Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kuliah Kerja Profesi (KKP) atau magang/internship pada Program Studi


Agroteknologi diselenggarakan sebagai sebagai mata kuliah yang memberikan
pembekalan, pelatihan dan pengalaman kerja di suatu institusi sebagai bagian dari kegiatan
pendidikan dan pelatihan kerja yang berfungsi untuk menghubungkan dunia pendidikan
dengan dunia industri (link and match). Mata kuliah ini memiliki bobot 2 SKS (0-2 SKS),
setara dengan 6-8 jam per hari atau 30-40 jam per minggu selama 22-25 hari efektif kerja,
sehingga total beban kerja (work-load) sekitar 120-140 jam. Dengan beban yang cukup
besar ini, mahasiswa diharapkan dapat meraih capaian pembelajaran seperti yang
diharapkan.

Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada Prodi Agroteknologi diartikan sebagai kegiatan
intrakurikuler terstruktur dalam bentuk praktek kerja mahasiswa Program Sarjana
(strata-1) di institusi tertentu yang terkait dengan bidang pertanian/agroteknologi selama
waktu yang telah disebutkan di atas. Kuliah kerja profesi ini ditujukan untuk antisipasi
adanya kesenjangan (gap) antara dunia pendidikan (akademis) di perguruan tinggi dengan
dunia industri atau dunia ketenagakerjaan yang lebih bersifat pragmatis dan sangat dinamis
dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi.

Perlu ditekankan pula bahwa KKP merupakan bagian dari kegiatan pendidikan dan
pelatihan kerja guna meningkatkan kompetensi hard-skills dan soft-skills mahasiswa agar
siap menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan bangku kuliah. Perguruan Tinggi
sebagai institusi pemasok sumber daya manusia menyadari bahwa tenaga kerja profesional
dan berkualitas sangat diperlukan di dunia kerja pada saat ini. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan relevansi, daya saing dan daya adaptasi lulusan perguruan tinggi di dunia
kerja, KKP dipandang sebagai pendekatan yang cukup efektif diterapkan. Selain itu, KKP
diselenggarakan dengan harapan agar terjadi interaksi yang sinergis dan saling
menguntungkan (mutualisme) antara akademisi (dosen pembimbing dan mahasiswa)
dengan praktisi (supervisor dan para staf di tempat KKP) guna penyelesaian masalah yang
dihadapi bersama, sehingga KKP dapat menghasilkan serangkaian kerja sama dalam hal
kerja sama, proses rekruitmen, pendidikan dan pelatihan serta kegiatan lainnya yang
mendukung pencapaian tujuan masing-masing institusi.

1
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kegiatan KKP (magang) sangat penting
dilakukan guna lebih memperkuat keterkaitan antara dunia akademis dengan dunia tenaga
kerja/industri, oleh karena itu, Prodi Agroteknologi mewajibkan kepada semua mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan KKP pada institusi yang relevan.

1.2 Tujuan dan Manfaat KKP

Bagi mahasiswa yang melakukan KKP:

1. Memperoleh pengalaman bekerja dan suasana kerja yang sebenarnya terutama pada
kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pasca-panen tanaman
(perencanaan, persiapan lahan, media dan bahan tanam, persemaian, pembenihan,
pemeliharaan, pengelolaan air, nutrisi dan pengendalian OPT, serta penanganan panen
dan pasca-panen).

2. Memperoleh pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam proses produksi dan pasca-
panen tanaman.

3. Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan soft-skills dan hard-skills guna


pengembangan diri dan karir beberapa waktu ke depan.

4. Memperoleh bahan untuk penulisan karya ilmiah, baik untuk bahan diskusi, makalah
ataupun tugas akhir.

5. Merancang teknologi rekayasa tanaman, teknologi produksi, panen dan pasca-panen


yang efisien, efektif dan murah (low-cost) sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
atau dihadapi atau sumberdaya yang ada.

Bagi institusi tempat magang:

1. Berperan serta dalam mendukung implementasi konsep link and match antara dunia
akademis dengan dunia industri dengan menyediakan tempat KKP/magang bagi
mahasiswa.
2. Mengembangkan program kemitraan dengan dunia akademis guna menyelesaikan
permasalahan bersama yang dihadapi oleh dunia industri dan perguruan tinggi dengan
memanfaatkan inovasi riset di perguruan tinggi dan industri.
3. Memperoleh bantuan tenaga dari mahasiswa guna mengerjakan berbagai pekerjaan
atau tahapan kegiatan yang ada.

2
Bagi Program Studi Agroteknologi:

1. Memperkenalkan Prodi Agroteknologi kepada instansi yang bergerak di bidang yang


berkaitan dengan kegiatan produksi, pasca panen dan pengelolaan tanaman.
2. Memperoleh masukan dan atau respon yang berguna untuk pengembangan/
pemutakhiran kurikulum yang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan dunia kerja.
3. Terbinanya jaringan kerjasama dan kemitraan dengan institusi tempat magang dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap-perilaku-tata nilai sumber daya manusia (SDM)
yang dibutuhkan dalam bidang pertanian.
Manfaat yang diharapkan dari Kegiatan Kuliah Kerja (KKP) ini
adalahmengembangkan jejaring (network) dengan dunia industri/usaha yang berguna
dalam pengembangan kurikulum, memperkaya kompetensi mahasiswa dan kesempatan
kerja bagi mahasiswa/alumni, serta mengembangkan program kemitraan.

1.3 Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Profesi (KKP)

Kuliah kerja profesi (KKP) ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2014 hingga 21 Juli
2014, bertempat di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Kayu Ambon, Lembang, Jawa
Barat.

1.4 Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Kuliah Kerja Profesi (KKP)

Setelah menyelesaikan kegiatan KKP, mahasiswa mampu :

- mengidentifikasi dan menganalisis tahapan kegiatan dan atau permasalahan yang


berkaitan dengan proses produksi, pasca panen dan atau pengelolaan tanaman pada
institusi tempat magang secara akurat dan sesuai dengan prinsip dan konsep pertanian
berkelanjutan.
- merumuskan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan aspek produksi,
pasca panen dan pengelolaan tanaman yang efisien, produktif dan berkelanjutan.
- menerapkan ipteks yang diperoleh selama perkuliahan untuk mendukung pengelolaan
proses produksi, panen dan pasca-panen tanaman yang efisien, produktif dan
berkelanjutan.

3
- menerapkan soft-skills, dalam hal kompetensi profesional (pemahaman
tugas,kecakapan bekerja, kreativitas bekerja, pemecahan masalah dan etos kerja)
sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan secara profesional.
- menerapkan soft-skills, terutama berkaitan dengan kompetensi personal (kejujuran,
kemandirian, kedewasaan berpikir, tanggung jawab dan disiplin) sesuai dengan
tuntutan pekerjaan.
- menerapkan soft-skills yang berkaitan dengan kompetensi sosial (komunikasi lisan dan
tulisan, kerja sama, dan etika) sesuai aturan yang berlaku dan bidang kerja yang
ditekuni.

4
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM

GAMBARAN UMUM BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP)

2.1 Situasi dan Kondisi Tempat KKP


2.1.1 Sejarah Singkat
BBPP Lembang
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri sejak tahun 1962, yang
pada awalnya bernama Pusat Latihan Pertanian (PLP) milik Pemda Provinsi Jawa
Barat. Kemudian pada tanggal 28 Januari 1978 berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
52/Kpts/Org/1/1978 pengelolaannya diambil alih oleh Badan Pendidikan dan Latihan
Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP)
Kayuambon dengan tingkatan Eselonering IIIB meliputi wilayah kerja Jawa Barat
Bagian Timur dan DKI Jakarta.
Pada tahun 2000, dengan keluarnya SK Menteri Pertanian nomor
84/Kpts/OT.210/2/2000, tanggal 29 Januari 2000 berubah menjadi Balai Diklat
Pertanian (BDP) Lembang. Dengan keluarnya SK Mentan Nomor:
355/Kpts/OT.210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP mendapatkan kenaikan Eselon
menjadi IIIA dan berganti nama menjadi Balai Diklat Agribisnis Hortikultura
(BDAH). Dengan adanya perkembangan IPTEK dan era globalisasi serta kebutuhan
dari wilayah binaan yang semakin kompleks secara nasional, berdasarkan SK Mentan
No. 487/Kpts/OT.160/10/2003 tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang
berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama Balai Besar Diklat Agribisnis
Hortikultura (BBDAH) yang mempunyai tugas melaksanakan diklat keahlian dan
pengembangan teknik diklat dibidang Agribisnis hortikultura dalam rangka
peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pelatihan di
bidang pertanian, dilakukan penataan kembali Organisasi dan Tata Kerja dengan
perubahan nama lembaga menjadi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang
berdasarkan Peraturan Mentan No. 15/Permentan/OT.140/2/2007 dengan tugas
melaksanakan dan mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan
kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian.

5
Kini, dengan adanya Peraturan baru Menteri Pertanian tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang, melalui Peraturan Menteri Pertanian No.
101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013, bahwa tugas BBPP
Lembang yaitu melaksanakan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis dan
profesi, mengembangkan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang
pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian.

