Anda di halaman 1dari 145

PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN

SISTEM PERTANIAN TERPADU

Oleh:
Anggi Mardiyanto
A34204037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

Anggi Mardiyanto. A34204037. Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan


Sistem Pertanian Terpadu Dibimbing oleh Ir. Qodarian Pramukanto, Dip.
Env. M., M. Si. dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dengan semakin


meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian,
dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sejalan dengan
kemajuan teknologi, munculah penggunaan varietas unggul, pupuk kimia,
pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Usaha yang dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dalam
perjalanannya sistem pertanian modern tidak dapat menjamin keberlanjutan
pertanian karena tidak ramah lingkungan. Sistem pertanian modern
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis yang mekanismenya
dikendalikan oleh hukum alam.
Untuk menjaga pertanian tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan
diperlukan suatu sistem pertanian yang memanfaatkan penggunaan sumber daya
lokal secara optimal serta penggunaan masukan seperti pupuk dan pestisida yang
ramah lingkungan. Selain itu, untuk mengurangi penggunaan masukan luar
dilakukan usaha pemanfaatan limbah dari tanaman, ternak, dan ikan menjadi
masukan bagi produksi pertanian. Namun, untuk memenuhi kebutuhan pangan
yang meningkat diperlukan produksi pertanian yang berkelanjutan dan
mempunyai produktivitas optimal. Padahal, untuk mendapatkan produksi yang
optimal sering kali petani dihadapkan pada kepemilikan lahan yang sempit
sehingga diperlukan usaha mengoptimalkan lahan pertanian yang sempit sebagai
lahan pertanian yang produktif dengan sistem pertanian yang ramah lingkungan.
Sistem pertanian yang ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA
(low-external-input and sustainable agriculture). LEISA merupakan sistem
pertanian terpadu yang memanfaatkan limbah produksi pertanian sebagai
masukan sehingga mengurangi penggunaan masukan luar. Limbah dari produksi
pertanian meliputi kotoran ternak serta limbah organik dari tanaman.
Dusun Teluk Waru mempunyai penduduk yang sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani, tetapi sebagian besar mempunyai lahan
pertanian yang sempit, yaitu kurang dari 0,5 ha. Untuk memenuhi kebutuhan
bulanan, warga tidak dapat mengandalkan dari produksi lahan pertaniannya
sehingga mereka masih mempunyai pekerjaan sampingan. Pekarangan menjadi
lahan potensial untuk diusahakan sebagai lahan pertanian yang produktif karena
lokasinya yang dekat dengan rumah sehingga mudah dalam pengelolaannya.
Warga Dusun Teluk Waru belum memanfaatkan pekarangan secara optimal.
Untuk mengoptimalkan pekarangan dibuatlah rencana lanskap pekarangan dengan
sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA yang diharapkan mampu mencukupi
kebutuhan bulanan warga Dusun Teluk Waru.
Dalam usaha mengoptimalkan pekarangan direncanakan dua alternatif
usaha tani. Alternatif 1 mengusahakan jagung (172 m2), kacang merah (172 m2),
kacang panjang (172 m2), cabai merah (172 m2), talas (24 m2), ubi jalar (24 m2),
sengon (172 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (50 ekor), dan ikan lele (1250
ekor). Alternatif 2 mengusahakan jagung (100 m2), kacang merah (100 m2),
kacang panjang (100 m2), cabai merah (100 m2), talas (42 m2), ubi jalar (42 m2),
pisang (24 pohon), singkong (42 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (100
ekor), dan ikan lele (1250 ekor).
Dari hasil perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian
terpadu pada pekarangan warga di Dusun Teluk Waru dengan luas lahan 350 m2
diperoleh hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 1 dengan NPV
sebesar Rp 45.261.784,00, IRR sebesar 111%, dan Net B/C 3,49. Usaha tani
Alternatif 1 layak untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku
bunga 20%, dan Net B/C>1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha tani
Alternatif 2 diperoleh NPV sebesar Rp 72.128.612,00, IRR sebesar 137%, dan Net
B/C 4,28. Usaha tani Alternatif 2 layak pula untuk dijalankan karena mempunyai
NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%, dan Net B/C>1.
Nilai produksi dari usaha tani Aternatif 1 dan Alternatif 2 masing-
masing sebesar Rp 34.059.280,00 dan Rp 47.990.994,00 per tahun. Keuntungan
usaha tani di pekarangan Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing adalah Rp
27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp Rp 2.282.816,00 dan Rp
3.236.821,00 per bulan. Keuntungan yang diperoleh dari produksi pekarangan
dapat mencukupi kebutuhan keluarga petani karena masih di atas kebutuhan
bulanan keluarga petani sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per
tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup bulanan petani usaha tani Alternatif 1
dan Alternatif 2 masing-masing membutuhkan luas lahan minimum 175,57 m2
dan 123,83 m2. Luas lahan ini lebih kecil daripada luas kepemilikan lahan rata-
rata petani setempat.
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem


Pertanian Terpadu
Mahasiswa : Anggi Mardiyanto
NRP : A34204037

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Ir. Qodarian Pramukanto, M. Si. Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M. Agr.
NIP 19620214 198703 1 002 NIP 19491105 197403 1 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr.


NIP 19571222 198203 1 002

Tanggal disetujui :
PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN
SISTEM PERTANIAN TERPADU

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Anggi Mardiyanto
A34204037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 7


Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Sehat
Suparlan dan Ibu Martuti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga
sekolah menengah atas di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Tahun
1998 penulis lulus dari SD Negeri Pagentan 1. Sekolah lanjutan tingkat pertama
diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Jatilawang. Penulis melanjutkan
pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Purwokerto dan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Selama menempuh pendidikan di IPB
penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2004-2005 penulis aktif di
DPM TPB IPB sebagai sekretaris komisi luar negeri. Penulis aktif di Forum
Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian IPB (FKRD A) sebagai
anggota departemen Ar-Raudah pada tahun 2005-2006. Tahun 2006 penulis aktif
di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) IPB sebagai anggota
divisi keprofesian. Pada tahun 2007 penulis aktif di HIMASKAP IPB sebagai
ketua.
Pengalaman bekerja yang pernah dijalankan, yaitu magang di PT Panca
Arga Agung Purwokerto pada tahun 2005 dan sebagai asisten dosen mata kuliah
Komputer Grafik di Departemen Arsitektur Lanskap IPB pada tahun 2008.
Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) IPB di Desa
Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Swt. atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap
Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu. Salawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada suri teladan Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir mahasiswa program sarjana.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M., M. Si. dan Prof. Dr. Ir. Wahju
Qamara Mugnisjah, M. Agr. sebagai dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan nasihat, arahan, dukungan, dan doa;
2. Dr. Ir. Afra D. N. Makalew, M. Sc. selaku dosen penguji atas saran dan
nasihat yang diberikan;
3. Bapak, ibu, adik, dan keluarga tercinta atas nasihat, doa, dan
dukungannya;
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atas izin yang diberikan;
5. Bapak Ubeng Sasmita dan keluarga atas izin, tempat tinggal, doa, bantuan,
dan dukungannya;
6. Bapak Atma dan keluarga atas doa, dukungan, dan bantuannya;
7. Bapak Kepala Dusun Teluk Waru atas doa, dukungan, dan bantuannya;
8. Teman-teman tercinta atas doa, dukungan, dan bantuannya.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat dan menjadi
amal saleh yang diterima oleh Allah Swt., amin.

Bogor, Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvii

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

Latar Belakang ................................................................................ 1

Tujuan............................................................................................. 2

Manfaat........................................................................................... 3

Kerangka Pikir ................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5

Perencanaan Lanskap ...................................................................... 5

Pertanian Berkonsep LEISA............................................................ 5

Konsep Sistem Pertanian Terpadu ................................................... 8

Konsep Zero Waste (Bebas Limbah) ............................................... 10

METODOLOGI............................................................................................ 12

Lokasi dan Waktu ........................................................................... 12

Metode............................................................................................ 13

Inventarisasi........................................................................... 14

Analisis.................................................................................. 18

Sintesis .................................................................................. 20

Perencanaan........................................................................... 21
x

INVENTARISASI ........................................................................................ 22

Aspek Biofisik................................................................................ 22

Aspek Sosial Ekonomi.................................................................... 33

Aspek Pendidikan........................................................................... 37

Aspek Budaya ................................................................................ 37

Aspek Usaha Tani .......................................................................... 38

Fasilitas .......................................................................................... 39

Infrastruktur ................................................................................... 39

Utilitas ........................................................................................... 40

ANALISIS.................................................................................................... 42

Analisis Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan ................. 42

Analisis Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya ........ 45

Analisis Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA ............. 46

Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial ......................................... 48

Analisis Kecukupan Hidup Layak................................................... 58

SINTESIS..................................................................................................... 66

Konsep Dasar ................................................................................. 66

Konsep Tata Ruang ........................................................................ 66

Pola Tanam dan Pemilharaan Ternak dan Ikan ............................... 69

Konsep Tata Hijau.......................................................................... 70

Konsep Utilitas dan Fasilitas .......................................................... 71

Konsep Sirkulasi dan Daur Energi .................................................. 71


xi

PERENCANAAN......................................................................................... 72

Rencana Lanskap............................................................................ 72

Rencana Tata Hijau ........................................................................ 72

Rencanan Tata Fasilitas dan Utilitas ............................................... 76

Rencana Tata Sirkulasi dan Daur Energi......................................... 76

SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 80

Simpulan ........................................................................................ 80

Saran .............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 82

LAMPIRAN ................................................................................................. 84
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem


Pertanian Terpadu .................................................................................... 4

2. Daur Energi dalam Agribisnis dengan Sistem LEISA............................. 7

3. Model Sistem Pertanian Terpadu............................................................. 9

4. Model Pertanian Terpadu yang Diadopsi dan Dimodifikasi dari Model


Pertanian Terpadu Biosumber Daya di Vietnam...................................... 10

5. Peta Lokasi Penelitian.............................................................................. 12

6. Proses Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian


Terpadu .................................................................................................... 17

7. Topografi Dusun Teluk Waru................................................................... 22

8. Curah Hujan Tahun 2007 dan Tahun 2008…………………………….. 23

9. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bogor…………………………………….. 24

10. Hidrologi Dusun Teluk Waru................................................................... 25

11. Penyebaran Suhu Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008....... 26

12. Penyebaran Kelembaban Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun


2008.......................................................................................................... 27

13. Penyebaran Lama Penyinaran Tahun 2007 dan Tahun 2008................... 27

14. Penyebaran Kecepatan Angin Tahun 2007 dan Tahun 2008................... 28

15. Jenis Vegetasi Pekarangan....................................................................... 32

16. Jenis Hewan Ternak Warga Teluk Waru................................................. 33


xiii

17. Tanaman Pertanian Utama…………………………………………….... 34

18. Pengelolaan Sumber Daya Alam oleh Warga Dusun Teluk Waru........... 38

19. Pola Tanam di Lahan Kering.................................................................... 39

20. Kolam Ikan dan Kandang Hewan Ternak................................................ 39

21. Kondisi Jalan dari Kecamatan Nanggung Menuju Dusun Teluk Waru... 40

22. Jalan dalam Dusun Teluk Waru................................................................ 40

23. Tempat Sampah........................................................................................ 41

24. Pipa Air Bersih......................................................................................... 41

25. Penggunaan Lahan Pekarangan secara Tidak Efisien………………….. 43

26. Air Limbah Rumah Tangga…………………………………………….. 44

27. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 1………….. 54

28. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 2………….. 55

29. Zonasi I………………………………………………………………. 67

30. Zonasi II……………………………………………………………… 68

31. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan……………………….. 67

32. Konsep Sirkulasi dan Daur Energi……………………………………... 68

33. Site Plan Alternatif 1…………………………………………………… 73

34. Site Plan Alternatif 2…………………………………………………… 74

35. Site Plan Alternatif 3…………………………………………………… 75

36. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 1 Sistem Pertanian dengan


Konsep LEISA di Pekarangan………………………………………….. 78

37. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 2 Sistem Pertanian dengan


xiv

Konsep LEISA di Pekarangan………………………………………….. 79


DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Jenis Pengambilan Informasi dan Data……………………………….... 15

2. Kualitas Air Dusun Teluk Waru………………………………………... 25

3. Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru……………... 29

4. Distribusi Mata Pencaharian Responden.................................................. 34

5. Distribusi Anggota Keluarga Responden………………………………. 35

6. Rata-Rata Luas Lahan Pertanian Seluruh Responden.............................. 35

7. Rata-Rata Pengeluaran Responden per Bulan………………………...... 36

8. Rata-Rata Produksi Lahan Pertanian Responden………………………. 37

9. Alternatif 1 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA... 46

10. Alternatif 2 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA... 47

11. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif
1………………………………………………………………………… 49

12. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif
2………………………………………………………………………… 50

13. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha


Tani LEISA Alternatif 1 di Dusun Teluk Waru………………………... 51

14. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha


Tani LEISA Alternatif 2 di Dusun Teluk Waru………………………... 51

15. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan
di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1…………… 52
xv

16. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan
di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2…………… 53

17. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak,
dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 1………... 56

18. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak,
dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 2………... 57

19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1………………………. 60

20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2………………………. 61

21. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Biaya Naik 10%........... 62

22. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Harga Produk Turun
10%............................................................................................................ 63

23. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Biaya Naik 10%........... 64

24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun


Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Harga Produk Turun
10%............................................................................................................ 65

25. Hubungan antara Fungsi dan Zona……………………………………… 66

No. Lampiran Halaman

1. Jumlah dan Rata-Rata Kebutuhan Biaya Setiap Variabel per


Responden (KK) di Dusun Teluk Waru……………………………..... 138
xvi

2. Asumsi Teknis Pengusahaan Tanaman, Ternak, dan Ikan Alternatif 1.. 139

3. Asumsi Teknis Pengusahaan Tanaman, Ternak, dan Ikan Alternatif 2. 140

4. Produksi Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Dusun Teluk


141
Waru per Responden (KK)……………………………………………

5. Rekapitulasi Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru. 142


DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuisioner................................................................................................. 84

2. Teknis Budi Daya Tanaman, Ternak, dan Ikan Terkait Perencanaan


Lanskap................................................................................................... 92

3. Sketsa Kondisi Pekarangan Saat Ini........................................................ 119

4. Analisis Usaha Tani................................................................................. 127


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian,
dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sejalan dengan
kemajuan teknologi, muncullah penggunaan varietas unggul, pupuk kimia,
pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Usaha yang dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dengan
adanya sistem pertanian modern, dalam jangka waktu yang singkat produksi
pertanian mengalami peningkatan. Akan tetapi, sistem pertanian tersebut tidak
dapat menjamin peningkatan produksi pertanian secara berkelanjutan. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya kualitas lahan akibat pemakaian pupuk kimia dan
obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.
Pemakaian masukan luar yang tidak memperhatikan keseimbangan
ekologi berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Menurut
Saleh (2003), dampak negatif sistem pertanian modern terhadap kesehatan
manusia adalah akibat penggunaan pestisida/insektisida kimia yang tidak tepat
dosis, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat aturan. Dampak negatif terhadap
kesehatan manusia, antara lain, berupa keracunan yang bersifat mendadak dan
keracunan yang berat (Saleh, 2003).
Sistem pertanian modern mengakibatkan terganggunya keseimbangan
sebagai indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya
dikendalikan oleh hukum alam (Salikin, 2003). Sistem pertanian tersebut
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati seperti varietas lokal akibat
penggunaan varietas unggul dan hilangnya organisme nonhama atau musuh alami
hama yang sebenarnya bermanfaat.
Sistem pertanian modern sangat bergantung pada bahan bakar minyak
yang digunakan dalam memproduksi pupuk dan pestisida. Bahan bakar minyak
2

merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang jumlahnya
terbatas dan suatu saat dapat habis. Oleh karena itu, perlu efisiensi dalam
menggunakan bahan bakar tersebut. Harga minyak dunia yang meningkat
mempengaruhi peningkatan biaya produksi pupuk dan pestisida sehingga harga
jualnya menjadi mahal.
Varietas unggul yang digunakan sangat responsif terhadap unsur hara.
Dalam hal ini, semakin tinggi pemberian pupuk, semakin tinggi produksi yang
dihasilkan dan semakin tinggi pula biaya produksi yang diperlukan. Bagi petani
kecil hal ini sangat memberatkan dan menjadikan mereka semakin miskin
ditambah dengan kepemilikan lahan yang sempit yang mengakibatkan produksi
mereka sedikit. Dengan, disatu sisi, lahan pertanian yang semakin berkurang,
keanekaragaman hayati yang menyusut, dan permasalahan pertanian yang ada,
maka di sisi lainnya sumber daya alam yang melimpah diperlukan pemanfaatan
secara optimal sumber daya yang ada melalui perencanaan lanskap pekarangan
dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA (low-external-input and
sustainable agriculture). Pekarangan merupakan lahan yang potensial untuk
dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif karena lokasinya dekat dengan
tempat tinggal sehingga mudah dalam pengelolaannya.
Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem yang menggunakan kembali
dan mendaur ulang, menggunakan binatang dan tumbuhan sebagai mitra,
menciptakan suatu ekosistem buatan yang sesuai, serta meniru bekerjanya proses-
proses alam (http://utafoundation.org diakses tanggal 26 Januari 2008). Menurut
Reijntjes, Haverkort, dan Waters-Bayer (1999), LEISA adalah pertanian yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di
tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga
manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan yang secara ekonomis layak, secara
ekologis mantap, sesuai menurut budaya, dan secara sosial adil.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan merencanakan lanskap pekarangan dengan sistem
pertanian terpadu dengan konsep LEISA melalui pemanfaatkan secara optimal
sumber daya yang tersedia dengan memperhatikan fungsi-fungsi ekologi,
3

ekonomi, dan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) petani
sehingga didapatkan luas lahan minimum untuk kelayakan usaha tani.
1.3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi petani, pemerintah
daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan instansi-instansi terkait serta
masyarakat umum dalam menciptakan pertanian terpadu yang berwawasan
lingkungan.

1.4. Kerangka Pikir


Sistem pertanian modern yang memakai masukan luar seperti pupuk
kimia, pestisida, dan varietas unggul mempunyai dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang melebihi
batas normal menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, di antaranya,
organisme yang bermanfaat atau musuh alami hama. Residu pupuk kimia dan
pestisida membahayakan kesehatan manuasia yang mengkonsumsi hasil
pertanian.
Produksi pupuk kimia dan pestisida bergantung pada bahan bakar
minyak. Tingginya harga minyak mempengaruhi tingginya biaya produksi pupuk
kimia dan pestisida serta mahalnya harga jual. Mahalnya harga jual pupuk kimia
serta pestisida berpengaruh terhadap biaya produksi pertanian. Varietas unggul
yang sangat responsif terhadap unsur hara memerlukan pupuk kimia dalam jumlah
yang banyak untuk meningkatkan hasil produksi. Peningkatan hasil tidak
dirasakan manfaatnya karena biaya produksi yang tinggi. Kepemilikan lahan
petani yang sempit dengan sistem pertanian tersebut menyebabkan taraf
kehidupan petani menjadi tidak layak.
Dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan petani dan menjaga
kelestarian lingkungan, diperlukan usaha agar kebutuhan hidup layak petani
terpenuhi serta kondisi ekologi terjaga. Dalam konteks itu, perencanaan lanskap
pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA perlu diusahakan
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, yaitu dengan mengintegrasikan
interaksi sumber daya yang terdapat di dalam lingkungan seperti tumbuhan,
4

hewan, dan energi serta meminimalkan masukan dari luar yang mengganggu
kelangsungan proses-proses ekosistem.
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang di dalamnya terdapat
hubungan saling terkait dan kebergantungan antarelemen yang ada di dalam
sistem tersebut. Komponen dalam sistem tersebut meliputi tumbuhan, ternak, dan
manusia. Keluaran yang dihasilkan oleh satu elemen menjadi masukan bagi
elemen yang lain. Dalam sistem tersebut terdapat perputaran energi, yaitu energi
yang berasal dari dalam sistem itu sendiri. Dalam sistem pertanian terpadu dengan
konsep LEISA digunakan masukan dari luar seperti pupuk inorganik dan pestsida
buatan digunakan dalam jumlah yang terbatas.
Sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA menggunakan masukan
luar rendah sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal. Produk dari sistem
pertanian tersebut aman dari racun karena masukan berasal dari sistem itu sendiri.
Sistem pertanian terpadu berusaha memperbaiki kondisi dari tiap-tiap komponen
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Dalam perencanaan lanskap
pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA akan didapatkan
luas lahan minimum untuk memenuhi kebutuhan hidup layak petani. Kebutuhan
hidup layak petani dapat terpenuhi dengan optimalisasi praktik usaha tani sesuai
dengan ketersediaan lahan yang ada melalui pertimbangan ekonomi (kelayakan
finansial), ekologi, dan sosial usaha tani dengan menciptakan lanskap pekarangan
dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA (Gambar 1).
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Ketersediaan Lahan Usaha Tani

Praktik Usaha Tani

Pertimbangan Ekonomi Pertimbangan Sosial Pertimbangan Ekologi

Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu Berkonsep LEISA

Gambar 1. Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem


Pertanian Terpadu (Sumber: diadopsi dan dimodifikasi dari
LPPM Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan
BAPPEDA Kabupaten Serang, 2004)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Lanskap


Perencanaan merupakan bagian yang utama dalam menciptakan suatu
lanskap. Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan
untuk menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik
untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut (Simonds, 1983).
Menurut Gold (1980), proses perencanaan yang baik harus merupakan
suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Untuk
menghasilkan hal tersebut, dibutuhkan berbagai pendekatan dalam proses
perencanaan. Pendekatan yang baik menurut Laurie (1990), pada hakekatnya
didasarkan pada lima komponen utama, yaitu pendekatan terhadap faktor alami,
sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai. Dalam menciptakan suatu lanskap
yang berkelanjutan, perencana hendaknya memperhatikan kelima pendekatan
tersebut.
Lanskap yang berkelanjutan merupakan suatu lanskap yang fungsi-fungsi
di dalamnya saling terkait. Ekologi merupakan hal yang utama dalam
merencanakan suatu lanskap yang berkelanjutan. Rachman (1984)
mengemukakan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu perencanaan yang
berpijak kuat pada dasar ilmu lingkungan/ekologi dan pengetahuan alam yang
bergerak dalam kegiatan penilaian atas lahan yang luas, dalam mencari ketepatan
tata guna lahan di masa mendatang.

