SKRIPSI
M. SANI SIREGAR
161201027
SKRIPSI
Oleh:
M. SANI SIREGAR
161201027
Kata kunci : Daun gaharu, kadar air, karakterisasi, kadar tanin, skrining fitokimia,
uji hedonik.
iii
iv
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Skrining Fitokimia,
Kadar Tanin dan Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk) Yang Ditanam Di Dua Desa Di Provinsi Sumatera
Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
T. Ismanelly Hanum, S.Si, M.Si., Apt selaku anggota komisi pembimbing yang
telah memberikan masukan dan saran berharga dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada Orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan
dan doa nya kepada penulis. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
penulis yang telah membantu penulis di lapangan maupun memberikan saran
dalam penyusunan skripsi ini dan terima kasih kepada Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis fasilitas sehingga
dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
vi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
PERNYATAAN ORIGINALITAS .................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)..................................... 3
Morfologi Tanaman Gaharu ........................................................................ 3
Sebaran dan Tempat Tumbuh Gaharu ......................................................... 3
Budidaya Gaharu ......................................................................................... 4
Teh Daun Gaharu ......................................................................................... 5
Kandungan Gaharu ..................................................................................... 5
Skrining Fitokimia ...................................................................................... 6
Gravimetri .................................................................................................... 9
Karakterisasi ............................................................................................... 9
Uji Organoleptik .......................................................................................... 9
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 12
Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
Prosedur Penelitian ..................................................................................... 12
vii
viii
No. Halaman
1. Skala Hedonik dan Skala Numerik ......................................................... 18
2. Hasil Uji Fitokimia Simplisia Serbuk dan Ekstrak Daun ....................... 19
3. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Air Simplisa Gaharu ...................... 22
4. Hasil Karakterisasi Serbuk Daun Gaharu .............................................. 23
5. Hasil Uji Kadar Tanin Ekstrak Daun Gaharu ........................................ 24
6. Hasil Responden Terhadap Teh Daun Gaharu ....................................... 25
ix
No. Halaman
1. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Warna ........................................ 26
2. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Rasa .......................................... 27
3. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Aroma ...................................... 28
No. Halaman
1 Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................................. 36
2 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Air Simplisia ................................ 37
3 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Air ............................... 39
4 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Etanol .......................... 41
5 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total ..................................... 43
6 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ................ 45
7 Hasil Skrining Fitokimia ........................................................................ 47
8 Hasil Uji Kadar Tanin ............................................................................ 52
9 Hasil Uji Statistik ................................................................................... 55
10 Hasil Uji Hedonik .................................................................................. 56
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan pohon yang
berasal dari suku Thymelaeaceae yang tumbuh subur di negara tropis termasuk di
Indonesia dikenal dengan nama Agarwood, Eaglewood, Aloewood, Lign-aloes.
Suku Thymelaeaceae sering dijumpai serta di budidaya masyarakat di
Bangladesh, India, Indonesia, Bhutan, Iran, Laos, Myanmar, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand. Di Indonesia, tumbuhan ini sering ditemukan di
Sumatera, Kalimantan, dan Bangka. Batang pohon gaharu menjadi sumber utama
gaharu (agarwood), suatu produk bebebentuk kayu yang menghasilkan resin
dengan aroma yang khas dan sering digunakan sebagai bahan campuran parfum.
(Kamaluddin et al, 2017).
Pohon gaharu merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan menghasilkan gubal berupa kayu yang berasal dari
pembusukan akibat aktivitas mikroba. Gubal gaharu mengandung damar wangi
beraroma harum dan telah lama diperdagangkan. Gaharu dikatakan pohon
termahal karena bermanfaat dalam kehidupan manusia antara lain sebagai bahan
baku industri parfum, bahan ritual keagamaan, bahan baku obat-obatan seperti
antiseptik, anti mikroba, stimulan kerja syaraf, penghilang rasa sakit, obat kanker,
obat ginjal (Mega, et al., 2012).
