SKRIPSI
OLEH:
YUSRINA RIZKY
160308065/KETEKNIKAN PERTANIAN
SKRIPSI
OLEH:
YUSRINA RIZKY
160308065/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
i
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
ayah Alm. Panusunan Hasibuan dan ibu Nurdiah Nasution. Penulis merupakan
Pada tahun 2016 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padangsidimpuan dan di
Utara melalui jalur Seleksi Masuk Mandiri (SMM). Penulis memilih minat Energi
(IMATETANI) periode 2019/2020. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota
Tambangan, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi dari tanggal 16 Juli
(PKL) di Pabrik Gula Kwala Madu, Langkat, Sumatera Utara pada tanggal
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
orangtua penulis yang telah mendukung secara moral dan meteri. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku
saran, dan kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
Penulis
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ............................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
Batasan Masalah...................................................................................................... 3
Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Biodiesel.................................................................................................................. 4
Gliserol .................................................................................................................... 5
Pemurnian Gliserol.................................................................................................. 7
Asam Organik ......................................................................................................... 9
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 11
Bahan dan Alat ...................................................................................................... 11
Prosedur Penelitian................................................................................................ 12
Parameter Penelitian.............................................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Gliserol ....................................................................................................... 15
Kadar Air............................................................................................................... 17
Densitas ................................................................................................................. 19
pH ........... .............................................................................................................. 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................... 23
Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24
LAMPIRAN ...........................................................................................................27
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal.
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
vii
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
jumlah 48 juta ton kelapa sawit pada tahun 2020 (DJP, 2020). Kebun kelapa sawit
banyak dijumpai di daerah Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit ini memiliki
kegunaan yang sangat banyak, salah satunya sebagai bahan baku pembuatan
minyak makan. Selain itu, dapat menjadi bahan baku untuk pembuatan biodiesel
yang berasal minyak nabati yang diambil dari kelapa sawit tersebut.
Biodisel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan
bahan bakar diesel yaitu solar. Biodiesel terjadi melalui proses transesterifikasi
dari lemak hewan atau minyak nabati yang dibantu menggunakan katalis dan
alkohol agar dapat menjadi biodiesel. Indonesia pada tahun 2020 ini
mengeluarkan B30 yang merupakan campuran dari 30% biodiesel dan 70% solar.
Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil
Biodiesel merupakan salah satu energi terbarukan yang terjadi dari proses
gliserol. Dimana gliserol hasil samping biodiesel dapat dimurnikan dengan cara
pengasaman, agar katalis pada gliserol dapat menjadi garam dan metanol yang
diuapkan dapat di daur ulang dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
biodiesel. Sehingga tidak ada energi yang terbuang pada proses pembuatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hasil samping dari biodiesel ini berupa gliserol yang masih memiliki
campuran katalis dan alkohol yang tidak dapat direaksikan menjadi biodiesel
(Elma dkk, 2016). Hasil gliserol yang didapat dari biodiesel dapat dimanfaatkan
lagi untuk bahan baku untuk pembuatan komestik, pewarna makanan, dan juga
obat - obatan setelah melalui proses pemurnian. Selain menjual biodiesel, gliserol
tambahan (Yurida dkk, 2013). Asam organik atau asam karboksilat merupakan
asam lemah dibandingkan asam anorganik yang merupakan asam kuat. Asam
organik dapat ditemukan pada bahan alami seperti asam semut atau format yang
gliserol. Hazra dan Septiawan (2014) juga melakukan penelitian tentang gliserol
hasil pemurnian dari produksi samping biodiesel minyak kelapa sawit bahwa pada
konsentrasi asam fosfat 5% (v/v) diperoleh hasil yang optimal berdasarkan sifat
(v/v) dan 7,5% (v/v). Hudha dan Rahman (2017) melakukan beberapa jenis asam
asam organik berupa asam asetat (CH3COOH) dan hasil dari gliserol murninya
merupakan asam lemah yang dapat dijumpai pada bahan makanan alami seperti
asam cuka, asam format dan asam benzoat yang bertujuan untuk menghilangkan
katalis KOH yang terkandung di dalam gliserol dan mendapatkan gliserol murni.