Pusat Inkubator Agribisnis


Fakta empiris menyatakan bahwa sektor pertanian, perikanan dan perkebunan
masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan
kesejahteraan umum telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk mencanangkan
program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK). Revitalisasi
merupakan pernyataan politik pemerintah untuk membalikkan tren penurunan dan
mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. Faktor kunci
program RPPK adalah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui
renovasi, penumbuh-kembangan dan restrukturisasi agribisnis, kelembagaan maupun
infrastruktur penunjang. Dengan demikian, revitalisasi pertanian merubah paradigma
pembangunan pertanian yang sebelumnya lebih berorientasi pada peningkatan
produksi ke arah paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi pada
peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
pertanian.
Sub sektor hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang
memiliki potensi untuk dikembangkan melalui program RPPK. Potensi tersebut
didasarkan pada keunggulan komparatif yang bersumber dari ketersediaan sumber
daya domestik serta keunggulan kompetitif yang bersumber dari potensi pasar
domestik dan pasar ekspor. Ketersediaan sumber daya domestik seperti kondisi lahan
dan agroklimat menjadi karakteristik khas atau faktor diferensiasi dalam
pengembangan komoditas hortikultura daerah tropis. Hal tersebut menjadi pendukung
pengembangan keunggulan kompetitif. Potensi pasar domestik diindikasikan dengan
konsumsi hortikultura per kapita di Indonesia masih rendah (di bawah rekomendasi
FAO) serta berpotensi untuk menggantikan komoditas hortikultura impor yang
cenderung meningkat setiap tahunnya. Demikian halnya terjadi pula pada potensi
pasar ekspor yang masih terbuka luas. Kedua sumber keunggulan tersebut menjadikan

6
komoditas hortikultura sebagai komoditas yang mempunyai nilai tinggi (high value
commodity).
Kondisi sub sektor hortikultura Indonesia menghadapi beberapa permasalahan
yang menjadi tantangan dalam pengembangan dan implementasi program RPPK.
Permasalahan tersebut di antaranya adalah (a) lahan pertanian yang semakin
menyempit yang menyebabkan usaha terfragmentasi dalam skala kecil, akses
pemasaran yang terbatas, (b) rendahnya akses kesumber daya produktif terutama akses
sumber permodalan, (c) penguasaan teknologi yang terbatas, dan (d) infrastruktur
pertanian dan perdesaan yang terbatas. Selain itu, terdapat tantangan lain yang harus
dihadapi sub sektor hortikultura, yaitu pertumbuhan pasar ritel modern dan semakin
meningkatnya tuntutan kualitas dan keamanan pangan.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Salah satu sumberdaya pengungkit yang
diharapkan mampu menjadi pendorong pemecahan permasalahan secara sistemik
adalah sumber daya manusia pertanian.Secara tradisional, pelaku usaha hortikultura
memiliki orientasi bisnis yang kuat, hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar
hasil usahanya ditujukan untuk pasar komersial. Berdasarkan hal tersebut, upaya yang
perlu dilakukan untuk mengembangkan pelaku usaha agribisnis hortikultura adalah
pengembangan kemampuan untuk meningkatkan skala usaha secara inovatif. Dengan
demikian, akan terjadi transformasi petani hortikultura menjadi “wirausaha agribisnis”
atau “agripreneur”.
Sejak tahun 2002, Balai Besar pelatihan pertanian (BBPP) Lembang telah
mendirikan Inkubator Agribisnis (IA) selain sebagai tempat sarana pelatihan dan
yang melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa Barat. Namun
demikian, bentuk pelayanan langsung yang diberikan kepada pelaku usaha pertanian
terbatas pada pola pendidikan dan latihan. Selain itu, proses tersebut belum
melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal tersebut belum
mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IA. Hal tersebut berdampak
pada belum terjadinya proses transformasi petani yang dibina menjadi wirausahawan.
Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi kelembagaan
Inkubator Agribsinis yang dimiliki BBPP Lembang selain mengembangkan usahanya
di bidang pertanian juga menjadi mediator dan transformator petani menjadi
wirausaha agribisnis.

7
2.1.2 Kondisi Geografis Tempat KKP
Lembang terletak di sebelah utara kota Bandung. Lembang adalah salah satu
kecamatan dari Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini dikelilingi
oleh beberapa pegunungan dengan luas wilayah 10.620.000 hektar, salah satunya
adalah Gunung Tangkuban Perahu yang merupakan gunung wisata paling dikenal, dan
menghasilkan Air Panas Ciater dan Air Terjun Maribaya. Lembang merupakan
kawasan Agrowisata dengan didukung oleh pemandangan yang indah, tumbuh
tanaman-tanaman hortikultura khususnya sayuran dan bunga, menjadikan Lembang
sebagai objek wisata terkenal di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.
BBPP Lembang berada di ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan serta rata-rata
kelembaban nisbi 84-89% sangatlah ideal BBPP Lembang menjadi pusat tempat
pelatihan, lokakarya, atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai
pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayuran, tanaman hias dan buah-
buahan dengan scope nasional dan internasional.

2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tempat KKP

Tugas Pokok BBPP Lembang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:


101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis dan profesi, mengembangkan
model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi aparatur
dan non aparatur pertanian.

Fungsi BBPP Lembang


- Penyusunan program, rencana kerja, anggaran, dan pelaksanaan kerjasama;
- Pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan;
- Pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang
pertanian;
- Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur;
- Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang hortikultura;

8
- Pelaksanaan pelatihan profesi di bidang hortikultura bagi aparatur dan non
aparatur;
- Pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian;
- Pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan
teknis di bidang pertanian;
- Pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di
bidang hortikultura;
- Pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;
- Pelaksanaan pemberian konsultasi di bidang pertanian;
- Pelaksanaan bimbingan lanjutan pelatihan di bidang pertanian bagi aparatur dan
non aparatur;
- Pelaksanaan pemberian pelayanan penyelenggaraan pelatihan fungsional bagi
aparatur, pelatihan teknis dan profesi, pengembangan model dan teknik pelatihan
fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur
pertanian;
- Pengelolaan unit inkubator usaha tani;
- Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelatihan di bidang pertanian;
- Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pelatihan serta pelaporan;
- Pelaksanaan pengelolaan sarana teknis;
- Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, dan
instalasi BBPP Lembang.

Tujuan Pusat Inkubator Agribisnis


Sebagai bagian dari institusi pelayanan publik dalam bidang agribisnis,
pengembangan kelembagaan IA Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan SDM Staf Teknis Inkubator Agribisnis dengan
melaksanakan berbagai kegiatan usaha tani sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Menjadi mediator dan transfomator dalam pengembangan agripreneur-
agripreneur baru di Indonesia.
c. Menciptakan jejaring kerja (networking) bagi agripreneur, pemerintah dan
berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dengan berbagai kompetensi
yang dimiliki oleh BBPP Lembang secara maksimal dan melembaga.

9
2.2.1 Visi dan Misi Tempat KKP
a. Visi
Menjadi Lembaga Pelatihan yang andal untuk menghasilkan SDM
Pertanian yang profesional dalam mendukung industri pertanian yang berdaya
saing.
b. Misi
- Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja.
- Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta produktivitas
instalasi agribisnis.
- Meningkatkan sistem managemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai sistem
mutu yang berkualitas (ISO - 9001:2008).
- Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan program
pelatihan berbasis kompetensi.
- Melaksanakan pengembangan teknik pelatihan hortikultura dan melaksanakan
pelatihan teknis, fungsional, dan kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur
pertanian sesuai dengan standar kompetensi kerja (SKK) dalam rangka
mewujudkan 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian.
- Meningkatkan profesionalisme widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan sesuai
keahlian untuk mencapai 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian.
- Meningkatkan kerjasama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan pelatihan
kerjasama luar negeri.
- Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelatihan
dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel.
- Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penatausahaan dan rumah tangga
balai yang transparan dan akuntabel.

10
2.3 Struktur Organisasi

2.3.1 Struktur organisasi BBPP Lembang

11
2.3.2 Struktur organisasi Pusat Inkubator Agribisnis

E. Kusnadi Euis Kurniati, SP Teten Cahya M, Encang Solihin


Pelaksana Unit A.Md
Pelaksana Unit Pelaksana Unit
Pembelajaran Pembelajaran Pelaksana Unit Pembelajaran
Produksi
Pengolahan Hasil Pembelajaran Kemitraan Usaha
Promosi dan

12
BAB III

HASIL KEGIATAN KKP DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan KKP yang Dilakukan

a. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan kuliah kerja profesi dilakukan terhitung mulai Senin, 23 Juni 2014
sampai dengan Senin, 21 Juli 2014 di rumah screen komoditas kentang G0 pada
lahan Inkubator Agribisnis di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.
b. Metode Kerja
 Magang
Magang dilakukan pada bidang hidroponik kentang secara aeroponik di rumah
screen Inkubator Agribisnis BBPP Lembang. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pemeliharaan yang meliputi: sanitasi screen, penyiraman, pemeriksaan nozle,
penambahan larutan nutrisi, pengecekan EC, RH dan Suhu, pengikatan batang,
perompesan daun, pengendalian HPT dan pemanenan.
 Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mencari referensi dan literatur dengan membaca
literatur yang terdapat di perpustakaan dan dari internet yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan, yaitu penanaman kentang G0 secara hidroponik dengan
sistem aeroponikyang digunakan untuk menyusun laporan akhir.
 Dokumentasi Kegiatan
Dokumentasi kegiatan dilakukan pada setiap kegiatan yang dilakukan untuk
melengkapi atau memperjelas hal-hal dalam penulisan laporan.
 Penulisan Laporan
Penulisan laporan dilakukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan di rumah
screen Inkubator Agribisnis BBPP Lembang pada komoditas kentang G0.

3.2 Hasil Kegiatan KKP

Tanaman kentang yang sedang di budidayakan di inkubator agribisnis BBPP adalah


varietas Granola yang di tanam dengan sistem aeroponik di dalam screenhouse pada
tanggal 5 mei 2014. Tujuan dari penanaman ini adalah untuk menghasilkan kentang

13
G0. Kegiatan penanaman kentang G0 aeroponik dimulai dari persiapan screen hingga
panen. Namun, pada kegiatan KKP (Kuliah Kerja Profesi), kegiatan yang kami lakukan
hanya meliputi pemeliharaan hingga panen saja.

Gambar 1. Media aeroponik di screenhouse BBPP

3.2.1 Persiapan Benih Kentang


Benih yang digunakan yaitu hasil dari perbanyakan kultur jaringan dan
masih dalam bentuk planlet kemudian di aklimatisasi dengan menggunakan
media tanaman arang sekam, sebelum di aklimatisasi benih di bersihkan dari
media supaya agar tidak membusuk dan menyebabkan timbulnya penyakit.
Selanjutnya dilakukan penyetekan pada benih yang berumur 2 minggu, yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman secara cepat dengan sedikit indukan.

3.2.2 Penanaman Benih Kentang


Sebelum melakukan penanaman, langkah pertama yang dilakukan adalah
mempersiapkan bak yang akan ditanami dengan di tutup Styrofoam dan
mengecek nozle supaya aliran airnya berjalan lancar. Apabila instalasi
mengalami gangguan, akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang.
Membersihkan tanaman dari sisa-sisa media aklimatisasi sebelum
dipindahkan ke dalam lubang stryrofoam yang telah disiapkan, kemudian
ditutup dengan menggunakan rockwool atau busa.

14
Gambar 2.Rockwoolsebagai penahan tanaman

3.2.3 Penutupan paranet

Penutupan paranet atau sungkup dilakukan setiap hari dari pukul 10.00-
15.00. Penutupan paranet ini bertujan untuk menjaga suhu dan kelembaban di
dalam screen saat siang hari. Apabila suhu tinggi dan kelembaban di dalam
screen rendah, tanaman kentang akan mengalami kekeringan dan layu.