Penelitian terus berkembang tidak hanya pada gubal gaharu, tetapi pada
daun gaharu diduga mengandung senyawa metabolit sekunder yang tinggi dan
berpotensi sebagai antioksidan. Silaban (2014) mengemukakan bahwa ekstrak
daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) mengandung senyawa metabolit
sekunder alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin dan saponin yang
berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai konsentrasi penghambatan (IC50)
sebesar 31,12 ppm – 38,16 ppm termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai
lebih kecil dari 50 ppm. Menurut Agustiantoro (2018), simplisia daun gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk.) yang tumbuh secara budiddaya di Desa Bahorok
Kabupaten Langkat mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid,
tanin dan triterpenoid.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kandungan kimia dan kadar tanin pada daun gaharu yang
ditanam di Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi dan Desa Asam Jawa Raya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu yang
ditanam di Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi dan Desa Asam Jawa Raya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai acuan petani gaharu dalam mengelola gaharu
menjadi minuman teh seduh yang sehat dan disukai masyarakat
2. Dapat digunakan sebagai acuan mengenai pemanfaatan lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan Gaharu
Pada daun gaharu terdapat beberapa senyawa yaitu agarofuran, agarospirol,
jinkohol, jinkohon-eramol, kusunol, dihydrokaranone, jinkohol II serta oxo-aga-
rospirol. Selain itu terdapat 17 senyawa yang terdapat pada antara lain:
noroxoagaruran, agarospirol, 3-4 dihydroxy-dihydro-agarufuran, p-methoxy-
benzylaceton, dan aquillochin. Terdapat 31 unsur kimia terkandung di dalam
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan pemeriksaan kandungan kimia secara
kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis yang terkandung di dalam
simplisia tumbuhan. Adapun senyawa tersebut ialah senyawa organik. Skrining
fitokimia ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloid,
glikosida, flavonoid, terpenoid, tanin dan lain-lain. Pada penelitian tumbuhan,
untuk aktivitas biologi atau senyawa yang bermanfaat dalam pengobatan perlu
dilakukan isolasi. Pemeriksaan fitokimia menggunakan teknik skrining dapat
membantu langkah-langkah fitofarmakologi yaitu seleksi awal dari pemeriksaan
tumbuhan tersebut untuk membuktikan kandungan senyawa kimia tertentu dalam
tumbuhan tersebut dan dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya (Farnsworth,
1996).
Golongan senyawa-senyawa organik yang perlu diskrining pada penelitian
ini adalah:
1. Alkaloida
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang banyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktivan biologis
tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
dapat menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak
di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004).
5. Tanin
Berdasarkan Amelia (2015), tanin adalah zat organik yang sangat
kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik yang terdapat pada bermacam-macam
tumbuhan. Pada umumnya tanin tersebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan
seperti pada bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah. Daun gaharu mengandung
tanin yang merupakan senyawa fenolik, maka dapat dikatakan bahwa daun gaharu
berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Mukhriani, et al (2014), yang menyatakan bahwa tanin
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan.
Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari
senyawa fenolik yang sukar dipisahkan.
Tanin adalah salah satu zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik. Tanin terdiri dari sekelompok zat-zat kompleks terdapat secara
meluas dalam dunia tumbuh-tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit
kayu, batang, daun dan buah-buahan. Ada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain: tanaman pinang, tanaman
akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan rentang besar. Tanin disebut juga
asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Adapun kegunaan dari tanin menurut
Risnasari (2002) antara lain:
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Pada industri farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan luka,
misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain itu tanin
juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti kanker.
5. Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena kemampuannya mengikat
bermacam-macam protein sehingga dapat mencegah kulit dari proses
pembusukkan.
6. Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat
memberikan warna biru tua atau hijau kehitam-hitaman dengan
kombinasi-kombinasi tertentu.
7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara
mengeluarkan asam tanat yang tidak terlarut.