2.2. Pertanian Berkonsep LEISA


Kerusakan lingkungan akibat sistem pertanian modern yang
mengandalkan masukan luar yang tinggi seperti pupuk kimia, varietas unggul, dan
pestisida menyebabkan ekosistem rusak dan terganggu. Dalam menekan laju
kerusakan lingkungan, penggunaan masukan luar yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan ditekan dan diarahkan agar sesuai dengan kondisi lingkungan.
6

Untuk menjaga kondisi lingkungan diperlukan sistem pertanian yang berupaya


meminimalkan penggunaan masukan (benih, pupuk kimia, pestisida, dan bahan
bakar) dari luar ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan
kelangsungan hidup pertanian (Salikin, 2003).
Pertanian dengan masukan luar rendah dikenal dengan istilah LEISA
(low-external-input and sustainable agriculture). Menurut Reijntjes et al. (1999),
LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam
dan manusia yang tersedia di tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan
hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan yang
layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut budaya, dan
adil secara sosial. Zamora (1995) (dalam Salikin, 2003) memberikan lima kriteria
untuk mengelola suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan, yaitu (1)
kelayakan ekonomis (economic viability); (2) bernuansa dan bersahabat dengan
ekologi (ecologically sound and friendly); (3) diterima secara sosial (socially
just); (3) kepantasan secara budaya (culturally approriate); (5) pendekatan sistem
dan holistik (systems and holistic approach).
Dalam memanfaatkan sumber daya untuk keberlanjutan pertanian
hendaknya dengan bijaksana. Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan
sumber daya pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia sambil
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber
daya alam (Reintjes et al., 1999). Salikin (2003) menjelaskan bahwa dengan
model LEISA, kekhawatiran penurunan produksi secara drastis dapat dihindari
sebab penggunaan masukan luar masih diperkenankan, sebatas hal tersebut
sungguh-sungguh penting atau mendesak dan tidak ada pilihan. Salikin (2003)
menambahkan bahwa model LEISA masih menjaga toleransi keseimbangan
antara pemakaian masukan internal dan masukan eksternal, misalnya penggunaan
pupuk organik diimbangi dengan pupuk TSP, pemakaian pestisida hayati
dilakukan bersama-sama dengan pestisida sintetik, teknologi spesifik lokasi
disandingkan dengan teknologi canggih dan sebagainya. Mugnisjah (2000)
menyatakan bahwa sistem pengusahaan tanaman dan ternak akan memanfaatkan
masukan internal semaksimal mungkin. Sarana produksi pertanian yang
didatangkan dari luar, khususnya masukan eksternal berupa pupuk inorganik dan
7

pestisida buatan dalam jumlah yang terbatas, diupayakan dari toko sarana
produksi tanaman/ternak terdekat (Mugnisjah, 2000). Gambar 2 menunjukkan
daur energi dalam agribisnis dengan sistem LEISA menurut Mugnisjah (2000).

Arus energi yang membangun sistem tertutup karena mampu menghasilkan masukan internal
Arus energi yang memungkinkan sistem terbuka sehingga mendatangkan masukan eksternal

Gambar 2. Daur Energi dalam Agribisnis dengan Sistem LEISA (Mugnisjah,


2000)
Reijntjes et al. (1999) mengemukakan bahwa terdapat lima prinsip
ekologi dari sistem LEISA yang perlu dijalankan dalam praktek bertani. Kelima
prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengamankan kondisi tanah agar
sesuai untuk tanaman, terutama dengan mengelola bahan organik dan merangsang
kehidupan jasad hidup di dalam tanah; (2) mengoptimumkan ketersediaan hara
dan menyeimbangkan arus hara, terutama dengan mengintroduksi tanaman
penambat nitrogen, mendaurulangkan hara, dan menggunakan pupuk eksternal
secara komplementer; (3) meminimumkan kehilangan akibat radiasi matahari,
udara, dan air (misalnya penguapan air berlebihan, kekeringan, kebanjiran, dan
rebah) dengan cara mengelola mikroklimat, mengelola air, dan mengendalikan
erosi; (4) meminimumkan kehilangan hasil oleh hama dan penyakit dengan
mengendalikannya secara terpadu; (5) menggali potensi kegunaan sumber daya
genetik secara komplementer dan sinergik dengan mempertahankan biodiversitas
yang tinggi.
8

2.3. Konsep Sistem Pertanian Terpadu


Kekuatan utama sistem pertanian terletak pada integrasi fungsional dari
beragam sumber daya dan teknik pertanian (Reijntjes, et al., 1999). Reintjes et al.
(1999) menambahkan bahwa dengan mengintegrasikan beragam fungsi
pemanfaatan lahan (misalnya memproduksi bahan pangan, kayu, dan sebagainya;
mengkonservasi tanah dan air; melindungi tanaman; mempertahankan kesuburan
tanah) serta memanfaatkan beragam komponen biologis (ternak besar dan ternak
kecil, tanaman pangan, hijauan makanan ternak, padang rumput alami, pohon,
rempah-rempah, pupuk hijau, dan sebagainya), stabilitas dan produktivitas sistem
usaha tani sebagai suatu keseluruhan dapat ditingkatkan dan basis sumber daya
alam dapat dikonservasi.
Untuk mengintegarsikan fungsi-fungsi sumber daya yang terdapat dalam
pertanian diperlukan suatu sistem yang dikenal dengan sistem pertanian terpadu.
Sistem pertanian terpadu atau sistem pertanian dan pengelolaan limbah terpadu
adalah suatu sistem yang mengkombinasikan ternak, budi daya ikan, dan agro-
industri dalam sebuah simbiosis yang luas atau dalam sistem yang saling
bersinergi sehingga limbah dari salah satu proses menjadi masukan bagi proses-
proses yang lain, dengan atau tanpa perlakuan, untuk menyediakan sarana
produksi seperti energi, pupuk, dan pakan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dengan biaya minimal (http://www.onevillagefoundation.org/ovf/
downloads/pdfs/IF&WMS_Packet/IF& WMS_overview.pdf diakses tanggal 30
Januari 2009).
Menurut Najiyati et al. (2005), sistem pertanian terpadu merupakan
sistem budi daya dua jenis komoditas pertanian atau lebih dalam satu siklus yang
saling berkaitan (Gambar 3). Prinsip dari pertanian terpadu melibatkan tiga
komponen utama: tumbuhan (dapat menangkap dan menyimpan energi dari
matahari), ternak (menggunakan nutrisi pada tumbuhan untuk produksi protein
hewani dan memberi makanan kepada tumbuhan dengan pupuk kotorannya), dan
energi (http://www.mekarn.org/msc 2003-05/theses05/phallalr.pdf diakses tanggal
26 Januari 2008). Gambar 4 menunjukkan model pertanian terpadu yang diadopsi
dan dimodifikasi dari model pertanian terpadu biosumber daya di Vietnam
(sumber: Lightfool dan Minnick (1990) dalam Reijntjes, et al. (1999)). Salikin
9

(2003) menjelaskan bahwa dengan sistem terpadu, terdapat siklus yang tidak
terputus dan saling menguntungkan dari subbidang budi daya tanaman,
perkebunan, peternakan, dan perikanan untuk jangka waktu yang panjang tanpa
kekhawatiran terjadinya pencemaran zat beracun karena semua masukan berasal
dari dalam ekosistem sendiri.
Hubungan saling terkait dan interaksi antarelemen yang terdapat dalam
pertanian terpadu merupakan suatu konsep ekosistem yang antarkomponennya
saling mempengaruhi. Pengintegrasian antarkomponen dalam pertanian terpadu
bertujuan mencapai efisiensi penggunaan energi agar pertanian dapat
berkelanjutan. Energi yang dibutuhkan dalam sistem sesuai dengan konsep
permanent agriculture. Menurut Mollison dan Slay (1991), dalam semua
pertanian permanen atau secara umum, budi daya oleh manusia yang
berkelanjutan membutuhkan energi yang berasal dari sistem tersebut.

Arus energi sebagai masukan internal


Gambar 3. Model Sistem Pertanian Terpadu (Najiyati et al., 2005)
10

Arus energi sebagai masukan internal


Gambar 4. Model Pertanian Terpadu yang Diadopsi dan Dimodifikasi dari Model
Pertanian Terpau Biosumber Daya di Vietnam (Sumber: Lightfool dan
Minnick (1990) dalam Reijntjes et al. (1999))

2.4. Konsep Zero Waste (Bebas Limbah)


Dalam sistem pertanian yang terintegrasi, limbah yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan kembali. Limbah dari tanaman dimanfaatkan kembali sebagai
pupuk bagi tanaman atau sebagai pakan ternak dan ikan. Kotoran ternak menjadi
pupuk bagi ikan dan tanaman. Air dari kolam ikan dapat menjadi sumber hari bagi
tanaman apabila digunakan untuk mengairi tanaman karena mengandung bahan
organik dari kotoran ikan. Sistem tersebut berperan dalam rangka menciptakan
keadaan yang zero waste (bebas limbah). Zero waste adalah suatu filosofi yang
bertujuan untuk memandu orang di dalam mendesain kembali sistem penggunaan
sumber daya mereka dengan tujuan mengurangi sampah menjadi nol
(http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste diakses tanggal 30 Januari 2008).
Strategi zero waste akan memutar keluaran dari tiap-tiap penggunaan sumber daya
ke dalam masukan untuk penggunaan yang lain, atau dengan kata lain keluaran
menjadi masukan (http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste diakses tanggal 30
11

Januari 2008). Konsep zero waste juga dapat mengurangi limbah rumah tangga
dengan memanfaatkan limbah organik sebagai pupuk bagi tanaman.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu


Lokasi penelitian terletak di Dusun Teluk Waru, Desa Curug Bitung,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor (Gambar 5). Penelitian berlangsung
pada bulan Maret sampai Oktober 2009.

Sumber : Budidarsono et. al.( 2006)

Sumber : Peta Rupabumi Digital Indonesia Cihiris (BAKOSURTANAL, (2000))

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian


3.2. Metode
Metode penelitian ini menggunakan tahapan yang terdiri dari tahap
inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan (Gambar 6).

Gambar 6. Proses Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian


Terpadu (sumber: diadopsi dan dimodifikasi dari Mugnisjah, 2000)
3.2.1. Inventarisasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengambilan data dan
informasi mengenai lahan untuk usaha tani. Kegiatan evaluasi lahan diperlukan
untuk menduga potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian
maupun non-pertanian (Sitorus, 2004). Evaluasi lahan dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai aspek biofisik, sosial ekonomi, dan budaya.
Data dan informasi lain yang dikumpulkan adalah mengenai usaha tani, teknis
budi daya, biaya dan pendapatan usaha tani, utilitas, fasilitas, dan infrastuktur.
Data dan informasi didapat melalui wawancara dengan kepala keluarga dengan
bantuan kuisioner Lampiran 1, pengamatan langsung, dan dari data sekunder.
Informasi dan data yang diambil terdapat dalam Tabel 1.
Dalam tahap ini ditetapkan sampel 30 kepala keluarga (KK) petani yang
diambil secara acak per kelas dari selang sebagai berikut: memiliki pekarangan
seluas 120 m2 - 400 m2, tetapi tidak memiliki lahan lain; memiliki pekarangan
seluas 120 m2 – 400 m2 dan lahan lain seluas < 1000 m2; memiliki pekarangan
seluas 120 m2 – 400 m2 serta lahan lain seluas ≥ 1000 m2.
Tabel 1. Jenis Pengambilan Informasi dan Data

No. Jenis Data Parameter Satuan Sumber Bentuk Interpretasi


1 Biofisik
a. Tapak Letak koordinat Institusi desa, Deskripsi, Mengetahui orientasi tapak,
Luas ha survei lapang, peta, foto kepekaan terhadap erosi
Batas
Aksesibilitas
Topografi
Kemiringan %
Layout
b. Tanah Sifat fisik Puslitanak Deskripsi, peta Analisis kesesuaian tanah untuk
Sifat kimia jenis tanaman pertanian,
Daya dukung tanah analisis kesuburan
Jenis Tanah
c. Hidrologi Peta hidrologi BMG Deskripsi, foto Analisis kesesuaian air untuk
Kualitas air mg/l kegiatan bertani secara terpadu
Curah hujan mm/th
Distribusi Air m3/l
0
d. Iklim Suhu C BMG Data Statistik Pengaruh iklim terhadap sumber
Kelembaban udara % daya tapak
Kecepatan angin km/jam
Lama penyinaran %
e. Vegetasi Jenis Survei lapang, Deskripsi, foto Penggunaan jenis tanaman
literatur
untuk pengembangan
f. Satwa Jenis survei lapang, Deskripsi, foto Analisis potensi fungsi
literatur satwa untuk pengembangan
2 Sosial ekonomi
a. Kebutuhan hidup petani dan Rp Survei lapang Deskripsi Analisis biaya,
kelayakan usaha tani analisis kelayakan finansial
b. Sumber daya manusia petani Usia tahun Deskripsi Analisis biaya, ketersediaan kerja,
Jumlah anggota
keluarga orang analisis kelayakan finansial
Pendidikan
Pengalaman bertani tahun
3 Budaya Kearifan lokal dalam Deskripsi Mengetahui cara bertani dan
bertani memelihara sumber daya alam
Kearifan lokal dalam
memelihara sumber
daya alam
4 Usaha tani Jenis lahan Survei lapang Deskripsi, foto Penetapan lahan
2
Luas kepemilikan m ; ha dan komoditi untuk LEISA
Jenis komoditi m2; ha
Lokasi lahan dari jalan km
raya
Sumber pengairan
Pola tanam
5 Teknis budi daya Pengolahan tanah Survei lapang, Deskripsi Analisis budi daya pertanian
Pemupukan liter; kg; literatur
g; ml; Rp
Hasil panen kg
Pemanfaatan limbah
Kendala usaha tani
6 Biaya dan pendapatan usaha tani Tenaga kerja HOK; Rp Survei lapang, Deskripsi Analisis biaya,
Penggunaan masukan liter; kg; literatur analisis kelayakan finansial
g; ml; Rp
Biaya lain Rp
Penyusutan alat dan Rp
bangunan
Produksi dan nilainya kg; Rp
Produksi limbah dan kg; Rp
nilainya
7 Fasilitas Kandang ternak m2 Survei lapang Deskripsi, foto Penetapan lahan untuk LEISA
2
Kolam m
8 Infrastruktur Jalan Survei lapang Deskripsi, foto Penetapan lahan untuk LEISA
9 Utilitas Tempat sampah Survei lapang Deskripsi, foto Penetapan lahan untuk LEISA
Irigasi Survei lapang Deskripsi, foto
Drainase
3.2.2. Analisis
Pada kegiatan analisis dilakukan tahapan-tahapan yang diadopsi dan
dimodifikasi dari Mugnisjah, Suwarto, dan Solihin (2000) yang terdiri dari
beberapa tahap: (1) penetapan lokasi dan penilaian potensi lahan, (2) penetapan
peruntukan lahan dan jenis komoditinya, (3) pemilihan dan penetapan komoditi
untuk LEISA (4) analisis biaya produksi (5) analisis kelayakan finansial. Kelima
langkah ini dilanjutkan dengan penetapan status pemenuhan kebutuhan hidup
layak keluarga petani. Uraian tentang langkah-langkah analisis dijelaskan sebagai
berikut:
1. Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan
Dalam penetapan lahan diperlukan pertimbangan dari segi ekonomi,
ekologi, dan sosial. Pertimbangan ekonomik yang diambil meliputi (1)
kemungkinan usaha tani yang kini dilaksanakan masih dapat ditingkatkan
efisiensinya dengan sistem LEISA; (2) lokasi lahan beraksesibilitas baik, tidak
terlalu jauh dari pasar sarana produksi dan produk usaha tani; (3) tidak ada
kendala ketersediaan tenaga kerja. Pertimbangan ekologik yang diambil
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) lahan dapat ditanami sepanjang tahun (tiga
musim tanam); (2) lahan khususnya sawah, biasanya diusahakan dengan teknologi
pertanian konvensional; (3) terdapat saluran air untuk memasok keperluan lahan,
khususnya kolam, sepanjang tahun. Pertimbangan sosialnya adalah pemilik lahan
tidak keberatan jika lahannya dikelola dengan sistem LEISA. Pertimbangan
teknisnya adalah tersedianya fasilitas dan utilitas yang mendukung sumber daya
usaha tani.
2. Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya
Peruntukan lahan ditetapkan dengan memperhatikan kelayakannya
sebagai tempat kegiatan pertanian berpendekatan LEISA, yang terdiri dari satu
kesatuan pengelolaan usaha tani tanaman, ternak, dan ikan.
3. Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA
Biodiversitas dan daur energi yang tinggi mendapatkan penekanan dalam
sistem pertanian yang dibangun. Pendaurulangan hara di dalam sistem diusahakan
dengan tanaman dan ternak sehingga dapat mengurangi penggunaan masukan
usaha tani dari luar sistem. Tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan
menghasilkan produk utama kebutuhan manusia (khususnya pangan) dan produk
ikutan untuk kebutuhan proses produksi tanaman dan hewan (sebagai sumber
masukan internal).
4. Analisis Biaya Produksi
Kegiatan ini merupakan kegiatan menghitung seluruh biaya sarana
produksi dan biaya operasional usaha tani, terdiri dari biaya investasi dan modal
kerja (biaya tetap dan biaya tidak tetap).
5. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial ditujukan untuk mengetahui kelayakan
usaha tani dengan asumsi seluruh hasil usaha tani dijual dengan harga pasar
(Priandono, 2006). Analisis yang digunakan meliputi analisis Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
NPV merupakan nilai sekarang selisih antara nilai sekarang dari benefit
(manfaat atau penerimaan) dengan cost (biaya) pada tingkat suku bunga tertentu.
Dari NPV dapat diketahui bahwa suatu proyek dikatakan layak jika perencanaan
investasi menghasilkan NPV lebih besar daripada nol. Apabila nilai NPV lebih
kecil daripada nol, perencanaan tersebut tidak layak. Rumus perhitungan NPV
(Gittinger, 1986) adalah sebgai berikut:
n
 B − Ct 
NPV = ∑  t t 
i =1  (1 + i ) 

dengan Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun t


Ct = biaya pada tahun t
t = 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek
i = tingkat diskonto.
IRR merupakan tingkat diskonto yang dapat menyebabkan NPV sama
dengan nol. Untuk menghitung nilai IRR dilakukan dengan coba-coba sedemikian
sehingga ditemukan tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV sama dengan
nol (Tjakrawiralaksana, 1985). Lebih lanjut Tjakrawiralaksana (1985) menyatakan
bahwa biasanya tidak ditemukan secara tepat, tetapi dapat dicari dengan cara
interpolasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:
IRR = i ' +
NPV '
i " − i' ( )
NPV − NPV
' "

dengan NPV’ = NPV negatif i’ = diskonto untuk NPV’


NPV” = NPV positif i” = diskonto untuk NPV”.
Selanjutnya, cara lain untuk menilai kelayakan suatu proyek adalah
dengan Net B/C, yaitu diperoleh dengan membagi jumlah present value (PV)
yang positif dengan PV yang negatif (Priandono, 2006). Selanjutnya, jika Net B/C
lebih besar daripada satu, proyek tersebut dikatakan layak. Jika Net B/C lebih
kecil daripada satu, proyek tersebut dikatakan tidak layak. Rumus untuk
menghitung Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger, 1986):
n
Bt − C t n n
∑ (1 + i )
t =1
t ∑ (B t − C t )(DF ) ∑ (NetBenefitPlus )( DF )
t =1 t =1
Net B/C = = =
n
C t − Bt n n

∑ (1 + i ) t ∑ (C t − Bt )(DF ) ∑ (NetBenefitMinus )( DF )
t =1 t =1 t =1

dengan Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun t


Ct = biaya pada tahun t
t = 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek
i = tingkat diskonto
DF = discount factor.
6. Analisis Kecukupan Hidup Layak
Dalam analisis ini, keuntungan usaha tani terpadu dibandingkan dengan
kebutuhan hidup layak petani yang didapatkan dari data survei. Dengan cara
demikian status kecukupan hidup layak petani tersebut dapat diketahui.
3.2.3. Sintesis
Pada tahap ini ditentukan penetapan pola tanam, ternak, dan ikan, konsep
tata ruang, tata hijau, utilitas, dan fasilitas, serta sirkulasi dan daur energi yang
mengintegrasikan sumber daya pertanian yang terdapat di dalam tapak. Menurut
Mugnisjah et al. (2000) dalam penetapan pola tanam, ternak, dan ikan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) pola tanam dan pola pengusahaan
ternak dan ikan mempertimbangkan prinsip intensitas penggunaan lahan yang
tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun aspek ekologi (pendaurulangan unsur
hara); (2) pertanaman ganda dilakukan untuk mengurangi risiko ekonomi jika
terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk suatu jenis tanaman rendah; (3)
rotasi tanaman semusim dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya
inkorporasi kompos biomassa hasil sampingan ke dalam tanah.
Konsep tata ruang ditentukan dengan memperhatikan aspek biofisik dan
komoditi (tanaman, ternak, dan ikan). Konsep tata hijau ditentukan dengan
memperhatikan aspek estetika dan aspek ekologi. Konsep sirkulasi dan daur
energi memperhatikan hubungan penyediaan masukan internal. Konsep utilitas
dan fasilitas memperhatikan keberadaan sumber daya.
3.2.4. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, konsep yang sudah ditentukan dikembangkan
dalam bentuk tata hijau, tata fasilitas dan utilitas serta tata sirkulasi dan daur
energi. Bentuk dari perencanaan lanskap berupa rencana tapak (site plan) yang
menggambarkan penataan tanaman, penataan ruang, jalur sirkulasi yang
direncanakan, serta utilitas dan fasilitas yang mendukung keberadaan sumber daya
usaha tani.
BAB IV
INVENTARISASI

4.1. Aspek Biofisik


4.1.1. Tapak
Lokasi penelitian terletak di Dusun Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor. Dusun Teluk Waru terletak pada koordinat
6o40’00” – 6o38’30” LS dan 106 o30’00” – 106 o32’30” BT. Sebelah utara
berbatasan dengan Dusun Nyangkoek; sebelah timur berbatasan dengan Desa
Cisarua; sebelah barat berbatasan dengan Desa Kiarapandak; sebelah selatan
berbatasan dengan desa Kiarasari. Luas Dusun Teluk Waru adalah ± 323,7 ha.
Kemiringan dusun Teluk Waru terdiri dari relatif datar 2-15%, bergelombang 15-
40%, dan curam >40%. Secara umum, topografi Dusun Teluk Waru
bergelombang dengan ketinggian antara 743 dan 1056 mdpl (Gambar 7).

