua jenis gaharu memiliki khasiat sebagai
teh melainkan beberapa jenis saja yaitu famili Thymelaeaceae sehingga cocok
dijadikan teh (Andriana, 2015).
Gaharu tidak hanya dimanfaatkan dari segi batangnya, tetapi juga
daunnya, menurut Sukandar (2010) mengatakan daun gaharu yang dijadikan teh
ternyata memiliki manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya. Manfaat dari
mengkonsumsi teh gaharu yaitu sebagai anti asmatik, stimulan kerja saraf,
perangsang seks, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat
sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare.
Adapun syarat daun yang dapat dijadikan sebagai teh adalah daun yang
segar, tidak terdapat jamur pada daun dan warna daun hijau mengkilat. Untuk
jenis A. malaccensis Lamk. mempunyai daun yang panjang 5-8 cm dan lebar 3-4
cm, bentuk daunnya lonjong memanjang dengan ujung daun meruncing, warna
daunnya hijau mengkilap. Sedangkan untuk daun Wikstroemia tenuiramis
memiliki bentuk daun yang bulat telur atau elips, helai daun tipis dengan
permukaan yang licin, panjang daun sekitar 4-12 cm dan lebar sekitar
4 cm (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).

Kandungan Gaharu
Pada daun gaharu terdapat beberapa senyawa yaitu agarofuran, agarospirol,
jinkohol, jinkohon-eramol, kusunol, dihydrokaranone, jinkohol II serta oxo-aga-
rospirol. Selain itu terdapat 17 senyawa yang terdapat pada antara lain:
noroxoagaruran, agarospirol, 3-4 dihydroxy-dihydro-agarufuran, p-methoxy-
benzylaceton, dan aquillochin. Terdapat 31 unsur kimia terkandung di dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

gaharu dan kimia penyusun utamanya adalah 2-(2-(4 methoxyphenyl)ethil)


chromone (27%) dan 2-(2-phenylethy) chromone (15%). Pemanfaatan gaharu
semakin banyak karena memiliki aroma yang khas, sehingga banyak
diperdagangkan sebagai komoditi elit untuk keperluan parfum, tasbih, membakar
jenazah bagi umat Hindu, kosmetik, hio dan obat-obatan. Perkembangan ilmu dan
teknologi industri menjadikan berbagai negara saat ini memanfaatkan gaharu
selain sebagai bahan pengharum (parfum) dan kosmetik, juga telah berkembang
industri pemanfaatan gaharu sebagai bahan baku industri obat herbal alami, untuk
pengobatan stres, asma, TBC, liver, kanker, dan tumor yang masih dalam proses
uji klinis (Sulistyo, 2010).

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan pemeriksaan kandungan kimia secara
kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis yang terkandung di dalam
simplisia tumbuhan. Adapun senyawa tersebut ialah senyawa organik. Skrining
fitokimia ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloid,
glikosida, flavonoid, terpenoid, tanin dan lain-lain. Pada penelitian tumbuhan,
untuk aktivitas biologi atau senyawa yang bermanfaat dalam pengobatan perlu
dilakukan isolasi. Pemeriksaan fitokimia menggunakan teknik skrining dapat
membantu langkah-langkah fitofarmakologi yaitu seleksi awal dari pemeriksaan
tumbuhan tersebut untuk membuktikan kandungan senyawa kimia tertentu dalam
tumbuhan tersebut dan dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya (Farnsworth,
1996).
Golongan senyawa-senyawa organik yang perlu diskrining pada penelitian
ini adalah:
1. Alkaloida
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang banyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktivan biologis
tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

pengobatan. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti


biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar
yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal
dari jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan
biru serta sebagai zat warna kuning yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Sejumlah
flavonoid mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak jenis ulat
tertentu (Lenny, 2006). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai
glikosida dan terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung
sari, dan akar. Flavonoid pada tumbuhan berguna untuk menarik serangga dan
binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji.
Flavonoid dapat berguna bagi kehidupan manusia. Flavonoid dalam dosis kecil
bekerja sebagai stimulant pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh
darah kapiler. Flavonoid yang terhidroksilasi bekerja sebagai diurematik dan
sebagai antioksidan pada lemak (Sirait, 2007).
3. Triterpenoid
Menurut Widiyati (2006) menjelaskan bahwa sebagian besar senyawa
triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam
kehidupan sehari-hari sering dipergunakan untuk pengobatan penyakit diabetes,
gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria.
Tumbuhan yang mengandung senyawa triterpenoid mempunyai nilai ekologi
karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, antipemangsa, anti
bakteri dan anti virus.
4. Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida
yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat
dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel
darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang
mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam
glukuronat (Harborne, 1987). Saponin adalah senyawa berasa pahit menusuk yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

dapat menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak
di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004).
5. Tanin
Berdasarkan Amelia (2015), tanin adalah zat organik yang sangat
kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik yang terdapat pada bermacam-macam
tumbuhan. Pada umumnya tanin tersebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan
seperti pada bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah. Daun gaharu mengandung
tanin yang merupakan senyawa fenolik, maka dapat dikatakan bahwa daun gaharu
berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Mukhriani, et al (2014), yang menyatakan bahwa tanin
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan.
Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari
senyawa fenolik yang sukar dipisahkan.
Tanin adalah salah satu zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik. Tanin terdiri dari sekelompok zat-zat kompleks terdapat secara
meluas dalam dunia tumbuh-tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit
kayu, batang, daun dan buah-buahan. Ada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain: tanaman pinang, tanaman
akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan rentang besar. Tanin disebut juga
asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Adapun kegunaan dari tanin menurut
Risnasari (2002) antara lain:
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Pada industri farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan luka,
misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain itu tanin
juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti kanker.
5. Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena kemampuannya mengikat
bermacam-macam protein sehingga dapat mencegah kulit dari proses
pembusukkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

6. Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat
memberikan warna biru tua atau hijau kehitam-hitaman dengan
kombinasi-kombinasi tertentu.
7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara
mengeluarkan asam tanat yang tidak terlarut.
8. Pada industri minuman tanin juga digunakan untuk mendapatkan serat-serat
organik pada minuman anggur atau bir.

Gravimetri
Gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri ialah proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Transformasi
unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang ditimbang dengan teliti menjadi bagian terbesar dari penentuan
secara analisis gravimetri. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi
dapat digunakan (Khopkar, 1990).