8. Pada industri minuman tanin juga digunakan untuk mendapatkan serat-serat
organik pada minuman anggur atau bir.
Gravimetri
Gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri ialah proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Transformasi
unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang ditimbang dengan teliti menjadi bagian terbesar dari penentuan
secara analisis gravimetri. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi
dapat digunakan (Khopkar, 1990).
Karakterisasi
Simplisia yang digunakan sebagai bahan baku harus memenuhi
persyaratan. Adapun standar parameter suatu simplisia berdasarkan (identifikasi)
kemurnian yaitu bebas dari kontaminasi kimia dan biologi yang dapat menggangu
mutu simplisia. Salah satu cara awal yang dilakukan untuk mengetahui mutu
simplisia yaitu karakterisasi. Adapun proses karakterisasi meliputi dua parameter
yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik antara lain
uji makroskopik, uji mikroskopik, pentetapan kadar sari larut air, dan penetapan
kadar sari larut etanol. Parameter non spesifik yaitu penetapan kadar air,
penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam. (Depkes RI,
2000).
Uji Organoleptik
Pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen
terhadap suatu bahan makanan dilakukan dengan alat indera manusia. Uji
METODOLOGI PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel dilakukan dengan membedakan tempat tumbuh
pohon gaharu yang berasal dari dua Desa yaitu: Desa Bakal Julu Kabupaten Dairi,
dan Desa Asam Jawa Raya Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera
Utara. Kemudian sampel daun gaharu dikumpulkan dalam karung, dimana sampel
tersebut dikelompokkan berdasarkan lokasi pengambilannya. Jenis sampel pohon
yang diambil adalah Aquilaria malaccensis Lamk. dan waktu pengambilan sampel
dilakukan pada pagi hari.
Skrining Fitokimia
Skirining fitokimia terhadap ekstrak dan serbuk simplisia meliputi
pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, steroid/triterpenoid,
flavonoid, tannin dan saponin.
1. Pemeriksaan Alkaloid
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang, ditambahkan 1 ml asam
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung
reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.
a. Pada tabung I, ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih atau kuning.
b. Pada tabung II, ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk
endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.
c. Pada tabung III, ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan terbentuk
endapan berwarna coklat sampai kehitaman. Alkaloid disebut positif jika
terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga dari percobaan di atas
(Ditjen POM, 1995).
2. Pemeriksaan Triterpenoid
Sebanyak 1 g sebuk simplisia ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml n-
heksan selama 2 jam, disaring lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap.
Pada sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat
(pereaksi Lieberman-Burchard), timbulnya warna biru atau biru hijau
menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
3. Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditimbang, dilarutkan dalam 100 ml air
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5
ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi
warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth,
1996).
4. Pemeriksaaan Tanin
Ditimbang sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, disari dengan 10 ml air suling
lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.
Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Ditjen
POM, 1995).
5. Pemeriksaan Saponin
Serbuk simplisia sebanyak 0,5 g ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-
kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam
klorida 2 N buih tidak hilang (Ditjen POM, 1995).
Ditimbang 0,3 g Na2C2O4 yang telah dikeringkan pada suhu 1050C lalu
dimasukkan ke dalam 250 ml H2SO4 (1:19) yang telah dididihkan selama 10
menit. Setelah larut semua, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO 4 yang akan
distandarisasi sampai warna yang timbul nampak akan hilang (dibutuhkan 34 ml
larutan KMnO4). Dipanaskan lagi sampai hampir mendidih lalu titrasi diteruskan
perlahan-lahan sampai timbul warna jambon yang dapat bertahan selama 30 detik.
Untuk lebih teliti, dilakukan titrasi blanko (250 ml) asam sulfat 1:19 tanpa
penambahan Na2C2O4 dengan cara yang sama. Biasanya kebutuhan larutan
KMnO4 untuk titrasi blanko ini tidak kurang dari 0,05 ml. Kebutuhan larutan
KMnO4 adalah jumlah KMnO4 titrasi pertama dikurangi dengan titrasi blanko
(Sudarmadji, 1984).