Gambar 7. Topografi dusun Teluk Waru


23

4.1.2. Tanah
Berdasarkan peta tanah Kabupaten Bogor yang bersumber dari
BAPPEDA Kabupaten Bogor, Dusun Teluk Waru mempunyai jenis tanah latosol
coklat kemerah-merahan, latosol merah kekuning-kuningan, dan litosol yang
masuk dalam ordo Inceptisols. Tanah inceptisols adalah tanah yang mempunyai
tanah yang mempunyai sedikit horison atau horison yang tidak jelas. Rejim
kelembaban tanah ini tergolong baik sampai cukup baik, memiliki mineral yang
mudah lapuk. Sifat fisik tanah inceptisols yaitu bertekstur lebih halus dari pasir
berlempung halus dengan fraksi liat beraktivitas sedang sampai tinggi (Abdullah,
1999). Tanah ini mempunyai subhorison kambik dengan KTK sedang. Kesuburan
tanah ini rendah sampai tinggi. Tanah di dusun Teluk Waru ini mempunyai pH
tinggi antara 7 - 8,5 (Gambar 9).

4.1.3. Hidrologi
Di Dusun Teluk Waru terdapat aliran sungai Ci Durian yang
dimanfaatkan warga untuk air minum dan irigasi lahan pertanian. Dusun Teluk
Waru memiliki curah hujan sepanjang tahun 2007 sebesar 5441 mm/tahun dengan
curah hujan bulanan berkisar dari 119-635 mm dengan rata-rata curah hujan 453
mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Agustus dan curah hujan
tertinggi tercatat pada bulan April.
Pada tahun 2008 curah hujan sebesar 6235,3 mm/tahun dengan curah
hujan bulanan berkisar 156-1035 mm dengan rata-rata curah hujan 519,6
mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi
tercatat pada bulan Oktober. Penyebaran data curah hujan sepanjang tahun 2007
dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 8. Data curah hujan sepanjang tahun 2007
dan 2008 ditakar di Perkebunan Cianten.

Gambar 8. Curah Hujan Tahun 2007 dan Tahun 2008


24

Gambar 9. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bogor (BAPPEDA Kabupaten Bogor, 2009)
25

Sumber air yang digunakan oleh warga berasal dari mata air Gunung
Halimun. Air tersebut digunakan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari dan untuk mengairi sawah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium
Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor sumber air yang digunakan mempunyai kandungan pH 6,75, kandungan
total amoniak (NH3-N) sebesar 0,02 mg/l, dan kadar DO 2 mg/l (Tabel 2).
Gambar 10 memperlihatkan kondisi hidrologi Dusun Teluk Waru.
Tabel 2. Kualitas Air Dusun Teluk Waru
No. Parameter Satuan Nilai
1 pH 6,75
2 Total Amoniak (NH3-N) mg/l 0,02
3 DO mg/l 2
Sumber: Analisis Laboratorium Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan, IPB

Penampungan air Pipa saluran air untuk rumah tangga

Air irigasi Kolam ikan


Gambar 10. Hidrologi Dusun Teluk Waru
4.1.4. Iklim
Data iklim yang diperoleh dari stasiun Meteorologi dan Geofisika
Darmaga, Bogor. Data iklim yang didapat meliputi suhu, kelembaban, lama
26

penyinaran, dan kecepatan angin. Data iklim yang didapat merupakan data pada
tahun 2007 dan 2008.
a. Suhu
Suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2007 dan 2008 tidak
memperlihatkan perbedaan yang signifikan setiap bulannya. Sepanjang tahun
2007 suhu rata-rata bulanan berkisar dari 25.1 hingga 26.1 0C. Suhu rata-rata
bulanan terendah terdapat pada bulan Februari dengan suhu maksimum 29.7 0C
dan minimum 22.6 0C, sedangkan suhu rata-rata bulanan tertinggi pada terdapat
pada bulan Januari dengan suhu maksimum 31.7 0C dan minimum 22.4 0C.
Sepanjang tahun 2008 suhu rata-rata bulanan berkisar 25.1-25.9 0C.
Suhu rata-rata bulanan terendah terdapat pada bulan Maret dengan suhu
maksimum 30.9 0C dan minimum 22 0C, sedangkan suhu rata-rata bulanan
0
tertinggi terdapat pada bulan September dengan suhu maksimum 32.8 C dan
minimum 21.7 0C. Penyebaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2007 dan
2008 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Penyebaran Suhu Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008

b. Kelembaban
Udara atmosfer merupakan campuran dari udara kering dan uap air.
Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara (Tjasjono, 1999).
Sepanjang tahun 2007 stasiun meteorologi dan geofisika Darmaga mencatat
kelembaban tertinggi pada bulan Februari, yaitu 90%. Kelembaban terendah
terjadi pada bulan September, yaitu 77%. Rata-rata kelembaban udara sepanjang
tahun 2007 adalah 83.3%. Sepanjang tahun 2008 tercatat kelembaban tertinggi
pada bulan Februari, yaitu 90%. Kelembaban terendah pada bulan Juli yaitu 77%.
27

Rata-rata kelembaban udara sepanjang tahun 2008 adalah 84.2%. Data tentang
penyebaran kelembaban sepanjang tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada
Gambar 12.

Gambar 12. Penyebaran Kelembaban Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun
2008
c. Lama Penyinaran
Lama penyinaran yang tercartat sepanjang tahun 2007 rata-rata 66.3%.
Lama penyinaran tertinggi terdapat pada bulan September, yaitu 90%. Lama
penyinaran terendah terdapat pada bulan Desember, yaitu 39%. Lama penyinaran
yang tercartat sepanjang tahun 2008 rata-rata 6.6%. Lama penyinaran tertinggi
terdapat pada bulan Juli, yaitu 93%. Lama penyinaran terendah terdapat pada
bulan Februari, yaitu 18%. Penyebaran data lama penyinaran sepanjang tahun
2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Penyebaran Lama Penyinaran Tahun 2007 dan Tahun 2008
28

d. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang tercatat sepanjang tahun 2007 rata-rata adalah 2.6
km/jam. Kecepatan tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar 3,7 km/jam.
Kecepatan terendah terdapat pada bulan Mei sebesar 1.9 km/jam. Kecepatan angin
yang tercatat sepanjang tahun 2008 rata-rata adalah 2.5 km/jam. Kecepatan
tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 3.2 km/jam. Kecepatan terendah
terdapat pada bulan Juni sebesar 2 km/jam. Penyebaran data mengenai kecepatan
angin sepanjang tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Penyebaran Kecepatan Angin Tahun 2007 dan Tahun 2008
4.1.5. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat dalam tapak yang akan direncanakan didominasi
oleh pepohonan dan semak belukar. Vegetasi yang terdapat pada pekarangan
masyarakat Dusun Teluk Waru sangat beragam mulai dari tanaman hias, sayur-
sayuran, musiman, bumbu-bumbuan, industri, dan kayu-kayuan (Tabel 3).
Tananaman hias yang ditanam adalah, antara lain, mertua (Sansevieria trifasciata
Laurentii), adam hawa (Rhoeo discolor), kaktus (Opuntia spp.), bayam-bayaman
(Coleus sp. Salmon Lace), lolipop (Pachystachys lutea), peacy lily (Spathiphyllum
wallisii) dan kuping gajah (Anthurium crystallinum). Tanaman musiman yang
ditemukan seperti durian (Durio zibethinus), singkong (Manihot utilissima Pohl),
pepaya (Carica papaya), talas (Colocasia esculenta), dan pisang (Musa spp.).
Tanaman tahunan yang ditemukan adalah sengon (Paraserianthes falcateria L.
Nielsen), afrika (Maesopsis eminii Engl). Pada lahan pertanian kering warga
terdapat tanaman padi gogo (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang panjang
(Vigna sinensis), kacang merah (Vigna umbellate), sengon (Paraserianthes
falcateria L. Nielsen), dan afrika (Maesopsis eminii Engl). Lahan pertanian basah
29

ditanami padi (Oryza sativa) sepanjang tahun. Gambar 15 memperlihatkan


beberapa jenis vegetasi yang dapat ditemui di pekarangan warga Dusun Teluk
Waru.

Tabel 3. Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru


A. Tanaman Buah-Buahan
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Alpukat Persea americana
2 Aren Arenga pinnata
3 Belimbing Averrhoa carambola
4 Cengkeh Eugenia aromatica
5 Duku Lansium domesticum
6 Durian Durio zibethinus
7 Jambu air Syzygium semarangens
8 Jambu biji Psidium pumilum
9 Jengkol Pithecelobium jiringa
10 Jeruk Citrus sp.
11 Jeruk nipis Citrus lemon
12 Kakao Thebroma cacao
13 Kedondong Spondia spinnota
14 Kelapa Cocos nucifera
15 Kopi Coffea robusta
16 Mangga Mangifera indica
17 Manggis Garcinia mangostama
18 Markisa Passiflora edulis
19 Melinjo Gnetum gnemon
20 Nanas Ananas comosus
21 Nangka Artocarpus heterophyllus
22 Pepaya Carica papaya
23 Petai Parkia speciosa
24 Pinang Areca catechu
25 Pisang Musa spp.
26 Rambutan Nephelium lappaceum
27 Salak Salacca edulis
28 Sirsak Annona muricata
B. Tanaman Bumbu-Bumbuan
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Kemangi Ocimum basilicum
2 Lada Piper nigrum
3 Lengkuas Languas galanga
4 Pandan wangi Pandanus amaryllfolium
5 Serai wangi Cymbopogon citratus
30

C. Tanaman Hias
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Adam hawa Rhoeo discolor
2 Aglonema Aglonema sp.
3 Bambu pagar Bambusa multiplex
4 Bayam-bayaman Coleus sp. Salmon Lace
5 Beras tumpah Aglonema sp.
6 Beringin Ficus benjamina
7 Bunga kertas Zinia elegan
8 Bunga matahari Helianthus anuus
9 Bunga pukul empat Zypherantus rosea
10 Bunga sepatu Hibiscus rosa sinensis
11 Cemara kipas Casuarina equisetifolia
12 Daun beludru Episcia cupreata
13 Drasaena hijau Dracaena fragrans
14 Drasena Dracaena reflexa Variegata
15 Enceng gondok Eichornia crassipes
16 Euphorbia Eiphorbia milii
17 Hanjuang hijau Dracaena fragrans
18 Hanjuang merah Cordyline terminalis
19 Kacapiring Gardenia jasminoides
20 Kaki laba-laba Osmoxylum lineare
21 Kaktus Opuntia spp.
22 Kana Canna sp.
23 Kastuba Euphorbia pulcherrima
24 Kecapi Sandoricum kcetjapie
25 Keladi-keladian Caladium bicolor
26 Krokot Althernantera ficoides
27 Kucai Carex marrowi
28 Kuping gajah Anthurium crystallinum
29 Lidah buaya Aloe vera
30 Lidah mertua Sansevieria trifasciata
31 Lili paris Chlorophytum comosum
32 Lolipop Pachystachys lutea
33 Marantha Marantha leuconeura Kerchoviana
34 Melati costa Brunfelsia calycina Benth.
35 Mona lavender Salvia splendens
36 Paku sarang burung Asplenium nidus
37 Paku tanduk rusa Platycerium bifurcatum
38 Palem raja Roystonea regia
39 Palem weregu Rhapis excelsa
40 Palisota Palisota barteri
41 Pandan pohon Pandanus tectorius
42 Pandanus amaryllifolius Roxh. Pandanus amaryllifolius Roxh.
43 Pangkas kuning Duranta sp.
44 Peace lily Spathiphyllum wallisii
45 Puring Codiaeum sp. Golden finger
31

46 Puring Codiaeum variegatum


47 Sambang colok Aerva sanguinolenta
48 Serunai rambat Widelia biflora
49 Simbang darah Iresine herbstii Aureoreticulata
50 Sutra bombay Portulaca grandiflora
51 Teh-tehan Acalypha macrophylla
52 Walisongo Schlefflera arboricola Samoa snow
53 Yellow walking Neomarica longifolia
D. Tanaman Industri
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Bambu Gigantochloa verticillata
2 Pandanus amaryllifolius Roxh. Pandanus amaryllifolius Roxh.
E. Tanaman Kayu-kayuan
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Afrika Maesopsis eminii Engl.
2 Jati Tectona grandis
3 Mahoni Swietenia mahagoni
4 Meranti Shorea sp.
5 Mindi Melia azedarach
6 Sengon Paraserianthes falcateria L. Nielsen
F. Tanaman Obat-Obat
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Jahe Zingiber officinale
2 Kunyit Curcuma domestica
G. Tanaman Palawija
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Jagung Zea mays
2 Kacang Merah Vigna umbellata
3 Kacang Tanah Arachis hypogaea
4 Singkong Manihot utilissima Pohl.
5 Talas Colocasia esculenta
6 Tebu Saccharum officinale
7 Ubi jalar Ipomoea batatas
H. Tanaman Sayur-Sayuran
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Cabai merah Capsicum annum
2 Cabe rawit Capsicum frutescens
3 Kacang panjang Vigna sinensis
4 Katuk Sauropus androginus
5 Labu siam Sechium edule
6 Suji Pleomele angustifolia
7 Terong Solanum melongenae
8 Tomat Lycopersicon esculentum
32

Sansevieria trifasciata Laurentii Coleus sp. Salmon Lace

Pachystachys lutea Spathiphyllum wallisii

Colocasia esculenta Musa spp.

Manihot utilissima Pohl. Carica papaya


Gambar 15. Jenis Vegetasi Pekarangan
33

4.1.6. Satwa Peliharaan


Satwa peliharaan yang ditemukan berupa hewan ternak yang berfungsi
untuk konsumsi ataupun produksi, meliputi ayam ras, ayam buras, itik, kambing,
kerbau, ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan ikan gurami. Satwa lain yang ditemukan
sebagai ornamental adalah burung beo, burung pented, dan anjing. Gambar 16
memperlihatkan beberapa jenis hewan ternak warga Dusun Teluk Waru.

Ayam Buras Kambing

Domba Itik
Gambar 16. Jenis Hewan Ternak Warga Teluk Waru

4.2. Aspek Sosial Ekonomi


Mayoritas penduduk Dusun Teluk Waru adalah warga asli Dusun Teluk
Waru dan masih dalam satu ikatan darah. Sebagian besar warganya
bermatapencaharian sebagai petani (Tabel 4). Mereka menggarap lahan pertanian
untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ada beberapa yang berprofesi
sebagai tukang ojeg, tukang kayu, guru, dan pedagang. Selain membudidayakan
tanaman, warga juga beternak kambing, ayam buras, dan ikan air tawar. Ikan yang
banyak dipelihara meliputi ikan lele, ikan mas, ikan gurami, dan ikan nila.
34

Tanaman utama yang dibudidayakan di lahan pertanian adalah sengon dan padi
(Gambar 17).
Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Responden
Mata pencaharian utama Nilai (%)
1. Buruh 3,33
2. Guru 6,67
3. Pedagang 3,33
4. Petani 70,00
5. Peternak 3,33
6. Sopir 3,33
7. Tukang Ojeg 3,33
8. Wiraswasta 6,67
Total 100
Mata pencaharian sampingan
1. Buruh 16,67
2. Pedagang 10,00
3. Petani 16,67
Total 43,33

Paraserianthes falcateria L. Nielsen Oryza sativa


Gambar 17. Tanaman Pertanian Utama
Jumlah anggota dalam satu rumah tangga dari hasil wawancara sebesar 2
sampai 14 orang (Tabel 5). Kebutuhan hidup warga sebagian besar disokong dari
hasil pertanian. Rata-rata kepemilikan pekarangan 477,97 m2 (Tabel 6). Rata-rata
pengeluaran per bulan, nilai produksi rata-rata dari lahan pertanian yang meliputi
lahan basah dan lahan kering, dan nilai produksi rata-rata pekarangan yang
diambil dari 10 responden masing-masing sebesar Rp 1.284.450,00 (Tabel 7), Rp
977.100,00 (Tabel 8), dan Rp 622.206,00 (Tabel Lampiran 2). Nilai produksi
pekarangan diperoleh melalui penggalian informasi penjualan dan konsumsi
35

komoditi tanaman, ternak, dan ikan pada pekarangan selama satu bulan sebelum
wawancara dilakukan. Penggunaan data 10 responden disebabkan karena
responden tidak menjawab dengan lengkap kuisioner yang diberikan. Nilai hasil
rata-rata produksi pekarangan tidak mencukupi kebutuhan hidup bulanan warga.
Warga yang mempunyai pengeluaran tinggi memiliki lahan pertanian yang relatif
luas atau mempunyai penghasilan lain selain bertani.

Tabel 5. Distribusi Anggota Keluarga Responden


No. Anggota Keluarga Total %
1 Total anggota keluarga (orang) 144
2 Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga 2 - 14
(orang)
3 Rata-rata ukuran rumah tangga (orang) 5
4 Ukuran rumah tangga (jumlah anggota keluarga)
2 orang 1 3,33
3 orang 7 23,33
4 orang 7 23,33
5 orang 9 30,00
6 orang 2 6,67
7 orang 2 6,67
8 orang 1 3,33
14 orang 1 3,33

Tabel 6. Rata-Rata Luas Lahan Pertanian Seluruh Responden


No. Luas Luas Luas Luas Total Luas
Responden Rumah dan Pekarangan Lahan Lahan Lahan Basah
Pekarangan (m²) Basah Kering dan Kering
(m²) (m²) (m²) (m²)
1 300 284 0 0 0
2 150 100 5.000 3.000 8.000
3 1.600 1.300 0 10.000 10.000
4 360 160 100 0 100
5 300 170 10.000 10.000
6 400 352 2.000 1.000 3.000
7 400 330 500 800 1.300
8 500 400 0 0 0
9 1.450 1.400 0 500 500
10 500 383 1.100 1.200 2.300
11 600 572 0 0 0
12 300 260 1.000 0 1.000
13 500 350 100 10.000 10.100
14 350 320 1.000 500 1.500
36

15 490 394 7.500 10.000 17.500


16 500 442 400 500 900
17 1.640 1.540 1.000 0 1.000
18 1.000 895 5.000 0 5.000
19 550 500 10.000 2.600 12.600
20 256 156 3.000 1.000 4.000
21 500 472 1.000 500 1.500
22 300 200 0 0 0
23 150 110 6.000 10.000 16.000
24 1.200 1.119 1.500 500 2.000
25 1.000 900 2.000 3.000 5.000
26 192 256 2.500 3.500 6.000
27 200 144 1.500 2.000 3.500
28 350 290 0 500 500
29 400 365 1.000 200 1.200
30 211 175 2.000 1.500 3.500
Rata-Rata 554,97 477,97 1.903,45 2.426,67 4.266,67

Tabel 7. Rata-Rata Pengeluaran Responden per Bulan

No. Pos Pengeluaran Nilai Rata-rata (Rp)

1 Beras 111.110,00
2 Lauk pauk 324.000,00
3 Gas 44.166,67
4 Listrik 49.444,44
5 HP 42.500,00
6 Transportasi 177.777,78
7 Keamanan 2.000,00
8 Perayaan hari raya 76.666,30
9 Kesehatan 32.500
10 Pendidikan 151.388,67
11 Bacaan 10.583,00
12 Baju 98.699,80
13 Baju muslim 73.749,80
14 Sajadah 20.981,57
15 Sepatu 12.314,44
16 Sandal 64.033,20
17 Bolam 14.333,30
18 Rehabilitasi rumah 24.491,57
19 Mudik 54.166,40
20 Rekreasi/wisata 20.333,00
21 Menabung 81.666,67
22 Zakat 4.875,00
23 Sumbangan/infak 25.333,30
Total 1.284.414,40
37

Total dibulatkan/bulan 1.284.450,00


Total/tahun 13.742.045,00

Tabel 8. Rata-Rata Produksi Lahan Pertanian Responden


No. Produksi Lahan Produksi Total Produksi Lahan
Responden Basah per Bulan Lahan Kering Basah dan Kering per
(Rp) per Bulan (Rp) Bulan (Rp)
4 15.000,00 15.000,00
6 525.000,00 12.500,00 537.000,00
7 315.000,00 465.250,00 731.250,00
13 26.250,00 2.287.500,00 2.313.750,00
26 437.500,00 1.887.500,00 2.325.000,00
28 280.208,00 280.208,00
29 262.500,00 375.000,00 637.500,00
Rata-rata 263.541,67 884.659,67 977.101,14
Sebagian besar warga adalah warga asli dusun Teluk Waru. Sebagian
kecil saja dari warga Dusun Teluk Waru yang merupakan warga pendatang.
Kegiatan rekreasi atau wisata sangat jarang dilakukan warga bahkan tidak pernah
selama setahun.