Karakterisasi
Simplisia yang digunakan sebagai bahan baku harus memenuhi
persyaratan. Adapun standar parameter suatu simplisia berdasarkan (identifikasi)
kemurnian yaitu bebas dari kontaminasi kimia dan biologi yang dapat menggangu
mutu simplisia. Salah satu cara awal yang dilakukan untuk mengetahui mutu
simplisia yaitu karakterisasi. Adapun proses karakterisasi meliputi dua parameter
yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik antara lain
uji makroskopik, uji mikroskopik, pentetapan kadar sari larut air, dan penetapan
kadar sari larut etanol. Parameter non spesifik yaitu penetapan kadar air,
penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam. (Depkes RI,
2000).

Uji Organoleptik
Pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen
terhadap suatu bahan makanan dilakukan dengan alat indera manusia. Uji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

organoleptik merupakan uji yang bersifat subyektif. Panelis adalah sekelompok


orang yang akan menilai mutu atau memberikan kesan subyektif berdasarkan
prosedur yang diujikan. Panelis yang digunakan dalam uji ini berjumlah 50 orang
panelis tidak terlatih. Menurut Ningsi (2017) uji organoleptik adalah uji hedonik
(kesukaan) dimana panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaan dengan menggunakan indra manusia melalui syaraf
sensorik meliputi sifat yang dapat dilihat, diraba, dicium dan dirasa.
Menurut Wahyuningtias (2014) yang menyatakan bahwa uji organoleptik
atau evaluasi sensoris merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam mengukur dan
menganalisa karakteristik suatu bahan pangan yang diterima oleh indera
penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan dan menginterpretasikan reaksi dari
akibat proses penginderaan yang dilakukan oleh manusia yang juga bisa disebut
panelis sebagai alat ukur. Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak
digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Tingkat kesukaan
ini disebut skala hedonik, misalnya sangat suka, suka, cukup suka, tidak suka dan
sangat tidak suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut
rentangan skala yang dikehendaki. Dalam analisis datanya, skala hedonik
ditranspormasikan ke dalam angka. Dengan data ini dapat dilakukan analisa
statistik .

Kondisi Umum Lokasi Penelitian


Topografi Kabupaten Dairi
Secara astronomis Kabupaten Dairi terletak diantara 2 015'00''-30 00'00"
Lintang Utara dan 98000'-98030' Bujur Timur, tepatnya di sebelah Barat Daya
Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian wilayah antara 400 – 1.700 meter di
atas permukaan laut. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Dairi memiliki
batas-batas wilayah, yaitu : di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh
Tenggara (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dan Kabupaten Tanah Karo, di
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Barat, di sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam), dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir (BPS
Kabupaten Dairi, 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Topografi Kabupaten Labuhanbatu Selatan


Secara geografis, Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada
o
1°26’00’’ – 2 15’55’’ Lintang Utara, 99°40’00’’ – 100°26’00’’ Bujur Timur.
Pada umumnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada ketinggian di bawah
100 m di atas permukaan laut. Ketinggian antara 100 – 500 m di atas permukaan
laut hanya terdapat di Kecamatan Sungai Kanan, tepatnya pada bagian barat yang
berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. Kabupaten Labuhanbatu
Selatan menempati area seluas 311.600 Ha yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 52
Desa atau 2 Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Labuhanbatu Selatan di sebelah
Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu, di sebelah Selatan dan barat
berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Provinsi Riau (BPS Kabupaten Labuhanbatu Selatan, 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2019 sampai November 2019.
Tempat pengambilan sampel dilakukan di dua Desa yaitu: Desa Bakal Julu
Kabupaten Dairi dan Desa Asam Jawa Raya Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Provinsi Sumatera Utara. Identifikasi gaharu dilakukan di Laboratorium
Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pengujian fitokimia dilakukan di
Laboratorium Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Untuk
pembuatan teh dan penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Pengujian kadar
tanin dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat
terhadap teh gaharu dilakukan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara dan
tempat umum.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium (erlenmeyer, gelas beaker, gelas corong, gelas ukur, labu alas bulat,
labu tentukur, pipet volume dan pipet tetes), cawan penguap, botol kaca, toples
kaca, aluminium foil, blender, oven, lemari pengering, karung, neraca digital,
stopwatch, plastik polietilen, kertas saring, kain flanel, kertas perkamen, hotplate,
rotary evaporator (Heidolph VV-300), gelas plastik, sendok, kuisioner dan
kamera digital.
Bahan yang digunakan adalah daun gaharu yang telah dikeringkan. Bahan
kimia yang digunakan adalah aquades, etanol 96%, FeCl 3, serbuk Zn+2, n-butanol,
asam setat, asam sulfat pekat, asam klorida, N-heksan, dan pereaksi senyawa
alkaloid yaitu pereaksi : Mayer, Dagendorff dan Bouchardat.

Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel dilakukan dengan membedakan tempat tumbuh
pohon gaharu yang berasal dari dua Desa yaitu: Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

dan Desa Asam Jawa Raya Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera
Utara. Kemudian sampel daun gaharu dikumpulkan dalam karung, dimana sampel
tersebut dikelompokkan berdasarkan lokasi pengambilannya. Jenis sampel pohon
yang diambil adalah Aquilaria malaccensis Lamk. dan waktu pengambilan sampel
dilakukan pada pagi hari.

Persiapan Bahan Baku


Daun gaharu dikelompokkan berdasarkan lokasi pengambilan seperti di
Kabupaten Dairi dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan dibersihkan dari
kotoran yang menempel dengan air mengalir hingga bersih. Kemudian dilayukan
dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga airnya terserap dan dilakukan
pengeringan di bawah sinar matahari serta disimpan di lemari pengering sampai
daun terlihat warna kecoklatan. Proses penghalusan daun menggunakan mesin
blender, kemudian dimasukkan ke dalam plastik polietilen. Untuk pembuatan teh
,serbuk daun gaharu ditimbang 1 g dan ditambahkan air panas 100 ml.

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Gaharu


Sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah, dituangi
cairan penyari etanol 96% sebanyak 3,75 liter. Tutup, dibiarkan selama 5 hari dan
simpan di tempat yang terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Serkai lalu
peras. Kemudian rendam sisa ampas dengan cairan penyari etanol 96% sebanyak
1,25 liter. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk dan
terlindung dari cahaya matahari selama 2 hari. Enap tuangkan kemudian bagian
yang jernih diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental daun gaharu
(Ditjem POM, 1979).

