(Skripsi)
Yasin Yahya
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
Oleh
YASIN YAHYA
alternatif dikembangkan untuk dijadikan salah satu solusi terhadap krisis energi.
Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang sangat potensial untuk
pertanian seperti kotoran ayam, kotoran sapi, dan rumput gajah mini (pennisetum
purpureum cv. Mott) dapat digunakan sebagai substrat produksi biogas. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui campuran optimum bahan tersebut
perlakuan perbandingan campuran kotoran ayam, kotoran sapi, dan rumput gajah
mini yaitu 0: 100: 0 (A), 0:80:20 (B), 20:60:20 (C), dan 30:20:50 (D). Komposisi
yang berbeda ini menghasilkan rasio C/N yang berbeda yaitu 27,52 (A), 25,47
(B), 22,23 (C), dan 19,18 (D). Digester kemudian dijalankan sampai produksi
biogas selesai.
4916 mL (A), 4610 mL (B), 3909 mL (C), dan 2640 mL (D). Produktivitas
biogas per VS diperoleh 60,71 mL/g VS (A), 109,58 mL/g VS (B), 134,29 mL/g
VS (C), dan 115,36 mL/g VS (D). Uji nyala biogas perlakuan A dan B
menghasilkan api biru, C api berwarna biru kekuningan, lalu D tidak menyala.
lebih banyak.
By
YASIN YAHYA
and mini elephant grass (pennisetum purpureum cv. Mott) can be used as
The research used 16 units of 2 L batch digesters. Four mixture ratios of chicken
manure, cow dung, and mini elephant grass applied were 0:100:0 (A), 0:80:20
(B), 20:60:20 (C), and 30:20:50 (D). These different compositions resulted in
different C/N ratios which were 27,52 (A), 25,47 (B), 22,23 (C), 19.18 (D). The
The results showed that each treatment produced biogas totally by 4916 mL (A),
4610 mL (B), 3909 mL (C), and 2640 mL (D). The productivity of biogas per VS
removed were 60.71 mL/g VS (A), 109.58 mL/g VS (B), 134.29 mL/g VS (C),
and 115,36 mL/g VS (D). The burning test of treatment A and B produced a blue
flame, C was yellowish blue then D did not flame. The mixtures with high cow
Oleh
Yasin Yahya
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Bakat (PKAB) pada tahun 2010. Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT.
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan
tahun 2013. Penulis pada tahun 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Penulis selama kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah
Muda dan Anggota Biasa PERMATEP. Penulis aktif telibat di Unit Kegiatan
Mahasiswa Fakultas Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (UKMF FOSI FP)
diamanahkan sebagai Ketua UKK Biro BBQ tahun 2011-2012 dan sebagai Ketua
Penulis juga aktif di kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina Rohani
diamanahkan sebagai anggota Bidang Kaderisasi tahun 2011 dan sebagai Ketua
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
Universitas Lampung.
Skripsi ini ditulis dengan adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga karya
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S. selaku pembimbing pertama yang telah
2. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc. selaku pembimbing kedua yang
ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
5. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku Ketua Jurusan Teknik
menjadi mahasiswa.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan Jurusan Teknik Pertanian atas
7. Orang tua tercinta, Bapak dan Ibu serta Mbak, Kakak, dan Adik yang
telah memberi kasih sayang dan dukungan serta doa kepada penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga
ampun.
Penulis
Yasin Yahya
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
iii
III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 18
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 37
LAMPIRAN........................................................................................................ 41
iv
DAFTAR TABEL
Lampiran
v
18. Kadar air, TS, TVS awal dan akhir ........................................................... 55
vi
DAFTAR GAMBAR
Lampiran
vii
18. Pengukuran volume biogas ....................................................................... 45
viii
1
I. PENDAHULUAN
Sumber energi alternatif baru dan dapat diperbarui sudah banyak dikembangkan
dengan berbagai sumber energi seperti energi angin, energi air, dan energi
matahari. Sumber energi alternatif yang dikembangkan belum bisa secara optimal
adalah biogas.
anaerob yang menghasilkan gas bio berupa gas metana (CH4) yang dapat dibakar.