Hasil dari gliserol nanti akan didapat kadar gliserol murni, kadar air, densitas dan
Tujuan Penelitian
air, densitas dan pH dari hasil gliserol yang telah dimurnikan menggunakan asam
Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah gliserol yang dipakai mengandung KOH
0,5%.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan
Sumatera Utara.
3. Bagi masyarakat atau perusahaan, sebagai salah satu bahan baku pembuatan
Biodiesel
rantai panjang yang terkandung dalam lemak hewan dan minyak nabati pada
tumbuhan. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang murah dan
ramah lingkungan yang dapat menggantikan bahan bakar diesel yaitu solar.
berikut:
O O
CH2 - O - C - R1 CH3 - O - C - R1
O O CH2 - OH
CH - O - C - R2 + 3 CH3OH CH3 - O - C - R2 + CH - OH
O (katalis) O CH2 - OH
CH2 - O - C - R3 CH3 - O - C - R3
Trigliserida Metanol FAME Gliserol
menghasilkan Methyl Ester dan hasil samping berupa gliserol. Jenis alkohol yang
4
Universitas Sumatera Utara
5
Gliserol
saponifikasi pada industri sabun dan hidrolisis pada industri asam lemak
(Tovbin dkk, 1976). Bahan untuk pembuatan gliserol berupa minyak nabati dan
lemak hewani. Beberapa minyak nabati seperti minyak kelapa, kapas, kedelai, dan
zaitun yang dapat menghasilkan gliserol dalam jumlah yang lebih besar
(Chalidazia dan Alfiani, 2017). Gliserol dari biodiesel masih memiliki zat
pengotor berupa air, katalis, dan metanol. Gliserol yang mengandung zat pengotor
memiliki gliserol dengan kualitas rendah dan belum dapat diterapkan pada sebuah
Menurut Chalidazia dan Alfiani (2017) sifat fisika dan kimia gliserol
Menurut Wahyuni dkk (2016) gliserol (C3H8O3) dengan nama kimia 1,2,3-
propanatriol merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis dan tidak
berwarna. Pagliaro dan Rossi (2008) mengatakan gliserol tidak berbau, mudah
rendah, karena gliserol masih tercampur dengan zat pengotor dan biasanya disebut
dengan gliserol kasar (crude glycerol). Gliserol kasar yang dihasilkan dari
kasar yang masih memiliki zat pengotor harus dilakukan pemurnian sehingga
obatan, kosmetik, dan tembakau. Pada bahan makanan dan minuman yaitu
pewarnaan makanan untuk pemberian rasa. Pada obat - obatan digunakan untuk
bahan pembuatan obat bius dan obat salep. Pada kosmetik merupakan bahan
untuk pembuatan sabun, shampo, dan pelembab untuk wajah. Selain itu gliserol
juga dapat digunakan pada industri tembakau yaitu sebagai bagian penting dari
memiliki kadar kemurnian 70 - 90%, untuk bidang farmasi dan kosmetik lebih
dari 99,7%, dan untuk industri makanan yang digunakan harus 100%
dengan kadar gliserol minimal 80%, kadar air sebesar maksimal 10% dan massa
Pemurnian Gliserol
mengandung katalis dan metanol menjadi gliserol murni yang dapat dijual atau
menit. Pemurnian gliserol memiliki banyak metode, salah satunya adalah metode
asidifikasi. Dari Tabel 2 dapat dilihat standar SNI gliserol yang baik.
lemah yang akan direaksikan dengan basa kuat yang terkandung pada gliserol
yang nantinya akan menjadi garam. Asam yang telah dicampurkan akan diaduk
dan menghasilkan 3 lapisan. Lapisan atas berupa asam lemak, lapisan tengah
berupa gliserol, dan lapisan bawah berupa garam (Lestari dkk, 2015).
pemurnian gliserol seperti asam sulfat 96% (H2SO4), asam fosfat 85% (H3PO4),
asam nitrat 65% (HNO3), asam klorida 36% (HCl), dan asam asetat (CH3COOH)
dan kadar gliserol optimum yang didapat yaitu pada asam sulfat 96% (H2SO4)
sebesar 64%.