4.3. Aspek Pendidikan


Pengalaman bertani warga berkisar dari usia 10 tahun sampai 15 tahun.
Pendidikan keluarga tani sebagian besar hanya sampai pada jenjang sekolah dasar
(SD). Hanya beberapa orang dari warga yang berpendidikan sampai dengan
sekolah menengah umum (SMU) atau perguruan tinggi.

4.4. Aspek Budaya


Warga memanfaatkan pekarangan untuk memelihara ternak dan
memenuhi kebutuhan pangan seperti sayuran dan palawija. Dalam bertani
masyarakat sudah melakukan sistem tumpang sari pada lahan kering. Tanaman
yang dipakai dalam tumpang sari seperti padi, jagung, talas, singkong, dan
sengon. Sebelum sengon tumbuh besar biasaya diselingi dengan tanaman palawija
seperti jagung, talas, dan kacang-kacangan. Pada lahan basah masyarakat hanya
menanaminya dengan tanaman padi.
Kearifan lokal dalam bertani adalah larangan menanam dan menggiling
padi pada hari Senin dan Jumat. Kearifan lokal dalam mengelola sumber daya
38

alam, yaitu kotoran dari ternak kambing ada yang dipisah dengan sampah rumah
tangga kemudian digunakan sebagai pupuk, beberapa warga menempatkan
kandang ayam di atas kolam ikan, dan sampah rumah tangga dibuang dalam satu
tempat dengan kotoran kambing kemudian dibakar (Gambar 18). Setelah dibakar,
warga menggunakan sampah tersebut sebagai pupuk.

Sampah Rumah Tangga dan Balong dengan Ayam


Kotoran Kambing
Gambar 18. Pengelolaan Sumber Daya Alam oleh Warga Dusun Teluk Waru

4.5. Aspek Usaha Tani


Kepemilikan lahan warga rata-rata kurang dari 1 ha. Lahan yang dimiliki
oleh warga meliputi lahan basah dan lahan kering. Lahan pertanian sebagian besar
jauh dari jalan besar dengan jarak antara 2-3 km. Lahan kering ditanami tanaman
palawija, padi, dan tamanan kayu-kayuan seperti sengon. Pada lahan basah warga
menanaminya dengan tanaman padi sepanjang tahun. Lahan basah dialiri air
sepanjang tahun dari sumber mata air gunung. Dalam bertani warga menanami
lahan kering secara bergantian dengan tanaman yang berbeda (Gambar 19).
Setelah menanam padi biasanya ditanam dengan palawija seperti jagung, ubi jalar,
dan kacang-kacangan seperti kacang panjang dan kacang merah. Namun, dalam
pola penanamannya tidak ada jadwal yang baku. Warga menanami lahan basah
dengan tanaman padi sepanjang tahun.
39

Jagung (2 daur) Bera Padi

Bera Kacang Merah Bera Kacang Panjang Jagung

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Gambar 19. Pola Tanam di Lahan Kering


Dari hasil wawancara diperoleh 53,33% responden memanfaatkan
pekarangan untuk produksi tanaman dan ternak, 33,33% untuk produksi tanaman,
ternak, dan ikan, 6,67% untuk produksi tanaman, 3,33% untuk produksi ternak,
dan 3,33% untuk produksi tanaman dan ikan. Bentuk pekarangan warga Dusun
Teluk Waru 56,67% berkontur dan 43,33% relatif datar. 100% responden bersedia
apabila pekarangan dijadikan tapak pertanian terpadu. Dalam pengusahaan
pekarangan menjadi tapak pertanian terpadu, 3,33% responden bersedia jika
pekarangannya digabung dengan pekarangan tetangga dan 96,67% tidak bersedia.

4.6. Fasilitas
Warga umumnya mempunyai kandang untuk memelihara ternaknya.
Kandang tersebut biasanya diletakkan di samping atau di belakang rumah
(Gambar 20). Pemeliharaan ikan ditempatkan pada kolam yang umumnya
berbentuk segi empat.

Kandang Ayam Kolam Ikan Kandang Kambing


Gambar 20. Kolam Ikan dan Kandang Hewan Ternak

4.7. Infrastruktur
Jalan menuju Dusun Teluk Waru dari Kecamatan Nanggung mempunyai
lebar 5 meter. Kondisi jalan saat sebagian bagus dan sebagian terdapat kerusakan.
Jalan menuju dusun Teluk Waru berkelok-kelok dan terdapat banyak tanjakan dan
40

turunan. Jalan yang mendekati dusun kondisinya berbatu. Apabila turun hujan,
kondisinya becek dan licin (Gambar 21). Di dalam dusun terdapat jalan yang
cukup lebar, sekitar 4 meter (Gambar 22).

Gambar 21. Kondisi Jalan dari Kecamatan Nanggung Menuju Dusun Teluk Waru

Gambar 22. Jalan dalam Dusun Teluk Waru

4.8. Utilitas
Sebelum dibuang di pekarangan, sampah ditempatkan pada tempat
sampah yang terdapat di dalam rumah (Gambar 23). Ada beberapa keluarga yang
tidak mempunyai tempat sampah di dalam rumah. Belum terdapat pemisahan
antara sampah organik dan sampah inorganik.
41

Tempat Sampah di Dalam Rumah Tempat Sampah di Pekarangan


Gambar 23. Tempat Sampah
Sumber air warga berasal dari mata air gunung yang dialirkan melalui
pipa menuju rumah (Gambar 24). Kondisi air masih bagus. Warga mengalirkan air
untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mengairi kolam ikan.

Gambar 24. Pipa Air Bersih


BAB V
ANALISIS

5.1. Analisis Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan


Lokasi yang dipilih untuk direncanakan sebagai tapak pertanian terpadu
dengan konsep LEISA ditujukan terhadap pekarangan yang mempunyai cukup air
sebagai pasokan untuk kolam dan mempunyai luasan yang cukup untuk budi daya
tanaman, ternak, dan ikan.
5.1.1. Tapak
Bentuk topografi secara umum dusun Teluk Waru bergelombang.
Beberapa Tempat mempunyai topografi relatif datar dan curam. Untuk keperluan
pertanaman, daerah yang miring memerlukan pengolahan tanah yang baik agar
tidak terjadi erosi. Permukaan tanah hendaknya tertutup oleh oleh tanaman agar
tidak terjadi erosi.
Kepemilikan lahan sebagian besar penduduk kurang dari 1 ha meliputi
rumah, pekarangan, lahan basah, dan lahan kering. Lahan basah dan kering yang
dimiliki letaknya terfragmentasi dan jauh sehingga sulit dalam melakukan
pengelolaan usaha tani. Untuk sampai di lahan pertaniannya, warga harus berjalan
kaki karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan.
Lahan yang terfragmentasi tersebut menjadikan pengelolaan tidak efisien.
Sebagian besar pekarangan yang dimiliki warga relatif sempit. Warga
belum memanfaatkan pekarangan secara optimal untuk budi daya tanaman,
ternak, dan ikan. Tanaman, ternak, dan ikan yang berada di pekarangan masih
dipelihara secara ekstinsif. Selain untuk budidaya pekarangan juga digunakan
sebagai tempat membuang sampah rumah tangga.
Gambar 25. Penggunaan Lahan Pekarangan secara Tidak Efisien

5.1.2. Utilitas
a. Tempat Sampah
Di beberapa pekarangan warga masih terlihat sampah yang berceceran.
Sampah organik belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pupuk. Sampah
dibuang ke pekarangan kemudian dibakar. Pada pekarangan warga tidak terdapat
tempat sampah khusus organik dan inorganik. Tempat sampah di pekarangan ada
yang di tempatkan di bawah kandang kambing dan ada yang terpisah.
b. Irigasi dan Drainase
Untuk keperluan air bersih dan kolam warga mendapatkannya dari mata
air pegunungan yang disalurkan melalui pipa. Air buangan dari rumah tangga
dibuang ke pekarangan. Air buangan tersebut tidak mempunyai penampungan
khusus. Untuk mengaliri kolam beberapa warga juga memakai air limbah rumah
tangga. Hal tersebut membahayakan ikan apabila air limbah tersebut tercampur
dengan sabun.
Gambar 26. Air Limbah Rumah Tangga
5.1.3. Tanah
Jenis tanah latosol atau Inceptisols mengandung kadar liat ≥60% dan
mempunyai kedalaman solum >150 cm. Karena mempunyai solum yang dalam,
tanah ini sesuai untuk tanaman yang mempunyai perakaran dalam seperti tanaman
perkebunan dan buah-buahan. Selain itu, tanah latosol juga sesuai untuk tanaman
palawija, sayuran, dan padi. Tanah ini mempunyai KB <30% dan relatif kurang
subur. KTK tanah yang sedang masih memerlukan pupuk untuk meningkatkan
produksi tanaman. pH tanah yang tinggi sesuai untuk tanaman jagung, singkong
dan sengon. Untuk menanam cabai, kacang panjang, kacang merah, pisang, dan
talas diperlukan penambahan pupuk organik untuk meningkatkan produksi.

5.1.4. Iklim
Berdasarkan data iklim pada tahun tahun 2007 dan tahun 2008, Dusun
Teluk Waru menurut klasifikasi iklim Koppen termasuk ke dalam daerah beriklim
tipe Af, yaitu suhu bulan terdingin lebih dari 18o dan selalu basah dengan curah
hujan setiap bulan lebih dari 60 mm. Menurut klasifikasi iklim Oldeman, data
iklim pada tahun 2007 adalah tipe A1/A2, yaitu bulan lembab (BL) sebanyak satu
dan bulan basah (BB) sebanyak sebelas. Data iklim pada tahun 2008 merupakan
tipe A1, yaitu bulan lembab (BL) sebanyak dua dan bulan basah (BB) sebanyak
sepuluh. Dalam tipe iklim A1 dan A2 tersedia air sepanjang tahun karena hujan
terjadi hampir sepanjang tahun.
5.1.5. Hidrologi
Kondisi air yang ada cukup baik dan belum tercemar. Kondisi air yang ada
memungkinkan untuk memelihara ikan terutama ikan lele karena memiliki kadar
DO yang relatif rendah. Air di Dusun Teluk Waru mempunyai pH yang kurang
tinggi untuk pemeliharaan ikan lele sehingga untuk menurunkan pH diperlukan
penambahan kapur

5.2. Analisis Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya


5.2.1. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat di pekarangan warga bermacam-macam, yaitu
tanaman buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran, tanaman kayu-kayuan,
tanaman obat, tanaman bumbu, dan tanaman industi. Beberapa vegetasi yang
diinginkan warga untuk ditanam di pekarangan adalah tanaman bunga-bungaan,
durian, mangga, sawo, tomat, jahe, kunyit, jagung, kayu afrika, kayu sengon,
kacang panjang, singkong, dan talas.
Warga memanfaatkan tanaman untuk kebutuhan rumah tangga dengan
mengkonsumsi atau menjualnya dan untuk pakan ternak. Pekarangan belum
dimanfaatkan warga secara maksimal. Tanaman yang terdapat di pekarangan
sebagian besar dikelola secara ekstensif. Tanaman yang terdapat di pekarangan
sebagian besar belum tertata dengan baik yang berakibat pada penggunaan lahan
yang tidak efisien dan produktivitasnya yang rendah. Warga belum memanfaatkan
pekarangan secara optimal. Beberapa warga sudah menyadari akan keindahan
tempat tinggal, yaitu dengan menanami pekarangannya dengan tanaman-tanaman
hias baik dengan pot maupun ditanam secara langsung di pekarangan.

5.2.2. Satwa
Satwa yang dipelihara warga meliputi kerbau, burung, ayam, kambing,
domba, ikan, dan itik. Domba dan kambing dipelihara warga untuk dijual. Ayam
dipelihara untuk sesekali diambil telur, disembelih atau dijual. Satwa sebagian
besar masih dipelihara secara semi intensif. Beberapa satwa yang diinginkan
warga untuk dipelihara adalah ayam kampung, kambing, ikan gurami, ikan lele,
dan ikan mas.
Kandang kambing disekat untuk membatasi masing-masing kambing.
Ukuran sekat yang dibuat berukuran 1 x 2 meter untuk setiap kambing atau
domba. Dalam memelihara ayam warga tidak mempunyai ukuran kandang
khusus. Ikan yang ditanam di kolam tidak memperhatikan luas kolam. Dalam
memelihara ternak ada yang memadukan antara ayam dan ikan atau longyam.
Ikan yang banyak dijumpai adalah ikan lele.

5.3. Analisis Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA


Komoditi yang dipilih untuk sistem LEISA diupayakan agar petani
mendapatkan sesering mungkin hasil dari lahan yang diusahakan. Biodiversitas
juga ditekankan untuk mengurangi gangguan dari hama dan penyakit. Komoditi
yang dipilih meliputi tanaman, ternak, dan ikan. Pengusahaan tanaman, ternak,
dan ikan memungkinkan untuk pendaurulangan energi. Ketersediaan benih dan
permintaan komoditi juga menjadi pertimbangan. Komoditi yang dipilih selain
untuk diambil manfaatnya secara ekonomi juga untuk memenuhi kebutuhan akan
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Tanaman menghasilkan produk ikutan
berupa pakan ternak dan sumber kayu bakar. Ternak menghasilkan kotoran yang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman ataupun ikan.
Jenis tanaman yang dipilih adalah jagung, kacang merah, kacang
panjang, cabai merah, talas, ubi jalar, pisang, singkong, dan sengon. Dalam
pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan terdapat dua alternatif yang
terdapat dalam Tabel 9 dan Tabel 10 dengan mengubah luas lahan dan jumlah
komoditi yang diusahakan. Luas pekarangan yang akan diusahakan adalah 350
m2.
Tabel 9. Alternatif 1 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA
No. Komoditi Luas Luas Jarak Jumlah
Lahan (m2) Kandang Tanam (ekor)(po-
(m2) (m) hon)
A. Tanaman
1. Jagung 100 0,7 x 0,7
2. Kacang Panjang 100 0,3 x 0,3
3. Kacang Merah 100 0,3 x 0,3
4. Talas 42 1x1
5. Ubi Jalar 42 0,2 x 0,3
6. Cabai Merah 100 0,3 x 0,3
7. Pisang 3x3 24
8. Singkong 42 1x1
B. Ternak
1. Kambing 12,5 5
2. Ayam Kampung 4 50
3. Ikan Lele (3 25 1250
daur)

Tabel 10. Alternatif 2 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan Dengan Konsep LEISA
No. Komoditi Luas Lahan Luas Jarak Jumlah
(m2) Kandang Tanam (m) (ekor)
(m2)
A. Tanaman
1. Jagung 172 0,7 x 0,7
2. Kacang Panjang 172 0,3 x 0,3
3. Kacang Merah 172 0,3 x 0,3
4. Talas 24 1x1
5. Ubi Jalar 24 0,2 x 0,3
6. Cabai Merah 172 0,3 x 0,3
7. Sengon 172 4x2
B. Ternak
1. Kambing 12,5 5
2. Ayam Kampung 8 100
3. Ikan Lele(3 daur) 25 1250

Pada Tabel 9 luas tanaman yang akan diproduksi adalah sebagai berikut:
jagung 100 m2, kacang panjang 100 m2, kacang merah 100 m2, cabai merah 100
m2, talas 42 m2, ubi jalar 42 m2, dan singkong 42 m2. Jumlah hewan yang akan
dipelihara adalah kambing 5 ekor, ayam kampung 50 ekor, dan ikan lele 1250
ekor/daur. Tampak dalam Tabel 10 luas tanaman yang akan diproduksi, yaitu
jagung 172m2, kacang panjang 172 m2, kacang merah 172 m2, cabai merah 172
m2, sengon 172 m2, talas 24 m2, ubi jalar 24 m2, dan singkong 24 m2. Jumlah
hewan yang akan dipelihara adalah kambing 5 ekor, ayam kampung 100 ekor, dan
ikan lele 1250 ekor/daur.
5.4. Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial
5.4.1. Asumsi Teknis Produksi
Asumsi teknis dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 4 dan 5. Hasil yang akan didapat dari pengusahaan tanaman,
ternak, dan ikan pada Tabel Lampiran 4 (Alternatif 1) adalah jagung 20 kg, cabai
merah 50 kg, kacang panjang 40 kg, kacang merah 20 ikat, talas 168 batang, ubi
jalar 68, 57 kg, pisang 24 tandan, dan singkong 231 kg. Jagung dirotasikan
dengan cabai merah, kacang panjang, dan kacang merah per tahun masing-masing
satu kali tanam. Pisang ditanam selama satu tahun untuk diambil buahnya. Talas
dirotasikan dengan ubi jalar per tahun masing-masing satu kali tanam. Hasil
ternak terdiri dari induk kambing 5 ekor, anak kambing 8 ekor, ayam afkir 47
ekor, telur ayam 4275 butir, dan ikan lele 148,44 kg/daur. Ternak kambing
diusahakan dengan pembesaran selama satu tahun dengan asumsi menghasilkan
anak kambing sejumlah 8 ekor. Ayam diusahakan selama satu tahun dengan
asumsi hanya diambil telurnya. Ikan lele diusahakan per tahun tiga kali tanam.
Hasil sampingan berupa kotoran, yaitu 14 karung kotoran ayam dan 22 karung
kotoran kambing.
Hasil yang akan didapat dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan
pada Tabel Lampiran 5 (Alternatif 2) adalah jagung 34,37 kg, cabai merah 65,29
kg, kacang panjang 85,92 kg, kacang merah 68,7 ikat, talas 96 batang, ubi jalar
39,18 kg, dan sengon 27 pohon. Jagung dirotasikan dengan cabai merah, kacang
panjang, dan kacang merah per tahun masing-masing satu kali tanam. Talas dan
ubi jalar dirotasikan per tahun masing-masing satu kali tanam. Sengon diusahakan
mencapai umur 5 tahun. Hasil ternak terdiri dari induk kambing 5 ekor, anak
kambing 8 ekor, ayam afkir 95 ekor, telur ayam 8550 butir, dan ikan lele 148,44
kg/daur. Ternak kambing diusahakan dengan pembesaran selama satu tahun
dengan asumsi menghasilkan anak kambing sejumlah 8 ekor. Ayam diusahakan
selama satu tahun dengan asumsi hanya diambil telurnya. Ikan lele diusahakan per
tahun tiga kali tanam. Hasil sampingan berupa kotoran, yaitu 28 karung kotoran
ayam dan 22 karung kotoran kambing.
5.4.2.Struktur dan Sumber Biaya Produksi
5.4.2.1. Biaya Usaha dan Penyusutan
Biaya usaha tani terdiri dari biaya investasi dan modal kerja. Biaya
investasi meliputi biaya pembuatan kandang ayam, kandang kambing, pembelian
alat-alat dan pajak tanah serta bibit ayam kampung, bibit kambing, dan bibit ikan
lele. Tabel 11 menunjukkan struktur biaya usaha tani di pekarangan Alternatif 1.
Biaya modal kerja terdiri dari biaya produksi jagung, kacang panjang, kacang
merah, cabai merah, talas, ubi jalar, pisang, singkong, ayam kampung, kambing
dan ikan lele. Biaya investasi sebesar Rp 11.367.000,00 dan modal kerja sebesar
Rp 6.785.502,00 sehingga total biaya usaha menjadi Rp 18.152.502,00.
Tabel 12 menunjukkan struktur biaya usaha tani di pekarangan Alternatif
2. Biaya modal kerja terdiri dari biaya produksi jagung, kacang panjang, kacang
merah, cabai merah, talas, ubi jalar, sengon, ayam kampung, kambing, dan ikan
lele. Biaya investasi sebesar Rp 12.867.000,00 dan modal kerja sebesar Rp
9.149.146,00 sehingga total biaya usaha menjadi Rp 22.016.146,00.