Skrining Fitokimia
Skirining fitokimia terhadap ekstrak dan serbuk simplisia meliputi
pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, steroid/triterpenoid,
flavonoid, tannin dan saponin.
1. Pemeriksaan Alkaloid
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang, ditambahkan 1 ml asam
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung
reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.
a. Pada tabung I, ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih atau kuning.
b. Pada tabung II, ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk
endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.
c. Pada tabung III, ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan terbentuk
endapan berwarna coklat sampai kehitaman. Alkaloid disebut positif jika
terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga dari percobaan di atas
(Ditjen POM, 1995).
2. Pemeriksaan Triterpenoid
Sebanyak 1 g sebuk simplisia ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml n-
heksan selama 2 jam, disaring lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap.
Pada sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat
(pereaksi Lieberman-Burchard), timbulnya warna biru atau biru hijau
menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
3. Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditimbang, dilarutkan dalam 100 ml air
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5
ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi
warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth,
1996).
4. Pemeriksaaan Tanin
Ditimbang sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, disari dengan 10 ml air suling
lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.
Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Ditjen
POM, 1995).
5. Pemeriksaan Saponin
Serbuk simplisia sebanyak 0,5 g ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam
klorida 2 N buih tidak hilang (Ditjen POM, 1995).

Pemeriksaan Karakteristik Simplisia


Penetapan Kadar Sari Larut Air
Sebanyak 5 gram serbuk yang sudah dikeringkan dimaserasi selama 24
jam di dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml)
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan
selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
(Depkes RI, 1995).

Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah dikeringkan dimaserasi
selama 24 jam di dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok
sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian
disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata
yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105 oC sampai bobot tetap.
Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI, 1995).

Penetapan Kadar Abu Total


Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan ke dalam sebuah krus platina atau krus silikat yang sudah dipijar dan
ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis,
pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam


Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu didinginkan dengan 25 ml
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan
ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang
dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

Penetapan Kadar Air


Pengukuran kadar air dengan menggunakan metode gravimetri yaitu
dengan menentukan berat sampel yang hilang setelah ditempatkan pada oven
(convection, vacuum, atau microwave) selama waktu tertentu. Pada metode
gravimetri diasumsikan bahwa hanya air yang menguap dalam proses
pengeringan. Metode gravimetri hanya membutuhkan sejumlah kecil sampel
homogen dan dapat mengukur secara efektif kandungan air pada kisaran
0.01 - 99,99 (Lindani, 2016).
Merujuk pada penelitian yang dilakukan Angela et al., (2016) prosedur
penetapan kadar air dengan metode gravimetri yaitu, cawan kosong dikeringkan
dalam oven bersuhu 105oC selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Ditimbang simplisia sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam
cawan, kemudian diletakkan pada oven bersuhu 105 oC selama 4 jam sampai
beratnya konstan. Cawan berisi simplisia didinginkan dalam desikator kemudian
ditimbang. Kadar air dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Pembuatan Pereaksi untuk Uji Tanin


1. Larutan Indigokarmin
Sebanyak 6 g indigokarmin dilarutkan ke dalam 500 ml aquades dan
dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan aquades sampai satu liter lalu disaring
(Sudarmadji, 1984).
2. Larutan KMnO4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Ditimbang 0,3 g Na2C2O4 yang telah dikeringkan pada suhu 1050C lalu
dimasukkan ke dalam 250 ml H2SO4 (1:19) yang telah dididihkan selama 10
menit. Setelah larut semua, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO 4 yang akan
distandarisasi sampai warna yang timbul nampak akan hilang (dibutuhkan 34 ml
larutan KMnO4). Dipanaskan lagi sampai hampir mendidih lalu titrasi diteruskan
perlahan-lahan sampai timbul warna jambon yang dapat bertahan selama 30 detik.
Untuk lebih teliti, dilakukan titrasi blanko (250 ml) asam sulfat 1:19 tanpa
penambahan Na2C2O4 dengan cara yang sama. Biasanya kebutuhan larutan
KMnO4 untuk titrasi blanko ini tidak kurang dari 0,05 ml. Kebutuhan larutan
KMnO4 adalah jumlah KMnO4 titrasi pertama dikurangi dengan titrasi blanko
(Sudarmadji, 1984).

N KMnO4 =

Penentuan Senyawa Tanin


Penentuan kadar tanin dilakukan dengan metode Lowenthal-Procter
(Sudarmadji, 1984), sebagai berikut:
Sebanyak 5 g bahan yang telah dihaluskan ditambahkan 400 ml aquades
kemudian dimasak selama 30 menit. Setelah dingin, disaring dan dimasukkan ke
dalam labu takar 500 ml dan ditambah aquades sampai garis tanda. Diambil 10 ml
fitrat I ditambah 25 ml larutan indigokarmin dan 750 ml aquades. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, sampai warna kuning emas. Diambil
100 ml fitrat I ditambah berturut-turut 50 ml larutan gelatin, 100 ml larutan garam
asam, 10 g kaolin powder. Selanjutnya dikocok kuat-kuat beberapa menit dan
disaring. Diambil 25 ml fitrat II, dicampur dengan larutan indigokarmin sebanyak
25 ml dan aquades 750 ml dan larutan KMnO4 0,1 N. Kemudian standarisasi
larutan KMnO4 dengan Na-oksalat dan perhitungan :

Keterangan:
A : Volume titrasi tanin (ml)
B : Volume titrasi blanko (ml)
10 : Faktor Pengenceran, 1 ml KMnO4 0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

N : Setara 0,00416 g Tanin

Uji Hedonik
Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan konsumen
dengan menggunakan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara inderawi
(organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini
diberikan kepada 50 orang panelis untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan
warna. Skala yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Hedonik dan Skala Numerik
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Cukup suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
(Rahayu, 2001).
Batas penolakan yaitu batas dimana teh daun gaharu dianggap tidak disukai oleh
konsumen berada saat skala numerik < 3.

Analisis Data
Data hasil survei panelis akan dianalisa dengan tabulasi data, IBM
Statistik 22 dan dokumentasi. Data fitokimia dan uji tanin dianalisa dengan
menghitung nilai rata-rata dan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, dan
dokumentasi. Data uji hedonik ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, dan
dokumentasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Jenis Tumbuhan