pemurnian dari produksi samping biodiesel minyak kelapa sawit bahwa pada
konsentrasi asam fosfat 5% (v/v) diperoleh hasil yang optimal berdasarkan sifat
(v/v) dan 7,5% (v/v). Kadar pemurnian gliserol dengan hasil optimal adalah 83%
(sesuai dengan SNI 06-1564-1995). Hal yang sama juga dilakukan oleh
Fanani (2010) yaitu kadar gliserol tertinggi dan kadar abu terendah dicapai pada
perlakuan 126 mmol H3PO4 14,74M (terhadap 200 gram gliserol) yaitu
menghasilkan kadar abu terendah (1,085%), kadar gliserol tertinggi (78,77%) dan
pada penambahan asam 126 mmol, dan kadar abu terendah (1,76%) pada
gliserol tertinggi (70,97%) pada penambahan asam 126 mmol, dan kadar abu
menggunakan asam fosfat dan menghasilkan kadar gliserol 94,19%, kadar air
0,01%, kadar abu 2,96%, kadar MONG 2,83%, densitas 1,261 gr/cm3, specific
gravity 1,264, viskositas 214 cP, viskositas kinematis (40°C) 106 cSt, warna
kuning kecoklatan, pH 6,2, bilangan asam 3,88 mg KOH/g sampel, titik didih
110°C, titik nyala >140°C, titik tuang -30°C, dan titik awan -21°C. Gliserol
gliserol. Dari data yang didapat terlihat bahwa gliserol dari minyak jelantah
Asam Organik
pada suhu kamar (Sastrohamidjojo, 2011). Sifat - sifat asam yaitu memiliki rasa
asam dan mudah korosif (berkarat), dapat mengubah kertas lakmus warna biru
menjadi warna merah (Barsasella, 2012). Contoh dari asam organik yaitu asam
nitrit, asam asetilsalisilat, asam format, asam askorbat, asam benzoat, asam asetat,
Asam cuka atau lebih dikenal sebagai asam asetat (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didihnya 118,1C. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat
luas dibidang industri dan pangan. Asam cuka digunakan untuk pengasaman pada
makanan, untuk memproduksi polimer, dan sebagai bahan baku untuk pembuatan
Menurut Perry dan Green (2008) sifat fisis pada asam format atau asam
semut adalah
Berat molekul : 46
merupakan turunan pertama dari asam karboksilat. Asam format bersumber dari
dari tubuh semut merah, karenanya asam ini juga dapat disebut asam semut.
Kegunaan asam format ini untuk membantu proses koagulasi pada pembuatan
karet atau lateks, untuk bahan dasar pembuatan zat warna pada tekstil, untuk
penyamakan pada industri kulit, dan bahan pengawet untuk industri farmasi
(Pramulia, 2016).
karboksilik aromatis. Asam benzoat memiliki ciri - ciri bewarna putih dan
berbentuk kristal. Kegunaan dari asam benzoat adalah sebagai pengawet makanan
dan minuman dan pada bidang farmasi sebagai antiseptik dan pembuatan fenol.
Menurut (Perry dan Green (1997); Kirk dan Othmer (2004)) sifat fisis
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2020 di
(PPKS), Medan.
1. Pembuatan biodiesel
Alat yang digunakan adalah panci sebagai wadah minyak, mixer untuk
pengukur suhu, timbangan analitik untuk mengukur berat KOH, gelas ukur untuk
2. Pemurnian gliserol
samping dari produksi biodiesel secara katalitik dengan katalis basa (KOH),
larutan cuka dapur, asam format dan asam benzoat untuk mengasamkan gliserol,
kertas penyaring untuk menyaring gliserol dengan zat pengotor, dan kertas pH
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetic stirrer untuk
mengaduk, hot plate sebagai pemanas, labu ukur dan gelas beaker untuk
11
Universitas Sumatera Utara
12
wadah gliserol, botol kaca untuk wadah gliserol yang telah dimurnikan.
Prosedur Penelitian
1. Pembuatan biodiesel
selama 10 detik.
selama 24 jam agar mendapatkan dua lapisan yaitu lapisan biodiesel dan
gliserol.
gliserol.