Tabel 11. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan
Alternatif 1
Besar Biaya
Komponen Biaya
(Rp)
Investasi:
Pajak lahan 17.000,00
Alat-alat produksi tanaman 375.000,00
Bibit dan kandang ayam kampung 2.000.000,00
Bibit dan alat-alat produksi ikan lele 475.000,00
Bibit dan kandang kambing 8.500.000,00
Total Investasi 11.367.000,00
Modal Kerja:
Biaya produksi jagung, 1 tahun 51.700,00
Biaya produksi kacang panjang, 1 tahun 102.125,00
Biaya produksi kacang merah, 1 tahun 98.875,00
Biaya produksi cabai merah, 1 tahun 104.423,00
Biaya produksi talas, 1 tahun 39.620,00
Biaya produksi ubi jalar, 1 tahun 24.634,00
Biaya produksi pisang, 1 tahun 60.000,00
Biaya produksi singkong, 1 tahun 120.000,00
Biaya produksi ayam kampung, 1 tahun 1.800.000,00
Biaya produksi ikan lele, 1 tahun (3 daur) 4.384.125,00
Total Modal Kerja 1 tahun 6.785.502,00

Total Biaya (Investasi + Modal Kerja) 18.152.502,00

Tabel 12. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan
Alternatif 2
Besar Biaya
Komponen Biaya
(Rp)
Investasi:
Pajak lahan 17.000,00
Alat-alat produksi tanaman 375.000,00
Bibit dan kandang ayam kampung 3.500.000,00
Bibit dan alat-alat produksi ikan lele 475.000,00
Bibit dan kandang kambing 8.500.000,00
Total Investasi 12.867.000,00
Modal Kerja:
Biaya produksi jagung, 1 tahun 88.924,00
Biaya produksi kacang panjang, 1 tahun 175.655,00
Biaya produksi kacang merah, 1 tahun 170.065,00
Biaya produksi cabai merah, 1 tahun 472.140,00
Biaya produksi talas, 1 tahun 22.680,00
Biaya produksi ubi jalar, 1 tahun 14.077,00
Biaya produksi sengon, 1 tahun 221.480,00
Biaya produksi ayam kampung, 1 tahun 3.600.000,00
Biaya produksi ikan lele, 1 tahun (3 daur) 4.384.125,00
Total Modal Kerja 1 tahun 9.149.146,00

Total Biaya (Investasi + Modal Kerja) 22.016.146,00

Penyusutan dihitung dengan menyebarkan secara merata total pinjaman


dalam 5 tahun. Pada usaha tani di pekarangan Alternatif 1 sebesar Rp
3.946.957,00, sedangkan pada usaha tani di pekarangan Alternatif 2 sebesar Rp
4.403.229,00. Nilai penyusutan merupakan komponen biaya tetap karena
dibayarkan secara periodik dalam jumlah yang tetap selama proses produksi.
Biaya variabel dalam kegiatan usaha tani ini terdiri dari biaya produksi tanaman,
ternak, dan ikan, yaitu dibayarkan selama proses produksi berlangsung yang
jumlahnya tidak tetap. Biaya variabel tersebut meliputi pembelian benih, pupuk,
pestida dan pakan serta upah tenaga kerja untuk pengolahan tanah, pemeliharaan,
dan panen.
5.4.2.2. Pinjaman ke Bank dan Pengembaliannya
Sumber biaya usaha tani di Dusun Teluk Waru diasumsikan berasal dari
bank dengan suku bunga 20% per tahun serta waktu tunggu bayar (grace period)
4 bulan (musim tanam pertama). Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan perhitungan
pengembalian pinjaman dan bunganya serta angsuran pokoknya dalam jangka
waktu pengembalian 5 tahun. Pada Tabel 13 (Alternatif 1) total pinjaman Rp
18.152.202,00 dan angsuran setiap tahunnya Rp 3.630.440,00 atau Rp 302.537,00
per bulan. Total bunga yang harus dibayar adalah Rp 10.891.321,00 sehingga
pengembalian hutang ke bank mencapai Rp 29.043.523,00. Pada Tabel 14
(Alternatif 2) terlihat total pinjaman Rp 22.016.146,00 dan angsuran setiap
tahunnya Rp 4.403.229,00 atau Rp 366.936,00 per bulan. Total bunga yang harus
dibayar adalah Rp 13.209.687,00 sehingga pengembalian hutang ke bank
mencapai Rp 35.225.833,00.

Tabel 13. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha
Tani LEISA Alternatif 1 di Dusun Teluk Waru
Total Kredit Sisa Kredit Angsuran Pembayaran
Tahun (Rp) (Rp) Pokok (Rp) Bunga 20% (Rp)
0 18.152.202,00 18.152.202,00 0 0
1 14.521.762,00 3.630.440,00 3.630.440,00
2 10.891.321,00 3.630.440,00 2.904.352,00
3 7.260.881,00 3.630.440,00 2.178.264,00
4 3.630.440,00 3.630.440,00 1.452.176,00
5 0 3.630.440,00 726.088,00

Tabel 14. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha
Tani LEISA Alternatif 2 di dusun Teluk Waru
Total Kredit Sisa Kredit Angsuran Pembayaran
Tahun (Rp) (Rp) Pokok (Rp) Bunga 20% (Rp)
0 22.016.146,00 22.016.146,00 0 0
1 17.612.917,00 4.403.229,00 4.403.229,00
2 13.209.687,00 4.403.229,00 3.522.583,00
3 8.806.458,00 4.403.229,00 2.641.937,00
4 4.403.229,00 4.403.229,00 1.761.292,00
5 0 4.403.229,00 880.646,00
5.4.3. Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani
Pendapatan dari usaha tani merupakan hasil dari kegiatan usaha tani
berupa tanaman, ternak, dan ikan. Pendapatan atau penerimaan merupakan hasil
kali dari produksi dengan harga pasar masing-masing komoditi. Pendapatan dari
usaha tani berupa penjualan produk utama dan produk ikutan (limbah). Tabel 15
menyajikan pendapatan dari produksi pekarangan Alternatif 1, yaitu tanaman
sebesar Rp 2.082.630,00 per tahun, ayam kampung beserta limbahnya sebesar Rp
9.753.000,00 per tahun, kambing beserta limbahnya sebesar Rp 15.544.000,00 per
tahun, dan ikan lele dengan 3 daur sebesar Rp 6.679.650,00 per tahun. Total dari
penerimaan pada usaha tani di pekarangan Alternatif 1 mencapai Rp
34.059.280,00. Tabel 16 menyajikan pendapatan dari produksi pekarangan
Alternatif 2, yaitu tanaman sebesar Rp 6.236.344,00 per tahun, ayam kampung
beserta limbahnya sebesar Rp 19.531.000,00 per tahun, kambing beserta
limbahnya sebesar Rp 15.544.000,00 per tahun, dan ikan lele dengan 3 daur
sebesar Rp 6.679.650,00 per tahun. Total dari penerimaan pada usaha tani di
pekarangan Alternatif 2 mencapai Rp 47.990.994,00. Penyebaran pendapatan
usaha tani Alternatif 1 dapat dilihat pada Gambar 27. Penyebaran pendapatan
usaha tani Alternatif 2 dapat dilihat pada Gambar 28.

Tabel 15. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan
di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1
Komponen Pendapatan Nilai Pendapatan Waktu Perolehan (bulan)
(per tahun) (Rp)
1. Tanaman
a. Jagung 60.000,00 Juli
b. Kacang panjang 200.000,00 Oktober
c. Kacang merah 100.000,00 Desember
d. Cabai merah 570.000,00 April
e. Talas 420.000,00 Desember
f. Ubi jalar 137.130,00 Mei
g. Pisang 480.000,00 Desember
h. Singkong 115.500,00 Desember
Total 2.082.630,00

2. Ayam kampung
a. Telur 8.550.000,00 Setiap hari
b. Ayam kampung afkir 1.175.000,00 Desember
c. Kotoran 28.000,00 Setiap hari
Total 9.753.000,00

3. Ikan lele 6.679.650,00 Maret, Juli, November

4.Kambing
a. Induk 7.500.000,00 Desember
b. Kambing muda 8.000.000,00 Desember
c. Kotoran 44.000,00 Setiap hari
Total 15.544.000,00

Total Pendapatan (1 tahun) 34.059.280,00

Tabel 16. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan
di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2
Komponen Pendapatan Nilai Pendapatan Waktu Perolehan (bulan)
(per tahun) (Rp)
1. Tanaman
a. Jagung 103.104,00 Juli
b. Kacang panjang 343.680,00 Oktober
c. Kacang merah 171.850,00 Desember
d. Cabai merah 979.350,00 April
e. Talas 240.000,00 Desember
f. Ubi jalar 78.360,00 Mei
g. Sengon 4.320.000,00 Desember tahun ke-5
Total 6.236.344,00

2. Ayam kampung
a. Telur 17.100.000,00 Setiap hari
b. Ayam kampung afkir 2.375.000,00 Desember
c. Kotoran 56.000,00 Setiap hari
Total 19.531.000,00

3. Ikan lele 6.679.650,00 Maret, Juli, November

4. Kambing
a. Induk 7.500.000,00 Desember
b. Kambing muda 8.000.000,00 Desember
c. Kotoran 44.000,00 Setiap hari
Total 15.544.000,00

Total Pendapatan (1 tahun) 47.990.994,00


Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Cabai merah Jagung Kacang panjang Kacang merah


Bera
38 kg (Rp 570.000,00) 20 kg (Rp 60.000,00) 50 kg (Rp 200.000,00) 40 ikat (Rp 100.000,00)

Ubi Jalar Talas


Bera
68,57 kg (Rp 137.130,00) 168 batang (Rp 420.000,00)

Pisang
24 tandan (Rp 480.000,00)

Singkong
231 kg (Rp 115.500,00)

Ikan lele Ikan lele Ikan lele


Bera Bera Bera
148.44 kg (Rp 2.226.600,00) 148.44 kg (Rp 2.226.600,00) 148.44 kg (Rp 2.226.600,00)

Ayam kampung
12-13 butir per hari (Rp 24.000,00); 4275 butir per tahun (Rp 8.550.000,00); ayam afkir 47 ekor (Rp 1.175.000,00)

Kambing
5 ekor induk (Rp 7.500.000); 8 ekor kambing muda (Rp 8.000.000,00)

Gambar 27. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 1


Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Cabai merah Jagung Kacang panjang Kacang merah


Bera
65,29 kg (Rp 979.350,00) 34,37 kg (Rp 103.104,00) 85,92 kg (Rp 343.680,00) 68,74 ikat (Rp 171.850,00)

Ubi Jalar Talas


Bera
39,18 kg (Rp 78.360,00) 96 batang (Rp 240.000,00)

Sengon (tahun ke -5 bulan 12)


27 batang (Rp 21.600.000,00)

Ikan lele Ikan lele Ikan lele


Bera Bera Bera
148,44 kg (Rp 2.226.600,00) 148,44 kg (Rp 2.226.600,00) 148,44 kg (Rp 2.226.600,00)

Ayam kampung
25 butir per hari (Rp 50.000,00); 8550 butir per tahun (Rp 17.100.000,00); ayam kampung afkir 95 ekor (Rp 2.375.000,00)

Kambing
5 ekor induk (Rp 7.500.000); 8 ekor kambing muda (Rp 8.000.000,00)

Gambar 28. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 2


Keuntungan usaha tani di pekarangan didapat dari selisih antara penerimaan
dan biaya produksi masing-masing komoditi. Pada Tabel 17 terlihat keuntungan dari
usaha tanaman per tahun sebesar Rp 1.601.226,00. Keuntungan per tahun dari ayam
kampung sebesar Rp 7.953.000,00. Keuntungan per tahun dari ikan lele Rp
2.295.525,00. Keuntunngan per tahun dari kambing sebesar Rp 15.544.000,00. Total
keuntungan usaha tani per tahun di pekarangan warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1
adalah Rp 27.393.751,00. Pada Tabel 18 terlihat keuntungan dari usaha tanaman per
tahun sebesar Rp 5.072.682,00. Keuntungan per tahun dari ayam kampung sebesar Rp
15.931.000,00. Keuntungan per tahun dari ikan lele Rp 2.295.525,00. Keuntungan per
tahun dari kambing sebesar Rp 15.544.000,00. Total keuntungan usaha tani per tahun di
pekarangan warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2 adalah Rp 38.841.848,00.

Tabel 17. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak,
dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1
Komponen Keuntungan (per tahun) Keuntungan (Rp)
1. Tanaman
a. Jagung 8.300,00
b. Kacang panjang 97.875,00
c. Kacang merah 1.125,00
d. Cabai merah 465.550,00
e. Talas 380.380,00
f. Ubi jalar 112.496,00
g. Pisang 480.000,00
h. Singkong 55.500,00
Total 1.601.226,00

2. Ayam kampung 7.953.000,00

3. Ikan lele 2.295.525,00

4. Kambing 15.544.000,00

Total Keuntungan (1 tahun) 27.393.751,00


Tabel 18. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak,
dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 2
Komponen Keuntungan (per tahun) Keuntungan (Rp)
1. Tanaman
a. Jagung 14.180,00
b. Kacang panjang 168.188,00
c. Kacang merah 1.943,00
d. Cabai merah 507.649,00
e. Talas 217.320,00
f. Ubi jalar 64.283,00
g. Sengon 4.098.520,00
Total 5.072.682,00

2. Ayam kampung 15.931.000,00

3. Ikan lele 2.295.525,00

4. Kambing 15.544.000,00

Total Keuntungan (1 tahun) 38.841.848,00

5.4.4. Analisis Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan finansial dibuat untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tani di
pekarangan warga Dusun Teluk Waru untuk diusahakan. Analisis kelayakan dilakukan
dengan asumsi seluruh hasil produksi dari pekarangan dijual dengan harga pasar.
Analisis dilakukan selama 5 tahun periode produksi. Pada Tabel 19 terlihat nilai NPV
dari usaha tani Alternatif 1 sebesar Rp 45.261.784,00, ini menunjukkan bahwa usaha
tani yang dilakukan layak karena nilai NPV>0 atau positif. Nilai IRR yang diperoleh
dari usaha tani adalah 111%, hal ini juga berarti usaha tani layak karena berada di atas
suku bungan yang berlaku, yaitu 20%. Demikian juga dengan Net B/C yang
menunjukkan usaha tani tersebut layak karena nilainya lebih dari 1 yaitu 3,49. Net B/C
3,49 dapat diartikan bahwa untuk setiap satu rupiah dari usaha tani akan memberikan
manfaat 3,49 kali biaya yang dikeluarkan.
Tabel 20 memperlihatkan nilai NPV dari usaha tani sebesar Rp 72.128.612,00,
ini menunjukkan bahwa usaha tani Alternatif 2 yang dilakukan layak karena nilai
NPV>0 atau positif. Nilai IRR yang diperoleh dari usaha tani adalah 137%, hal ini juga
berarti usaha tani layak karena berada di atas suku bunga yang berlaku, yaitu 20%.
Demikian juga dengan Net B/C yang menunjukkan usaha tani tersebut layak karena
nilainya lebih dari 1, yaitu 4,28. Net B/C 4,28 dapat diartikan bahwa untuk setiap satu
rupiah dari usaha tani akan memberikan manfaat 4,28 kali biaya yang dikeluarkan.

5.4.5. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial


Dalam suatu usaha tani mungkin terjadi suatu perubahan yang tidak dapat
dipastikan. Perubahan yang terjadi terdiri dari beberapa hal seperti biaya produksi dan
harga produksi. Untuk mengatasi perubahan tersebut dilakukan analisis sensitivitas
dengan perubahan pada pendataan berupa harga produk turun 10% serta biaya produksi
naik 10%. Usaha tani yang akan dibuat dikatakan layak apabila mempunyai NPV>0,
IRR>20%, dan net B/C>1. Hasil dari analisis dari usaha tani Alternatif 1 dengan biaya
naik 10% diperoleh NPV sebesar Rp 43.232.593,70, IRR sebesar 107% dan net B/C
sebesar 3,38 (Tabel 21). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih layak untuk
dijalankan. Nilai NPV, IRR dan net B/C masing-masing bila harga turun 10% adalah Rp
49.736.177,00, 91% dan 2,93 (Tabel 22). Hasil dari analisis kelayakan finansial dengan
harga turun 10% menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak pula untuk dijalankan.
Hasil dari analisis dari usaha tani Alternatif 2 dengan biaya naik 10%
diperoleh NPV sebesar Rp 69.392.457,00, IRR sebesar 133% dan net B/C sebesar 4,15
(Tabel 23). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih layak untuk dijalankan.
Nilai NPV, IRR dan net B/C masing-masing bila harga turun 10% adalah Rp
57.776.367,00, 115% dan 3,62 (Tabel 24). Hasil dari analisis kelayakan finansial
dengan harga turun 10% menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak pula untuk
dijalankan.

5.5. Analisis Kecukupan Hidup Layak


Net benefit atau keuntungan dari usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2
dengan luas lahan 350 m2 masing-masing setiap tahun adalah Rp 27.393.751,00 dan Rp
38.841.848,00 per tahun atau Rp 2.282.816,00 dan Rp 3.236.821,00 per bulan. Dari
hasil wawancara dengan keluarga petani, uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup
setiap bulan sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per tahun. Dengan
demikian, kebutuhan bulanan keluarga tani dapat tercukupi dengan kedua alternatif
usaha tani tersebut. Usaha tani Alternatif 1 memberikan pendapatan bersih setiap 1 m2
setiap tahun sebesar Rp 78.268,00, sedangkan usaha Alternatif 2 sebesar Rp 110.976,00.
Berdasarkan pendapatan bersih (Ni) setiap 1 m2 setiap tahun, didapatkan luas lahan
minimum (Llm) = KHL/Ni sehingga usaha tani alternatif 1 dan alternatif 2 masing-
masing membutuhkan lahan minimum seluas 175,57 m2 dan 123,83 m2.
Tabel 19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1
Tahun ke- (Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00
2. Kredit 18.152.202,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 18.152.202,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 18.152.202,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00
3. Angsuran Pokok 0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00
4. Pembayaran Bunga 0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00
IV Total Outflows 18.152.202,00 14.046.083,00 13.319.995,00 12.593.907,00 11.867.819,00 11.141.731,00
V Net benefit -18.152.202,00 20.013.197,00 20.739.285,00 21.465.373,00 22.191.461,00 22.917.549,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -18.152.202,00 16.677.664,00 14.402.281,00 12.422.091,00 10.701.901,00 9.210.049,00
VIII NPV 45.261.784,00
IX IRR 111%
X PV Positif 63.413.986,00
XI PV Negatif -18.152.202,00
XII Net B/C 3,49
XIII Payback Periods (tahun) 0,53
Tabel 20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2
Tahun ke- (Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00
2. Kredit 22.016.146,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 22.016.146,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 22.016.146,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00
3. Angsuran Pokok 0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00
4. Pembayaran Bunga 0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00
IV Total Outflows 22.016.146,00 17.955.604,00 17.074.958,00 16.194.312,00 15.313.667,00 14.433.021,00
V Net benefit -22.016.146,00 30.035.390,00 30.916.036,00 31.796.682,00 32.677.327,00 33.557.973,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -22.016.146,00 25.029.492,00 21.469.469,00 18.400.857,00 15.758.742,00 13.486.197,00
VIII NPV 72.128.612,00
IX IRR 137%
X PV Positif 94.144.757,00
XI PV Negatif -22.016.146,00
XII Net B/C 4,28
XIII Payback Periods (tahun) 0,46
Tabel 21. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Biaya
Naik 10%
Tahun ke- (Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00
2. Kredit 18.152.202,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 18.152.202,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 18.152.202,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00
3. Angsuran Pokok 0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00
4. Pembayaran Bunga 0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00
IV Total Outflows 18.152.202,00 14.724.603,00 13.998.515,00 13.272.427,00 12.546.339,00 11.820.251,00
V Net benefit -18.152.202,00 19.334.677,00 20.060.765,00 20.786.853,00 21.512.941,00 22.239.029,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -18.152.202,00 16.112.231,00 13.931.087,00 12.029.429,00 10.374.682,00 8.937.367,00
VIII NPV 43.232.593,70
IX IRR 107%
X PV Positif 61.384.795,70
XI PV Negatif -18.152.202,00
XII Net B/C 3,38
XIII Payback Periods (tahun) 0,53
Tabel 22. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Harga
Turun 10%
Tahun ke- (Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00
2. Kredit 18.152.202,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 18.152.202,00 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00 30.653.352,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 18.152.202,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00
3. Angsuran Pokok 0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00
4. Pembayaran Bunga 0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00
IV Total Outflows 18.152.202,00 14.046.083,00 13.319.995,00 12.593.907,00 11.867.819,00 11.141.731,00
V Net benefit -18.152.202,00 16.607.269,00 17.333.357,00 18.059.445,00 18.785.533,00 19.511.621,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -18.152.202,00 13.839.391,00 12.037.054,00 10.451.068,00 9.059.381,00 7.841.283,00
VIII NPV 49.736.177,00
IX IRR 91%
X PV Positif 53.228.176,87
XI PV Negatif -18.152.202,00
XII Net B/C 2,93
XIII Payback Periods (tahun) 0,59
Tabel 23. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Biaya
Naik 10%
Tahun ke- (Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00
2. Kredit 22.016.146,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 22.016.146,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 22.016.146,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 10.064.060,00 10.064.060,00 10.064.060,00 10.064.060,00 10.064.060,00
3. Angsuran Pokok 0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00
4. Pembayaran Bunga 0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00
IV Total Outflows 22.016.146,00 18.870.519,00 17.989.873,00 17.109.227,00 16.228.581,00 15.347.935,00
V Net benefit -22.016.146,00 29.120.475,00 30.001.121,00 30.881.767,00 31.762.413,00 32.643.059,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -22.016.146,00 24.267.063,00 20.834.112,00 17.871.393,00 15.317.522,00 13.118.513,00
VIII NPV 69.392.457,00
IX IRR 133%
X PV Positif 91.408.603,00
XI PV Negatif -22.016.146,00
XII Net B/C 4,15
XIII Payback Periods (tahun) 0,46
Tabel 24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Harga
Turun 10%
Tahun ke-(Rp)
No. Komponen Analisis
0 1 2 3 4 5
I Inflows
1. Pendapatan 0 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00
2. Kredit 22.016.146,00 0 0 0 0 0
II Total Inflows 22.016.146,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00
III Outflows
1. Biaya Investasi Proyek 22.016.146,00 0 0 0 0 0
2. Biaya Produksi 0 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00
3. Angsuran Pokok 0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00
4. Pembayaran Bunga 0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00
IV Total Outflows 22.016.146,00 17.955.604,00 17.074.958,00 16.194.312,00 15.313.667,00 14.433.021,00
V Net benefit -22.016.146,00 25.236.291,00 26.116.936,00 26.997.582,00 27.878.228,00 28.758.874,00
VI DF (20%) 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40
VII Present Value -22.016.146,00 21.030.242,00 18.136.761,00 15.623.601,00 13.444.362,00 11.557.546,00
VIII NPV 57.776.367,00
IX IRR 115%
X PV Positif 79.792.512,00
XI PV Negatif -22.016.146,00
XII Net B/C 3,62
XIII Payback Periods (tahun) 0,51
BAB VI
SINTESIS

6.1. Konsep Dasar


Konsep dasar dari perencanaan lanskap adalah menjadikan pekarangan
rumah sebagai lahan pertanian yang produktif dengan sistem pertanian terpadu,
yaitu memadukan unsur tanaman, ternak, dan ikan dengan konsep LEISA dan
penekanan pada biodiversitas sebagaimana diuraikan dalam analisis usaha tani
berdasarkan KHL (BAB V). Nilai produksi dari pekarangan rumah tersebut
mampu untuk mencukupi kebutuhan bulanan rumah tangga petani. Keluaran dari
suatu unsur menjadi masukan dari unsur yang lain.