Gambar 3.Penutupan paranet Gambar 4. Paranet telah dibuka

3.2.4 Pemeliharaan
1. Sanitasi Screen
Pada kegiatan ini dilakukan pembersihan gulma, sampah serta sisa-sisa
tanaman di dalam screenhouse yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
kentang. Kegiatan ini dilakukan setiap hari agar lingkungan di dalam screen
tetap terjaga kebersihannya dan tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yang ditujukan untuk mengatur
kelembaban di sekitar pertanaman kentang.Penyiraman tersebut dilakukan pada
sekitar lantai screenhouse bukan langsung pada tanamannya. Apabila
kelembaban di dalam screen rendah tanaman akan mengalami kekeringan.

15
3. Pemeriksaan Nozle
Pemeriksaan nozle dilakukan setiap hari dengan mengecek nozle yang ada
di dalam bak fiber apakah ada yang tersumbat atau tidak, jika ada yang
tersumbat dilakukan pencabutan nozle dari selang PE lalu dibersihkan dengan
menggunakan lidi.Setelah dilakukan pembersihan, nozle dipasang kembali ke
selang PE. Kegiatan ini sangat penting karena apabila terdapat nozle yang
tersumbat tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi.
4. Pemberian nutrisi
Nutrisi yang diberikan merupakan larutan nutrisi untuk tanaman
hortikultura yaitu buana A dan B mix yang memiliki kepekatan 200
konsentrasi. Dalam larutan nutrisi tersebut terkandung unsur hara makro dan
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam
buana A:NO3, NH4, CaNO4, dan tenso Fe.Unsur hara yang terkandung dalam
buana B: H2PO4, K2SO4,SO4,Mg, NO3, H3BO3, Mo, Cu, Mn, dan Zn.

Gambar 5. Pencampuran larutan nutrisi A dan B

5. Pemeriksaan EC(electro conductivity), RH dan Suhu


Pemeriksaan EC dilakukan setiap hari dengan menggunakan EC meter
sedangkan untuk pengukuran RH dan suhu dilakukan dengan menggunakan
thermo hygrometer pengecekan dilakukan tiga kali dalam sehari pada pukul
08.00; 12.00 dan 15.00. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan
nutrisi, kelembaban dan suhu pada tanaman kentang.

16
Gambar 6.EC meter Gambar 7. Thermo hygrometer

6. Pengajiran
Pemberian ajir dilakukan agar tanaman kentang tidak mudah robah dan
berdiri tegak.Ajir diberikan pada saat benih kentang berumur sekitar 25 - 30
HST untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman tegak ke atas.Ajir terbuat
dari potongan bambu atau kayu yang ditancapkan di sebelah lubang tanam.

Gambar 8. Pemasangan ajir pada tanaman kentang

7. Pengikatan batang
Pengecekan batang pada tanaman kentang dilakukan setiap hari untuk
memastikan tanaman tidak robah dan tetap tegak.Jika terdapat tanaman yang
tidak tegak dan belum diikat pada ajir, dilakukan pengikatan batang pada ajir
agar tanaman tidak rebah.

17
Gambar 9. Pengikatan batang pada tanaman kentang

8. Perompesan daun
Perompesan daun dilakukan jika ditemukan daun yang sudah tua dan daun
yang terserang hama dan penyakit. Pengecekan daun dilakukan setiap hari
untuk menjaga pertumbuhan tanaman tetap optimal.

Gambar 10. Daun yang telah dirompes

9. Pengendalian HPT
Pengecekan tanaman yang terserang oleh hama dan penyakit dilakukan
setiap hari dan pengendalian dilakukan dengan pemberian pestisida dua kali
seminggu pada sore hari. Pada pertanaman kentang aeroponik ini ditemukan
hama trips dan penyakit yang ditemukan adalah penyakit hawar daun atau
busuk daun.

3.2.5 Pemanenan
1. Pengeringan dan Penjemuran
Penjemuran bertujuan untuk menurunkan kadar air tanaman sampai titik
tertentu untuk mencegah pembusukan. Sebelum dijemur, dilakukan
pengeringan dengan menghentikan pemberian nutrisi sehingga tanaman
akanmengalami stress dan akan mengering. Pengeringan ini dilakukan pada

18
tanggal 5 Juli 2014 dalam jangka waktu satu minggu dilanjutkan dengan
pemanenan pada tanggal 11 juli dan penjemuran selama 2 hari.

Gambar 11. Penjemuran umbi kentang sebelum dipanen

2. Sortasi dan Grading


Setelah dilakukan penjemuran tanaman kentang G0, dilakukan sortasi dan
grading. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi yang busuk dan tidak
layak.Umbi yang busuk atau sakit dipisahkan lalu dibuang.Sementara itu, umbi
yang sehat dan mulus dikelompokkan berdasarkan ukuran umbinya (grading).
3. Penyimpanan
Penyimpanan benih kentang dilakukan di dalam ruangan dengan
kelembaban sekitar 65-85%, suhu berkisar 16-25oC selama 3-4 bulan.

Gambar 12. Tempat penyimpanan kentang

3.3 Pembahasan

3.3.1 Persiapan Screen

Greenhouse didefinisikan sebagai bangunan tertutup yang transparan untuk


menumbuhkan atau melindungi tanaman atau istilah lain didefinisikan sebagai
19
sebuah bangunan yang dapat menyediakan kondisi optimal untuk pertumbuhan
tanaman secara memuaskan sepanjang tahun. Faktor yang berpengaruh seperti
suhu, sinar matahari, kelembaban, dan udara disediakan, dipertahankan dan
didistribusikan secara merata dalam greenhouse pada level yang optimal
(Enoch dan Enoch, 1998).
Adapted greenhouse adalah konstruksi bangunan tanam yang menekankan
bukaan ventilasi selebar mungkin untuk mendapatkan suhu dan kelembaban
udara didalam hampir sama (adapted) dengan cuaca diluar greenhouse.Struktur
greenhouse di daerah tropis sering menggunakan sisinya untuk melindungi dan
mengontrol suhu dengan menggunakan ventilasi alamiah maupun terkontrol
dengan dilapisi net (screen) yang mampu mengurangi serangan serangga dan
hama (Jensen, 2000).Screenhouse memang banyak dikembangkan di daerah
tropis bertujan untuk menghindari penggunaan sistem pendingin buatan (fan,
pad cooling atau air conditioner lainnya) yang memerlukan biaya operasional
dan investasi yang mahal.
Screenhouse di Indonesia biasanya dibuat dengan menggunakan bahan dari
bambu atau kayu dengan beratapkan plastic UV dan berdindingkan kain
kasa.Konstruksi bangunan disesuaikan dengan kondisi lahan.Pada lahan yang
miring biasanya harus dibuat pondasi terlebih dahulu, tetapi pada lahan yang
datar bisa dibuat pondasi ataupun tanpa pondasi.
Screenhouseyang terdapat di inkubator agribisnis BBPP lembang berukuran
100m2dengan pondasi rangka besi, beratapkan plastik UV dan menggunakan
dinding kasa. Terdapat ventilasi di atap screen agar sirkulasi udara lancar.
Terdapat naungan paranet hitam yang dapat buka tutup sesuai kebutuhan
tanaman.
Pembuatan instalasi untuk pertanaman dengan menggunakan bak yang
terbuat dari fiber glass atau plastik lainnya yang atasnya ditutup dengan
Styrofoam dan dibungkus dengan mulsa.Fiber glass pada screenhouse
berukuran 4 x 1 m. Styrofoam yang sudah tertutup mulsa kemudian dilubangi
dengan jarak tanam 20 x 15 cm. Dalam bak tersebut terdapat instalasi yang
terbuat dari selang PE 16 mm dan di atas selang tersebut terdapat nozle. Drum
yang berisi larutan nutrisi yang selanjutnya dialirkan ke selang PE melalui pipa
dengan bantuan mesin pompa air dengan daya listrik 500 watt, sehingga larutan
nutrisi tersebut akan keluar melalui nozle.

20
Gambar 13.Bak pada sistem aeroponik Gambar 14.Nozle di dalam bak.

Sterilisasi adalah proses pensterilan atau pembersihan screen dari


mikroorganisme yang dapat merugikan tanaman. Terdapat beberapa bahan yang
sering digunakan dalam sterilisasi antara lain cairan wipol, Lysol, formalin dan
beberapa jenis pestisida. Dalam penggunaannya, dapat dilakukan dengan cara:
1) Lysol dengan konsentrasi 3-5cc/liter air disemprotkan ke seluruh
bagian screenhouse.
2) Formalin 5% dengan konsentrasi 5cc/liter air disemprotkan ke
seluruh bagian screenhouse.

Sterilisasi yang dilakukan di screenhouseinkubator agribisnis BBPP


Lembanglebih sering menggunakan Lysol dikarenakan biaya yang dikeluarkan
lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan formalin.

3.3.2 Persiapan Benih Kentang


Benih yang digunakan yaitu hasil dari perbanyakan kultur jaringan dan
masih dalam bentuk planlet kemudian di aklimatisasi dengan menggunakan
media tanaman arang sekam selama dua minggu, sebelum di aklimatisasi benih
di bersihkan dari media supaya tidak membusuk dan menyebabkan timbulnya
penyakit.Selanjutnya dilakukan penyetekan pada benih yang berumur 2 minggu
setelah aklimatisasi, yang bertujuan untuk memperbanyak tanaman secara cepat
dengan sedikit indukan.Penyetekan dilakukan sebanyak tiga kali dalam jangka
waktu masing – masing selama dua minggu.
Media yang digunakan yaitu arang sekam yang terlebih dahulu sudah
disterilkan.Setelah tanaman berumur 8 minggu atau telah memiliki 4 – 6 helai
daun, maka tanaman tersebut sudah bisa di pindah ke lahan pertanaman
aeroponik (screenhouse).