tanah. Listrik sebesar 1 kwh bisa dihasilkan dari biogas sebanyak 0,62-1 m3 atau
Kotoran sapi dan kotoran ayam merupakan limbah peternakan yang dapat
seekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran setiap harinya (Rahayu
dkk., 2009). Seekor ayam petelur memiliki potensi limbah kotoran 0,06 kg per
bahan dasar pembuatan biogas. Biomassa yang dapat dijadikan sumber energi
alternatif biogas salah satunya adalah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum
cv. Mott). Rumput gajah mini merupakan salah satu rumput unggul karena
Kombinasi campuran bahan dari limbah kotoran sapi dan kotoran ayam serta
biomassa rumput gajah mini perlu diteliti untuk menjadi alternatif bahan dasar
produksi biogas. Kotoran sapi merupakan starter yang baik dan banyak
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Rasio C/N kotoran sapi
untuk produksi biogas yaitu 26,5 (Fairuz, 2015). Kotoran ayam memiliki rasio
C/N rendah yaitu 17,71 (Luthfianto dkk, 2012). Bahan hijauan termasuk rumput
gajah mini memiliki rasio C/N tinggi (Wahyuni, 2010). Campuran kotoran ayam
digunakan untuk menurunkan rasio C/N rumput gajah mini yang tinggi.
3
Produksi biogas pada penelitian ini akan menggunakan digester sistem batch.
1. Mengetahui volume produksi biogas tertinggi dan hasil uji nyala dari
produksi biogas campuran kotoran ayam, kotoran sapi, dan rumput gajah
kotoran sapi, dan rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini yaitu komposisi campuran bahan dapat
energi primer (tanpa biomassa tradiosional) pada tahun 2014. Konsumsi minyak
bumi 88 juta TOE (Tonnes Oil Equivalent) atau 41% dari total konsumsi energi
nasional. Cadangan minyak bumi per 1 Januari 2014 berupa cadangan terbukti
sebelumnya. Cadangan potensial minyak tahun 2014 sebanyak 3,75 miliar barel
dan cadangan terbukti sebanyak 3,62 miliar barel. Tingkat konsumsi BBM hasil
minyak bumi selama 10 tahun terkahir mengalami penurunan yaitu 386,48 juta
energi yang hampir setara dengan bahan bakar fosil. Biogas memiliki nilai kalori
yaitu 1 m3 setara dengan 0,6 - 0,8 liter minyak tanah. Listrik dengan daya 1 kwh
dapat dihasilkan dengan 0,62 - 1 m3 biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak
5
yang semakin tinggi dalam bahan bakar akan menghasilkan nilai kalori yang
2.2. Biogas
kebutuhan energi nasional. Biogas merupakan salah satu energi alternatif terbaik
pembangkit listrik.
akan berkurang.
Biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang
terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi
6
anaerobik. Menurut Jorgensen (2009) kandungan gas dalam biogas dapat dilihat
pada Tabel 1.
Gas %
Metana (CH4) 55-70
Karbon dioksida (CO2) 30-45
Hidrogen sulfida (H2S) 1-2
Hidrogen (H2) 1-2
Amonia (NH3) 1-2
Karbon monoksida (CO) Sangat rendah
Nitrogen (N2) Sangat rendah
Oksigen (O2) Sangat rendah
dari proses fermentasi. Proses ini terjadi penguraian bahan organik menjadi
senyawa sederhana dengan senyawa kompleks yang mudah larut seperti lemak,
protein, dan karbohidrat. Proses hidrolisis juga dapat disebut sebagai proses
perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer. Senyawa yang
organik seperti asam asetat, asam propinat, asam butirat, dan asam laktat serta
menghasilkan produk sampingan seperti alkohol, CO2, hidrogen, dan zat amonia.
7
dari tahap pengasaman menjadi gas metana, karbondioksida, dan air yang
Kandungan metana dalam biogas apabila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batubara dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon
dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
Energi biogas bisa disetarakan dengan energi dari bahan bakar lain. Penyetaraan
Jenis bahan organik bahan baku biogas sangat menentukan hasil produksi biogas.
hemiselulosa, lemak, protein, dan gula. Bahan organik berupa limbah pertanian
hijau yang mengandung selulosa dan lignin lebih lama mengalami dekomposisi
9
untuk memproduksi biogas pada komposisi rentang pH 6-8 dan produksi biogas
menghambat metanogen.