2. Pemurnian gliserol
− Memanaskan crude gliserol pada gelas beaker dengan hot plate hingga
− Menambahkan cuka dapur, asam benzoat, dan asam format sedikit demi
dan gliserol kasar yaitu sebesar 3:10 dengan kadar asam 6% (Zainuddin
berupa asam lemak, lapisan bagian tengah berupa gliserol, dan lapisan
− Menyaring gliserol yang telah didiamkan sampai tidak ada kotoran yang
terlihat.
Parameter Penelitian
2. Kadar air merupakan persentase atau jumlah kandungan air pada suatu bahan
Kadar Gliserol
kasar yang masih memiliki banyak zat pengotor di dalamnya. Zat pengotor pada
gliserol kasar meliputi katalis, metanol, air, dan zat - zat pengotor lainnya
(Wahyuni, 2017).
berbeda - beda, karena gliserol yang digunakan tidak berasal dari sumber yang
jumlah gliserol yang memenuhi sebagai sampel. Gliserol kasar ini memiliki kadar
gliserol yang cukup rendah seperti terdapat pada Tabel 4, gliserol kasar ini
dengan kadar asam 6% seperti yang telah dilakukan oleh Zainuddin dan Gunarto
(2008) dengan nilai kadar gliserol sebesar 92,93%. Hasil dari proses pemurnian
yang dilakukan pada perlakuan asam cuka, tidak terbentuk lapisan asam lemak
bebas dan garam. Untuk penambahan asam format terhadap gliserol terbentuk dua
lapisan dan tidak ada lapisan garam yang terbentuk, dimana menurut
15
Universitas Sumatera Utara
16
Lestari dkk (2015) lapisan atas yang merupakan asam lemak, lapisan bawah
tidak ada lapisan yang terbentuk dan terjadi penggumpalan asam lemak yang
berlebih pada gliserol. Menurut Rahmi (2006) hal ini diakibatkan reaksi yang
terjadi tidak optimal sehingga sabun pada gliserol tidak terpecah serta garam dan
asam cuka, asam format, dan asam benzoat dapat dilihat pada Gambar 1.
80 72.39
70 65.85
60.14
60
Kadar gliserol (%)
50
40
30
20
10
0
Cuka Format Bezoat
pada penggunaan asam format sebesar 72,39% dan kadar gliserol terendah sebesar
60,14% pada asam cuka. Kadar gliserol yang diperoleh belum memenuhi standar
SNI 06-1564-1995 yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan oleh lapisan garam yang
tidak terbentuk pada gliserol, karena garam yang terlarut di dalam gliserol
Selain itu, dalam gliserol yang telah dimurnikan, masih terdapat zat pengotor lain
berupa metanol dan kadar air tinggi yang belum menguap secara maksimal yang
Kadar Air
Gliserol kasar untuk pemurnian gliserol masih memiliki kadar air yang
cukup tinggi. Kadar air gliserol yang tinggi dapat menyebabkan kadar gliserolnya
untuk gliserol. Kadar air pada tabel tersebut belum mencapai standar
SNI 06-1564-1995.
Kadar air yang telah didapat dengan penambahan asam cuka, asam format
dan asam benzoat menggunakan hot plate dan magnetic stirrer dengan
memasukkan asam pada suhu 60C. Kemudian dimasukkan magnetic stirrer yang
berputar terus menerus hingga suhu 85-90C selama 30 menit dan diharapkan
dengan dipanaskan gliserol hingga 85-90C kadar air pada gliserol akan menurun
(Wita, 2015). Magnetic stirrer yang dipakai yaitu berupa batang pengaduk yang
dimasukkan kedalam gelas beaker yang berputar karena adanya medan magnet
Kadar air yang diperoleh dari laboratorium belum sesuai dengan standar
SNI 06-1564-1995 yaitu maksimum 10%. Kadar air tertinggi terdapat pada asam
cuka sebesar 34,78% dan kadar air terendah pada asam benzoat sebesar 23,01%.