21
Adapun cara pembuatan media aklimatisasi adalah sebagai berikut :
1. Mediayang digunakan adalah arang sekam yang sebelumnya sudah di
sterilkan
2. Media arang sekam kemudian dimasukkan ke dalam tray persemaian

3.3.3 Penanaman Benih Kentang


Sebelum melakukan penanaman, langkah pertama yang dilakukan adalah
mempersiapkan bak yang akan ditanami dengan di tutup Styrofoam dan
mengecek nozle supaya aliran airnya berjalan lancar. Apabila instalasi
mengalami gangguan, akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang.
Tanaman yang berumur 8 minggu atau mempunyai 4 - 6 helai daunmaka
tanaman tersebut sudah bisa ditanam di dalam screen.Sebelum ditanam terlebih
dahulu dilakukan sortasi tanaman, selanjutnya tanaman tersebut di ambil dari
media aklimatisasi dan di bersihkan, lalu akar tanaman dicuci dengan air
sampai bersih.
Benih yang sudah bersih dari media, direndam dengan fungisida dan
bakterisida agar terhindar dari serangan fungi dan bakteri.Tanaman yang telah
di rendam di dalam fungisida dan bakterisida segera di tanam pada styroform
dengan dibungkus rockwool atau busa.Sebaiknya waktu antara pencabutan dan
pindah tanam harus dilakukan secepatnya karena benih rentan terhadap
kekeringan.

3.3.4 Penyulaman

Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dengan
tanaman yang baru, sejenis dan seragam pertumbuhannya.Penyulaman
bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi optimal dalam satu luasan
lahan.Penyulaman dilakukan 1 – 2 minggu setelah tanam agar pertumbuhan
tanaman seragam. Apabila tidak dilakukan penyulaman, populasi tanaman akan
berkurang sehingga hasil produksi menurun.

3.3.5 Penutupan paranet

Penutupan paranet yang dilakukan pada siang hari bertujan untuk


mengurangi intensitas penyinaran sehingga suhu dan kelembaban tetap terjaga
di dalam screen.Kombinasi suhu rendah dengan penyinaran matahari yang

22
relatif pendek dapat berpengaruh baik terhadap pembentukan dan
perkembangan umbi kentang (Hendra Gunawan, 2009).Apabila suhu tinggi dan
kelembaban di dalam screen rendah, tanaman kentang akan mengalami
kekeringan dan layu.Sehingga kegiatan penutupan paranet perlu diperhatikan
untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk.

3.3.6 Pemeliharaan

3.3.6.1 Sanitasi Screen

Sanitasi screen adalah pembersihan yang dilakukan di dalam screenhouse.


Pada kegiatan ini dilakukan pembersihan gulma, sampah serta sisa-sisa tanaman
di dalam screenhouse yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kentang.
Kegiatan ini penting dilakukan agar lingkungan di dalam screen tetap terjaga
kebersihannya dan tidak menjadi sarang hama dan penyakit.

3.3.6.2 Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yang ditujukan untuk mengatur
kelembaban di sekitar pertanaman kentang.Penyiraman tersebut dilakukan pada
sekitar lantai screenhouse bukan langsung pada tanamannya.Kelembaban yang
di kehendaki oleh tanaman kentang agar dapat tumbuh optimum berkisar antara
70-90%.Apabila kelembaban di dalam screen rendah tanaman akan mengalami
stress karena kekeringan.

3.3.6.3 Pemeriksaan Nozle


Pemeriksaan nozle dilakukan dengan mengecek nozle yang ada di dalam
bak fiber apakah ada yang tersumbat atau tidak, jika ada yang tersumbat
dilakukan pencabutan nozle dari selang PE lalu dibersihkan dengan
menggunakan lidi.Setelah dilakukan pembersihan, nozle dipasang kembali ke
selang PE.Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga tekanan pompa tetap
tinggi yang dapat berpengaruh langsung pada pemberian nutrisi untuk tanaman.
Apabila tekanan pompa kurang tinggi akan menyebabkan nozle
mengeluarkan butiran air kasar bukan kabut, sehingga jumlah oksigen dalam
butiran air menurun. Semakin kecil butiran air, maka permukaan butiran air
semakin luas.Semakin luas permukaan butiran air, maka persinggunggan

23
dengan udara semakin banyak, sehingga kemungkinan penambatan oksigen
oleh butiran air semakin besar. Selama perjalanan dari nozle ke akar, butiran air
akan menambat oksigen dari udara sehingga jumlah oksigen dalam butiran air
meningkat dan baik untuk perkembangan tanaman (Agus Suryono dan Ratna
Sari Dewi 2012).

3.3.6.4 Pemberian nutrisi


Nutrisi yang diberikan merupakan larutan nutrisi untuk tanaman
hortikultura yaitu buana A dan B mix yang memiliki kepekatan 200
konsentrasi. Dalam larutan nutrisi tersebut terkandung unsur hara makro dan
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam
buana A: NO3, NH4, CaNO4, dan tenso Fe.Unsur hara yang terkandung dalam
buana B: H2PO4, K2SO4,SO4, Mg, NO3, H3BO3, Mo, Cu, Mn, dan Zn.

Cara pemberian larutan nutrisi :


Pada fase vegetatif kepekatan larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
adalah 1,5-2,5 mS (milli siemen) sedangkan pada fase generatif kepekatan
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman adalah 2-3 mS. Tanaman
kentang yang ada pada screenhouse ada pada fase generatif, sehingga jika
kepekatan larutan nutrisi kurang dari 2 mS maka ditambahkan larutan nutrisi
dengan cara mencampurkan larutan A dan larutan B masing - masing sebanyak
1L pada 200L air, tetapi dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrsinya.

3.3.6.5 Pemeriksaan EC(electro conductivity), RH dan Suhu


Hasil pengukuran EC, RH dan Suhu :
EC rata-rata :
- Pagi : 2,53 mS
- Siang : 2,64 mS
RH rata-rata :
- Pagi : 59,5 %
- Siang : 21 %
Suhu rata-rata :
- Pagi : 19,4oC
- Siang : 25,85oC
24
Pada fase vegetatif kepekatan nutrisi yang optimal yaitu antara 1,5 mS– 2,5
mS sedangkan pada masa generatif kepekatan nutrisi yang optimal antara 2,5
mS – 3 mS. Dari hasil pengukuran EC, dapat dilihat bahwa rata-rata EC yang
kami ukur pada pagi dan siang hari sudah memenuhi kriteria kebutuhan nutrisi
tanaman kentang pada fase generatif.

Menurut Whipken dan Cavins dalam Arif (2008), kepekatan nutrisi


mempengaruhi banyaknya ion yang terkandung di dalam larutan nutrisi
tersebut. Jika nutrisi memiliki banyak ion maka akan lebih mudah diserap oleh
tanaman. Pada fase generatif, tanaman membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk
pertumbuhannya sehingga kepekatan nutrisi yang diberikan pada fase tersebut
lebih tinggi daripada fase vegetatif.Namun perlu diperhatikan, tingkat
kepekatan nutrisi yang diberikan tidak boleh melebihi ambang batas yang
dianjurkan. Karena apabila nilai kepekatan terlalu tinggi akan menyebabkan
tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi lebih tinggi. Sedangkan apabila
nilai kepekatan terlalu rendah akan menyebabkan produktivitas tanaman
menurun.

Suhu yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman kentang yang optimum


berkisar antara 180 – 240 C dengan kelembaban 70 – 90 %. Dari hasil
pengukuran suhu dan kelembaban, dapat dilihat rata-rata suhu dan kelembaban
pada pagi hari 19,4oC dan 59,5%. Sedangkan rata-rata suhu dan kelembaban
pada siang hari 25,85OC dan 21%.Dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban
yang telah dilakukan, menunjukan penanaman kentang yang dilakukan pada
screenhousesudah memenuhi kriteria pertumbuhan kentang yang
optimum.Tetapi dari hasil pengukuran kelembaban, kelembaban yang ada di
dalam screen masih di bawah standar untuk mencapai pertumbuhan kentang
yang optimum.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebenarnya sudah di pasang


paranet di dalam screenhouse, dan juga dilakukan penyiraman di sekitar lantai
screenhouse pada siang hari, tetapi ternyata belum dapat menaikkan
kelembaban udara di dalam screen. Harus dilakukan rekayasa lain untuk
menaikkan kelembaban di dalam screen sehingga pertumbuhan tanaman
kentang dapat optimum.

25
3.3.6.6 Pengajiran
Pemberian ajir dilakukan agar tanaman kentang tidak mudah rebah sehingga
dapat berdiri tegak.Ajir diberikan pada saat benih kentang berumur sekitar 25 -
30 HST untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman tegak ke atas.Ajir
terbuat dari potongan bambu atau kayu yang ditancapkan di sebelah lubang
tanam.

3.3.6.7 Pengikatan batang


Pengecekan batang pada tanaman kentang dilakukan setiap hari untuk
memastikan tanaman tidak rebah dan tetap tegak.Jika terdapat tanaman yang
tidak tegak dan belum diikat pada ajir, dilakukan pengikatan batang pada ajir
agar tanaman tidak rebah.Jarak antar ikatan batang pada ajir, sekitar dua ruas
batang tanaman.

3.3.6.8 Perompesan daun


Perompesan daun dilakukan jika ditemukan daun yang sudah tua serta daun
yang terserang hama dan penyakit. Pengecekan daun dilakukan setiap hari
untuk menjaga pertumbuhan tanaman tetap optimal. Jika daun tua tidak
dirompes akan menghambat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan sebab
aliran nutrisi akan tetap disalurkan ke daun yang tua. Daun yang terkena
penyakit juga harus secepatnya di rompes, apabila dibiarkan penyakit akan
menyebar dari satu tanaman ke tanaman lainnya sehingga akan berpengaruh
terhadap penurunan hasil produksi.

3.3.6.9 Pengendalian HPT


Pengecekan tanaman yang terserang oleh hama dan penyakit dilakukan
setiap hari dan pengendalian dilakukan dengan pemberian pestisida dua kali
seminggu pada sore hari. Pada pertanaman kentang aeroponik ini ditemukan
hamatrips dan penyakit yang ditemukan adalah penyakit busuk daun.
Gejala yang dilihat daun berwarna kuning keperak-perakan atau kekuningan
seperti perunggu, terdapat daun berkerut diperkirakan disebabkan oleh hama
trips. Terdapat pula gejala bercak hijau pucat sampai coklat dengan bentuk yang
tidak beraturan, diperkirakan disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans.

26
Pengendalian yang dilakukan dalam screen untuk mengendalikan hama dan
penyakit yang ada pada tanaman kentang yaitu pengendalian mekanik
menggunakan tangan dan pengendalian kimiawi dengan menggunakan
pestisida. Pestisida yang digunakan dalam mengendalikan hama dan penyakit
terdiri dari fungsida dan insektisida.