Fermentasi pada tahap awal memiliki derajat keasaman yang cenderung turun
dibawah pH 6 atau lebih rendah, akan tetapi setelah 2-3 minggu pH akan naik
2013).
10
Makronutrien terpenting adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen
dikutip dalam kaitannya dengan karbon, karena ini memberi indikasi apakah ada
cukup nitrogen yang tersedia untuk bakteri. Biasanya rasio C/N harus kurang dari
nitrogen tidak boleh terlalu tinggi karena hal ini juga bisa menghambat proses
(Jorgensen, 2009).
energi dan pembentukan karbon sel, untuk menghasilkan asam lemak volatil, gas
nitrogen (N) yang diperlukan untuk hidup dan pembelahan sel (Saputra, 2010).
Bahan organik yang terdapat di alam memiliki rasio C/N yang berbeda-beda
2.3.4. Suhu
Bakteri metanogen pada kondisi suhu ektrim tinggi maupun rendah dalam
keadaan tidak aktif. Suhu optimum bagi bakteri yaitu 35oC. Ketika suhu turun
samapi 10oC produksi gas menjadi berhenti. Suhu optimum pada produksi biogas
(Wahyuni, 2013).
Pengisian ulang bahan organik ke dalam digester harus dilakukan secara periodik
untuk menjaga rasio C/N agar tetap sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme.
12
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian bahan organik adalah
waktu dekomposisi, jenis, dan volume digester. Pengisian yang berlebih akan
apabila pengisian kurang dari kapasitas digester mengakibatkan produksi gas juga
Ion mineral, logam berat, dan detergen adalah beberapa material racun yang
Kandungan zat toksik dengan jumlah tertentu dalam bahan dapat merangsang
pertumbuhan bakteri namun juga dapat bersifat racun apabila jumlahnya tertalu
tinggi. Ion mineral seperti sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang
dalam jumlah kecil dapat merangsang pertumbuhan bakteri. Contoh lain yang
dapat diambil adalah NH4 pada konsentrasi 50 sampai 200 mg/l dapat merangsang
digester atau pada saat sesudah dimasukkan. Starter merupakan bahan tambahan
perombakan. Starter yang digunakan dapat bersifat alami yaitu bahan yang
berasal dari alam berupa lumpur organik aktif atau cairan isi rumen dan dapat juga
rata-rata saat bahan dimasukkan ke dalam digester dan selama bahan mengalami
fermentasi. Faktor waktu retensi dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu,
14
pengenceran, dan laju pengisian bahan. Waktu retensi biasanya berkisar antara
29-60 hari, hal ini di pengaruhi oleh jenis bahan organik (Wahyuni, 2013).
Kotoran ayam merupakan limbah yang banyak ditemui di wilayah Indonesia yang
berpotensi menjadi bahan dasar produksi biogas. Seekor ayam petelur memiliki
potensi limbah kotoran 0,06 kg per hari (Rachmawati, 2000). Kotoran ayam
Produksi biogas dari jerami padi dengan biostarter kotoran ayam menghasilkan
produksi biogas terendah 1,67 gram diperoleh dari penambahan biostarter kotoran
dengan waktu fermentasi hari ke 30. Penambahan jumlah biostarter kotoran ayam
Potensi limbah kotoran seekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran
setiap harinya (Rahayu dkk., 2009). Kotoran sapi merupakan starter yang baik
dan banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produksi biogas serta kotoran
sapi memiliki rasio C/N ideal untuk produksi biogas yaitu 26,5 (Fairuz, 2015)
15
Produksi biogas dari jerami padi dengan biostarter kotoran sapi menghasilkan
biogas dengan produksi terendah 2,33 gram diperoleh dari penambahan biostarter
dengan waktu fermentasi hari ke 30. Penambahan biostarter kotoran sapi sangat
biostarter kotoran sapi yang ditambahkan maka laju produksi biogas dari semua
Sakinah dkk (2012) menyatakan, jumlah penambahan biostarter kotoran sapi dan
menggunakan jerami padi sebagai bahan baku. Berdasarkan uji lanjut Tukey dan
LSD, komposisi (15% kotoran sapi : 5% kotoran ayam), (15% kotoran sapi : 10%
kotoran ayam), dan (10% kotoran sapi : 15% kotoran ayam) berbeda tidak nyata
karena ketiga komposisi konsentrasi memiliki rata-rata yang sama pada taraf
biogas dan jerami padi dengan starter kooran ayam dan kotoran sapi dicapai pada
komposisi konsentrasi 15% kotoran sapi : 5% kotoran ayam, kotoran ayam lebiih
Sumber energi yang ramah lingkungan dan ekonomis menjadi perhatian utama
utama dalam pengembangan energi terbarukan pada saat ini. Fokus utama yang
energi terbarukan yang melimpah dan dapat diperoleh dari berbagai industri
menggunakan yang merupakan limbah dari industri lain, energi terbarukan dapat
berasal dari tanaman yang ditanam sebagai sumber energi (sumber karbon)
(Ambriyanto, 2010).