Hasil identifikasi terhadap tanaman gaharu yang tumbuh di Desa Asam
Jawa Raya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi
dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa sampel daun Gaharu termasuk
dalam jenis Aquilaria malaccensis Lamk. Hasil identifikasi pada daun gaharu
adalah termasuk kedalam Kerajaan: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas:
Dicotyledonae; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Marga: Aquilaria; Spesies: A.
malaccensis Lamk. dan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Skrining Fitokimia
Pemeriksaan kandungan kimia dari serbuk dan esktrak daun gaharu
dilakukan secara kualitatif. Pengujian secara kualitatif dilakukan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Senyawa-
senyawa yang memiliki potensi sebagai aktivitas antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas.Uji skrining fitokimia ini bertujuan untuk menentukan
secara kualitatif ada atau tidaknya golongan senyawa bioaktif yang berpotensi
sebagai antioksidan (Firdiyani dkk, 2015). Hasil skrining fitokimia serbuk dan
ekstrak simplisia daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Simplisa Serbuk dan Ekstrak Etanol Daun
Gaharu
Desa Asam Jawa Desa Bakal Julu Desa Bahorok*
Raya
No Senyawa Pereaksi
Serbuk Ekstrak Serbuk Ekstrak Serbuk
1 Saponin Air Panas - - - - -
2 Tanin FeCl3 + + + + +
3 Flavonoid Amil
Alkohol + + + + +
Mg
HCLp
4 Glikosida Molish
+ + + +
H2SO4
5 Alkaloid Bouchardart
+ + + + -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Meyer
Dragendroff
6 Titerpenoi LB + + + + +
d/Steroid
Keterangan : (*) : Agustiantoro (2018)
(+) : mengandung senyawa
(-) : tidak mengandung senyawa yang di uji

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4. menunjukkan bahwa hasil


uji skrining fitokimia yang dilakukan terhadap serbuk daun gaharu yang tumbuh
secara alami di Desa Asam Jawa Raya dan Desa Bakal Julu memiliki perbedaan
dengan pohon induk daun gaharu tersebut yang tumbuh secara budidaya di Desa
Bahorok Kabupaten Langkat . Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan pemeriksaan senyawa alkaloid yang negatif pada serbuk daun
gaharu (Agustiantoro, 2018).
Senyawa alkaloid pada uji skrining fitokimia menunjukkan hasil positif,
hal ini ditandai dengan adanya endapan berwarna putih atau kuning pada pereaksi
Meyer, endapanberwarna coklat atau jingga kecoklatan pada pereaksi Dragendroff
dan endapan berwarna coklat sampai kehitaman pada pereaksi Bouchardat.
Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktivan biologis
tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
pengobatan dengan dikonsumsi pada dosis tertentu.
Pendeteksian alkaloid di dalam daun gaharu sangat penting, karena jumlah
yang signifikan dari alkaloid itu sendiri dapat digunakan untuk pengobatan seperti
antimalaria, analgeics, antispasmodic, bakterisida, dan stimulant yang semuanya
sifat farmasi tanaman. Kehadiran alkaloid dalam ekstrak daun gaharu, merupakan
penggunaan tanaman untuk mengobati sakit gigi, kolik, sakit kepala parah,
rematik dan nyeri selama kehamilan (Asmaliyah dkk, 2016). Hal ini sesuai dengan
peryataan Lenny (2006) yang menyatakan bahwa alkaloida dapat ditemukan
dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
Pemeriksaan flavonoid menunjukkan hasil yang positif pada sampel
esktrak dan serbuk simplsia daun gaharu. Hal ini ditunjukkan dengan
terbentuknya dua lapisan pada larutan dan terbentuknya warna kuning pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

lapisan bagian bawah.Senyawa flavonoid ditandai dengan adanya warna merah


atau kuning pada lapisan amil alkohol setelah menambahkan serbuk Mg dan
serbuk Zn dengan asam klorida pekat (Farnsworth, 1996).
Flavonoid yang ada pada tumbuhan berguna untuk menarik serangga dan
binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji.
Flavonoid dapat berguna bagi kehidupan manusia. Flavonoid dalam dosis kecil
bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah
kapiler. Flavonoid yang terhidroksilasi dapat bekerja sebagai diuretik dan sebagai
antioksidan pada lemak (Sirait, 2007).
Senyawa triterpenoid dan steroid dari hasil uji skrining fitokimia pada
sampel menunjukkan hasil postif. Hal ini ditunjukkan dengan terdapat perubahan
warna setelah ditambahkan larutan asam sulfat pekat menjadi warna merah
keunguan (Harborne, 1987). Pada tumbuhan senyawa triterpenoid berfungsi
sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba (Riyanto dkk,
2013).
Pada umumnya tanin didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang
mempunyai berat molekul yang cukup tinggi >1000 dan dapat membentuk
kompleks dengan protein (Malangi et al, 2012). Hasil pemeriksaan yang
dilakukan terhadap sampel menunjukkan adanya senyawa tanin pada daun gaharu
dengan penambahan FeCl3 1% terhadap filtrat yang telah diencerkan
menghasilkan warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya senyawa tanin.
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa
khasiat yaitu sebagai adstringen, anti diare, antri bakteri dan antioksidan
(Desmiaty et al, 2008). Kandungan tanin yang terkandung dalam daun gaharu
berpotensi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan
busa bila dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah (Sirait, 2007). Dari hasil pengujian
terhadap simplisia daun gaharu terbentuk busa setelah pengocokan dan setelah
penambahan asam klorida (HCl2N) busa hilang dan tidak stabil pada filtrat
simplisia daun gaharu. Hal ini berarti pemeriksaan senyawa saponin
menunjukkan hasil yang negatif pada semua sampel yang di uji. Saponin
merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan dapat menyebabkan bersin dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak di antaranya digunakan sebagai
racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Penetapan Kadar Air


Penetapan kadar air sangat berhubungan dengan kualitas simplisia dan
pembuatan teh. Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui batasan minimal
kandungan air yang telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia. Hasil
analisis kadar air pada gaharu yang tumbuh di dua daerah di Sumatera Utara dapat
dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Air Simplisia Gaharu
Asal Tumbuh % Kadar Air
Desa Asam Jawa Raya 8,91 ± 0,54
Desa Bakal Julu 7,53 ± 0,84

Pada Tabel 3 diperoleh bahwa hasil analisis kadar air simplisia desa Asam
Jawa Raya lebih tinggi dibandingkan simplisia desa Bakal Julu sehingga seluruh
sampel gaharu telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia yaitu tidak
melebihi 10%, perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 2 . Kadar air
yang melebihi 10% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba,
keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisa
(WHO, 1998).
Perbedaan kadar air disebabkan oleh metode pengeringan awal dengan
menggunakan sinar matahari setelah proses pencucian daun, sehingga proses
pengeringan tidak merata dan memiliki kandungan kadar air yang berbeda pada
sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayat (2004) bahwa proses
pengeringan berpengaruh terhadap hilangnya kadar air pada berat kering konstan.
Proses pengeringan dapat lebih cepat apabila dalam proses tersebut suhu dan
kelembapan diatur, semakin tinggi suhu yang digunakan semakin tinggi pula
proses transpirasi. Pengeringan menggunakan sinar matahari lansung memiliki
kadar air paling tinggi jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan oven.
Suhu pengeringan yang digunakan dapat mempengaruhi lama pengeringan,
semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat proses transpirasi
didalamnya, suhu yang digunakan akan lebih tinggi sehingga mempengaruhi air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

dalam bahan, dan semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan
kadar air paling rendah.

Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia


Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan
etanol. Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa
kimia bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, dan kadar sari larut
dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol, baik
senyawa polar maupun non polar.
Tabel 4. Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisa Daun Gaharu
No Parameter Hasil
Desa Asam Jawa Raya Desa Bakal Julu
1 Kadar sari larut 13,84 ± 1,65 8,26 ± 1,17
air %
2 Kadar sari larut 8,17 ± 0,18 5,57 ± 0,42
dalam etanol %
3 Kadar abu total 6,05 ± 0,35 6,81 ± 0,13
%
4 Kadar abu tidak 0,84 ± 0,06 0,87 ± 0,13
larut asam %

Hasil karakterisasi simplisia daun gaharu desa Asam Jawa Raya


menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 13,84% dan kadar sari yang
larut dalam etanol sebesar 8,17%, sedangkan simplisia daun gaharu desa Bakal
Julu menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 8,26% dan kadar sari
yang larut dalam etanol sebesar 5,57%. Penetapan kadar sari dapat dilihat bahwa
kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi daripada kadar sari yang larut dalam
etanol, hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang terlarut dalam air lebih besar
daripada senyawa yang terlarut yang terlarut dalam etanol. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Handayani et al (2019) bahwa senyawa kimia dalam serbuk simplisia
lebih banyak tersari pada pelarut air . Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam
air adalah glikosida, tanin, flavonoid, dan saponin sedangkan senyawa-senyawa
yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, steroid/triterpenoid dan flavonoid
(Depkes RI, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Penetapan kadar abu pada simplisia daun gaharu desa Asam Jawa Raya
menunjukkan kadar abu total sebesar 6,05% dan kadar abu tidak larut dalam asam
sebesar 0,84%, sedangkan desa Bakal Julu menunjukkan kadar abu total sebesar
6,81% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,87%. Besarnya kadar abu
dan kadar abu tidak larut asam yang terdapat pada simplisia berasal dari tanah
silikat simplisia, debu, dan pasir (Handayani et al, 2019). Penetapan kadar abu
total dan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk menentukan baik tidaknya
pengolahan dari simplisia dan memberi gambaran kandungan mineral yang
terdapat pada simplisia tersebut baik kandungan internal maupun
eksternal (Depkes RI, 2000).
Penentuan Kadar Tanin
Tanin adalah senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat yaitu sebagai astrigen, antibakteri dan antioksidan dan termasuk
senyawa polifenol yang berada di tumbuhan, makanan dan minuman yang dapat
larut dalam air dan pelarut organik (Mukhriani, et al, 2014). Hasil analisis kadar
tanin simplisia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Kadar Tanin Ekstrak Daun Gaharu
No Asal Tumbuh % Tanin Desa Bahorok*
a
1. Desa Asam Jawa Raya 1,618 ± 0,094
a
4,65 b
2. Desa Bakal Julu 1,656 ± 0,071
*Bestari (2018)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beberda nyata

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menunjukan


terdapat perbandingan nilai yang berbeda nyata antara Desa Asam Jawa Raya dan
Bakal Julu dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Desa Bahorok (Bestari,
2018). Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. (2-tailed) <0,05. Uji statistik kadar tanin
dapat dilihat pada Lampiran 9. Sementara itu, hasil uji statistik pada Desa Asam
Jawa Raya dan Bakal Julu menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
(nyata) antara rata-rata hasil kadar tanin masing-masing Desa. Hal ini dapat dilihat
dari nilai Sig. (2-tailed) >0,05 pada Lampiran 9.
Hal ini sesuai dengan Mabruroh (2015) yang menyatakan bahwa tinggi
rendahnya kadar tanin dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar ekstrak dalam air
teh karena tanin memiliki sifat jika dilarutkan kedalam air akan membentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

koloid dan memiliki rasa asem dan sepat pada daun gaharu. Pada proses
pemanenan daun dilakukan secara acak yang artinya daun diambil secara bebas
tanpa melihat letak posisi daun dan usia pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sihombing (2014) yaitu menunjukan bahwa semakin bertambah umur pohon
gaharu maka kandungan tanin yang terdapat pada daun akan semakin tinggi.
Perbandingan kadar tanin pada gaharu yang tumbuh di desa Asam Jawa
Raya dan Bakal Julu merupakan hasil perbanyakan melalui proses stek dari pohon
induk yang tumbuh di daerah Kecamatan Bahorok, Langkat. Hal ini sesuai dengan
Bestari (2018) yang menyatakan kadar tanin pada gaharu daun campuran di desa
Bahorok sebesar 4,65 %. Perbandingan persen kadar tanin dari tiga daerah
tersebut menunjukkan nilai yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
Dewi et al (2013) yang menyatakan bahwa perbedaan kondisi ekosistem tempat
tumbuh dapat menyebabkan perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder
yang terkandung dalam tanaman. Pada dua daerah terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain : perbedaan jenis pohon tempat
tumbuh, dan ketinggian juga bervariasi tergantung pada letak geografis dan
musim.

Uji Hedonik
Uji hedonik atau disebut juga uji tingat kesukaan masyarakat. Dalam uji
hedonik panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan terhadap warna,
rasa dan aroma dalam produk teh yang telah disediakan. Pengujian dilakukan
secara inderawi yang ditentukan berdasarkan skala hedonik yang telah ditetapkan.
Pengujian ini diberikan kepada 50 orang panelis dapat dilihat pada Lampiran 9
Tabel 6. Hasil Responden Terhadap Teh Daun Gaharu
No Asal Tumbuh Warna Rasa Aroma
1. Asam Jawa Raya 3,44 ± 0,951 2,9 ± 0,995 3,22 ± 0,954
2. Bakal Julu 3,24 ± 0,87 3,34 ± 1,136 3,36 ± 0,985
Keterangan : 1 = Sangat Tidak Suka, 2 = Tidak Suka, 3 = Cukup Suka, 4 = Suka,
5 = Sangat Suka

Warna
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat lansung oleh panelis.
Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis (Negara dkk, 2016).
Tinkat Kesukaan Konsumen

Tempat Pengambilan Sampel

Gambar 1. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Warna

Dari hasil pengamatan uji organoleptik pada warna teh daun gaharu
terlihat bahwa dari dua sampel yang diberikan kepada responden persen nilai
tertinggi terdapat pada daerah desa Bakal Julu, numerik 3 dengan keterangan
cukup suka. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden meyatakan
cukup suka terhadap teh daun gaharu dari daerah Bakal Julu dibandingkan Asam
Jawa Raya berdasarkan parameter warna. Sedangkan dilihat dari usia produktif
dengan kategori usia dewasa dan lansia menyatakan cukup suka. Tingkat
kepekatan warna teh mempengaruhi kadar tanin. Semakin pekat teh celup maka
kadar tanin akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor salah
satunya apabila senyawa tanin terpapar cahaya dan udara lebih lama maka teh
celup akan berubah warna semakin pekat (Aryadi dkk, 2017).