6.2. Konsep Tata Ruang


Analisis usaha tani (KHL) tersebut di atas menjadi dasar dalam konsep
pengembangan tata ruang pekarangan. Konsep tata ruang dibagi menjadi zona
publik, zona keluarga, zona privat, zona pelayanan, dan zona produksi. Diusulkan
dua alternatif zonasi, yaitu Zonasi I untuk Alternatif 1 dan Alternatif 2 dan Zonasi
II untuk Alternatif 3 (Gambar 29 dan Gambar 30). Setiap zonasi mempunyai
fungsi (ekologi, ekonomi, estetika, dan sosial). Hubungan antara zona dan fungsi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hubungan antara Fungsi dan Zona


Zona
Fungsi
Publik Keluarga Privat Pelayanan Produksi
Ekologi √ √ √ √
Ekonomi √
Sosial √ √ √
Estetika √ √
67
68
69

6.2.1. Zona Publik


Zona ini meliputi jalan, halaman depan rumah, dan ruang tamu. Zona
publik merupakan zona yang orang lain bisa menikmati dan untuk menerima
tamu.
6.2.2 Zona Keluarga
Zona ini meliputi ruang keluarga dan ruang makan. Ruang keluarga
merupakan tempat keluarga untuk saling bercengkrama dan tempat bermain bagi
anak-anak.
6.2.3. Zona Privat
Zona privat merupakan tempat anggota keluarga melakukan aktivitas
masing-masing. Zona ini meliputi kamar tidur dan kamar mandi.
6.2.4. Zona Pelayanan
Pada zona pelayanan terdapat aktivitas memasak, mencuci, dan
menjemur.
6.2.5. Zona Produksi
Zona produksi merupakan zona untuk pengusahaan tanaman, ternak, dan
ikan serta tempat pembuangan limbah rumah tangga, tanaman, dan ternak. Ternak
yang diusahakan adalah ayam dan kambing. Ternak yang dipelihara merupakan
ternak yang biasa dipelihara warga, yaitu ayam kampung dan kambing yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Ikan yang ditanam di kolam adalah ikan lele
karena ikan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

6.3. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan


Tanaman ditanam dengan cara merotasi untuk mengurangi gangguan
akibat hama dan penyakit. Tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan adalah
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman yang dibudidayakan di
pekarangan adalah jagung, kacang panjang, kacang merah, cabi merah, pisang,
singkong, dan sengon. Beberapa jenis ternak yang diusahakan adalah ayam
kampung dan kambing. Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi, ayam kampung
dan kambing diusahakan karena sesuai dengan keadaan sosial masyarakat yang
mempunyai kebiasaan memeliharanya dan sesuai dengan keinginan masyarakat.
70

Pola tanam disesuaikan dengan rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2007 dan
2008 (Gambar 31).
Cabai Merah Jagung Bera Kacang Panjang Kacang Merah

Ubi Jalar Bera Talas


Pekarangan Alternatif 1
Singkong

Pisang

Ikan lele Bera Ikan lele Bera Ikan lele Bera

Ayam kampung

Kambing

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Cabai Merah Jagung Bera Kacang Panjang Kacang Merah


Pekarangan Alternatif 2

Ubi Jalar Bera Talas

Sengon (5 tahun)

Ikan lele Bera Ikan lele Bera Ikan lele Bera

Ayam kampung

Kambing

1000
800
mm/tahun

600
400
200
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES
Bulan

Gambar 31. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan

6.4. Konsep Tata Hijau


Tanaman digunakan untuk produksi dan sebagai elemen estetis.
Komoditas tanaman produksi yang diprioritaskan adalah yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, sedangkan sebagai elemen estetis adalah penanaman tanaman
hias. Tanaman ditempatkan sesuai dengan fungsi ekologis seperti memberikan
naungan, menumpangsarikan tanaman, mengurangi erosi, dan memberikan
masukan bagi unsur lain. Rotasi penanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan
tanah.
71

6.5. Konsep Utilitas dan Fasilitas


Di pekarangan warga terdapat tempat sampah untuk sampah organik
dan inorganik. Untuk pembuangan air limbah rumah tangga disediakan tempat
penampungan air limbah. Kolam ikan dan kandang ternak digunakan secara
optimum sesuai dengan luasan yang ada.

6.6. Konsep Sirkulasi dan Daur Energi


Kebutuhan bulanan rumah tangga petani dipenuhi dari hasil produksi
pekarangan. Kotoran ayam dan kotoran kambing dapat digunakan sebagai pupuk
bagi tanaman dan ikan. Sebagian produk dari tanaman dapat digunakan sebagai
pakan ternak dan pupuk. Air kolam dimanfaatkan untuk irigasi tanaman. Limbah
cair rumah tangga digunakan untuk irigasi kolam, tetapi dipisahkan antara limbah
yang tercampur sabun dengan yang tidak karena air sabun berbahaya bagi
kelangsungan hidup ikan. Limbah padat rumah tangga berupa bahan organik dapat
menjadi pupuk bagi tanaman (Gambar 32).

Tanaman

Pasar Ikan

Rumah Tangga

Ternak Masukan Eksternal

Keterangan:
: Aliran hasil produksi
: Aliran limbah
: Aliran masukan
Gambar 32. Konsep Sirkulasi dan Daur Energi
BAB VII
PERENCANAAN

7.1. Rencana Lanskap


Rencana Lanskap yang dikembangkan berupa site plan, yaitu Alternatif
1, Alternatif 2, dan Alternatif 3 (Gambar 33, Gambar 34, dan Gambar 35).

7.2. Rencana Tata Hijau


Rencana tata hijau disesuaikan dengan fungsi yang ingin didapatkan
yaitu fungsi produksi, fungsi konservasi, fungsi konsumsi, fungsi obat-obatan dan
fungsi bumbu-bumbuan, dan fungsi estetis. Untuk memenuhi fungsi produksi
ditekankan pada tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman
yang digunakan untuk fungsi produksi adalah jagung (Zea mays), kacang panjang
(Vigna sinensis), kacang merah (Vigna umbellate), cabai merah (Capsicum
annum), singkong (Manihot utilissima Pohl), talas (Colocasia esculenta), ubi jalar
(Ipomoea batatas), sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen), dan pisang
(Musa spp.). Tanaman yang digunakan untuk fungsi konsumsi, penghasilan
tambahan, vitamin, dan cadangan makanan bagi keluarga petani adalah tanaman
buah-buahan seperti mangga, pepaya, durian, rambutan, dan kelapa. Tanaman
yang digunakan untuk obat-obatan adalah jahe dan kunyit, sedangkan untuk
bumbu-bumbuan adalah kemangi, lada, lengkuas, pandan wangi, dan serai wangi.
Fungsi konservasi pada tanaman adalah dengan merotasi tanaman
produksi serta sistem penanaman bertingkat dan tumpang sari. Menurut Reijntjes
et al. (1999), penanaman dengan budi daya ganda atau tumpang sari dapat
meminimalkan kerugian karena penyakit dan hama. Penanaman bertingkat akan
memberikan naungan sehingga dapat mengurangi erosi tanah karena percikan air
hujan. Tanaman yang dapat berfungsi sebagai konservasi adalah talas, ubi jalar,
rumput, dan sengon. Tanaman yang ditanam di sekitar kolam berupa talas dan ubi
jalar dapat memberikan naungan bagi ikan, menstabilkan suhu kolam, dan
mengurangi erosi tanah. Pada tepi tapak pengusahaan tanaman ditanam rumput
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sekaligus mengurangi erosi tanah.
Pada lahan yang miring penanaman dilakukan sejajar dengan kontur. Pada lahan
yang miring sesuai untuk sengon karena dapat mencegah erosi dan longsor
(Warsino dan Dahana, 2009)
Fungsi estetis tanaman adalah sebagai fungsi keindahan dengan
menanam alternatif tanaman hias seperti pangkas kuning (Duranta sp.), krokot
(Althernantera ficoides), lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii), beras
tumpah (Aglonema sp.), adam hawa (Rhoeo discolor), dan hanjuang (Dracaena
fragrans).

7.3. Rencanan Tata Fasilitas dan Utilitas


Fasilitas yang terdapat di pekarangan meliputi tempat sampah, tempat
pembuangan air limbah rumah tangga, kandang ternak, dan kolam ikan. Kandang
ternak dan kolam ikan dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan ukurannya. Di
bawah kandang ternak terdapat tempat penampungan kotoran ternak. Tempat
sampah terdiri dari dua jenis, yaitu tempat sampah organik dan inorganik. Sampah
organik memungkinkan untuk dijadikan pupuk bagi tanaman. Air limbah rumah
tangga ditampung pada tempat penampungan khusus serta dipisah antara air yang
mengandung sabun dengan yang tidak. Air limbah rumah tangga dari tempat
penampungan limbah yang tidak tercampur dengan sabun selanjutnya dapat
digunakan untuk mengairi kolam.

7.4. Rencana Tata Sirkulasi dan Daur Energi


Penggunaan masukan-masukan dari luar diperlukan dalam kegiatan
produksi tanaman, ternak, dan ikan. Masukan-masukan dari luar diperlukan untuk
menjaga keberlanjutan usaha tani. Kebutuhan bulanan keluarga petani dipenuhi
dengan asumsi menjual seluruh hasil produksi pekarangan. Hasil dari produksi
pekarangan juga digunakan untuk pengadaan masukan seperti pupuk, benih,
pakan, dan pestisida.
Gambar 36 dan 37 merupakan alternatif dari pengusahaan pekarangan
dengan konsep LEISA. Hasil sampingan dari pengusahaan tanaman, ternak, dan
ikan seperti limbah hijauan dan kototan ternak dapat dipergunakan kembali
sebagai masukan organik (pupuk kandang dan pupuk kompos). Hasil sampingan
yang dimanfaatkan kembali dapat mengurangi penggunaan masukan luar. Air
kolam dapat digunakan untuk menyiram tanaman karena mengandung unsur hara.
Limbah dari tanaman jagung, ubi jalar, pisang, singkong dan sengon dapat
dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Daun talas dapat digunakan sebagai pakan
ikan sehingga dapat mengurangi biaya pembelian pakan.
Ayam menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk bagi
kolam dan tanaman. Ayam kampung menghasilkan 25 gram setiap hari
(http://www.warintek.ristek.go.id. 1 Maret 2009). Dari usaha tani Alternatif 1
diperoleh 14 karung atau 420 kg kotoran ayam per tahun dengan asumsi 1 karung
sama dengan 30 kg, sedangkan usaha tani Alternatif 2 menghasilkan 30 karung
atau 900 kg kotoran ayam per tahun. Kotoran ayam dan kotoran kambing yang
digunakan sebagai pupuk pada usaha tani Alternatif 1 dan 2 dapat menghemat
biaya produksi karena mengurangi penggunaan pupuk kimia. Menurut Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan (1992) dalam Susanto dan Widayati
(2007), kolam ikan membutuhkan pupuk dari kotoran ayam sebanyak 8,57
gram/m2/hari sehingga untuk pemeliharaan ikan pada usaha tani Alternatif 1 dan
Alternatif 2 dibutuhkan 57,85 kg atau 2 karung kotoran ayam per tahun untuk 3
daur.
Saswono (2002) menyebutkan kambing menghasilkan kotoran sebanyak
200 gram setiap hari. Usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 menghasilkan
kotoran kambing 22 karung atau 648 kg dengan asumsi 1 karung sama dengan 30
kg per tahun. Penggunaan kotoran kambing dan kotoran ayam pada pengusahaan
tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga mengurangi biaya
produksi. Abdoellah dan Nurkholis (1994) dalam Priandono (2006) menyebutkan
bahwa sebanyak 10.000 kg murni kotoran ayam diolah menjadi pupuk kandang,
hasilnya akan setara dengan 266,67 kg urea, 1.022,22 kg SP-36, dan 200,83 kg
KCL. Maka untuk 1 kg kotoran ayam setara dengan 0,03 kg urea, 0,10 kg SP-36,
dan 0,02 kg KCl. Usaha tani Alternatif 1 menghemat total biaya produksi sebesar
0,7% dengan penggunaan pupuk dari kotoran ayam dan kambing, sedangkan saha
tani Alternatif 2 menghemat total biaya produksi sebesar 1%.
Keterangan :
: Aliran hasil produksi : Aliran limbah
: Aliran masukan
Gambar 36. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 1 Sistem Pertanian dengan Konsep LEISA di Pekarangan
Keterangan :
: Aliran hasil produksi : Aliran limbah
: Aliran masukan
Gambar 37. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 2 Sistem Pertanian dengan Konsep LEISA di Pekarangan
BAB VIII
SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan
Dari hasil perencanaan lanskap sistem pertanian terpadu pada
pekarangan warga di Dusun Teluk Waru dengan luas lahan 350 m2 diperoleh hasil
analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 1 memperoleh NPV sebesar Rp
45.261.784,00, IRR sebesar 111%, dan Net B/C 3,49. Usaha tani Alternatif 1
layak untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%
dan Net B/C>1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 2 diperoleh
NPV sebesar Rp 72.128.612,00, IRR sebesar 137%, dan Net B/C 4,28. Usaha tani
Alternatif 2 layak pula untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas
suku bunga 20% dan Net B/C>1.
Nilai produksi dari usaha tani Aternatif 1 dan Alternatif 2 masing-
masing sebesar Rp 34.059.280,00 dan Rp 47.990.994,00 per tahun. Keuntungan
usaha tani di pekarangan alternatif 1 dan alternatif 2 masing-masing adalah Rp
27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp Rp 2.282.816,00 dan Rp
3.236.821,00 per bulan. Keuntungan yang diperoleh dari produksi pekarangan
dapat mencukupi kebutuhan keluarga petani karena masih di atas kebutuhan
bulanan keluarga petani sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per
tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup bulanan petani, usaha tani Alternatif 1
dan Alternatif 2 masing-masing membutuhkan luas lahan minimum 175,57 m2
dan 123,83 m2. Berdasarkan hasil analisis usaha tani tersebut disusun rencana
lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu. Terdapat dua zonasi yang
dikembangkan yang masing-masing terdiri dari zona publik, zona keluarga, zona
privat, zona pelayanan, dan zona produksi. Kedua zonasi tersebut selanjutnya
mengakomodir fungsi produksi yang dihasilkan dari analisis usaha tani, fungsi
ekologi, fungsi ekonomi, fungsi estetika, dan fungsi sosial.
81

8.2. Saran
Dalam kegiatan penelitian ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai jumlah limbah dan produk ikutan dari masing-masing komoditi
tanaman untuk mengetahui jumlah pupuk organik yang dapat diproduksi. Kajian
tentang sistem pertanian terpadu serupa, perlu dilakukan dengan menggunakan
acuan teknik budi daya pada Lampiran 2.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. S. 1999. Survai Tanah dan Taksonomi Tanah Terapan. Jurusan


Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
BAKOSURTANAL. 2000. Peta Rupabumi Digital Indonesia Cihiris. Bogor
Budidarsono, W., K. Wijaya, dan J. Roshetko. 2006. Farm and Household
Economic Study of Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Indonesia: A
Socio-economic base line study ofAgroforestry Innovations and Livelihood
Enhancement. ICRAF Southeast Asia. Bogor.
Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (terjemahan),
edisi kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Gold, S.1980. Recreational Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New
York.
http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste. 30 Januari 2008.
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10. 16 Mei 2009
http://utafoundation.org. 26 Januari 2008.
http://www.onevillagefoundation.org/ovf/downloads/pdfs/IF&WMS_Packet/IF&
WMS_overview.pdf. 30 Januari 2009
http://www.mekarn.org/msc2003-05/theses05/phallalr.pdf . 26 Januari 2008.
http://www.warintek.ristek.go.id. 1 Maret 2009
Laurie, M.1990. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Intermedia. Bandung.
LPPM Institut Pertanian Bogor Bekerja Sama dengan BAPPEDA KABUPATEN
SERANG. 2004. Usaha Tani Tanaman Semusim Berskala Komersil
Kabupaten Serang: Kasus Padi dan Kacang Tanah dan Upaya Optimalisasi
Pemanfaatan Lahannya dengan Sistem Pertanian Terpadu. Institut
Pertanian Bogor.
Mollison, B.,dan R. M. Slay. 1991. Introduction to Permaculture. Atagari
Publication. Australia.
Mugnisjah, W. Q. 2000. LEISA: Agribisnis potensial yang belum mendapat
perhatian secara luas. Bogor.
Mugnisjah, W. Q., Suwarto, dan A. S. Solihin. 2000. Agribisnis terpadu berbasis
LEISA di lahan basah: model hipotetik. Buletin Agronomi, XXVIII (2): 49-
61.
83

Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan


Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan – Proyek
Climate Change, Forest and Peatlands on Indonesia. Weatlands
International – Indonesia Programme and Wildlife Habitat Canada. Bogor.
Priandono, A. 2006. Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB.
Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Rachman, Z.1984. Proses berfikir lengkap merencana dan melaksana dalam
Arsitektur Pertamanan. Makalah Diskusi pada Festival Tanaman
Himagron. IPB. Bogor (tidak dipublikasikan).
Reijntjes, C., B. Haverkort, dan A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan:
Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah
(terjemahan). Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Saleh. 2003. Pemerintah Perlu Perhatikan Pertanian Ramah Lingkungan. Jakarta.
Kompas Cyber Media. http://www.kompas.co.id/. [11 Januari 2008].
Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Saswono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.
Sitorus, S. R. P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.
Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan.
Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Subandi, M. M. 2006. Panduan Menghitung Biaya Usaha Lele Dumbo. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Susanto, K. dan R. Widayati. 2007. Memelihara Ikan bersama Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tjakrawiralaksana, A. 1985. Usaha Tani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tjasjono, B. 1995. Klimatologi Umum. Penerbit ITB. Bandung.
Warsino dan K. Dahana. 2009. Investasi Sengon. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN
85

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN


SISTEM PERTANIAN TERPADU
DUSUN TELUK WARU, DESA CURUG BITUNG
KECAMATAN NANGGUNG

kategori responden

[ ] kepala keluarga dengan kepemilikan


pekarangan 120 – 400 m2
tidak mempunyai lahan lain
[ ] kepala keluarga dengan kepemilikan
pekarangan 120 – 400 m2
mempunyai lahan lain < 1000 m2
[ ] kepala keluarga dengan kepemilikan
pekarangan 120 – 400 m2
mempunyai lahan lain > 1000 m2
86

I. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : ………………

Nama …………………..
Jenis Kelamin …………………..
Agama …………………..
Jenjang Pendidikan 1. Tidak Sekolah 2. SD
3. SMP 4. SMU
5. Akademi 6. PT
7. Lainnya (sebutkan) …………………
Pekerjaan Utama 1. Petani 2. Buruh
3. Pedagang 4. Guru
5. PNS 6. Tukang
7. Karyawan 8. Dosen
9. Lainnya (sebutkan) …………………
Tinggal di desa ini sejak tahun …………..
Pengalaman sebagai petani sejak tahun …………………
Pekerjaan Sampingan …………. dengan penghasilan sebesar …
…………. dengan penghasilan sebesar …
…………. dengan penghasilan sebesar …
Status Responden 1. Belum menikah 2. Menikah 3. Duda 4. Janda

II. SOSIAL DAN EKONOMI


A. Status Hubungan Keluarga

Nama Agama Hubu- Jenis Tempat tinggal Menjadi Status Umur Pendi-
ngan Kelamin Bersa- Man- tanggu- Perni- dikan
ma diri ngan kahan
Respon- respon-
den den

B. Kebutuhan Hidup
1. Pendapatan kotor tiap bulan?
(a) < Rp 600.000
(b) Rp 500.000 – Rp 600.000
(c) Rp 600.000 – Rp 700.000
(d) Rp 700.000 – Rp 800.000
(e) Rp 800.000 – Rp 900.000
(f) > Rp 900.000
2. Kebutuhan beras per bulan per orang ? ………… kg
(a) < 4
(b) 4 – 6
(c) 6 – 8
(d) 8 – 10
3. Kebutuhan lauk pauk per bulan ? Rp …………….
(a) < Rp 10.000
(b) Rp 10.000 – Rp 15.000
(c) Rp 15.000 – Rp 20.000
(d) Rp 20.000 – Rp 25.000
(e) > Rp 25.000
4. Apa bahan bakar yang digunakan untuk memasak (jawaban bisa lebih dari satu)?
(a) kayu bakar
87

(b) minyak tanah : ……………. liter/bulan


(c) gas : ……………. tabung/bulan
5. Sumber penerangan:
(a) Listrik PLN
(b) Listrik non PLN
(c) Lampu minyak tanah : …………….liter/bulan
(d) Lainnya (sebutkan) ……………..
6. Berapakah Watt daya listrik yang Anda gunakan dan berapa biaya listrik per bulan?
(a) 450 : Rp ……………/bulan
(b) 900 : Rp ……………/bulan
(c) 1500 : Rp ……………/bulan
(d) Lainnya (sebutkan) ………….. : Rp ……………/bulan
7. Dari mana kebutuhan air berasal?
(a) Sumur
(b) PAM : Rp ………….. /bulan
(c) Air sungai
(d) Lainnya (sebutkan) ………..
8. Apa alat komunikasi yang Anda pakai?
(a) Telpon rumah : Rp …………… /bulan
(b) HP : Rp ……………./orang/bulan
9. Berapa biaya transportasi setiap bulan? Rp ……………
(a) < Rp 500.000
(b) Rp 500.000 – Rp 600.000
(c) Rp 600.000 – Rp 700.000
(d) Rp 700.000 – Rp 800.000
(e) Rp 800.000 – Rp 900.000
(f) > Rp 900.000
10. Apakah ada iuran keamanan setiap bulan?
(a) Ya, Rp ……………
(b) Tidak
11. Berapa hari besar yang anda rayakan setiap bulan?
(a) 1 : Rp ………….
(b) 2 : Rp ………….
(c) 3 : Rp ………….
(d) 4 : Rp ………….
(e) Lainnya, (sebutkan) ……………… : Rp …………..
12. Berapa kali Anda cek kesehatan/berobat setiap bulan?
(a) 1 : Rp …………. /orang
(b) 2 : Rp …………. /orang
(c) 3 : Rp …………. /orang
(d) 4 : Rp …………. /orang
(e) Lainnya, (sebutkan) ……………… : Rp …………. /orang