Salah satu tamanan yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi
tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah
membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrient, sehingga tanaman ini dapat
memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat
hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan
Salah satu varietas rumput gajah yang dapat dijadikan menjadi biomassa bahan
untuk produksi biogas yaitu rumput gajah mini (pennisetum purpureum cv. Mott).
Rumput gajah mini merupakan salah satu rumput unggul karena produksi kualitas
17
cukup tinggi, mudah dibudidayakan, tahan penyakit dan mampu beradaptasi pada
kondisi lingkungan yang bervariasi. Rumput gajah mini berumur panjang, tumbuh
vertikal membentuk rumpun dan berdaun lebat. Produksi rata-rata rumput gajah
mini sekitar 50-150 ton/ha/tahun (Sulistya dan Mariyono, 2013). Rumput gajah
basah dan 41,9-93,9 cm pada penanaman beriklim sedang. Jumlah anakan rumput
gajah mini dipengaruhi secara nyata oleh jarak tanam, semakin lebar jarak tanam
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah mini, kotoran
sapi, dan kotoran ayam. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol
ukuran 2 liter yang digunakan sebagai digester, selang untuk saluran gas hasil
Mulai
Penyiapan instalasi
biogas
Penentuan komposisi
bahan baku
Pengumpulan
data
Analisis data
Pembuatan draft
hasil
Selesai
Tahapan ini adalah tahap menyiapkan instalasi biogas yaitu digester, saluran gas,
dan tabung penampung hasil produksi gas. Instalasi digester menggunakan botol,
menggunakan digester sistem batch didesain untuk bahan baku padatan seperti
Selang saluran
gas
Balon
penampung gas
Gas hasil
Substrat bahan produksi
biogas
Termometer
Digester
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rumput gajah mini (pennisetum
purpureum cv. Mott), kotoran sapi dan kotoran ayam. Rumput gajah mini
dipotong kecil untuk memudahkan proses penguraian oleh bakteri. Kotoran sapi
dan kotoran ayam diperoleh dari peternakan terdekat. Kotoran ayam, kotoran sapi
dan rumput gajah mini dicampur menjadi satu dalam digester dengan komposisi
3.3.3. Perlakuan
diukur kadar karbon dan nitrogen dari masing-masing bahan melalui analisis
disesuaikan dengan nilai rasio C/N campuran. Perhitungan rasio C/N campuran
( )× ( ) ( )× ( ) ( )× ( )
= ( )× ( ) ( )× ( ) ( )× ( )
................... (1)
Keterangan:
Fairuz (2015) menyatakan hasil pengukuran rasio C/N kotoran sapi yaitu nilai C
organik 28,38 dan nilai N total 1,07. Kotoran ayam memiliki nilai C organik
23,91 dan N total 1,35 (Luthfianto dkk, 2012). Nilai rasio C/N rumput gajah mini
menggunakan pendekatan data rasio C/N rumput gajah yaitu nilai C organik 443,6
Perlakuan penelitian berdasarkan hasil analisis rasio C/N bahan ditunjukan pada
masing-masing perlakuan.
1. Suhu
Suhu yang diukur pada penelitian ini adalah suhu proses di dalam digester biogas.
Pengukuran suhu dilakukan pada waktu pagi, siang, dan sore hari selama produksi
meter yang memiliki tingkat akurasi yang baik dan lebih praktis penggunaannya.
Derajat keasaman (pH) diukur diawal saat bahan baru dicampurkan dan setelah
selesai produksi.