N KMnO4 =
Keterangan:
A : Volume titrasi tanin (ml)
B : Volume titrasi blanko (ml)
10 : Faktor Pengenceran, 1 ml KMnO4 0,1
Uji Hedonik
Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan konsumen
dengan menggunakan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara inderawi
(organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini
diberikan kepada 50 orang panelis untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan
warna. Skala yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Hedonik dan Skala Numerik
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Cukup suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
(Rahayu, 2001).
Batas penolakan yaitu batas dimana teh daun gaharu dianggap tidak disukai oleh
konsumen berada saat skala numerik < 3.
Analisis Data
Data hasil survei panelis akan dianalisa dengan tabulasi data, IBM
Statistik 22 dan dokumentasi. Data fitokimia dan uji tanin dianalisa dengan
menghitung nilai rata-rata dan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, dan
dokumentasi. Data uji hedonik ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, dan
dokumentasi.
Skrining Fitokimia
Pemeriksaan kandungan kimia dari serbuk dan esktrak daun gaharu
dilakukan secara kualitatif. Pengujian secara kualitatif dilakukan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Senyawa-
senyawa yang memiliki potensi sebagai aktivitas antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas.Uji skrining fitokimia ini bertujuan untuk menentukan
secara kualitatif ada atau tidaknya golongan senyawa bioaktif yang berpotensi
sebagai antioksidan (Firdiyani dkk, 2015). Hasil skrining fitokimia serbuk dan
ekstrak simplisia daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Simplisa Serbuk dan Ekstrak Etanol Daun
Gaharu
Desa Asam Jawa Desa Bakal Julu Desa Bahorok*
Raya
No Senyawa Pereaksi
Serbuk Ekstrak Serbuk Ekstrak Serbuk
1 Saponin Air Panas - - - - -
2 Tanin FeCl3 + + + + +
3 Flavonoid Amil
Alkohol + + + + +
Mg
HCLp
4 Glikosida Molish
+ + + +
H2SO4
5 Alkaloid Bouchardart
+ + + + -
Meyer
Dragendroff
6 Titerpenoi LB + + + + +
d/Steroid
Keterangan : (*) : Agustiantoro (2018)
(+) : mengandung senyawa
(-) : tidak mengandung senyawa yang di uji
bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak di antaranya digunakan sebagai
racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Pada Tabel 3 diperoleh bahwa hasil analisis kadar air simplisia desa Asam
Jawa Raya lebih tinggi dibandingkan simplisia desa Bakal Julu sehingga seluruh
sampel gaharu telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia yaitu tidak
melebihi 10%, perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 2 . Kadar air
yang melebihi 10% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba,
keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisa
(WHO, 1998).
Perbedaan kadar air disebabkan oleh metode pengeringan awal dengan
menggunakan sinar matahari setelah proses pencucian daun, sehingga proses
pengeringan tidak merata dan memiliki kandungan kadar air yang berbeda pada
sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayat (2004) bahwa proses
pengeringan berpengaruh terhadap hilangnya kadar air pada berat kering konstan.
Proses pengeringan dapat lebih cepat apabila dalam proses tersebut suhu dan
kelembapan diatur, semakin tinggi suhu yang digunakan semakin tinggi pula
proses transpirasi. Pengeringan menggunakan sinar matahari lansung memiliki
kadar air paling tinggi jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan oven.
Suhu pengeringan yang digunakan dapat mempengaruhi lama pengeringan,
semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat proses transpirasi
didalamnya, suhu yang digunakan akan lebih tinggi sehingga mempengaruhi air
dalam bahan, dan semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan
kadar air paling rendah.