Fungisida yang digunakan yaitu :


o Bion M (powder) yang terdiri dari bahan aktif Asibensolar-S-Metil
1% ; Mankozeb 48% dan diaplikasikan di satu bulan pertama (1x1
bulan) dengan dosis 1,25 – 2,5 g/Liter, interval penyemprotan 7 hari
dengan cara kerja sistemik dan kontak
o Ridomil Gold yang terdiri dari bahan aktif Mefenoksam 4% ;
Mankozeb 64% dan diaplikasikan pada bulan kedua apabila terlihat
gejala yang tinggi (2x1 bulan) dengan konsentrasi 1,5-3gr/L air
,interval penyemprotan 1 minggu dengan cara kerja sistemik dan
kontak.
o Score 250 EC yang terdiri dari bahan aktif Difenokonazol 250 g/liter
dengan konsentrasi pemakaian 0,25-0,5ml/L ,interval penyemprotan
7-14 hari dengan cara kerja sistemik.

Insektisida yang digunakan yaitu :

 Agrimec 18 EC yang terdiri dari bahan aktif Abamectin 18.4 g/liter


dan diaplikasikan apabila gejala serangan berat dengan konsentrasi
0,5-1 ml/L air , interval penyemprotan 7-14 hari tergantung dari
tingkat serangan hama dengan cara kerja translaminar ke dalam
jaringan tanaman, dan sebagai racun kontak juga racun perut
terhadap hama sasaran.
 Callicron 500 EC yang terdiri dari bahan aktif Profenofos 500 g/liter
dengan konsentrasi 2ml/L air , interval penyemprotan 7 hari atau
sesuai tingkat serangan hama dengan cara kerja translaminar ke
dalam jaringan tanaman, dan sebagai racun kontak juga racun perut
terhadap hama sasaran.

Untuk Mengatasi serangan penyakit busuk daun dapat dilakukan beberapa


carapengendalian yang tepat untuk, yaitu:

27
1) Pemilihan Bibit
2) Sanitasi Lapangan
3) Pengaturan Jarak Tanam
4) Mencabut dan membakar tanaman sakit
5) Penanaman varietas kentang yang tahan
6) Penyemprotan dengan fungisida

Fungisida yang digunakan jangan hanya satu jenis, sebab pemakaian


fungisida satu jenis secara terus menerus akan menimbulkan sifat resisten pada
cendawan. Cara ini merupakan alternatif terakhir yang diterapkan untuk
menekan serangan penyakit. Sejak tahun 1970-an di antara fungisida protektan
(kontak) yang banyak dipakai adalah mankozeb, propineb, dan kaptafol, dengan
kadar 0,2-0,3% atau 2-3 kg/ha ( Anon., 2002), meskipun di samping itu, dewasa
ini terdapat banyak fungisida yang diizinkan untuk pengendalian P.infestans
pada kentang (Anon., 2002).

Pemakaian fungisida kontak, misalnya mankozeb yang diikuti dengan


fungisida sistemik, misalnya metalaksil, secara bergilir memberikan hasil yang
baik (Suryaningsih dan Suhardi, 1994). Di dalam pengendalian hama terpadu
(PHT) dewasa ini dianjurkan agar penyemprotanya dilakukan jika terdapat satu
bercak aktif per 10 tanaman sampel. Yang dimaksud dengan bercak aktif adalah
bercak Phytophthora segar yang membentuk banyak spora yang tampak seperti
tepung putih. Penyemprotan dilakukan dengan fungisida sistemik, misalnya
metalaksil, yang diikuti dengan tiga kali penyemprotan fungisida kontak yang
sudah diuraikan diatas (Duriat et al 1994).

Untuk Mengatasi serangan hama trips dapat dilakukan beberapa cara


pengendalian yang tepat untuk, yaitu:

1. Pengendalian secara bercocok tanam, penyiraman tanaman kentang


terserang, pada siang hari untuk menurunkan suhu di sekitar pertanaman dan
menghilangkan nimfa trips yang menempel pada daun.

2. Pengendalian fisik, dengan cara pemasangan perangkap berwarna kuning


berperekat sebanyak 80 – 100 per hektar.

28
3. Pengendalian biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator
kumbang macan Coccinellidae.

4. Pengendalian kimia, dengan menggunakan insektisida yang diizinkan


oleh Menteri Pertanian yaitu Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil
25 EC atau Dicarzol 25 SP.

3.3.7 Pemanenan

1. Pengeringan dan Penjemuran

Penjemuran bertujuan untuk menurunkan kadar air tanaman sampai titik


tertentu untuk mencegah pembusukan umbi, kadar air umbi yang disarankan
agar benih kentang aman disimpan sekitar 40-45%. Sebelum dijemur, dilakukan
pengeringan dengan menghentikan pemberian nutrisi ke dalam bak fiber
sehingga tanaman tidak mendapatkan air dan nutrsi (selama 6 hari),diharapkan
tanaman akanlayu dan mengering.

2. Sortasi dan Grading

Setelah dilakukan penjemuran tanaman kentang G0 selama dua hari, umbi


dipisahkan dari stolon dan di taruh ke dalam keranjang. Sortasi adalah proses
pemilihan untuk memisahkan umbi yang sehat dan umbi yang busuk serta tidak
layak.Umbi yang busuk atau sakit dipisahkan lalu dibuang.Umbi yang sehat dan
mulus dikelompokkan berdasarkan ukuran umbinya (grading).Umbi
dikelompokkan menjadi dua bagian, yang ukurannya sedang sampai besar dan
yang memiliki ukuran kecil.

3. Penyimpanan

Penyimpanan benih kentang dilakukan di dalam ruangan dengan


kelembaban sekitar 70-85%, sirkulasi udara baik, suhu rendah sekitar 4oC
(dalam ruangan pendingin). Lama penyimpanan terbaik antara 6-7 bulan, akan
tetapi jika disimpan dalam ruangan tanpa pendingin, kira-kira 3-6 bulan dengan
suhu 16-25oC. Sebelum penyimpanan, harus dipastikan tidak terdapat hama dan
penyakit yang terbawa pada benih kentang. Karena saat penyimpanan, resiko
terserang hama dan penyakit cukup tinggi. Oleh karena itu kondisi ruang

29
penyimpanan harus diperhatikan. Ventilasi sebaiknya ditutup dengan kasa agar
hama tidak dapat masuk.Ruang penyimpanan harus di tutup dari pagi hingga
malam supaya udara di ruangan tetap sejuk.
Setelah dipanen dari screen house dan dilakukan sortasi serta grading, benih
kentang G0 disimpan di dalam ruangan penyimpanan inkubator agribisnis.
Terdapat beberapa kekurangan di dalam ruang penyimpanan tersebut, seperti:
ruangan yang kurang bersih dan terawat, ventilasi tidak menggunakan kasa anti
serangga, pintu yang seringkali terbuka dan kondisi ruangan yang sempit serta
banyaknya barang-barang yang tidak terpakai.Ruangan penyimpanan benih
kentang G0 yang ada di inkubator agribisnis BBPP lembang dapat dikatakan
tidak sesuai dengan kriteria kondisi penyimpanan yang baik.

3.3.8 Pasca Panen

1. Pengemasan dan Pengangkutan


Pengemasan ditujukan untuk tujuan pemasaran , baik pada perusahaan di
bidang pertanian atau instansi/balai-balai di bidang pertanian. Pengemasan
dilakukan dengan menempatkan benih kentang pada wadah penyimpanan,
wadah penyimpanan harus dapat menjaga kondisi benih kentang dari sinar
matahari langsung dan kelembapan yang terjaga. Wadah penyimpanan dan
menggunakan waring atau wadah lainnya. Pengemasan pada benih kentang
tersebut dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi luka mekanis pada benih
kentang yang akan dikemas. Benih yang mengalami luka mekanis
mengakibatkan benih tersebut menjadi busuk dan tidak dapat ditanam.
Pengangkutan dilakukan setelah benih kentang dikemas dalam wadah,
benih yang telah dikemas diangkut dalam angkutan pengangkut yang tersedia
tergantung dengan perusahaan/instansi terkait dan jarak yang ditempuh dalam
proses pengiriman. Proses pengangkutan dilakukan secara hati-hati dengan
pengangkutan yang baik agar tidak merusak benih dalam wadah dan juga
menjaga suhu dan kelembapan dalam proses pengiriman dengan menjauhkan
dari sinar matahari langsung agar kadar air dan vigor dari benih kentang
tersebut tetap dalam kondisi baik.

30
2. Pemasaran
Pemasaran pada benih kentang tidak menjadi prioritas utama ,biasanya
dilakukan sesuai dengan permintaan. Benih kentang dari generasi G0 tidak
selalu dipasarkan, melainkan juga di tanam kembali menjadi generasi
selanjutnya dalam lahan-lahan di sekitar balai yang telah dibuat khusus untuk
tanaman kentang .Alur permintaan dalam pemasaran benih kentang biasanya
dikirim pada penangkar benih yang telah mengadakan kontak kerja
sebelumnya.

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

 Keuntungan menggunakan teknik aeroponik selain praktis, tidak perlu


menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang steril, menghasilkan
umbi sehat dan bersih, tetapi produksi tinggi (10 x lipat dibanding cara
konvensional).
 Tanaman kentang yang dibudidayakan adalah kentang varietas Granola. Umbi
berbentuk oval, berkulit kuning sampai putih, Daging umbi berwarna kuning,
tahan terhadap PVA dan PVY, namun agak peka terhadap layu bakteri
Pseudomonas solanacearum dan busuk daun Phytophthora infestans
 Kegiatan yang dilakukan meliputi pemeliharaan yang meliputi: sanitasi screen,
penyiraman, pemeriksaan nozle, penambahan larutan nutrisi, pengecekan EC,
RH dan Suhu, pengikatan batang, perompesan daun, pengendalian HPT dan
pemanenan
 Pemberian nutrisi padafase vegetatif kepekatan larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman adalah 1,5-2,5 mS (milli siemen) sedangkan pada fase generative
kepekatan larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman adalah 2,5-3 mS.
 Dalam screenhouse, tanaman kentang aeroponik mengalami serangan penyakit
seperti hawar daun yang disebabkan oleh Pyhtopthora infestans, pengendalian
dengan menyemprotkan pestisida dengan fungisida berbahan aktif seperti
Asibensolar-S-Metil ; Mankozeb ; Difenokonazol dan Mefenoksam. Insektisida
yang digunakan berbahan aktif abamectin dan profenofos.
 Pemanenan umbi kentang dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan dengan
umur ideal adalah 3 bulan.Hal ini disebabkan oleh adanya serangan penyakit
yang menyerang tanaman kentang , dikarenakan bila tidak segera dipanen umbi
akan segera membusuk.
 Setelah dipanen dari screen house dan dilakukan sortasi serta grading, benih
kentang G0 disimpan di dalam ruangan penyimpanan inkubator agribisnis.
 Penyimpanan benih kentang dilakukan di dalam ruangan dengan kelembaban
sekitar 70-85%, sirkulasi udara baik, suhu rendah sekitar 4oC (dalam ruangan
pendingin). Lama penyimpanan terbaik antara 6-7 bulan, akan tetapi jika

32
disimpan dalam ruangan tanpa pendingin, kira-kira 3-6 bulan dengan suhu 16-
25oC dan ruangan harus steril dari hama penyakit.