13. Apa pendidikan anak Anda saat ini dan berapa biayanya dalam setahun (jawaban bisa
lebih dari satu)?
(a) TK : Rp …………… /orang
(b) SD : Rp …………… /orang
(c) SMP : Rp …………… /orang
(d) SMA : Rp …………… /orang
(e) PT : Rp …………… /orang
(f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp …………… /orang
14. Berapa kebutuhan bacaan (majalah, buku, koran dll) per bulan? Rp ………………….
15. Berapa kali Anda membeli baju (pakaian) dalam setahun?
(a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun
(b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun
(c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun
(d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun
(e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun
88

(f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun

16. Berapa kali Anda membeli baju (pakaian) muslim dalam setahun?
(a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun
(b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun
(c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun
(d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun
(e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun
(f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun
17. Berapa kali dalam setahun Anda membeli sajadah?
(a) 1 : Rp ……………….
(b) 2 : Rp ……………….
(c) 3 : Rp ……………….
(d) 4 : Rp ……………….
(e) 5 : Rp ……………….
(f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ……………….
18. Berapa kali Anda membeli sepatu dalam setahun?
(a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun
(b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun
(c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun
(d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun
(e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun
(f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun
19. Berapa kali Anda membeli sandal dalam setahun?
(a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun
(b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun
(c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun
(d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun
(e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun
(f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun
20. Berapa kali Anda mengganti bohlam dalam sebulan?
(a) 1
(b) 2
(c) 3
(d) 4
(e) 5
(f) Lainnya (sebutkan) …………..
21. Berapakah biaya Anda merehabilitasi (memperbaiki) rumah dan berapa selang waktunya?
Rp …………/……bulan/tahun
22. Berapa kali dalam setahun Anda mudik dan berapa biayanya?
(a) 1 : Rp ……………….
(b) 2 : Rp ……………….
(c) 3 : Rp ……………….
(d) 4 : Rp ……………….
(e) 5 : Rp ……………….
(f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ……………….
23. Berapa kali dalam setahun Anda melakukan wisata (rekreasi) dan berapa biayanya?
(a) 1 : Rp ……………….
(b) 2 : Rp ……………….
(c) 3 : Rp ……………….
(d) 4 : Rp ……………….
(e) 5 : Rp ……………….
(f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ……………….
24. Apakah Anda menabung?
(a) Ya, Rp ………….. /bulan
(b) Tidak
25. Berapa uang yang dikeluarkan untuk zakat per tahun? Rp …………….
26. Berapa uang yang dikeluarkan untuk sumbangan per bulan? Rp …………….
89

III. BUDAYA
1. Apa kearifan lokal yang Anda lakukan dalam bertani? Sebutkan!
No. Kegiatan Bertani

2. Apa kearifan lokal yang Anda lakukan dalam mengelola sumber daya alam? Sebutkan!
No. Kegiatan Bertani

IV. DATA USAHA TANI


1. Berapakah total luas rumah (termasuk pekarangan) Anda?..............m2
2. Berapakah luas pekarangan Anda?...........m2
3. Apakah bentuk pekarangan Anda?
(a) Berkontur
(b) Datar
(c) Lainnya (sebutkan) ………………
4. Pekarangan Anda berfungsi sebagai apa saja (jawaban boleh lebih dari satu)?
(a) Produksi tanaman : …………… m2
(b) Pemeliharaan ternak : …………… m2
(c) Kolam : …………… m2
(d) Lainnya (sebutkan) ……………. : …………… m2
5. Jenis komoditi (tanaman, ternak, dan ikan) apa saja yang ada di pekarangan Anda?

No. Jenis Komoditi Luas (m2) Jumlah (ekor) (kg)

6. Tempat sampah:
(a) Di dalam rumah
(b) Di pekarangan
(c) Di luar pekarangan yang berjarak ……… m dari rumah
(d) Tidak ada
(e) Lainnya (sebutkan) ……………….
90

7. Cara penanganan sampah rumah tangga oleh rumah tangga itu sendiri:
(a) Adanya pemisahan sampah organik dengan inorganik
(b) Sampah organik dan inorganik dicampur jadi satu
(c) Pembuatan kompos dari sampah organik
(d) Tidak ada
(e) Lainnya (sebutkan) …………….
8. Apakah Anda bersedia jika pekarangan Anda dijadikan tapak pertanian terpadu?
(a) Ya
(b) Tidak
9. Apakah Anda bersedia jika bersedia jika pekarangan Anda digabungkan dengan
pekarangan tetangga untuk dijadikan lanskap pertanian terpadu?
(a) Ya
(b) Tidak
10. Jika Anda bersedia pekarangan Anda dijadikan pertanian terpadu, apa saja komoditiya
berikut luas/jumlahnya?
(a) Tanaman
(b) Ternak
(c) Ikan
11. Sketsa tata letak tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan?
12. Apakah Anda mempunyai lahan lain?
(a) Ya
(b) Tidak
13. Apa jenis lahan yang Anda miliki (jawaban bisa lebih dari satu)?
(a) Basah : ……………. m2
(b) Kering : ……………. m2
14. Berapakah luas total lahan lain yang anda miliki?............m2
15. Jenis tanaman tahunan apa saja yang ada di lahan Anda?

No. Jenis Tanaman Tahunan Jumlah Luas (m2)

16. Apakah bentuk lahan Anda?


(a) Bergelombang (berkontur)
(b) Datar
(c) Lainnya (sebutkan) ………………

17. Pola tanam dan varietas apa saja yang terdapat pada lahan Anda?
Nyatakan!
……….. à ………….. à ………….
18. Jadwal pola tanam?
Tahun 2007/2008
Musim Tanam 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
MH 2007/2008
MK 2008
MH 2008
91

V. DATA TEKNIS BUDI DAYA


1. Apakah Anda menggunakan jenis pupuk oraganik?
(a) Ya
(b) Tidak

2. Hasil Panen : ……………. kg/………… bata = ………… t/ha

3. Pemanfaatan Hasil Sampingan

Limbah apa saja yang dihasilkan dari usaha ini, sebutkan (jawaban boleh lebih dari satu)?
(a) Limbah padat : ………………………………………………………………
(b) Limbah cair : ………………………………………………………………
(c) Limbah gas : ………………………………………………………………

Dimana limbah itu dibuang dan adakah pengolahan untuk masing-masing jenis limbah itu?
Jenis Limbah Tempat Pembuangan Cara Penanganan
92

Lampiran 2

TEKNIS BUDI DAYA TANAMAN, TERNAK DAN


IKAN TERKAIT PERENCANAAN LANSKAP
93

1. Teknis Budi Daya Jagung (Zea mays L.)

Varietas : • Hibrida C-1, Hibidra C-2, Hibidra Pioneer 1, Pioneer 2,


IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, arjuna, Baster kuning,
Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor
Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, CPI-1, BISI-1,
BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1, dan Semar 2.
Syarat Tumbuh : • Tanaman jagung tumbuh di daerah tropis/subtropics
pada 0-50O LU sampai 0-40O LS.
• Curah hujan 85-200 mm/bulan dan merata.
• Penyinaran matahari penuh, sebaiknya tanpa naungan.
• Suhu optimum yang dikehendaki tanaman jagung antara
23-30O C.
• Tanah harus gembur, subur, dan kaya humus dengan pH
5,6-7,5.
• Ketinggian tempat yang optimum antara 0-600 m dpl.
Penanaman : • Kebutuhan benih 20-30 kg/hektar.
• Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm.
• Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%.
• Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan
fungisida seperti Benlate apabila diduga ada serangan
jamur.
• Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furudan
3G.
Jarak Tanam : • Jarak tanam 75 cm x 25 cm setiap lubang ditanam satu
tanaman dan 75 cm x 50 cm dengan dua tanaman setiap
lubangnya.
Dosis dan : • Pupuk kandang 2 ton/ha
Aplikasi Pupuk • Dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, SP-36=75-
100 kg/ha dan KCl=50-100kg/ha.
94

• Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan waktu tanam.


• Pupuk susulan 1 diberikan setelah tanaman jagung
berumur 3-4 minggu setelah tanam.
• Pupuk susulan II diberikan setelah tanaman jagung
berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Umur Panen : • 90-100 Hari setelah tanam
Produktivitas : • Rata-rata 5-9 ton/ha
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
95

2. Teknis Budi Daya Cabai (Capsicum annum L.)

Varietas : • Hot Beauty, Hero, long Chilli, Arimbi, Hibrid TM-999,


Hybrid TM-888
Syarat Tumbuh : • Curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun.
• Intensitas cahaya cukup tinggi.
• Suhu optimum yang dikehendaki antara 24-28O C.
• RH 80%.
• Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 5,5-6,8.
• Tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian kurang
dari 1.400 m dpl.
Pembibitan : • Kebutuhan benih 1-2 benih/lubang, ditutup tanah tipis-
tipis.
• Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm.
• Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%.
• Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan
fungisida seperti Benlate apabila diduga ada serangan
jamur.
• Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furudan
3G.
Jarak Tanam : • Jarak tanam 40 cm x 60 cm.
Penanaman • Bibit dipindahtanamkan pada umur 30-45 hari.
• Diberi mulsa plastic berwarna hitam-perak atau sisa
tanaman yang telah mati.
• Kedalaman lubang 15 cm dan diameter 7-8 cm.
• Pengairan teratur
Dosis dan : • Pupuk kandang 10 ton/ha atau 0.2-1 kg/lubang tanam.
Aplikasi Pupuk • Pupuk dasar: urea= 5 g/tanaman, SP-36= 20 g/tanaman.
• Pupuk susulan I (3 MST) : urea= 5 g/tanaman, KCl= 5
96

g/tanaman.
• Pupuk susulan II (6 MST) : urea= 5 g/tanaman, KCl= 5
g/tanaman.
Umur Panen : • 75-85 Hari setelah tanam
Produktivitas : • 18-28 ton/ha
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
97

3. Teknis Budi Daya Ayam Buras (Gallus domesticus)

Bibit : • Ayam Jantan: Badan kuat dan panjang, tulang supit


rapat, sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih, paruh
bersih, mata jernih, kaki dan kuku bersih, sisik-sisik
teratur, terdapat taji.
• Ayam Betina: Kepala halus, matanya terang/jernih,
mukanya sedang (tidak terlalu lebar), paruh pendek dan
kuat, jengger dan pial halus, badannya cukup besar dan
perutnya luas, jarak antara tulang dada dan tulang
belakang ± 4 jari, jarak antara tulang pubis ± 3 jari.
Pemeliharaan : Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan
a. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam
dilepas dan mencari pakan sendiri).
b. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan
tambahan).
c. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam
pemeliharaan
a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu,
dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada
induk atau induk buatan.
b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
c. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu
sampai afkir (± 2 tahun).
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1
(satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina,
sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi,
pejantan tidak diperlukan.
98

Perkandangan : Syarat kandang yang baik


a. Cukup mendapat sinar matahari.
b. Cukup mendapat angin atau udara segar.
c. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
d. Bersih.
e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
f. Kepadatan yang sesuai.
g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah
didapat dan tahan lama.
Kepadatan kandang
a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m2 untuk 20 - 25
ekor anak ayam dan 1 – 2 induk.
b. Ayam dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor.
c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan
pejantan 1 ekor.
Pakan Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari protein,
energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi
pakan adalah sebagai berikut:
- Anak ayam dara 15 gram/hari
- Minggu I-III 30 gram/hari
- Minggu III-V 60 gram/hari
- Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
- Induk 100 gram/hari
Penyakit dan : 1. ND = Necastle Desease = Tetelo
Pencegahan Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada
umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap
4 bulan sekali.
2. Cacingan
Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
3. CRD (pernafasan)
Pengobatan: Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton
ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
99

4. Berak Darah
Pengobatan: Prepara Sulfa atau anyrolium
dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024%
untuk 3 - 5 hari.
5. Pilek
Pengobatan: sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan
dalam air minum selama 5 - 7 hari.
6. Cacar
Pencegahannya: vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
100

4. Teknis Budi Daya Pisang (Musa spp.)

Varietas : • Pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan, mas,


nangka, tanduk, kapok, batu klutuk, dan manila (abaca).
Syarat Tumbuh : • Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung
pertumbuhan pisang.
• Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun
dengan 2 bulan kering.
• Ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
• Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang
karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif.
• Tanah harus mudah meresapkan air.
• Umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pembibitan : • Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-
tunas (anakan).
• Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m
dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil
dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
• Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam.
Pengolahan • Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim,
Media Tanam prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan
pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial.
• Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat
teras).
• Pembuatan Saluran Pembuangan Air.
Lubang tanam : • Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat
dan Jarak dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm untuk tanah-
Tanam tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang
dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Pemeliharaan • Penjarangan.
101

Tanaman Satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.


• Penyiangan.
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi
agar pertumbuhan anak dan juga induk baik.
• Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar
kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga.
• Pengairan dan Penyiraman
Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-
parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman
pisang.
• Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa
daun kering ataupun basah.
• Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah
terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak
terhambat.
Dosis dan : • Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti
Aplikasi Pupuk pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg.
• Memerlukan 207 kg/ha urea, 138 kg/ha super fosfat,
608 kg/ha KCl dan 200 kg/ha batu kapur sebagai
sumber kalsium.
Umur Panen : • Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100
hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai
hampir bulat.
Produktivitas : • Rata-rata 46 ton/ha/tahun
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
102

5. Teknis Budi Daya Singkong (Manihot utilissima Pohl.)

Varietas : • Valenca Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara,


Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1,
Malang 2, dan Andira 4
Syarat Tumbuh : • Tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat
dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
• Jenis tanah aluvial latosol, podsolik merah kuning,
mediteran, grumosol dan andosol
• pH berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8.
• Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman
ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan
toleransinya antara 10–1.500 m dpl.
Pembibitan : • Persyaratan Bibit
• Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup
tua (10-12 bulan), Ketela pohon harus dengan
pertumbuhannya yang normal dan sehat serta
• Seragam, Batangnya telah berkayu dan berdiameter +
2,5 cm lurus, Belum tumbuh tunas-tunas baru.
• Penyiapan Bibit
• Bibit berupa stek batang, Sebagai stek pilih batang
bagian bawah sampai tengah, setelah stek terpilih
kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah
antara 25–30 batang stek.
Pengolahan • Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan
Media Tanam lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya.
• Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap
penyelesaian.
Jarak Tanam : • Sistem monokultur dengan jarak tanam 100 x 100 cm,
100 x 60 cm atau 100 x 40 cm. Bila pola tanam dengan
103

sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 x 100


cm atau 300 x 150 cm.
Penanaman • penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung
bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam
5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek
tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan
berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
Pemeliharaan • Penyulaman
tanaman Untuk bibit yang mati/abnormal.
• Penyiangan
Untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman
liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar
tanaman. Satu musim dilakukan 2 kali.
• Pembubunan
Dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar
tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan.
• Perempelan/Pemangkasa
Minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau
3 cabang.
• Pengairan dan Penyiraman
Sistem yang baik digunakan adalah system genangan
sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara
resapan. dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk
seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
• Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada
pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari.
Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan
penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada
label merk obat yang digunakan.
Dosis dan : • Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-
2,5 ton/ha.
Aplikasi Pupuk
104

• Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan


berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200
kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk
tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K=
1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman
berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K=
2/3 : 0 : 2/3.
Umur Panen : • Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan
daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai
menguning dan banyak yang rontok. Umur panen
tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk
varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
Produktivitas : • Rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
105

6. Teknis Budi Daya Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)

Varietas : • Talas Sutera, Talas Bentul dan Talas Ketan.


Syarat Tumbuh : • tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah
beriklim sedang.
• Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman
talas adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat
tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan
dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah
hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
• Suhu 25-30 derajat C dan kelembaban tinggi.
• menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan
bahan organik atau humus.
• Harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH 5,5–
6,5.
• Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl.
Pembibitan : • Persyaratan Bibit
• Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau
ketiga dari pertanaman talas.
• Teknik Penyemaian Bibit
• Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu
diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7 bulan,
yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal
dari umbi, sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat
titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu mata
bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan
waktu disemaikan lapisan bagian dalam irisan
dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi
siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai
gembur,
• Pemindahan bibit
106

• Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas


diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7 bulan,
yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari
umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi
siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai
gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam
30 cm.
Jarak Tanam : • Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30
cm atau 70 x 70 cm atau 50 x 70 cm.
Penanaman • Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan atau bila curah hujan merata sepanjang
tahun.
• Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit
talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian
ditimbun sedikit dengan tanah agar dapat berdiri
tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga
lubang tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
Pemeliharaan : • Penyiangan dan Pembubunan
tanaman Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan
setelah tanam.Pembubunan Pembubunan perlu
dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akar-
akar bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan
oleh terpaan angin.
• Pengairan dan Penyiraman
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup
air.
Dosis dan : • Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan
Aplikasi Pupuk pengolahan tanah yaitu mencampur sebanyak 1 ton
pupuk kandang/hektar.
• Pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit
di tanam, yaitu dengan menggunakan sebanyak 100
107

kg urea dan 50 kg TSP per hektar.


• Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur
tanaman 3 bulan dan umur 5 bulan masing-masing
menggunakan urea sebanyak 100 kg per hektar.
• Aplikasi pemupukan yaitu dengan cara membuat
lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm.
Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan
disamping baris tanaman sejauh 7 cm pada
pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada
pemupukan umur 5 bulan.
Umur Panen : • Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur
6-9 bulan.
Produktivitas : • Rata-rata mencapai 120.000 batang/ha.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
108

7. Teknis Budi Daya Kacang Panjang (Vigna sinensis)

Syarat Tumbuh : • Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung


berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5.
• Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering,
curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun, dan ketinggian
optimum kurang dari 800 m dpl.
Pembibitan : • Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah
sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya
kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak
mengandung wabah hama, dan penyakit.
• Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
• Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi
benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah
disiapkan.
Jarak Tanam : • Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50
cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm dan jarak tanam tipe tegak
adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
Penanaman • Waktu tanam yang baik adalah awal musim
kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja
sepanjang musim asal air tanahnya memadai.
• Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama
0,5 jam lalu tiriskan.
• Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2
biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.
Pemeliharaan : • Penyulaman
tanaman Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah
tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.
• Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-
109

3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan


rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut
rumput liar/membersihkan dengan alat kored.
• Pemangkasan/Perempelan
Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan
pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman
yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan
bunga.
• Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman
muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan
berikutnya tergantung musim.
Dosis dan : • Pupuk dasar 50 kg Urea, 75 kg SP-36, dan 25 kg KCl.
Aplikasi Pupuk • Umur 45 hari 50 kg Urea, 25 kg SP-36, dan 75 kg KCl.
Umur Panen : • Pemanen dilakukan setelah tanaman berumur 3,5-4
bulan.
Sumber: Disarikan dari http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10
110

8. Teknis Budi Daya Sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen)

Syarat Tumbuh : • Sengon dapat tumbuh pada curah hujan 1.500 – 4.500
mm/tahun. Namun, curah hujan yang paling baik
untuk tanaman sengon adalah 2.000 – 2.700
mm/tahun.
• Suhu 10-36 oC dan suhu optimal 22 – 34 oC
• Sinar matahari 80%.
• Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tekstur
tanah. Namun tekstur tanah yang ideal adalah
lempung berpasir atau pasir berlempung.
• Struktur tanah remah dan memiliki porositas yang
sedang.
• Kedalaman tanah minimal 40 cm.
• pH tanah 5 – 7,2 dan pH tanah ideal 6,5 – 7.
• Ketinggian 0 – 1.600 m dpl dan ketinggian ideal 0 –
800 m dpl.
Pembibitan : • Benih berasal dari pohon yang sehat,
pertumbuhannya baik, serta tidak terserang hama dan
penyakit.
• Benih berasal dari tanaman sengon yang berumur
minimal 7 tahun.
• Benih harus benar-benar telah masak, ditandai
dengan polong yang berwarna kuning kecoklatan.
Jarak Tanam : Jarak tanam sengon adalah 1 x 3 m, 1 x 4 m, 2 x 2 m,
dan 1 x 5 m.
Penanaman Langkah-langkah penanaman bibit adalah
• Lubang tanam dipersiapkan dengan ukuran 30 x 30 x
30 cm dan dibiarkan selama seminggu.
• Separuh tanah galian lubang dicampur dengan pupuk
organik dengan perbandingan 1 : 1 hingga merata.
111

Sepertiga dari tanah campuran dimasukkan ke


lubang.
• Polybag tempat bibit disilet kanan dan kiri, kemudian
ditarik hati-hati dari atas ke bawah hingga terlepas.
Pastikan tanah tidak terlepas dari bibit.
• Masukkan bibit ke dalam lubang, kemudian isi
lubang dengan campuran tanah. Tekan-tekan hingga
agak memadat kemudian siram dengan air.
Pemeliharaan : • Penyiangan dan Pembubunan
tanaman Penyiangan dilakukan secara rutin. Beberapa
herbisida yang diperbolehkan adalah Round Up 486
SL, Polaris 200/8 SL, Spark 130/5 SL, Wallop
240/110 SL, dan herbisida lain yang sesuai.
• Pengairan dan Penyiraman
Tanaman muda memerlukan penyiraman yang cukup
karena perakarannya belum cukup kuat dan panjang.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore.
Penyiraman atau irigasi dilakukan apabila benar-
benar diperlukan.
• Pemangkasan Cabang Air
Pemangkasan cabang air dilakukan dengan
memotong cabang air sekitar 10 – 20 cm dari batang
(tidak perlu memotong pangkal cabang air).
Pemangkasan dilakukan 1 – 2 bulan sekali.
• Penjarangan tanaman
Penjarangan pertama dilakukan saat umur tanaman 2
– 3 tahun denga diameter batang sekitar 10 – 15 cm.
Penjarangan kedua dilakukan pada tahun ke-4 dan ke-
5, atau diameter batang sekitar 15 – 20 cm.
Penjarangan terakhir pada saat tanaman berumur di
atas 5 tahun dengan diameter 20 cm. Tanaman sengon
yang perlu mendapat penjarangan adalah
112

a. Tanaman yang berada di tengah tanaman-


tanaman yang lain.
b. Penjarangan juga dilakukan terhadap tanaman-
tanaman yang pertumbuhannya kurang baik,
rusak, atau terserang hama dan penyakit.
Dosis dan : • Pemupukan dilakukan setiap tahun. Pemupukan
Aplikasi Pupuk dilakukan pagi dan sore. Dosis pupuk berdasarkan
umur dan jumlah tanaman per hektar adalah
Jumlah Dosis Pupuk per Hektar (kg)
Tahun Tanaman NPK Pupuk
per Hektar Organik
0 2.000 300 - 400 400 – 500
1 2.000 400 - 500 400 – 500
2 1.000 400 - 500 400 – 500
3 1.000 300 - 400 400 – 500
4 500 300 - 400 250 – 375
5 500 400 - 500 250 – 375
≥6 250 250 – 400 185 - 250
Umur Panen : Pemanen sengom dilakukan setelah tanaman berumur
5-8 tahun.
Produktivitas : Produktivitas sengon 50 m3 per pohon per tahun.
Sumber: Disarikan dari Warisno dan Dahana (2009).
113

9. Teknis Budi Daya Kambing (Capra aegagrus hircus)

Bibit : Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan
sehat, tidak cacat, bulu, bersih dan mengkilat, dan daya
adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
Ciri untuk calon induk
a. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis
punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi
tidak terlalu gemuk.
b. Jinak dan sorot matanya ramah.
c. Kaki lurus dan tumit tinggi.
d. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik
(efisien), rahang atas dan bawah rata.
e. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi
dari induk yang muda.
f. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing
2 buah.
Ciri untuk calon pejantan
a. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang
lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu
gemuk, gagah, aktif, dan memiliki libido (nafsu
kawin) tinggi.
b. Kaki lurus dan kuat.
c. Dari keturunan kembar.
d. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
Pemeliharaan : Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali
dalam dua tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah
a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6
s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur
10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 -
114

60 kg.
b. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang
selama 17 - 21 hari.
c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan
minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering
kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
dinaiki.
d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah
a. Masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan).
b. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2
bulan.
Perkandangan : Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari,
bersih, dan minimal erjarak 5 meter dari rumah).
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah
a. Kandang beranak 20 cm x 120 cm /ekor.
b. Kandang induk 100 cm x 125 cm /ekor.
c. Kandang anak 100 cm x 125 cm /ekor.
d. Kandang pejantan 110 cm x 125 cm /ekor.
e. Kandang dara/dewasa 100 cm x 125 cm /ekor.