Penetapan kadar abu pada simplisia daun gaharu desa Asam Jawa Raya
menunjukkan kadar abu total sebesar 6,05% dan kadar abu tidak larut dalam asam
sebesar 0,84%, sedangkan desa Bakal Julu menunjukkan kadar abu total sebesar
6,81% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,87%. Besarnya kadar abu
dan kadar abu tidak larut asam yang terdapat pada simplisia berasal dari tanah
silikat simplisia, debu, dan pasir (Handayani et al, 2019). Penetapan kadar abu
total dan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk menentukan baik tidaknya
pengolahan dari simplisia dan memberi gambaran kandungan mineral yang
terdapat pada simplisia tersebut baik kandungan internal maupun
eksternal (Depkes RI, 2000).
Penentuan Kadar Tanin
Tanin adalah senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat yaitu sebagai astrigen, antibakteri dan antioksidan dan termasuk
senyawa polifenol yang berada di tumbuhan, makanan dan minuman yang dapat
larut dalam air dan pelarut organik (Mukhriani, et al, 2014). Hasil analisis kadar
tanin simplisia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Kadar Tanin Ekstrak Daun Gaharu
No Asal Tumbuh % Tanin Desa Bahorok*
a
1. Desa Asam Jawa Raya 1,618 ± 0,094
a
4,65 b
2. Desa Bakal Julu 1,656 ± 0,071
*Bestari (2018)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beberda nyata
koloid dan memiliki rasa asem dan sepat pada daun gaharu. Pada proses
pemanenan daun dilakukan secara acak yang artinya daun diambil secara bebas
tanpa melihat letak posisi daun dan usia pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sihombing (2014) yaitu menunjukan bahwa semakin bertambah umur pohon
gaharu maka kandungan tanin yang terdapat pada daun akan semakin tinggi.
Perbandingan kadar tanin pada gaharu yang tumbuh di desa Asam Jawa
Raya dan Bakal Julu merupakan hasil perbanyakan melalui proses stek dari pohon
induk yang tumbuh di daerah Kecamatan Bahorok, Langkat. Hal ini sesuai dengan
Bestari (2018) yang menyatakan kadar tanin pada gaharu daun campuran di desa
Bahorok sebesar 4,65 %. Perbandingan persen kadar tanin dari tiga daerah
tersebut menunjukkan nilai yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
Dewi et al (2013) yang menyatakan bahwa perbedaan kondisi ekosistem tempat
tumbuh dapat menyebabkan perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder
yang terkandung dalam tanaman. Pada dua daerah terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain : perbedaan jenis pohon tempat
tumbuh, dan ketinggian juga bervariasi tergantung pada letak geografis dan
musim.
Uji Hedonik
Uji hedonik atau disebut juga uji tingat kesukaan masyarakat. Dalam uji
hedonik panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan terhadap warna,
rasa dan aroma dalam produk teh yang telah disediakan. Pengujian dilakukan
secara inderawi yang ditentukan berdasarkan skala hedonik yang telah ditetapkan.
Pengujian ini diberikan kepada 50 orang panelis dapat dilihat pada Lampiran 9
Tabel 6. Hasil Responden Terhadap Teh Daun Gaharu
No Asal Tumbuh Warna Rasa Aroma
1. Asam Jawa Raya 3,44 ± 0,951 2,9 ± 0,995 3,22 ± 0,954
2. Bakal Julu 3,24 ± 0,87 3,34 ± 1,136 3,36 ± 0,985
Keterangan : 1 = Sangat Tidak Suka, 2 = Tidak Suka, 3 = Cukup Suka, 4 = Suka,
5 = Sangat Suka
Warna
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat lansung oleh panelis.
Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang
dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis (Negara dkk, 2016).