Rasa
Hasil uji organoleptik pada teh daun gaharu berdasarkan parameter rasa
menunjukkan bahwa dari ke dua sampel yang diberikan kepada responden persen
nilai tertinggi terdapat pada daerah desa Asam Jawa Raya , numerik 3 dengan
keterangan cukup suka. Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup suka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

terhadap teh daun gaharu dari daerah Asam Jawa Raya dibandingkan Bakal Julu
berdasarkan parameter rasa. Sedangkan dilihat dari usia produktif dengan
kategori usia dewasa dan lansia menyatakan cukup suka Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Saragih, 2014) bahwa rasa yang dihasilkan dipengaruhi oleh
komponen yang ada di dalam bahan makanan dan proses yang dialaminya. Rasa
menjadi faktor yang sangat menentukan pada keputusan akhir konsumen untuk
menolak atau menerima suatu makanan.

Rasa
Tingkat Kesukaan Konsumen

Tempat Pengambilan Sampel

Gambar 3. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Aroma

Aroma
Aroma merupakan faktor yang mempengaruhi kesukaan konsumen
terhadap produk yang disajikan . Hal ini sesuai dengan pernyataan Negara et al,
(2016) bahwa aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang
tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung (Negara et
al, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Tingkat Kesukaan Konsumen

Tempat Pengambilan Sampel


Gambar 3. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Aroma

Hasil uji organoleptik pada teh daun gaharu berdasarkan parameter aroma
menunjukkan bahwa dari ke dua sampel yang diberikan kepada responden persen
nilai tertinggi terdapat pada daerah Bakal Julu , numerik 4 dengan keterangan
suka. Hal ini menunjukkan bahwa responden suka terhadap teh daun gaharu dari
daerah Bakal Julu dibandingkan Asam Jawa Raya berdasarkan parameter aroma.
Sedangkan dilihat dari usia produktif dengan kategori usia dewasa dan lansia
menyatakan cukup suka Aroma yang dihasilkan oleh teh daun gaharu dikarenakan
adanya kandungan atsiri yang terdapat pada daun gaharu tersebut (Batubara et al,
2017).Hal ini sesuai dengan pernyataan (Aryadi et al, 2017) bahwa aroma pada
teh disebabkan karena adanya senyawa aromatik yang mudah menguap, adanya
proses ekstraksi komponen kimia teh herbal seperti karbohidrat, protein, gugus
reduksi gula saat teh diseduh, serta adanya oksidasi senyawa polifenol dan
turunannya seperti katekin menjadi theaflavin dan theabugirin yang meberikan
aroma khas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kandungan kimia yang terdapat pada daun gaharu yang berasal dari Desa
Asam Jawa Raya dan Bakal Julu antara lain mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid,glikosida dan triterpenoid. Hasil uji beda rata-rata kadar tanin pada
Desa Asam Jawa Raya dan Bakal Julu menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan (nyata) antara rata-rata hasil kadar tanin yaitu 1,618% dan
1,656%.
2. Hasil analisis tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu asal
tumbuh Desa Asam Jawa Raya dengan warna dan aroma tergolong cukup
suka, dan rasa tergolong tidak suka, sedangkan asal tumbuh Desa Bakal Julu
dengan aroma, rasa, dan warna tergolong cukup suka.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada
penelitian selanjutnya untuk melakukan proses pengeringan daun gaharu dengan
baik agar kandungan kimia tidak hilang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

DAFTAR PUSTAKA

Agustiantoro J. 2018. Skrining Fitokimia Dan Tingkat Kesukaan Konsumen Pada


Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Yang Tumbuh Secara
Alama Dan Budidaya. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Amelia FR. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penentuan Kadar Tanin Buah
Bungur Muda (Lagerstromia speciose Pers.) Secara Spektrofotometri dan
Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol 4
(2) : 2

Angela I, Hervelly, Taufik Y . 2016. Optimization of Shortening and Glycerin in


Soybean Oil (Glycine max L.Merril) in Making Margarine Using
Response Surface Methodology . Skripsi . Universitas Pasundan Bandung .
Bandung .

Andriana N. 2015. Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu


(Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Aryadi F, Wahyuni S, Rejeki S. 2017. Analisis Organoleptik Produk Teh Celup


Tawaloho (Spondias Pinnata.) Jurnal Sains dan Teknologi Pangan (JSTP)
ISSN: 2527-6271. Universitas Halu Oleo, Kendari.

Asmaliyah EE, Hadi I, Muslimin M, Turjaman I, Thalib. 2016. Quantitative Pre-


Eliminary Phytochemical Screening of Aqueous Extracts of Leaves of
Oroxylum Indicum from Five Different Places in Sumatra Island.
Indonesia. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical
Research 8(11); 1863-1869.

Ayustaningwarno F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis Dan Aplikasi. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. 2018. Kabupaten Dairi Dalam
Angka Tahun 2018. Dairi Regency In Figures.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2018. Kabupaten


Labuhanbatu Selatan Dalam Angka Tahun 2018. Labuhanbatu Selatan
Regency In Figures.

Batubara R, Surjanto, Ismanelly HT. 2017. Kelayakan Daun Gaharu Endemik


Sumatera (Wikstroemia tenuiramis Miq) Sebagai Bahan Baku Teh Gaharu
Yang Kaya Antioksidan. Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017.

Bestari F. 2018. Pengujian Kandungan Tanin Dan Aktivitas Antioksidan Pada


Dua Jenis Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Dan Wikstronemia
tenuiramis Miq. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika


Indonesia. Ed Ke-4. Jakarta.

Desmiaty, Y., Ratih H., Dewi M.A., Agustin R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin
Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
Sambang Darah ( Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan
Pereaksi Biru Prussia. Journal of Ortocarpus. Vol.8.106-109.

Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K. 2013. Identifikasi Kandungan


Kimia Estrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana. Bali.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar


Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta. Hal 13-37.

Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Hal. 321-326, 333-337.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 33.

Farnsworth NR. 1996. Biological and Phytochemical Screening of Plants.Journal


of Pharmaceutical Sciences 55(3):263.

Firdiyani F, Agustini TW, Ma’ruf WF. 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai
Antioksidan Alami Spriluna Plantesis Segar dengan Pelarut yang Berbeda.
JPHPI (Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia) Vol.18 No. 1. Hal.
28-37.