3. Total Solid
Total solid atau berat kering bahan diperoleh dengan menjemur sampel campuran
dengan suhu 103oC selama 24 jam. Total solid diukur pada saat awal bahan baru
Kandungan bahan organik (TVS) dan Berat Abu (BA) merupakan karakteristik
bahan yang diuji dalam penelitian ini. Berat abu diperoleh dengan membakar
bahan kering (TS) masing-masing sampel dengan suhu mencapai 550oC selama
60 menit, kemudian dihitung berat abu yang dihasilkan. Berat bahan organik
diukur pada saat awal bahan baru dicampurkan dan di akhir setelah selesai
Waktu dihitung berdasarkan hari pada saat bahan dimasukan ke dalam digester
6. Produksi Biogas
menampung gas dimasukan ke dalam bak berisi air. Volume air yang tumpah
dinilai sebagai volume gas dalam balon. Volume tersebut dicatat dan dibuat
grafik. Grafik dapat menggambarkan produksi biogas per hari selama fase
7. Produktivitas biogas
Produktivitas biogas dihitung dengan cara volume gas yang dihasilkan per
perlakuan dibagi dengan bahan organik awal dikurang bahan organik setelah
produksi. Bahan organik yang digunakan didapatkan dari persen bahan organik
= .............. (3)
Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbon dan nitrogen pada suatu bahan
organik. Dua unsur utama yang membentuk substrat bahan organik adalah
sel, untuk menghasilkan asam lemak volatil, gas metana (CH4) dan CO2.
untuk menentukan rasio C/N campuran. Rasio C/N bahan hasil pengukuran
C Organik N Total
Bahan Rasio C/N
(%) (%)
Rumput Gajah 46,62 2,31 20,18
Kotoran Ayam 30,43 2,22 13,71
Kotoran Sapi 41,01 1,49 27,52
Kotoran sapi memiliki rasio C/N 27,52 paling tinggi dibandingkan dengan bahan
lainnya. Kotoran ayam memiliki rasio C/N paling rendah yaitu 13,71. Bahan
dengan rasio C/N yang rendah akan menghasilkan rasio C/N campuran yang
rendah. Rumput gajah mini memiliki rasio C/N hasil uji laboratorium lebih
rendah sehingga rasio C/N campuran dengan bahan rumput gajah mini menjadi
serta penambahan kotoran ayam yang memiliki rasio C/N rendah mengakibatkan
rasio C/N campuran yang semakin rendah. Rasio C/N campuran hasil
Wahyuni (2013) menyatakan nilai rasio C/N yang terlalu tinggi akan menghambat
kinerja mikroba, sehingga produksi gas metana akan menjadi rendah. Nitrogen
kebutuhan protein mereka dan tidak akan lagi bereaksi pada sisa karbon yang
27
tersisa dalam bahan (Orhorhoro dkk, 2016). Nilai rasio yang terlalu rendah akan
Rasio C/N substrat yang rendah juga dapat menyebabkan amonifikasi dan dapat
Tanimu dkk (2014) menyatakan usaha meningkatkan rasio C/N menjadi 26-30
optimum rasio C/N untuk produksi biogas yaitu 25-30. Perlakuan A dan B
memiliki rasio C/N optimum untuk produksi biogas yaitu 27,52 dan 25,47.
Rasio C/N optimum menurut Dioha dkk (2013) yaitu 20-30. Perlakuan C
memiliki rasio C/N 22,23 yang juga dapat menghasilkan biogas secara optimum.
Karakteristik bahan campuran berupa total solid dan total volatie solid diuji di
Awal Akhir
Perlakuan TS TVS TS TVS ∆ TVS (g)
(%BB) (%TS) (%BB) (%TS)
A 23,82 76,76 18,34 72,10 80,97
B 9,06 79,62 6,07 75,60 42,07
C 11,00 76,94 8,98 74,00 29,11
D 18,49 78,64 17,38 75,45 22,88
28
Berat padatan organik yang habis terbakar pada proses pengabuan didefinisikan
sebagai padatan tak stabil. Kandungan padatan tak stabil sebagai faktor yang
mempengaruhi potensi produksi biogas. Padatan tak stabil yang semakin tinggi
terkandung dalam satu unit volume dari bahan segar akan menghasilkan produksi
Total solid dan volatile solid akhir menunjukan terjadinya penurunan nilai. Hal ini
diduga terjadi proses dekomposisi bahan oleh bakteri pengurai. Penurunan total
solid dan volatile solid berindikasi dengan peningkatan kadar gas metana yang
mikroorganisme non metanogen yang bekerja pada tahap awal produksi biogas,
ini dapat dilihat dari produksi gas metana yang meningkat. (Ni’mah, 2014).