Tinkat Kesukaan Konsumen
Dari hasil pengamatan uji organoleptik pada warna teh daun gaharu
terlihat bahwa dari dua sampel yang diberikan kepada responden persen nilai
tertinggi terdapat pada daerah desa Bakal Julu, numerik 3 dengan keterangan
cukup suka. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden meyatakan
cukup suka terhadap teh daun gaharu dari daerah Bakal Julu dibandingkan Asam
Jawa Raya berdasarkan parameter warna. Sedangkan dilihat dari usia produktif
dengan kategori usia dewasa dan lansia menyatakan cukup suka. Tingkat
kepekatan warna teh mempengaruhi kadar tanin. Semakin pekat teh celup maka
kadar tanin akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor salah
satunya apabila senyawa tanin terpapar cahaya dan udara lebih lama maka teh
celup akan berubah warna semakin pekat (Aryadi dkk, 2017).
Rasa
Hasil uji organoleptik pada teh daun gaharu berdasarkan parameter rasa
menunjukkan bahwa dari ke dua sampel yang diberikan kepada responden persen
nilai tertinggi terdapat pada daerah desa Asam Jawa Raya , numerik 3 dengan
keterangan cukup suka. Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup suka
terhadap teh daun gaharu dari daerah Asam Jawa Raya dibandingkan Bakal Julu
berdasarkan parameter rasa. Sedangkan dilihat dari usia produktif dengan
kategori usia dewasa dan lansia menyatakan cukup suka Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Saragih, 2014) bahwa rasa yang dihasilkan dipengaruhi oleh
komponen yang ada di dalam bahan makanan dan proses yang dialaminya. Rasa
menjadi faktor yang sangat menentukan pada keputusan akhir konsumen untuk
menolak atau menerima suatu makanan.
Rasa
Tingkat Kesukaan Konsumen
Aroma
Aroma merupakan faktor yang mempengaruhi kesukaan konsumen
terhadap produk yang disajikan . Hal ini sesuai dengan pernyataan Negara et al,
(2016) bahwa aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang
tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung (Negara et
al, 2016).
Hasil uji organoleptik pada teh daun gaharu berdasarkan parameter aroma
menunjukkan bahwa dari ke dua sampel yang diberikan kepada responden persen
nilai tertinggi terdapat pada daerah Bakal Julu , numerik 4 dengan keterangan
suka. Hal ini menunjukkan bahwa responden suka terhadap teh daun gaharu dari
daerah Bakal Julu dibandingkan Asam Jawa Raya berdasarkan parameter aroma.
Sedangkan dilihat dari usia produktif dengan kategori usia dewasa dan lansia
menyatakan cukup suka Aroma yang dihasilkan oleh teh daun gaharu dikarenakan
adanya kandungan atsiri yang terdapat pada daun gaharu tersebut (Batubara et al,
2017).Hal ini sesuai dengan pernyataan (Aryadi et al, 2017) bahwa aroma pada
teh disebabkan karena adanya senyawa aromatik yang mudah menguap, adanya
proses ekstraksi komponen kimia teh herbal seperti karbohidrat, protein, gugus
reduksi gula saat teh diseduh, serta adanya oksidasi senyawa polifenol dan
turunannya seperti katekin menjadi theaflavin dan theabugirin yang meberikan
aroma khas.
Kesimpulan
1. Kandungan kimia yang terdapat pada daun gaharu yang berasal dari Desa
Asam Jawa Raya dan Bakal Julu antara lain mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid,glikosida dan triterpenoid. Hasil uji beda rata-rata kadar tanin pada
Desa Asam Jawa Raya dan Bakal Julu menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan (nyata) antara rata-rata hasil kadar tanin yaitu 1,618% dan
1,656%.
2. Hasil analisis tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu asal
tumbuh Desa Asam Jawa Raya dengan warna dan aroma tergolong cukup
suka, dan rasa tergolong tidak suka, sedangkan asal tumbuh Desa Bakal Julu
dengan aroma, rasa, dan warna tergolong cukup suka.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada
penelitian selanjutnya untuk melakukan proses pengeringan daun gaharu dengan
baik agar kandungan kimia tidak hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia FR. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penentuan Kadar Tanin Buah
Bungur Muda (Lagerstromia speciose Pers.) Secara Spektrofotometri dan
Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol 4
(2) : 2
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. 2018. Kabupaten Dairi Dalam
Angka Tahun 2018. Dairi Regency In Figures.