4.2 Saran

 Penyediaan benih kentang G0 sebaiknya dipilih dengan kualitas yang unggul


dan dapat tahan terhadaphama dan penyakit juga berproduktivitas tinggi.
 Pemeliharaan pada tanaman kentang aeroponik lebih ditingkatkan baik dari hal
sanitasi , pengendalian HPT dan pengecekan EC, RH,Suhu dan alat-alat yang
digunakan.
 Khusus dalam sanitasi dalam screenhouse harus diperhatikan dengan
kebersihan sekitar bak fiber penanaman. Petugas dalam screenhousediharapkan
agar dalam keadaan steril agar hama dan penyakit dapat diminimalkan.
 Pengendalian hama dan penyakit hendaknya dilakukan secara terpadu
sehinggatidak bergantung kepada pengendalian kimiawi.Lebih baik melakukan
tindakan yang preventif dari serangan hama dan penyakit.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011a. Prediksi BKKBN: 2011, Penduduk Indonesia 241 Juta


JiwaRepublika.Co.Id. Jakarta.

Anonim.2002.Kentang.http://www.iptek.net.id. Diakses, Juli 2014.

Asandhi, A.A. 1996. Laporan Hasil Penelitian Perbaikan Varietas dan BudidayaKentang
Menunjang Kelestarian Lingkungan dan Industri.BalitsaLembang.Hal.3, 81.

Baharuddin.2006. Pengembangan Tekologi Produksi Benih KentangMelalui Pendekatan


Bioteknologi Ramah Lingkungan dan SistemAeroponik.Disampaikan pada
Penyusunan Action Plan dalam RangkaSwasembada Benih Kentang di Indonesia.
Bandung 19 -21 April.

Daegan Gonyer, Eric Ludovici, Laura Shaddak. 2010. Investigation Into Integrated
Aeroponic Growth Sistems. Laboratory Analysis. Lab-2. Clarkson.
University.Http://Highrisefarming.Northshoresolutions.Com/Wp-
/Uploads/2011/03/Laboratory.Pdf, diakses Juli 2014.

Duriat, A.S. 1994. Efikasi Fungisida terhadap Penyakit Antraknosa pada Buah Cabai
(Capsicum annuum L.). Bul. Penel.Hort. 19(2):112-120.

Gardjito. 2001. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis


Perkotaan. Pusat Pengkajian dan Penerapan Ilmu Tenik untuk Pertanian Tropika
(CREATA). Lembaga Penelitian - Institut Pertanian Bogor Bekerjasama dengan
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat
Pembinaan Sarana Akademis. Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia.

Hendra Gunawan. 2009. Inovasi Baru Perbanyakan Benih Kentang G-0


Sistem Aeroponik. Pusat Inkubator Agribisnis BBPP Lembang. http://www2.bbpp-
lembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=307&Itemid=304,
diakses Juli 2014.

Hendro Sunarjono. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. AgroMedia Pustaka.


Jakarta.

Jensen, M.H. and W.L. Collins. 1985. Hydroponic Vegetable Production. Horticultural
Reviews 7:483-558.

34
Julio, Leonardo. 2010. Bercocok Tanam Secara Aeroponik. http://aeroponik-
leo.blogspot.com. Diakses Juli 2014.

Lakitan, B. 1997. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Gajah Mada Ekspres.

Mas Yamaguchi. 1983. World Vegetables. Principle, Production and Nutritive Values.
AVIPublishing Company, INC. West Port, Connecticut. Printed in The United Sates
of America.

Mueller , D.S., Li, S. hartman, G.L. dan W.L. Pedersen. 2002. Use of Aeroponic Chambers
and Grafting to Study Partial Resistance to Fusarium solani f.sp. glycines in
soybean. Department of Crop Science, University of Illionis, Urbana.
Plant.Dis.86:1223-1226.

Pitojo, S. 2004. Benih Kentang, KanisiusYogyakarta.

Prakash, S. 2007. Micropropagation For Production Of Quality Potato Seed In Asia-


Pasific.

Rahmat Rukmana. 2006.Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa plastik. Penerbit


Kanisius.Yogyakarta.

Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat penggorokdaun,
Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae).Buletin Hama dan
Penyakit Tumbuhan 11(1):1-13. Bogor: FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/baijournal/Aunu_Rauf_pers
epsi_dan_tindakan_petani.pdf . Diakses, Juli 2014.

Ress, H.M. 2004. Hydroponic Food Production. Woodridge Press, Santa Barbara,
California.

Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.

Setiadi dan Surya Fitri N. 1994. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. PT Penebar
Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta.

Suhardi dan E. Suryaningsih 1990.Skrining fungisida terhadap penyakit penting pada


tanaman cabai. Bul. Penel. Hort. 18(2):123-129.

Suryono, A dan Sari, Ratna. 2012. Budidaya Kentang Dengan Teknologi Aeroponik. Suara
Merdeka : Jawa Tengah.

35
Suyamto, Karyadi, K.A., dan S.U. Nugroho. 2005. Teknologi Produksi Benih Kentang.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta.

Victor Otazu. 2010. Manual and Quality Seed Potato Prouction sing Aeroponics.
International Potato Centre. USAID From The American People.

Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar


Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di
Indonesia.Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura.Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Willy Bayuardi Suwarno. 2008. Sistem Perbenihan Kentang di Indonesia. willy@ipb.ac.id.


http://www.situshijau.co.id. Diakses, Juli 2014.

Zozimo Huaman.1986. Sistematic Botany and Morphology of The Potato. Training and
Communication Departement,CIP, Lima Peru. Copies Printed: 2000.

36
LAMPIRAN

ANALISIS USAHA TANI KENTANG

Komoditi : Kentang

Varietas : Granola

Jarak Tanam : 20 x 15 cm

Luas lahan : 100 m2

Populasi : 960 tanaman

INPUT

A. Input Variabel
1. Sarana Produksi
a. Benih
1000 tanaman x Rp 1.000,00 = Rp 1.000.000,00
b. Nutrisi
1 paket = Rp 550.000,00
c. Pestisida
- Fungisida
 Bion ½ kg = Rp 105.000,00
 Ridomil ½ kg = Rp 115.000,00
- Insektisida
 Calicron ½ kg = Rp 65.000,00
 Agrimax ½ kg = Rp 110.000,00
d. Rockwool
1 bantal x Rp 50.000,00 = Rp 50.000,00
e. Kantong buah
100 m = Rp 50.000,00
f. Vitamin
- Ganasil D = Rp 45.000,00
- Ganasil B = Rp 45.000,00
- Atonik = Rp 45.000,00

37
g. Biaya listrik
3 Bulan x Rp 100.000,00 = Rp 300.000,00
h. Silet
1 Buah = Rp 1.000,00 +

Jumlah = Rp 2.481.000,00

2. Upah Tenaga Kerja


3 bulan x Rp 600.000,00 = Rp 1.800.000,00
Total input variable = sarana produksi + upah tenaga kerja
= Rp 2.481.000,00 + Rp 1.800.000,00
= Rp 4.281.000,00

B. Input Tetap
 Biaya sewa tanah = Rp 2.000.00,00 / 300 m2 / tahun
Luas lahan 100 m2 =
Rp 666.667,00 / tahun
 Screen house
100 m2 x Rp 150.000,00 = Rp 15.000.000,00
Nilai baru = Rp 15.000.000,00
Nilai akhir = Rp 1.500.000,00
JUE = 5 tahun
NB−NS 4
Penyusutan = × 12
JUE
Rp.15.000.000−Rp.1.500.000 4
= × 12
5

= Rp 900.000,00 / tahun

 Penyusutan / Depresiasi (Peralatan)


 Mesin Pompa Air
Nilai baru = Rp 5.000.000,00
Nilai sisa = Rp 500.000,00
JUE = 3 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
5.000.000−500.000 4
= 𝑥 12 = Rp 500.000,00
3

38
 Thermohygrometer
Nilai baru = Rp 75.000,00
Nilai sisa = Rp 7.500,00
JUE = 3 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
75.000−7.500 4
= 𝑥 12
3

= Rp 7.500,00
 EC meter
Nilai baru = Rp 1.500.000,00
Nilai sisa = Rp 150.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
1.500.000−150.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 90.000,00
 Nozle
40 x Rp 2.500,00 = Rp 100.000,00
Nilai baru = Rp 100.000,00
Nilai sisa = Rp 10.000,00
JUE = 1 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝐽𝑈𝐸
𝑥 12
100.000−10.000 4
= 𝑥 12
1

= Rp 30.000,00
 Pipa Paralon (1 inch)
8 x Rp 45.000,00 = Rp 360.000,00
Nilai baru = Rp 360.000,00
Nilai sisa = Rp 36.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
360.000−36.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 21.600,00

39
 Paranet
Nilai baru = Rp 450.000,00
Nilai sisa = Rp 45.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
450.000−45.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 27.000,00
 Drum 100 lt
2 x Rp 75.000,00 = Rp 150.000,00
Nilai baru = Rp 150.000,00
Nilai sisa = Rp 15.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
150.000−15.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 9.000,00
 Gelas ukur
2 x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 1.800,00
 Alat penyemprot
Nilai baru = Rp 550.000,00
Nilai sisa = Rp 55.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
550.000−55.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 33.000,00

40
 Styrofoam
32 x Rp 35.000,00 = Rp 1.120.000,00
Nilai baru = Rp 1.120.000,00
Nilai sisa = Rp 112.000,00
JUE = 3 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
1.120.000−112.000 4
= 𝑥 12
3

= Rp 112.000,00
 Fiber (bak)
8 x Rp 4.000.00,00 = Rp 32.000.000,00
Nilai baru = Rp 32.000.000,00
Nilai sisa = Rp 3.200.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
32.000.000−3.200.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 1.920.000,00
 Selang air
20 m x Rp 3.000,00 = Rp 60.000,00
Nilai baru = Rp 60.000,00
Nilai sisa = Rp 6.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
60.000−6.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 3.600,00
 Tali
2 ikat x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
5