Gunawan D, Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid Pertama.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Handayani , F., Apriliana, A., Natalia, H. 2019. Karakterisasi dan Skrining


Fitokimia Simplisia Daun Selutui Puka (Tabernaemontana macracarpa
Jack). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1):49-58. Samarinda.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods


oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung.

Hidaya A. 2004. Pengaruh Kelembapan Udara Terhadap Kualitas Rumput Laut


Kering Asin Jenis (Eucheuma cottoni) dan (Gracilaria sp). Selama
Penyimpanan . Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kamaluddin, M.T., Yuliarni, Agustin Y., Parisa N., Hidayat R., Wahyuni T.,
Yuliana C., Perryanis. 2017. Efek Sedativa dan Kebugaran Teh Celup
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis L). Jurnal Jamu Indonesia 2(3) :
114-120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida. Karya


Ilmiah. FMIPA USU. Medan.

Lindani A. 2016. Perbandingan Pengukuran Kadar Air Metode Moisture Analyzer


Dengan Metode Oven Pada Produk Biskuit Sandwich Cookies di
PT. Mondelez Indonesia Manufacturing. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Mabruroh AIM. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Estrak Tanin dari Daun Rumput
Bambu (Lopatehrum gracile broungn) dan Identifikasinya. Skripsi Malang
: Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri
Maulana Malik Ibrahim Malang.

Malangi, L.P., Sangi, M.S, Paendong, J.E.J. 2012. Penentuan Kandungan Tanin
dan Uji Aktivitas Antioksi dan Ekstrak Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online. Vol 1 (1) : 5-10

Mega IM, Suanda DK, Kasniari DN, Suena W, Parwata MAO. 2012. Formulasi
Inokulan Jamur Pembentukan Gubal Gaharu Pada Tanaman Ketimunan
(Gyrinops versteegii). Jurnal Agrotrop 2 (2) : 139-144

Misra H, Mehta D, Mehta B, Soni M, Jain. 2009. Study Of Extraction and


HPTLC-UV Method for Estimation Of Caffeine in Marketed Tea (Camellia
sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy: 3 (1) : 47-
51.

Mukhriani, Yenny, F.Y., Mumang. 2014. Penetapan Kadar Tanin Total Ekstrak
Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Secacra Spektrofotometri UV-VIS.
Jurnal FIK Online. Vol2 (4).

Negara JK, Sio AK, Rifkhan, Arifin M, Oktaviana AY, Wihansah RRS, Yusuf,
M. 2016. Aspek Mikrobiologis serta (Rasa, Warna,Tekstur, Aroma) pada
Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 04, No. 2, Hal: 286-290.

Ningsi S. 2017. Pengaruh Penggunaan Tahu Sebagai Extender Terhadap Sifat


Organleptik Sosis Ayam. Zootek 37.2 (2017) : 341-349.

Rahayu WP. 2001. Penentuan Penilian Organoleptik. Fakultas Teknologi


Pertanian IPB. Bogor.

Risnasari I. 2002. Tanin. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.


(@ 2002 digitized by USU digital library).

Riyanto EI, Widowati I, Sabdono A. 2013. Skrining Aktivitas Antibakteri Pada


Ekstrak Sargasum Polycystum Terhadap Bakteri Vibrio harveyi dan
Micrococcus luteus di Pulau Panjang Jepara. Journal of Marine Research

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

1(1):115- 121.

Santoso E, Subiakto A, Turjaman M. 2011. Teknik Silvikultur dan Budidaya


Tanaman Penghasil Gaharu. Buku Seri Iptek V Kehutanan. Pusat Litbang
Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.

Saragih R. 2014. Uji Kesukaan Panelis Pada Teh Daun Torbangun (Coleus
Amboinicu). E-Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan. Vol. 1, No.1,
Hal 46-52.

Setyaningrum H, Cahyo S. 2014. Panduan Lengkap Gaharu. Jakarta : Penebar


Swadaya

Sihombing EJ. 2014. Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk.) Serat Kaitannya dengan Umur Pohon yang
Berpotensi sebagai Antioksidan. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera
Utara.

Silaban SF. 2014. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sirait M. 2007. Phytochemical Guides In Pharmacy. ITB Publisher, Bandung.

Sudarmadji S. 1984. Analisa Bahan Makanan dari Pertanian. Library. Yogyakarta.

Sukandar. 2010. Pengembangan HHBK Jenis Gaharu (A. malaccensis) di Provinsi


Kepulauan Bangka Belitung. Dinas Kehutanan Provinsi Bangka Belitung.

Sumarna Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Pusat Litbang Produksi Hutan. Bogor.

Sulistyo A. 2010. Pengembangan Teknologi Produk Gaharu Berbasis


Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Surata IK, Widnyana IM. 2001 Teknik Budidaya


Gaharu (Aquilaria malaccensis, Lamk.). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Kupang.

Susilo A. 2014. Status Taksonomi dan Populasi Jenis-Jenis Aquilaria dan


Grinops. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Bogor

Susilo A, Kalima T, Santoso E. 2014. Panduan Lapangan Pengenalan Jenis Pohon


Penghasil Gaharu Aquilaria spp. Di Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Wahyuningtias D. 2014. Uji Kesukaan Hasil Jadi Kue Brownis Menggunakan


Tepung Terigu dan Gandum Utuh. Vol. 5. No. 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Widiyati E. 2006. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas


Biologis Pada Beberapa SpesiesTanaman Obat Tradisional Masyarakat
Pedesaan Bengkulu. Jurnal Gradien Vol. 2(1) : 116-122.

[WHO] World Health Organization. 1998. Quality Control Methods for Medicinal
Plant Material. Switherland : 19-25 p.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Lampiran 2. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar air simplisia

Kadar air =
Simplisia Desa Asam Jawa Raya
a. Berat sampel = 1,07 g

Kadar air = x 100%

= 9,34%

b. Berat sampel = 1,06 g

Kadar air = x 100%

= 8,49%
c. Berat sampel = 1,08 g

Kadar air = x 100%

= 8,33%
d. Berat sampel = 1,04 g

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Kadar air = x 100%

= 9,61%
e. Berat sampel = 1,02 g

Kadar air = x 100%

= 8,82%

Kadar air rata-rata =

=8,91%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 1,03g

Kadar air = x 100%

= 7,76%
b. Berat sampel = 1,07 g

Kadar air = x 100%

= 6,54%
c. Berat sampel = 1,02 g

Kadar air = x 100%

= 6,86%
d. Berat sampel = 1,02 g

Kadar air = x 100%

= 7,84%
e. Berat sampel = 1,04 g

Kadar air = x 100%

= 8,65%

Kadar air rata-rata =

=7,53%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Lampiran 3. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam
air simplisia