Desmiaty, Y., Ratih H., Dewi M.A., Agustin R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin
Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
Sambang Darah ( Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan
Pereaksi Biru Prussia. Journal of Ortocarpus. Vol.8.106-109.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Hal. 321-326, 333-337.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 33.
Firdiyani F, Agustini TW, Ma’ruf WF. 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai
Antioksidan Alami Spriluna Plantesis Segar dengan Pelarut yang Berbeda.
JPHPI (Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia) Vol.18 No. 1. Hal.
28-37.
Kamaluddin, M.T., Yuliarni, Agustin Y., Parisa N., Hidayat R., Wahyuni T.,
Yuliana C., Perryanis. 2017. Efek Sedativa dan Kebugaran Teh Celup
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis L). Jurnal Jamu Indonesia 2(3) :
114-120
Mabruroh AIM. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Estrak Tanin dari Daun Rumput
Bambu (Lopatehrum gracile broungn) dan Identifikasinya. Skripsi Malang
: Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Malangi, L.P., Sangi, M.S, Paendong, J.E.J. 2012. Penentuan Kandungan Tanin
dan Uji Aktivitas Antioksi dan Ekstrak Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online. Vol 1 (1) : 5-10
Mega IM, Suanda DK, Kasniari DN, Suena W, Parwata MAO. 2012. Formulasi
Inokulan Jamur Pembentukan Gubal Gaharu Pada Tanaman Ketimunan
(Gyrinops versteegii). Jurnal Agrotrop 2 (2) : 139-144
Mukhriani, Yenny, F.Y., Mumang. 2014. Penetapan Kadar Tanin Total Ekstrak
Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Secacra Spektrofotometri UV-VIS.
Jurnal FIK Online. Vol2 (4).
Negara JK, Sio AK, Rifkhan, Arifin M, Oktaviana AY, Wihansah RRS, Yusuf,
M. 2016. Aspek Mikrobiologis serta (Rasa, Warna,Tekstur, Aroma) pada
Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 04, No. 2, Hal: 286-290.
1(1):115- 121.
Saragih R. 2014. Uji Kesukaan Panelis Pada Teh Daun Torbangun (Coleus
Amboinicu). E-Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan. Vol. 1, No.1,
Hal 46-52.
Sihombing EJ. 2014. Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk.) Serat Kaitannya dengan Umur Pohon yang
Berpotensi sebagai Antioksidan. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Silaban SF. 2014. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sumarna Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Pusat Litbang Produksi Hutan. Bogor.
[WHO] World Health Organization. 1998. Quality Control Methods for Medicinal
Plant Material. Switherland : 19-25 p.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Kadar air =
Simplisia Desa Asam Jawa Raya
a. Berat sampel = 1,07 g
= 9,34%
= 8,49%
c. Berat sampel = 1,08 g
= 8,33%