40
34.78
35
30
Kadar air (%)
25 23.57 23.01
20
15
10
0
Cuka Format Bezoat
dari gliserol awalnya pada Tabel 5. Hal ini terjadi karena kadar air yang masih
banyak terkandung dalam gliserol dan penguapan yang dilakukan pada gliserol
waktu yang lebih lama lagi untuk menguapkan gliserol tersebut. Kadar air pada
gliserol diperoleh dari metanol dan reaksi kimia yang terjadi pada proses
asidifikasi. Reaksi kimia yang terjadi berupa reaksi antara asam dan basa yang
telah dicampurkan. Menurut Fanani (2010) di saat proses asidifikasi, terjadi juga
reaksi dehidrasi yang mengakibatkan kadar air semakin tinggi. Semakin tinggi
nilai kadar air pada gliserol, maka nilai kadar gliserol dan densitasnya semakin
rendah.
Densitas
dengan nilai densitas gliserol yang telah dimurnikan (Gambar 3). Densitas
terendah pada gliserol awal (kasar) yaitu sebesar 1,03 g/ml. Dari Gambar 3 dapat
dilihat bahwa nilai densitas yang tertinggi yaitu pada perlakuan menggunakan
asam format sebesar 1,16 g/ml. Sedangkan densitas yang memiliki nilai rendah
1.4
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Cuka Format Bezoat
Hasil nilai yang didapat belum sesuai dengan standar SNI 06-1564-1995
yaitu sebesar 1,267 g/ml. Hal ini terjadi karena gliserol yang telah dimurnikan
memiliki zat pengotor berupa air dan metanol (Rafi, 2015). Selain itu kadar air
densitas pada gliserol masih rendah. Hazra dan Septiawan (2014) mengatakan
bahwa semakin tinggi kadar air gliserol yang dihasilkan, maka semakin rendah
pula densitasnya.
pH
gliserol yang telah dimurnikan (Wita, 2015). Nilai pH dari gliserol harus memiliki
Nilai pH yang masih basa harus diturunkan nilainya agar menjadi asam dan dapat
Dapat dilihat pada Gambar 4 nilai pH yang dihasilkan belum mencapai dalam
kondisi asam. Nilai pH pada asam format yang awalnya 8 dalam kondisi basa
dapat turun satu angka menjadi pH dengan nilai 7 (Gambar 4). Sedangkan untuk
asam cuka dan asam benzoat nilai pH yang diperoleh tidak mengalami penurunan
12
10
10
8
8
7
pH
0
Cuka Format Bezoat
kasar dengan jumlah sedikit yang mengakibatkan pH pada gliserol tidak menurun
atau tidak bersifat asam (Fanani, 2010). Pada penelitian ini gliserol yang telah
dilakukan asidifikasi tidak terjadi pembentukan garam. Hal ini terjadi karena
terlarut dengan gliserol. Naimah dan Ratnawati (2010) mengatakan bahwa jika
nilai pH suatu gliserol tinggi, maka garam yang terlarut dalam gliserol akan
Dari penelitian ini kadar gliserol murni yang tertinggi yaitu 72,39%
dengan pemberian asam format. Hasil gliserol yang dihasilkan belum mencapai
standar SNI 06-1564-1995. Karena pada gliserol yang dimurnikan masih memiliki
kadar air yang tinggi. Kadar air tinggi ini dapat diprediksi akan menurun, jika
selama kurang lebih sekitar 3 jam. Untuk menaikkan nilai kadar gliserol lebih
tinggi lagi, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membuat alat pengering
pemurnian gliserol.
Kesimpulan
Pada penelitian ini kadar gliserol tertinggi yaitu sebesar 72,39% pada
penambahan asam format. Kadar air gliserol terendah yaitu sebesar 23,01% pada
penambahan asam benzoat. Densitas gliserol tertinggi yaitu sebesar 1,16 gr/ml
pada penambahan asam format dan pH gliserol yang terendah yaitu sebesar 7 pada
Saran
metode pengeringan rotary evaporation agar zat pengotor dapat menguap dan
23
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arita, S., Dara, M.B., Irawan, J. 2008. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari
CPO Off Grade dengan Metode Esterifikasi-Transesterifikasi. Jurnal
Teknik Kimia 15(2)
Aziz, I., Las, T., Shabrina, A. 2014. Pemurnian Crude Glycerol dengan Cara
Pengasaman dan Adsorpsi Menggunakan Zeolit Alam Lampung. Chem.