41
= Rp 1.800,00
 Bambu
2 x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2

= Rp 4.500,00
 Mulsa
8 kg (32 m) x Rp 32.500,00 = Rp 260.000,00
Nilai baru = Rp 260.000,00
Nilai sisa = Rp 26.000,00
JUE = 1 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
260.000−26.000 4
= 𝑥 12
1

= Rp 78.000,00
 Sambungan T
2 x Rp 7.500,00 = Rp 15.000,00
Nilai baru = Rp 15.000,00
Nilai sisa = Rp 1.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
15.000−1.500 4
= 𝑥 12
5

= Rp 900,00
 Sambungan lurus
4 x Rp 6.500,00 = Rp 26.000,00
Nilai baru = Rp 26.000,00
Nilai sisa = Rp 2.600,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸

42
26.000−2.600 4
= 𝑥 12
5

= Rp 1.560,00
 Kni (1 inch)
10 x Rp 6.500,00 = Rp 65.000,00
Nilai baru = Rp 65.000,00
Nilai sisa = Rp 6.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
65.000−6.500 4
= 𝑥 12
5

= Rp 3.900,00
 Kni (2 inch)
10 x Rp 8.000,00 = Rp 80.000,00
Nilai baru = Rp 80.000,00
Nilai sisa = Rp 8.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
80.000−8000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 4.800,00
 Drum 500 lt
Nilai baru = Rp 500.000,00
Nilai sisa = Rp 50.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
500.000−50.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 30.000,00
 Pipa PE (16 ml)
36 m x Rp 7.500,00 = Rp 270.000,00
Nilai baru = Rp 270.000,00
Nilai sisa = Rp 27.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸

43
270.000−27.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 16.200,00
 Gromet
4 x Rp 7.500,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2

= Rp 4.500,00
 Takeoff
4 x Rp 7.500,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2

= Rp 4.500,00
 Lbow
8 x Rp 7.500,00 = Rp 60.000,00
Nilai baru = Rp 60.000,00
Nilai sisa = Rp 6.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
60.000−6.000 4
= 𝑥 12
2

= Rp 9.000,00
 Ballvalve kecil (16 mm)
8 x Rp 35.000,00 = Rp 280.000,00
Nilai baru = Rp 280.000,00
Nilai sisa = Rp 28.000,00
JUE = 5 tahun

44
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
280.000−28.000 4
= 𝑥 12
5

= Rp 16.800,00
 Ballvalve besar (1 inch)
3 x Rp 75.000,00 = Rp 225.000,00
Nilai baru = Rp 225.000,00
Nilai sisa = Rp 22.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
225.000−22.500 4
= 𝑥 12
5

= Rp 13.500,00
 Dop kecil
4 x Rp 5.000,00 = Rp 20.000,00
Nilai baru = Rp 20.000,00
Nilai sisa = Rp 2.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
20.000−2.000 4
= 𝑥 12
2

= Rp 3.000,00
 Dop besar
2 x Rp 4.000,00 = Rp 8.000,00
Nilai baru = Rp 8.000,00
Nilai sisa = Rp 800,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
8.000−800 4
= 𝑥 12
2

= Rp 1.200,00

45
Total input tetap = Rp 666.667,00 + Rp 900.000,00 + Rp 500.000,00 + Rp 7.500,00 +
Rp 90.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 21.600,00 + Rp 27.000,00 + Rp
9.000,00 + Rp 1.800,00 + Rp 33.000,00 + Rp 112.000,00 + Rp
1.920.000,00 + Rp 3.600,00 + Rp 1.800,00 + Rp 4.500,00 + Rp
78.000,00 + Rp 900,00 + Rp 1.560,00 + Rp 3.900,00 + Rp 4.800,00
+ Rp 30.000,00 + Rp 16.200,00 + Rp 4.500,00 + Rp 4.500,00 + Rp
9.000,00 + Rp 16.800,00 + Rp 13.500,00 + Rp 3.000,00 + Rp
1.200,00

= Rp 4.085.082,00

Biaya lain – lain = 10%( input variabel + input tetap)

= 10 % (Rp 4.281.000 + Rp 4.085.082,00)

= Rp 836.608,00

Total biaya = input variabel + input tetap + biaya lain - lain

= Rp 4.281.000,00 + Rp 4.085.082,00+ Rp 836.608,00

= Rp 9.202.690,00

OUTPUT

Pada lahan seluas 100 m2 ini ditanami sebanyak 960 tanaman dengan resiko
kegagalan sebesar 10 % maka jumlah tanaman yang produktif sebanyak 864 tanaman.
Produksi yang dihasilkan adalah 10 umbi/ tanaman dengan harga Rp 1.500,00 /
umbi.Sehingga jumlah umbi yang dihasilkan dari 864 tanaman adalah 8640 umbi.

A. Total penerimaan = produksi x harga


= 8640 umbi x Rp 1.500,00
= Rp 12.960.000,00
B. Pendapatan pengelola = total penerimaan - total biaya
= Rp 12.960.000,00 - Rp 9.202.690,00
= Rp 3.757.310,00

C. Selisih bruto = total penerimaan – input variabel


= Rp 12.960.000,00 - Rp 4.281.000,00

46
= Rp 8.679.000,00

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
D. R/C Ratio = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
Rp 12.960.000,00
= Rp 9.202.690,00

= Rp 1,41

Jika dilihat dari hasil perhitungan bahwa R/C ratio > 1 yang berarti setiap
menginvestasikan Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1.41 sehingga
kegiatan pembibitan kentang ini layak untuk dilakukan.

E. BEP (Break Event Point)


BEP (Break Even Point) menunjukkan besarnya harga dan produksi minimal
yang harus dicapai untuk mencapai keadaan impas dan mampu menutup semua
biaya.

 Biaya Variabel (BV) rata-rata =


4281000
= 8640

= 495.5

biaya tetap
 BEP aspek produksi = harga per umbi−biaya variabel rata−rata
4.085.082
= 1500−495.5
4.085.082
= 1004.5

=4069

Artinya jika harga penjualan Rp 1.500,00/umbi maka titik impas produksi adalah
4069 umbi.

biaya tetap
 BEP aspek penerimaan = biaya variabel
1−( )
total penerimaan

4.085.082
= 4281000
1−( )
12960000

4.085.082
= 1−0,33

=6097137

47
Artinya jika harga penjualan Rp 1.500,00/umbi maka titik impas penerimaan adalah
Rp 6.097.137,00

total biaya
 BEP aspek harga = produksi
9.202.690
= 8640

= 1065

Artinya hasil produksi sebanyak 8640 umbi maka titik impas harganya adalah Rp
1.065,00/umbi

48
LOGBOOK

No Hari dan Tanggal Kegiatan Deskripsi Kegiatan

1 Senin, 23 Juni 2014 Sambutan, Penerimaan  Mahasiswa magang


dan Perkenalan memberikan sambutan
kepada pihak Balai karena
telah mengizinkan KKP
serta dari pihak Balai pun
menyambut dan menerima.
 Pengenalan struktur
organisasi di BBPP serta
perkenalan pembimbing di
lapangan selama KKP

2 Selasa, 24 Juni Pengenalan wilayah  Mahasiswa KKP


2014 Inkubator Agribisnis diperlihatkan mengenai
BBPP Lembang fasilitas-fasilitas yang
tersedia, sebagai contoh
misalnya lab kuljar, screen
NFT, screen Aeroponik, dll.

3 Rabu, 25 Juni 2014 Pemeliharaan dan  Kegiatan ini dilakukan


Sanitasi di screen house dengan cara memotong
dengan komoditas batang melon yang
melon merambat di tali agar tidak
terlalu tinggi
pertumbuhannya, selain itu
buah melon yang
busuk/rusak dipotong agar
pertumbuhan melon serta
buah lain bisa optimal.
 Sanitasi dilakukan dengan
cara membuang potongan
batang melon dan buah
yang busuk/rusak, selain
itu dibersihkan juga gulma-
gulma yang tumbuh di
screenhouse agar tidak
menjadi inang bagi
hama/penyakit.

4 Kamis, 26 Juni Pemeliharaan dan  Kegiatan yang dilakukan


Sanitasi di screen house masih sama seperti hari

49
2014 dengan komoditas sebelumnya.
melon

5 Jumat, 27 Juni Pemeliharaan dan  Kegiatan yang dilakukan


2014 Sanitasi di screen house masih sama seperti hari
dengan komoditas sebelumnya.
melon

6 Sabtu, 28 Juni 2014 SASIH  Setiap hari sabtu


dilakukan kegiatan sabtu
bersih, yaitu
membersihkan wilayah
Inkubator Agribisnis dari
sampah serta gulma yang
tumbuh

7 Senin, 30 Juni 2014 Pemeliharaan dan  Kegiatan sanitasi


Sanitasi di screen house dilakukan dengan cara
aeroponik untuk membersihkan gulma-
pembibitan kentang G0 gulma yang tumbuh agar
tidak menjadi inang bagi
hama/penyakit.
 Kegiatan pemeliharaan
meliputi penutupan
paranet, penyiraman,
pemberian nutrisi dan
pengecekan EC, RH dan
Suhu.
 Penutupan paranet ini
bertujuan untuk menjaga
suhu dan kelembaban di
dalam screen, dilakukan
setiap hari dari pukul
10.00-15.00
 Penyiraman dilakukan
setiap hari yang bertujuan
untuk menjaga
kelembaban di sekitar
screen dengan cara
menyiram lantai di dalam
screen.
 Pemberian nutrisi
dilakukan setiap hari, pada

50
pagi dan siang dengan
mencampurkan larutan
nutrisi buana A dan B mix.
Takaran pemberian nutrisi
ini adalah masing-masing
sebanyak 1 Liter pada 200
Liter air.
 Pengecekan EC dilakukan
untuk mengetahui berapa
jumlah nutrisi yang akan
diberikan, biasanya pada
fase vegetatif kepekatan
yang dianjurkan adalah
1.5-2.5 mS (mili siemen),
sedangkan pada fase
generatif kepekatan
nutrisi yang dianjurkan
adalah 2-3 mS. Apabila
setelah dicek
menggunakan EC meter
kepekatan larutan nutrisi
kurang dari angka yang
dianjurkan diatas, maka
perlu dilakukan
penambahan larutan
nutrisi dengan cara
mencampurkan larutan A
dan B masing-masing
sebanyak 1 liter pada 200
liter air.