d. Berat sampel = 1,04 g
= 9,61%
e. Berat sampel = 1,02 g
= 8,82%
=8,91%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 1,03g
= 7,76%
b. Berat sampel = 1,07 g
= 6,54%
c. Berat sampel = 1,02 g
= 6,86%
d. Berat sampel = 1,02 g
= 7,84%
e. Berat sampel = 1,04 g
= 8,65%
=7,53%
Lampiran 3. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam
air simplisia
= 13,81%
= 12,21%
c. Berat sampel = 5,0027g
Berat sari = 0,1552 g
= 15,51%
= 13,84%
Simplisia Desa Bakal Julu
= 7,68%
b. Berat sampel = 5,0065 g
Berat sari = 0,0751 g
= 7,50%
c. Berat sampel = 5,0052g
Berat sari = 0,0964 g
= 9,62%
= 8,26%
Lampiran 4. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam
etanol
= 8,17%
Simplisia Desa Bakal Julu
= 5,57%
= 6,20 %
b. Berat sampel = 2,0339 g
Berat abu = 0,1148 g
= 5,64%
c. Berat sampel = 2,0556 g
Berat abu = 0,1299 g
= 6,31%
= 6,05%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 2,0220 g
Berat abu = 0,1409 g
= 6,96 %
b. Berat sampel = 2,0231 g
Berat abu = 0,1357 g
= 6,70%
c. Berat sampel = 2,0304 g
Berat abu = 0,139 g
= 6,79%
= 6,81%
Lampiran 6. Dokumentasi dan Data Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut
dalam asam
= 0,90 %
b. Berat sampel = 2,0339 g
Berat abu = 0,0159 g
= 0,78%
c. Berat sampel = 2,0556 g
Berat abu = 0,0175 g
= 0,85%
= 0,84%
Simplisia Desa Bakal Julu
a. Berat sampel = 2,0220 g
Berat abu = 0,0145 g
= 0,71 %
b. Berat sampel = 2,0231 g
Berat abu = 0,0192 g
= 0,94%
= 0,96%
= 0,87%
Serbuk
Alkaloid
Glikosida
Tanin
Flavonoid
Saponin
Triterpenoid
Alkaloid
Glikosida Tanin
Flavonoid Saponin
Triterpenoid
Ekstrak
Desa Bakal
Julu
Triterpenoid
Alkaloid
Glikosida
Tanin
Raya
Triterpenoid
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai Asam Jawa Raya 3 1.6180 .09490 .05479
Bakal Julu 3 1.6561 .07163 .04135
Lampiran 10. Dokumentasi dan Data Hasil Uji Hedonik Terhadap Panelis
1. 16 5 4 4 1 3 3
2. 19 4 4 3 2 2 3
3. 20 3 3 3 1 2 2
4. 20 2 3 4 3 5 4
5. 20 3 1 3 4 3 5
6. 20 3 4 3 4 2 3
7. 21 2 4 4 1 2 4
8. 21 3 1 3 1 3 3
9. 21 4 3 4 2 2 5
10. 21 4 3 3 3 2 3
11. 21 2 4 3 3 4 3
12. 21 3 4 3 2 3 4
13. 21 4 2 3 5 4 3
14. 21 3 1 2 3 4 3
15. 21 3 4 3 3 4 1
16. 21 4 4 4 3 2 4
17. 21 5 4 3 4 5 5
18. 22 3 1 3 3 2 3
19. 22 4 3 2 2 3 4
20. 22 4 3 4 3 4 3
21. 22 2 4 2 3 4 3
22. 23 4 3 3 2 3 4
23. 23 4 3 4 1 1 3
24. 23 4 4 4 4 4 4
25. 23 1 3 3 3 4 4
26. 23 4 4 3 3 4 3
27. 23 2 3 4 3 5 4
28. 24 5 5 5 2 2 5
29. 24 1 4 3 3 2 3
30. 26 4 3 4 3 4 4
31. 26 1 4 3 3 3 4
32. 27 3 4 3 3 4 2
33. 28 3 4 4 4 4 4
34. 31 3 2 3 4 3 3
35. 32 4 4 3 3 4 3
36. 34 4 4 1 3 3 3
37. 34 4 4 3 2 3 4
38. 35 4 4 3 4 3 5
39. 37 5 4 3 4 4 4
40. 38 4 4 4 4 4 4
41. 38 4 2 1 5 4 3
42. 45 3 3 3 3 4 4
43. 46 5 4 4 2 3 2
44. 47 4 4 4 2 4 5
45. 50 5 5 5 2 2 1
46. 52 1 2 4 3 3 4
47. 56 1 4 3 4 3 2
48. 59 3 3 4 3 4 3
49. 60 3 4 1 4 3 3
50. 62 4 3 4 3 2 4