Jenis bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku merupakan faktor yang
organik berupa limbah pertanian hijauan yang mengandung selulosa dan lignin
Faktor lain yang mempengaruhi produksi biogas salah satunya adalah suhu.
Perlakuan pada penelitian ini dibiarkan pada kondisi ruang atau tidak ada
pengurai dalam proses fermentasi anaerob. Suhu rata-rata hasil pengukuran dapat
40
35
30
25
Suhu (oC)
20 Pagi
15 Siang
10 Sore
5
0
Lingkungan A B C D
Perlakuan
Suhu proses pada masing-masing perlakuan tidak ada yang mencapai kondisi
tertinggi pada kisaran suhu 35°C hingga 55°C, di atas suhu tersebut aktivitas
Rashed (2014) menyatakan bahwa total produksi tertinggi biogas pada kondisi
mesofilik dan dalam waktu retensi yang lebih lama. Hasil produksi biogas pada
kondisi termofilik lebih tinggi hanya dalam sepuluh hari pertama produksi biogas.
Rata-rata nilai derajat keasaman dapat dilihat pada Gambar 5. Rata-rata nilai pH
dan C mendekati nilai pH netral. Rata-rata nilai pH akhir pada semua perlakuan
bersifat asam.
8
7
Derajat Keasaman (pH)
6
5
4
pH Awal
3
pH Akhir
2
1
0
A B C D
Perlakuan
biogas pada komposisi rentang pH 6-8 dan produksi biogas tertinggi pada pH 7.
Verma (2002) menyatakan nilai pH optimum untuk fermentasi anaerob yaitu 5,5-
Perlakuan pada setiap penelitian ini memiliki nilai pH akhir yang asam sehingga
memiliki produksi biogas kumulatif paling tinggi yaitu 4916 mL. Perlakuan B
produksi biogas kumulatif tidak berbeda jauh dengan perlakuan A yaitu 4610 mL.
6000
5000
Kumulatif (mL)
4000
Volume Gas
A
3000
B
2000 C
D
1000
0
1 8 15 22 29 36 43 50 57
Hari
perlakuan C 44 hari dan perlakuan D selama 30 hari. Hal ini ditunjukan pada
Gambar 7. Produksi rata-rata gas setiap hari selama rentang waktu produksi
600
500
Volume Gas (mL)
400
A
300
B
200 C
100 D
0
1 8 15 22 29 36 43 50 57
Hari ke
Produksi biogas yang berbeda antar perlakuan diduga disebabkan oleh rasio C/N
yang berbeda. Perlakuan A dengan bahan baku kotoran sapi murni tanpa
campuran bahan lain memiliki rasio C/N standar yang baik untuk menghasilkan
biogas. Perlakuan D memiliki rasio C/N paling rendah di bawah standar untuk
memiliki rasio C/N tidak jauh berbeda dengan perlakuan A sehingga hasil
produksi gas menurun. Hal ini diduga disebabkan pada tahap terjadi proses
33
respirasi sehingga diduga menghasilkan gas CO2 yang lebih tinggi. Bahan
berikut.
160
140
Produktivitas Biogas
120
(mL/gr VS)
100
80
60
40
20
0
A B C D
Perlakuan
Produktivitas biogas perlakuan A 60,71 mL/g VS, perlakuan B 109,58 mL/g VS,
perlakuan C 134,29 mL/g VS, dan perlakuan D 115,36 mL/g VS. Perlakuan C
Produksi gas yang tinggi tidak menentukan tingkat produktivitas biogas yang
tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan jenis bahan organik yang terdegradasi.