Prog 7(2)
Barsasella, D. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Trans Info Media. Jakarta.
Chalidazia, I. dan Alfiani, M. 2017. Pabrik Gliserol dari Minyak Kelapa Sawit
Dengan Proses Continuous Fat Splitting. Skripsi. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Elma, M., Suhendra, S.A., Wahyudin. 2016. Proses Pembuatan Biodiesel dari
Campuran Minyak Kelapa dan Minyak Jelantah. Konversi 5(1):8-17.
Fanani. 2010. Kajian Pemurnian Gliserol Hasil Samping Biodiesel Jarak Pagar
Menggunakan Asam Nitrat, Sulfat, Dan Fosfat. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Groggins, P.H. 1958. Unit Processes in Organic Synthesis, 2nd e., Academic Press
Inc. New York.
Hardoyo., Tjahjono, A.K., Primarini, D., Hartono., Musa. 2007. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter Aceti B166. Jurnal
Sains MIPA 13(1)
24
Universitas Sumatera Utara
25
Kirk, R.E. dan Othmer, D.F. 2004. Encyclopedia of Chemical Technology 4th
edition. A Wiley Interscience Publisher Inc. New York.
Lestari., Arsa, M., Suirta, I.W. 2015. Pengaruh Konsentrasi Asam Fosfat dan
Berat Semen Putih Sebagai Adsorben Dalam Pemurnian Crude Gliserol.
Jurnal Kimia 9(2):279-288.
Pagliaro, M dan Rossi, M. 2008. The Future of Glycerol. New Uses of a Versatile
Raw Material. RSC Publishing. London (GB).
Perry, R.H. dan Green, D.W. 1997. Perry’s Chemical Engineers Handbooks 7th
edition. McGraw Hill Book Co. New York.
Perry, R.H. dan Green, D.W. 2008. Chemical Engineer’s Handbook 8 th ed.
MCGraw Hill Book Company. Tokyo.
PSEUGM. 2011. Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas. Pusat Studi Energi
Universitas Gajah Mada.
Rahmi, U. 2006. Pengaruh Jenis Asam dan pH pada Pemurnian Residu Gliserol
dari Hasil Samping Produksi Biodiesel. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Tovbin, L.M., Zaliopo, M.N., Zuravlev, A.M. 1976. Soap Manufacturing. Second
Edition.
Wahyuni, S., Hambali, E., Marbun, B.T.H. 2016. Esterifikasi Gliserol dan Asam
Lemak Jenuh Sawit dengan Katalis Mesa. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian 26(3):333-342.
Yanti, D.N. 2016. Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir dan Laut
Kabupaten Pangkajene Pada Musim Peralihan. Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Yurida, M., Afriani E., Arita S. 2013. Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis
Adsorben Semen Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia
19(2)
Mulai
Penambahan asam:
− Asam cuka
− Asam format
− Asam benzoat
Penyaringan
Gliserol murni
Analisis laboratorium
Selesai
27
Universitas Sumatera Utara
28
Magnetic Stirrer
- Perhitungan asam
Asam Cuka : 25 %
Asam Format : 98 %
sebesar 3:10 dengan kadar asam 6%. Dikarenakan jumlah gliserol yang
kadar 6%. Untuk mendapatkan nilai asam dengan kadar asam yang
45 ml (6) = x (100)
270 ml = 100 x
x = 2,7 ml
Maka nilai asam2 untuk kadar asam 100% adalah 2,7 ml.
Untuk mendapatkan nilai asam yang akan digunakan pada kadar yang
Nilai asam2
Nilai asam =
% asam
2,7 ml
Nilai asam =
25%
= 10,8 ml
Nilai asam2
Nilai asam =
% asam
2,7 ml
Nilai asam =
98%
= 2,75 ml
Nilai asam2
Nilai asam =
% asam
2,7 ml
Nilai asam =
100%
= 2,7 ml
Hasil pengukuran pH