Pakan Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur


dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup
protein, karbohidrat, vitamin, mineral, mudah dicerna,
tidak beracun, disukai ternak, murah, dan mudah
diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan,
yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan
tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan,
bungkil kelapa, vitamin dan mineral).
Cara pemberiannya
a. Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat
rumput 10% dari berat badan kambing, berikan
115

juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan
garam berjodium secukupnya.
b. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing
perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu
ditambahkan makanan penguat dalam bentuk
bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.
Penyakit dan : Pengendalian Penyakit
Pencegahan a. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit
melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang
cukup gizi dan vaksinasi.
b. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah:
cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat),
paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
116

10. Teknis Budi Daya Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Bibit : Induk jantan mempunyai tanda


a. Tulang kepala berbentuk pipih.
b. Warna lebih gelap.
c. Gerakannya lebih lincah.
d. Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada
punggung.
e. Alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda
a. Tulang kepala berbentuk cembung.
b. Warna badan lebih cerah.
c. Gerakan lamban.
d. Perut mengembang lebih besar daripada punggung
alat kelamin berbentuk bulat.
Syarat Tumbuh Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik
a. Air harus bersih.
b. Berwarna hijau cerah.
c. Kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia
a. Bebas senyawa beracun seperti amoniak.
b. Mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).
c. pH 7,5 - 8,5.
Pemeliharaan : Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan
betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma.
Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin
berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur
berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau).
Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan
dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
Pemindahan.
117

Cara pemindahan
a. Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air
10-20 cm.
b. Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau
ember yang diisi dengan air di sarang.
c. Samakan suhu pada kedua kolam.
d. Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan
dengan cawan atau piring.
e. Pindahkan benih dari penampungan ke kolam
pendederan dengan hati-hati pada malam hari,
karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
Pendederan.
Pendederan adalah pembesaran hingga berukuran siap
jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga
berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi
pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari
plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang
menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai
dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam
pendederan ini.
Kolam : Kedalaman air yang ideal adalah 15 – 20 cm. Ukuran
kerapatan yang ideal adalah 50 ekor/m2.
Pakan Jadwal pemberian pakan dilakukan setiap hari pada
pukul 08.00 - 09.00, 16.00 – 17.00, dan 21.00 – 22.00.
Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan kelompok
umur (hari) adalah
3 – 7: telur ayam 0,01 g/ekor/hari
8 – 20: kutu air 0,1 g/ekor/hari
21 – 40: pelet 0,5 mm 0,32 g/ekor/hari
41 – 60: pelet 1 mm 0,62 g/ekor/hari
61 – 80: pelet 2 mm 0,96 g/ekor/hari
81 – 100: pelet 2 mm 1,95 g/ekor/hari
118

101 - 120: pelet 2 mm 2,79 g/ekor/hari


121 – 140: pelet 2 mm 3,33 g/ekor/hari
141 – 160: pelet 2 mm 3,60 g/ekor/hari
Sumber: Disarikan dari http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10 dan Subandi
(2006)
122

Lampiran 4.

ANALISIS USAHA TANI


TANAMAN, TERNAK, DAN IKAN DI PEKARANGAN
WARGA DUSUN TELUK WARU
123

Analisis Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun
Teluk Waru Alternatif 1 (Luas 350 m2)
No. Uraian Kegiatan Volume Harga Biaya
Satuan (Rp)
(Rp)
A. Investasi (Peralatan)
1 Lahan (pajak) 350 m² 48.57 17000
2 Tanaman
Cangkul 2 buah 25000 50000
Golok 2 buah 50000 100000
Parang 2 buah 20000 40000
Kored 2 buah 20000 40000
Garpu 1 buah 25000 25000
Linggis 1 buah 20000 20000
Sepatu lapang 2 buah 50000 100000
3 Ayam kampung
Kandang 1 buah 500000 500000
Bibit 50 ekor 30000 1500000
4 Ikan lele
Benih 1250 ekor 300 375000
Ember plastik 2 buah 20000 40000
Jaring 1 buah 60000 60000
5 Kambing
Kandang 1 buah 1000000 1000000
Bibit 5 ekor 1500000 7500000
Total Investasi (A) 11367000

B. Modal Kerja = biaya operasional


1 Biaya pekarangan
a Produksi Jagung (1 daur), 1000 m²
Benih 0.1 kg 70000 7000
Urea 5 kg 2000 10000
Furadan 0.25 kg 100000 25000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pengolahan tanah 10 HOP 30000 300000
Penanaman 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 1 HOP 30000 30000
Penyiangan 4 HOW 15000 60000
Panen 1 HOP 30000 30000
1 HOW 15000 15000
Total biaya produksi jagung, 1 daur 517000
Total biaya produksi jagung, 1
tahun 517000
Total biaya prodsuksi jagung, 100
m² 51700
124

Produksi Kacang panjang (1 daur),


b 1000 m²
Benih 0.25 kg 70000 17500
Urea 10 kg 2000 200000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pupuk TSP 15 kg 2500 37500
Zat perangsang tumbuh 1 kaleng 15000 15000
Furadan 0.25 kg 25000 6250
Pembasmi serangga 2 kaleng 7500 15000
Pengolahan lahan 7 HOP 30000 210000
Menanam 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 3 HOP 30000 90000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
1 HOW 15000 15000
Penyemprotan 3 HOP 30000 90000
Panen 5 HOP 30000 150000
5 HOW 15000 75000
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 daur 1021250
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 tahun 1021250
Total biaya produksi kacang
panjang, 100 m² 102125

Produksi Kacang merah (1 daur),


c 1000 m²
Benih 0.25 kg 60000 15000
Urea 10 kg 2000 200000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pupuk TSP 15 kg 2500 37500
Zat perangsang tumbuh 1 kaleng 15000 15000
Furadan 0.25 kg 25000 6250
Pembasmi serangga 2 kaleng 7500 15000
Pengolahan lahan 7 HOP 30000 210000
Menanam 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 4 HOP 30000 120000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
1 HOW 15000 15000
Penyemprotan 1 HOP 30000 30000
Panen 5 HOP 30000 150000
5 HOW 15000 75000
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 daur 988750
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 tahun 988750
125

Total biaya produksi kacang


panjang, 100 m² 98875

d Cabai Merah (1 daur), 1000 m²


Benih 1 plastik 150000 150000
Urea 50 kg 2500 125000
TSP 50 kg 2200 110000
KCL 50 kg 3000 150000
NPK 50 kg 5000 250000
Pupuk kandang 15 karung 2000 30000
Pembasmi serangga 5 kaleng 20000 100000
Pengolahan lahan dan penyemaian 14 HOP 30000 420000
14 HOW 15000 210000
Penanaman 6 HOP 30000 180000
6 HOW 15000 90000
Penyiangan 7 HOP 30000 210000
14 HOW 15000 210000
Penyemprotan 5 HOP 30000 150000
Panen 8 HOP 30000 240000
8 HOW 15000 120000
Total biaya produksi cabai merah, 1
daur 2745000
Total biaya produksi cabai merah, 1
tahun 2745000
Total biaya produksi cabai merah,
100 m² 104423.07

e Talas (1 daur), 1000 m²


Benih 4000 batang 150 600000
Urea 0.25 kg 2000 500
Pupuk kandang 1 karung 2000 2000
Pembasmi serangga 1 botol 12500 12500
Pengolahan lahan 2 HOP 30000 60000
Menanam 5 HOP 30000 150000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
Panen 2 HOP 30000 60000
Total biaya produksi talas, 1 daur 945000
Total biaya produksi talas, 1 tahun 945000
Total biaya produksi talas, 42 m² 39620

f Ubi jalar (1 daur), 1000 m²


Benih 3265 stek 6530
Urea 15 kg 2000 30000
KCL 5 kg 5000 25000
Pengolahan tanah dan pengguludan 5 HOP 30000 150000
Penyiapan bibit 1 HOP 30000 30000
126

Penanaman 4 HKW 15000 60000


Pembongkaran guludan dan
penyiangan 3 HOP 30000 90000
Pupuk, balik batang dan
pengguludan 2 HOP 30000 60000
Panen 3 HOP 30000 90000
3 HOW 15000 45000
Total biaya produksi ubi jalar, 1
daur 586530
Total biaya produksi ubi jalar, 1
tahun 586530
Total biaya produksi jalar, 42 m² 24634

g Pisang (1 daur)
Tanam 2 HOP 30000 60000
Total biaya produksi pisang, 1 tahun 60000

h Singkong
Tanam 2 HOP 30000 60000
Total biaya produksi singkong, 1
tahun 120000

i Ayam kampung (1 daur)


Pakan 1800 kg 1000 1800000
Total biaya produksi ayam
kampung, 1 daur 1800000
Total biaya produksi ayam
kampung, 1 tahun 1800000

j Ikan lele (3 daur)


Pelet 291.75 kg 5000 1458750
Pupuk kandang 1 karung 2000 2000
Kapur 1.25 kg 500 625
Total biaya produksi ikan lele, 1
daur 1461375
Total biaya produksi ikan lele, 3
daur, 1 tahun 4384125

(A) Total Biaya Investasi 11367000

(B) Total Modal Kerja 1 tahun 6785502

Total Biaya (Investasi A + Modal


Kerja B) 18152502

C. Pendapatan
1 Tanaman
127

a. Jagung 20 kg 3000 60000


b. Kacang panjang 50 kg 4000 200000
c. Kacang merah 40 ikat 2500 100000
d. Cabai merah 38 kg 15000 570000
e. Talas 168 batang 2500 420000
f. Ubi jalar 68.565 kg 2000 137130
g. Pisang 24 tandan 20000 480000
h. Singkong 231 kg 500 115500
Total 2082630

2 Ayam kampung
Telur 4275 butir 2000 8550000
Ayam kampung afkir 47 ekor 25000 1175000
Kotoran 14 karung 2000 28000
Total 9753000

3 Ikan lele 445.31 kg 15000 6679650

4 Kambing
Induk 5 ekor 1500000 7500000
Kambing muda 8 ekor 1000000 8000000
Kotoran 22 karung 2000 44000
Total 15544000

D. Keuntungan (Net Benefit)


1 Tanaman
a. Jagung 8300
b. Kacang panjang 97875
c. Kacang merah 1125
d. Cabai merah 465550
e. Talas 380380
f. Ubi jalar 112496
g. Pisang 480000
h. Singkong 55500

2 Ayam kampung 7953000

3 Ikan lele 2295525

4 Kambing 15544000
Total 27393751
128

Analisis Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun
Teluk Waru Alternatif 2 (Luas 350 m2)
No. Uraian Kegiatan Volume Harga Biaya
Satuan (Rp)
(Rp)
A. Investasi (Peralatan)
1 Lahan (pajak) 350 m² 48.57 17000
2 Tanaman
Cangkul 2 buah 25000 50000
Golok 2 buah 50000 100000
Parang 2 buah 20000 40000
Kored 2 buah 20000 40000
Garpu 1 buah 25000 25000
Linggis 1 buah 20000 20000
Sepatu lapang 2 buah 50000 100000
3 Ayam kampung
Kandang 1 buah 500000 500000
Bibit 100 ekor 30000 3000000
4 Ikan lele
Benih 1250 ekor 300 375000
Ember plastik 2 buah 20000 40000
Jaring 1 buah 60000 60000
5 Kambing
Kandang 1 buah 1000000 1000000
Bibit 5 ekor 1500000 7500000
Total Investasi (A) 12867000

B. Modal Kerja = biaya operasional


1 Biaya pekarangan
a Produksi Jagung (1 daur)
Benih 0.1 kg 70000 7000
Urea 5 kg 2000 10000
Furadan 0.25 kg 100000 25000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pengolahan tanah 10 HOP 30000 300000
Penanaman 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 1 HOP 30000 30000
Penyiangan 4 HOW 15000 60000
Panen 1 HOP 30000 30000
1 HOW 15000 15000
Total biaya produksi jagung, 1 daur 517000
129

Total biaya produksi jagung, 1


tahun 517000
Total biaya prodsuksi jagung, 172
m² 88924

b Produksi Kacang panjang (1 daur)


Benih 0.25 kg 70000 17500
Urea 10 kg 2000 200000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pupuk TSP 15 kg 2500 37500
Zat perangsang tumbuh 1 kaleng 15000 15000
Furadan 0.25 kg 25000 6250
Pembasmi serangga 2 kaleng 7500 15000
Pengolahan lahan 7 HOP 30000 210000
Menanam 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 3 HOP 30000 90000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
1 HOW 15000 15000
Penyemprotan 3 HOP 30000 90000
Panen 5 HOP 30000 150000
5 HOW 15000 75000
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 daur 1021250
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 tahun 1021250
Total biaya produksi kacang
panjang, 172 m² 175655

c Produksi Kacang merah (1 daur)


Benih 0.25 kg 60000 15000
Urea 10 kg 2000 200000
Pupuk kandang 5 karung 2000 10000
Pupuk TSP 15 kg 2500 37500
Zat perangsang tumbuh 1 kaleng 15000 15000
Furadan 0.25 kg 25000 6250
Pembasmi serangga 2 kaleng 7500 15000
Pengolahan lahan 7 HOP 30000 210000
Menanam 2 HOW 15000 30000
Pemupukan 4 HOP 30000 120000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
1 HOW 15000 15000
Penyemprotan 1 HOP 30000 30000
Panen 5 HOP 30000 150000
5 HOW 15000 75000
Total biaya produksi kacang
panjang, 1 daur 988750
130

Total biaya produksi kacang


panjang, 1 tahun 988750
Total biaya produksi kacang
panjang, 172 m² 170065

d Cabai Merah (1 daur)


Benih 1 plastik 150000 150000
Urea 50 kg 2500 125000
TSP 50 kg 2200 110000
KCL 50 kg 3000 150000
NPK 50 kg 5000 250000
Pupuk kandang 15 karung 2000 30000
Pembasmi serangga 5 kaleng 20000 100000
Pengolahan lahan dan penyemaian 14 HOP 30000 420000
14 HOW 15000 210000
Penanaman 6 HOP 30000 180000
6 HOW 15000 90000
Penyiangan 7 HOP 30000 210000
14 HOW 15000 210000
Penyemprotan 5 HOP 30000 150000
Panen 8 HOP 30000 240000
8 HOW 15000 120000
Total biaya produksi cabai merah, 1
daur 2745000
Total biaya produksi cabai merah, 1
tahun 2745000
Total biaya produksi cabai merah,
172 m² 472140

e Talas (1 daur)
Benih 4000 batang 150 600000
Urea 0.25 kg 2000 500
Pupuk kandang 1 karung 2000 2000
Pembasmi serangga 1 botol 12500 12500
Pengolahan lahan 2 HOP 30000 60000
Menanam 5 HOP 30000 150000
Penyiangan 2 HOP 30000 60000
Panen 2 HOP 30000 60000
Total biaya produksi talas, 1 daur 945000
Total biaya produksi talas, 1 tahun 945000
Total biaya produksi talas, 24 m² 22680

f Ubi jalar (1 daur)


Benih 3265 stek 6530
Urea 15 kg 2000 30000
KCL 5 kg 5000 25000
131

Pengolahan tanah dan pengguludan 5 HOP 30000 150000


Penyiapan bibit 1 HOP 30000 30000
Penanaman 4 HKW 15000 60000
Pembongkaran guludan dan
penyiangan 3 HOP 30000 90000
Pupuk, balik batang dan
pengguludan 2 HOP 30000 60000
Panen 3 HOP 30000 90000
3 HOW 15000 45000
Total biaya produksi ubi jalar, 1
daur 586530
Total biaya produksi ubi jalar, 1
tahun 586530
Total biaya produksi jalar, 24 m² 14076.72

g Sengon
Bibit 27 batang 1200 32400
Pestisida 1 kaleng 55000 55000
Penyiapan lahan 2 HOP 30000 60000
Penanaman 2 HOP 30000 60000
Penyiangan dan penyemprotan 20 HOP 30000 600000
Panen 10 HOP 30000 300000
Total biaya produksi, 1 daur 1107400
Total biaya produksi, 1 tahun 221480

h Ayam kampung (1 daur)


Pakan 3600 kg 1000 3600000
Total biaya produksi ayam
kampung, 1 daur 3600000
Total biaya produksi ayam
kampung, 1 tahun 3600000

i Ikan lele (3 daur)


Pelet 291.75 kg 5000 1458750
Pupuk kandang 1 karung 2000 2000
Kapur 1.25 kg 500 625
Total biaya produksi ikan lele, 1
daur 1461375
Total biaya produksi ikan lele, 3
daur, 1 tahun 4384125

(A) Total Biaya Investasi 12867000

(B) Total Modal Kerja 1 tahun 9149146

Total Biaya (Investasi A + Modal


Kerja B) 22016146
132

C. Pendapatan
1 Tanaman
a. Jagung 34.37 kg 3000 103104
b. Kacang panjang 85.92 kg 4000 343680
c. Kacang merah 68.74 ikat 2500 171850
d. Cabai merah 65.29 kg 15000 979350
e. Talas 96 batang 2500 240000
f. Ubi jalar 39.18 kg 2000 78360
g. Sengon
Per daur 27 batang 800000 21600000
Per tahun 4320000
Total 6236344

2 Ayam kampung
Telur 8550 butir 2000 17100000
Ayam kampung afkir 95 ekor 25000 2375000
Kotoran 28 karung 2000 56000
Total 19531000

3 Ikan lele 445.31 kg 15000 6679650

4 Kambing
Induk 5 ekor 1500000 7500000
Kambing muda 8 ekor 1000000 8000000
Kotoran 22 karung 2000 44000
Total 15544000

D. Keuntungan (Net Benefit)


1 Tanaman
a. Jagung 14180
b. Kacang panjang 168025
c. Kacang merah 1785
d. Cabai merah 507210
e. Talas 217320
f. Ubi jalar 64283
g. Sengon 4098520

2 Ayam kampung 15931000

3 Ikan lele 2295525

4 Kambing 15544000
Total 38841848
142

Tabel Lampiran 4. Produksi Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Dusun Teluk Waru Per Responden (KK)
Jenis Nilai Produksi (Rp) / Responden
No. Rata-Rata
Komoditi 1 4 6 7 12 13 22 26 28 29
1 Tanaman 18000 52600 414000 249200 21000 226600 46500 40000 24000 1439000 253090
2 Ternak 6000 4000 260000 250000 62500 240000 6000 125000 0 220000 117350
3 Ikan 0 0 0 15000 0 0 80000 0 0 0 9500
Total 24000 56600 674000 514200 83500 466600 132500 165000 24000 1659000 379940
Rata-Rata 379940 419488.89 464850 434971.43 421766.67 489420 495125 616000 841500 1659000 622206.20

Anda mungkin juga menyukai