Uji nyala terhadap gas yang dihasilkan melalui proses fermentasi anaerob
merupakan salah satu cara untuk mengetahui terdapat atau tidaknya metana (CH4)
dalam gas tersebut. Kandungan dalam biogas hasil dekomposisi bahan organik
terdiri dari metana (CH4), karbondioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), hidrogen
(H2), amonia (NH3) dan gas lain yang kandungannya sedikit di dalam gas
(Jorgensen, 2009). Perlakuan A dan B setelah selesai produksi gas dilakukan uji
nyala dan menghasilkan api berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa terdapat
unsur metana di dalam gas hasil produksi perlakuan A dan B. Metana yang
dalam gas sekitar 45% (Ihsan dkk, 2013). Hasil uji nyala perlakuan A dan B
(a) (b)
Perlakuan C dilakukan uji nyala sebanyak dua kali. Hasil uji nyala pada uji
pertama pada hari ke-31 gas tidak dapat terbakar. Uji nyala kedua perlakuan C
pada hari ke-45 gas dapat terbakar. Tahap fermentasi anaerob terdiri dari proses
Hasil uji nyala perlakuan C dapat diliat pada Gambar 10. Uji nyala perlakuan C
yang kedua menghasilkan api berwana biru dan kuning. Kadar CO2 berpengaruh
Perlakuan D setelah dilakukan uji nyala gas hasil produksi tidak dapat menyala.
Hal ini menunjukan bahwa kandungan metana di dalam gas produksi perlakuan D
sangat sedikit. Karbondioksida (CO2) diduga lebih banyak yang dihasilkan pada
perlakuan D.
37
5.1. Kesimpulan
25,47, perlakuan C 22,23 dan perlakuan D 19,18. Hasil uji nyala gas hasil
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono., Pratiwi, M.E., dan Sinar, I.N. 2013. Pengaruh Metode Fermentasi,
Komposisi Umpan, pH Awal, dan Variasi Pengenceran Terhadap Produksi
Biogas dari Vinasse. Jurnal Penelitian Kimia. 9. 2. 1-12.
Dioha, I.J., Ikeme, C.H., Nafi’u, T., Soba, N.I., dan Yusuf. 2013. Effect of Carbon
to Nitrogen Ratio on Biogas Production. International Research of Natural
Sciences. 1.3.1-10.
Fairuz, A. 2015. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa dan Kulit Pisang Terhadap
Produksi Biogas dari Kotoran Sapi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 4.
2. 91-98.
Frederiks, B. 2012. Biogas tests with Elephant grass (Pennisetum purpureum) and
Guatemala grass (Tripsacum laxum). FACT Foundation. Wegeningen.
Netherland
Ihsan, A., Bahri, S., dan Musafira. 2013. Produksi Biogas Menggunakan Cairan
Isi Rumen Sapi dengan Limbah Cair Tempe. Online Jurnal of Natural
Science. 2.2. 27-35.
Luthfianto, D., Mahajoeno, E., dan Sunarto. 2012. Pengaruh Macam Limbah
Organik dan Pengenceran Terhadap Produksi Biogas dari Bahan Biomassa
Limbah Peternakan Ayam. Bioteknologi. 9 1. 18-25
39
Ni’mah, L. 2014. Biogas from Solid Waste of Tofu Production and Cow Manure
Mixture: Composition Effect. Chemica. 1.1.1-9
Orhorhoro, O.W., Orhorhoro, E.K., Ebunilo, P.O. 2016. Analysis of the Effect of
Carbon/Nitrogen (C/N) Ratio on the Performance of Biogas Yields For
Non-Uniform Multiple Feed Stock Availability and Composition in Nigeria.
IJISET. 3.5
Rahayu. S., Purwaningsih, D., dan Pujianto. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak
Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek
Sosio Kulturalnya. Inotek. 13.2.
Rashed, M.B. 2014. The Effect of Temperature on the biogas Production from
Olive Pomace. ISSUE. 3.16.
Saputra, T. 2010. Produksi Biogas dari campuran Feses Sapi dan Ampas Tebu
(Bagasse) dengan Rasio C/N yang Berbeda. Buletin Peternakan. 34.2: 114-
122
Sirait, J., Tarigan, A., dan Simanihuruk, K. 2015. Karakteristik Morfologi Rumput
Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada Jarak Tanam Berbeda
di Dua Agroekosistem di Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 643-649
Tanimu, M.I., Ghazi, T.I.M., Harun, R.M., dan Idris, A. 2014. Effect of Carbon to
Nitrogen Ratio of Food Waste on Biogas Methane Production in a Batch
Mesophilic Anaerobic Digester. International Journal Of Innovation. 5.2.
40
Wahyuni, S. 2013. Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta. 117 hlm.
Wahyuni, S. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hlm.