8 Selasa, 1 Juli 2014 Pemeliharaan bibit  Kegiatan rutin yang


kentang G0 dilakukan adalah
penutupan paranet,
penyiraman, pemberian
nutrisi dan pengecekan
EC, RH dan Suhu, untuk
penjabarannya sama
seperti kegiatan hari
sebelumnya.
 Selain melakukan kegiatan
rutin tadi, ada
pemeliharaan lain yang
dilakukan yaitu
perompesan daun dan
pengikatan batang.

51
 Kegiatan perompesan
daun dilakukan dengan
cara membuang daun
yang sudah tua/kuning
dan daun yang terkena
hama/penyakit yang dapat
menghambat
pertumbuhan bibit
kentang. Daun yang
terkena penyakit harus
segera dibuang agar tidak
cepat menyebar ke
tanaman yang lainnya.
 Kegiatan pengikatan
batang bibit kentang
bertujuan untuk
mempertahankan
pertumbuhan bibit agar
tetap tegak dan tidak
rebah, seiring dengan
pertumbuhan bibit yang
semakin tinggi. Jarak antar
ikatan batang pada ajir,
umumnya adalah sekitar
dua ruas batang tanaman.

9 Rabu, 2 Juli 2014 Pemeliharaan bibit  Kegiatan rutin yang


kentang G0 dilakukan adalah
penutupan paranet,
penyiraman, pemberian
nutrisi dan pengecekan
EC, RH dan Suhu, untuk
penjabarannya sama
seperti kegiatan hari
sebelumnya.
 Dilakukan kegiatan
perompesan daun kembali
untuk memaksimalkan
pertumbuhan bibit
kentang G0 ini.

10 Kamis, 3 Juli 2014 Pemeliharaan bibit  Kegiatan yang dilakukan


kentang G0 masih sama seperti hari-
hari sebelumnya, tetapi
pada hari ini dilakukan
pengendalian

52
hama/penyakit pada
pertanaman bibit kentang.
 Pemberian pestisida ini
dilakukan sebanyak dua
kali seminggu, tetapi
tergantung intensitas
serangan yang terjadi,
apabila sudah berat,
pengendalian/penyemprot
an pestisida bisa dilakukan
setiap hari.
 Pada pertanaman bibit
kentang G0 ini ditemukan
hama kutu daun,
sedangkan penyakit yang
ditemukan adalah
penyakit busuk daun.
 Pestisida yang digunakan
adalah jenis fungisida dan
insektisida. Fungisida yang
digunakan berbahan aktif
mankozeb dengan
pemberian dosis 1.25-2.5
gram/liter, sedangkan
Insektisida yang digunakan
berbahan aktif profenofos
dengan dosis 0.5 ml/liter
air.

11 Jumat, 4 Juli 2014 Pemeliharaan bibit  Kegiatan pemeliharaan


kentang G0 dan sama seperti hari
pemeriksaan instalasi sebelumnya.
aeroponik  Pemeriksaan instalasi
aeroponik bertujuan untuk
memastikan bahwa alat-
alat dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya
sehingga tidak
menghambat pada
pertumbuhan pertanaman
bibit kentang. Kegiatan
pengecekan ini meliputi
pemeriksaan nozle apakah
tersumbat/tidak, karena
apabila tersumbat aliran
nutrisi tidak dapat

53
dialirkan ke perakaran
kentang. Cara
mengeceknya adalah
dengan mencabut nozle
dari selang lalu
dibersihkan dengan
menggunakan lidi.

12 Sabtu, 5 Juli 2014 SASIH  Setiap hari sabtu


dilakukan kegiatan sabtu
bersih, yaitu
membersihkan wilayah
Inkubator Agribisnis dari
sampah serta gulma yang
tumbuh

13 Senin, 7 Juli 2014 Tahap awal panen  Idealnya umbi baru bisa
benih kentang G0 dipanen setelah 3 bulan
ditanam, tetapi karena
pertanaman bibit kentang
G0 sudah terkena penyakit
dan umbi pun tidak dapat
berkembang lagi, maka
diputuskan untuk
memanen bibit kentang
G0 ini.
 Langkah awal pemanenan
dilakukan dengan
menghentikan aliran hara
ke akar selama 5-6 hari,
tujuan dari kegiatan ini
adalah agar tanaman
menjadi layu dan kering
sehingga KA dari benih
kentang dapat menurun.

14 Selasa, 8 Juli 2014 Pembalikan benih  Kegiatan ini dilakukan


kentang dengan cara membalikan
posisi umbi yang semula di
bawah bak fiber menjadi
diatas bak, tujuannya
adalah untuk dilakukan
penjemuran agar KA benih
dapat diturunkan sampai
batas optimum yaitu

54
sekitar 40-45% selama 2-3
hari.
 Cara membalikan posisi
umbi adalah dengan cara
membuang batang
tanaman kentang beserta
ajirnya dengan
menggunakan
pisau/cutter, selanjutnya
fiber penopang tanaman
dibalikkan, sehingga umbi
yang semula berada
dibawah berganti posisi
menjadi diatas.

15 Rabu, 9 Juli 2014 Penjemuran benih  Kegiatan yang dilakukan


kentang G0 adalah mengamati benih
kentang yang dijemur
untuk melihat potensi
hasil tiap tanaman dalam
menghasilkan beih
kentang G0

16 Kamis, 10 Juli 2014 Penjemuran benih  Kegiatan sama seperti hari


kentang G0 sebelumnya, hanya saja
pada hari ini dilakukan
perhitungan potensi
keuntungan dan
produktifitas dari umbi
kentang yang dihasilkan
dalam satu screen.

17 Jumat, 11 Juli 2014 Panen benih kentang  Setelah 2 hari dilakukan


G0 penjemuran tahap
selanjutnya adalah panen,
ada beberapa tahap dalam
kegiatan panen ini yaitu
sortasi dan grading dan
penyimpanan benih.
 Sebelum dilakukan sortasi
dan grading umbi terlebih
dahulu dipisahkan dari
stolonnya, setelah itu
dilakukan proses sortasi,
dipilih mana umbi yang

55
baik dan yang busuk serta
umbi yang masih hijau
juga dipisahkan.
Selanjutnya dilakukan
proses grading menurut
ukurannya, umbi
dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu yang
ukurannya sedang sampai
besar dan umbi yang
memiliki ukuran yang
kecil.
 Setelah tahap sortasi dan
grading selesai dilakukan,
selanjutnya umbi disimpan
untuk kemudian
dipasarkan. Tempat
penyimpanan umbi
kentang memiliki
kelembaban sekitar 70-
85%, sirkulasi udara baik
dan suhu yang rendah
sekitar 40C (dalam
ruangan pendingin). Lama
penyimpanan terbaik
antara 6-7 bulan, akan
tetapi jika disimpan dalam
ruangan tanpa pendingin,
kira-kira 3-6 bulan dengan
suhu 16-250C. Sebelum
penyimpanan, harus
dipastikan tidak terdapat
hama dan penyakit yang
terbawa pada benih
kentang. Karena saat
penyimpanan, resiko
terserang hama dan
penyakit cukup tinggi.

18 Sabtu, 12 Juli 2014 SASIH  Setiap hari sabtu


dilakukan kegiatan sabtu
bersih, yaitu
membersihkan wilayah
Inkubator Agribisnis dari
sampah serta gulma yang
tumbuh

56
19 Senin, 14 Juli 2014 Materi dari  Presentasi materi
widyaiswara mengenai perkuliahan dari
kedelai edamame widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang

20 Selasa, 15 Juli 2014 Materi dari  Presentasi materi


widyaiswara mengenai perkuliahan dari
tanaman hias kaktus widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang

21 Rabu, 16 Juli 2014 Materi dari  Presentasi materi


widyaiswara mengenai perkuliahan dari
kultur jaringan widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang

22 Kamis, 17 Juli 2014 Materi dari  Presentasi materi


widyaiswara mengenai perkuliahan dari
... widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang

57
23 Jumat, 18 Juli 2014 Materi dari  Presentasi materi
widyaiswara mengenai perkuliahan dari
... widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang

24 Sabtu, 19 Juli 2014 SASIH  Setiap hari sabtu


dilakukan kegiatan sabtu
bersih, yaitu
membersihkan wilayah
Inkubator Agribisnis dari
sampah serta gulma yang
tumbuh

25 Senin, 21 Juli 2014 Presentasi laporan  Kegiatan yang dilakukan


magang hari ke-1 adalah mempresentasikan
hasil kegiatan magang
selama 1 bulan di BBPP
kepada widyaiswara

26 Selasa, 22 Juli 2014 Presentasi laporan  Kegiatan yang dilakukan


magang hari ke-2 adalah mempresentasikan
hasil kegiatan magang
selama 1 bulan di BBPP
kepada widyaiswara

27 Rabu, 23 Juli 2014 Penutupan dan  Pihak Balai menutup dan


pelepasan mahasiswa melepas mahasiswa
magang oleh pihak magang, perwakilan dari
Balai mahasiswa mengucapkan
terima kasih serta
memberikan plakat serta
tanda ucapan terima kasih
dari Fakultas kepada pihak
Balai.

58
DOKUMENTASI KEGIATAN

ZPT “ATONIK “ INSEKTISIDA “CALLICRON” FUNGISIDA “SCORE 250 EC”

ZPT “DAYATO” PUPUK DAUN “GANASIL B” PUPUK DAUN “GANASIL D”

FUNGISIDA “BION M” FUNGISIDA “RIDOMIL GOLD” INSEKTISIDA “AGRIMEC’

59
NUTRISI “A” NUTRISI ‘B” MESIN POMPA AIR

DRUM 500 L LBOW GROMET

KEADAAN DI BAWAH BAK BALLVALVE SELANG PE 16 mm

60
BATANG AJIR LUBANG TANAM PENGIKATAN BATANG

KEADAAN DI SCREENHOUSE PEROMPESAN DAUN

DAUN BERPENYAKIT KENTANG DALAM BAK

61
PENGERINGAN TANAMAN KENTANG PEMOTONGAN BATANG

PEMBALIKAN STYROFOAM PENJEMURAN KENTANG

KENTANG YANG
TELAH DIPANEN KENTANG DORMANSI

62
KEADAAN RUANG PENYIMPANAN KENTANG

63

Anda mungkin juga menyukai