Simplisia Desa Asam Jawa Raya

a. Berat sampel = 5,0080 g


Berat sari = 0,1384 g

= 13,81%

b. Berat sampel = 5,0047 g


Berat sari = 0,1223 g

= 12,21%
c. Berat sampel = 5,0027g
Berat sari = 0,1552 g

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

= 15,51%

= 13,84%
Simplisia Desa Bakal Julu

a. Berat sampel = 5,0041g


Berat sari = 0,0769 g

= 7,68%
b. Berat sampel = 5,0065 g
Berat sari = 0,0751 g

= 7,50%
c. Berat sampel = 5,0052g
Berat sari = 0,0964 g

= 9,62%

= 8,26%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Lampiran 4. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam
etanol

Simplisia Desa Asam Jawa Raya

a. Berat sampel = 5,0048 g


Berat sari = 0,0812 g

Kadar sari =8,11%


b. Berat sampel = 5,0068 g
Berat sari = 0,084 g

Kadar sari = 8,38%


c. Berat sampel = 5,0031 g
Berat sari = 0,0803 g

Kadar sari = 8,02%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

= 8,17%
Simplisia Desa Bakal Julu

a. Berat sampel = 5,0100 g


Berat sari = 0,06 g

Kadar sari =5,98%

b. Berat sampel = 5,0106 g


Berat sari = 0,0515 g

Kadar sari = 5,13%

c. Berat sampel = 5,0114 g


Berat sari = 0,0563 g

Kadar sari = 5,61%

= 5,57%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Lampiran 5. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar abu total


simplisia

Simplisia Desa Asam Jawa Raya

a. Berat sampel = 2,0931 g


Berat abu = 0,1298 g

= 6,20 %
b. Berat sampel = 2,0339 g
Berat abu = 0,1148 g

= 5,64%
c. Berat sampel = 2,0556 g
Berat abu = 0,1299 g

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

= 6,31%

= 6,05%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 2,0220 g
Berat abu = 0,1409 g

= 6,96 %
b. Berat sampel = 2,0231 g
Berat abu = 0,1357 g

= 6,70%
c. Berat sampel = 2,0304 g
Berat abu = 0,139 g

= 6,79%

= 6,81%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Lampiran 6. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut
dalam asam

Kadar abu yang tidak larut dalam asam x 100%

Simplisia Desa Asam Jawa Raya


a. Berat sampel = 2,0931 g
Berat abu = 0,019 g

= 0,90 %
b. Berat sampel = 2,0339 g
Berat abu = 0,0159 g

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

= 0,78%
c. Berat sampel = 2,0556 g
Berat abu = 0,0175 g

= 0,85%

= 0,84%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 2,0220 g
Berat abu = 0,0145 g

= 0,71 %
b. Berat sampel = 2,0231 g
Berat abu = 0,0192 g

= 0,94%

c. Berat sampel = 2,0304 g


Berat abu = 0,0195 g

= 0,96%

= 0,87%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Lampiran 7. Data dan Dokumentasi Hasil Skrining Fitokimia Simplisia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Serbuk

Alkaloid
Glikosida
Tanin

Flavonoid
Saponin

Triterpenoid

Alkaloid
Glikosida Tanin

Flavonoid Saponin

Triterpenoid

Ekstrak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Desa Bakal
Julu

Triterpenoid

Alkaloid
Glikosida
Tanin

Desa Asam Jawa Flavonoid Saponin

Raya

Triterpenoid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Lampiran .8 Hasil Pengujian Kadar Tanin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Lampiran 9. Data Uji Statistik

Uji statistik normalitas data


Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
Nilai .184 6 .200 .947 6 .713

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji statistik homogenitas varians


Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Based on Mean .237 1 4 .652
Based on Median .138 1 4 .729
Based on Median and with .138 1 3.678 .730
adjusted df
Based on trimmed mean .230 1 4 .657

Uji independent t-test

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai Asam Jawa Raya 3 1.6180 .09490 .05479
Bakal Julu 3 1.6561 .07163 .04135

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Sig. (2- Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Mean Difference Difference Lower Upper
Nilai Equal variances .237 .652 -.555 4 .608 -.03812 .06865 -.22872 .15247
assumed
Equal variances not -.555 3.720 .610 -.03812 .06865 -.23450 .15826
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Lampiran 10. Dokumentasi dan Data Hasil Uji Hedonik Terhadap Panelis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bakal Julu
57
Asam Jawa
Umur
No. Aquilaria malaccensis lamk Aquilaria malaccensis lamk
(Thn)
Rasa Aroma Warna Rasa Aroma Warna

1. 16 5 4 4 1 3 3

2. 19 4 4 3 2 2 3

3. 20 3 3 3 1 2 2

4. 20 2 3 4 3 5 4

5. 20 3 1 3 4 3 5

6. 20 3 4 3 4 2 3

7. 21 2 4 4 1 2 4

8. 21 3 1 3 1 3 3

9. 21 4 3 4 2 2 5

10. 21 4 3 3 3 2 3

11. 21 2 4 3 3 4 3

12. 21 3 4 3 2 3 4

13. 21 4 2 3 5 4 3

14. 21 3 1 2 3 4 3

15. 21 3 4 3 3 4 1

16. 21 4 4 4 3 2 4

17. 21 5 4 3 4 5 5

18. 22 3 1 3 3 2 3

19. 22 4 3 2 2 3 4

20. 22 4 3 4 3 4 3

21. 22 2 4 2 3 4 3

22. 23 4 3 3 2 3 4

23. 23 4 3 4 1 1 3

24. 23 4 4 4 4 4 4

25. 23 1 3 3 3 4 4

26. 23 4 4 3 3 4 3

27. 23 2 3 4 3 5 4

28. 24 5 5 5 2 2 5

29. 24 1 4 3 3 2 3

30. 26 4 3 4 3 4 4

31. 26 1 4 3 3 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

32. 27 3 4 3 3 4 2

33. 28 3 4 4 4 4 4

34. 31 3 2 3 4 3 3

35. 32 4 4 3 3 4 3

36. 34 4 4 1 3 3 3

37. 34 4 4 3 2 3 4

38. 35 4 4 3 4 3 5

39. 37 5 4 3 4 4 4

40. 38 4 4 4 4 4 4

41. 38 4 2 1 5 4 3

42. 45 3 3 3 3 4 4

43. 46 5 4 4 2 3 2

44. 47 4 4 4 2 4 5

45. 50 5 5 5 2 2 1

46. 52 1 2 4 3 3 4

47. 56 1 4 3 4 3 2

48. 59 3 3 4 3 4 3

49. 60 3 4 1 4 3 3

50. 62 4 3 4 3 2 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai