PENDAHULUAN
Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada Prodi Agroteknologi diartikan sebagai kegiatan
intrakurikuler terstruktur dalam bentuk praktek kerja mahasiswa Program Sarjana
(strata-1) di institusi tertentu yang terkait dengan bidang pertanian/agroteknologi selama
waktu yang telah disebutkan di atas. Kuliah kerja profesi ini ditujukan untuk antisipasi
adanya kesenjangan (gap) antara dunia pendidikan (akademis) di perguruan tinggi dengan
dunia industri atau dunia ketenagakerjaan yang lebih bersifat pragmatis dan sangat dinamis
dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi.
Perlu ditekankan pula bahwa KKP merupakan bagian dari kegiatan pendidikan dan
pelatihan kerja guna meningkatkan kompetensi hard-skills dan soft-skills mahasiswa agar
siap menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan bangku kuliah. Perguruan Tinggi
sebagai institusi pemasok sumber daya manusia menyadari bahwa tenaga kerja profesional
dan berkualitas sangat diperlukan di dunia kerja pada saat ini. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan relevansi, daya saing dan daya adaptasi lulusan perguruan tinggi di dunia
kerja, KKP dipandang sebagai pendekatan yang cukup efektif diterapkan. Selain itu, KKP
diselenggarakan dengan harapan agar terjadi interaksi yang sinergis dan saling
menguntungkan (mutualisme) antara akademisi (dosen pembimbing dan mahasiswa)
dengan praktisi (supervisor dan para staf di tempat KKP) guna penyelesaian masalah yang
dihadapi bersama, sehingga KKP dapat menghasilkan serangkaian kerja sama dalam hal
kerja sama, proses rekruitmen, pendidikan dan pelatihan serta kegiatan lainnya yang
mendukung pencapaian tujuan masing-masing institusi.
1
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kegiatan KKP (magang) sangat penting
dilakukan guna lebih memperkuat keterkaitan antara dunia akademis dengan dunia tenaga
kerja/industri, oleh karena itu, Prodi Agroteknologi mewajibkan kepada semua mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan KKP pada institusi yang relevan.
1. Memperoleh pengalaman bekerja dan suasana kerja yang sebenarnya terutama pada
kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pasca-panen tanaman
(perencanaan, persiapan lahan, media dan bahan tanam, persemaian, pembenihan,
pemeliharaan, pengelolaan air, nutrisi dan pengendalian OPT, serta penanganan panen
dan pasca-panen).
2. Memperoleh pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam proses produksi dan pasca-
panen tanaman.
4. Memperoleh bahan untuk penulisan karya ilmiah, baik untuk bahan diskusi, makalah
ataupun tugas akhir.
1. Berperan serta dalam mendukung implementasi konsep link and match antara dunia
akademis dengan dunia industri dengan menyediakan tempat KKP/magang bagi
mahasiswa.
2. Mengembangkan program kemitraan dengan dunia akademis guna menyelesaikan
permasalahan bersama yang dihadapi oleh dunia industri dan perguruan tinggi dengan
memanfaatkan inovasi riset di perguruan tinggi dan industri.
3. Memperoleh bantuan tenaga dari mahasiswa guna mengerjakan berbagai pekerjaan
atau tahapan kegiatan yang ada.
2
Bagi Program Studi Agroteknologi:
Kuliah kerja profesi (KKP) ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2014 hingga 21 Juli
2014, bertempat di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Kayu Ambon, Lembang, Jawa
Barat.
3
- menerapkan soft-skills, dalam hal kompetensi profesional (pemahaman
tugas,kecakapan bekerja, kreativitas bekerja, pemecahan masalah dan etos kerja)
sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan secara profesional.
- menerapkan soft-skills, terutama berkaitan dengan kompetensi personal (kejujuran,
kemandirian, kedewasaan berpikir, tanggung jawab dan disiplin) sesuai dengan
tuntutan pekerjaan.
- menerapkan soft-skills yang berkaitan dengan kompetensi sosial (komunikasi lisan dan
tulisan, kerja sama, dan etika) sesuai aturan yang berlaku dan bidang kerja yang
ditekuni.
4
BAB II
5
Kini, dengan adanya Peraturan baru Menteri Pertanian tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang, melalui Peraturan Menteri Pertanian No.
101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013, bahwa tugas BBPP
Lembang yaitu melaksanakan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis dan
profesi, mengembangkan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang
pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian.
6
komoditas hortikultura sebagai komoditas yang mempunyai nilai tinggi (high value
commodity).
Kondisi sub sektor hortikultura Indonesia menghadapi beberapa permasalahan
yang menjadi tantangan dalam pengembangan dan implementasi program RPPK.
Permasalahan tersebut di antaranya adalah (a) lahan pertanian yang semakin
menyempit yang menyebabkan usaha terfragmentasi dalam skala kecil, akses
pemasaran yang terbatas, (b) rendahnya akses kesumber daya produktif terutama akses
sumber permodalan, (c) penguasaan teknologi yang terbatas, dan (d) infrastruktur
pertanian dan perdesaan yang terbatas. Selain itu, terdapat tantangan lain yang harus
dihadapi sub sektor hortikultura, yaitu pertumbuhan pasar ritel modern dan semakin
meningkatnya tuntutan kualitas dan keamanan pangan.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Salah satu sumberdaya pengungkit yang
diharapkan mampu menjadi pendorong pemecahan permasalahan secara sistemik
adalah sumber daya manusia pertanian.Secara tradisional, pelaku usaha hortikultura
memiliki orientasi bisnis yang kuat, hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar
hasil usahanya ditujukan untuk pasar komersial. Berdasarkan hal tersebut, upaya yang
perlu dilakukan untuk mengembangkan pelaku usaha agribisnis hortikultura adalah
pengembangan kemampuan untuk meningkatkan skala usaha secara inovatif. Dengan
demikian, akan terjadi transformasi petani hortikultura menjadi “wirausaha agribisnis”
atau “agripreneur”.
Sejak tahun 2002, Balai Besar pelatihan pertanian (BBPP) Lembang telah
mendirikan Inkubator Agribisnis (IA) selain sebagai tempat sarana pelatihan dan
yang melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa Barat. Namun
demikian, bentuk pelayanan langsung yang diberikan kepada pelaku usaha pertanian
terbatas pada pola pendidikan dan latihan. Selain itu, proses tersebut belum
melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal tersebut belum
mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IA. Hal tersebut berdampak
pada belum terjadinya proses transformasi petani yang dibina menjadi wirausahawan.
Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi kelembagaan
Inkubator Agribsinis yang dimiliki BBPP Lembang selain mengembangkan usahanya
di bidang pertanian juga menjadi mediator dan transformator petani menjadi
wirausaha agribisnis.
7
2.1.2 Kondisi Geografis Tempat KKP
Lembang terletak di sebelah utara kota Bandung. Lembang adalah salah satu
kecamatan dari Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini dikelilingi
oleh beberapa pegunungan dengan luas wilayah 10.620.000 hektar, salah satunya
adalah Gunung Tangkuban Perahu yang merupakan gunung wisata paling dikenal, dan
menghasilkan Air Panas Ciater dan Air Terjun Maribaya. Lembang merupakan
kawasan Agrowisata dengan didukung oleh pemandangan yang indah, tumbuh
tanaman-tanaman hortikultura khususnya sayuran dan bunga, menjadikan Lembang
sebagai objek wisata terkenal di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.
BBPP Lembang berada di ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan serta rata-rata
kelembaban nisbi 84-89% sangatlah ideal BBPP Lembang menjadi pusat tempat
pelatihan, lokakarya, atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai
pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayuran, tanaman hias dan buah-
buahan dengan scope nasional dan internasional.
8
- Pelaksanaan pelatihan profesi di bidang hortikultura bagi aparatur dan non
aparatur;
- Pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian;
- Pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan
teknis di bidang pertanian;
- Pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di
bidang hortikultura;
- Pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;
- Pelaksanaan pemberian konsultasi di bidang pertanian;
- Pelaksanaan bimbingan lanjutan pelatihan di bidang pertanian bagi aparatur dan
non aparatur;
- Pelaksanaan pemberian pelayanan penyelenggaraan pelatihan fungsional bagi
aparatur, pelatihan teknis dan profesi, pengembangan model dan teknik pelatihan
fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur
pertanian;
- Pengelolaan unit inkubator usaha tani;
- Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelatihan di bidang pertanian;
- Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pelatihan serta pelaporan;
- Pelaksanaan pengelolaan sarana teknis;
- Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, dan
instalasi BBPP Lembang.
9
2.2.1 Visi dan Misi Tempat KKP
a. Visi
Menjadi Lembaga Pelatihan yang andal untuk menghasilkan SDM
Pertanian yang profesional dalam mendukung industri pertanian yang berdaya
saing.
b. Misi
- Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja.
- Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta produktivitas
instalasi agribisnis.
- Meningkatkan sistem managemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai sistem
mutu yang berkualitas (ISO - 9001:2008).
- Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan program
pelatihan berbasis kompetensi.
- Melaksanakan pengembangan teknik pelatihan hortikultura dan melaksanakan
pelatihan teknis, fungsional, dan kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur
pertanian sesuai dengan standar kompetensi kerja (SKK) dalam rangka
mewujudkan 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian.
- Meningkatkan profesionalisme widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan sesuai
keahlian untuk mencapai 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian.
- Meningkatkan kerjasama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan pelatihan
kerjasama luar negeri.
- Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelatihan
dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel.
- Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penatausahaan dan rumah tangga
balai yang transparan dan akuntabel.
10
2.3 Struktur Organisasi
11
2.3.2 Struktur organisasi Pusat Inkubator Agribisnis
12
BAB III
13
G0. Kegiatan penanaman kentang G0 aeroponik dimulai dari persiapan screen hingga
panen. Namun, pada kegiatan KKP (Kuliah Kerja Profesi), kegiatan yang kami lakukan
hanya meliputi pemeliharaan hingga panen saja.
14
Gambar 2.Rockwoolsebagai penahan tanaman
Penutupan paranet atau sungkup dilakukan setiap hari dari pukul 10.00-
15.00. Penutupan paranet ini bertujan untuk menjaga suhu dan kelembaban di
dalam screen saat siang hari. Apabila suhu tinggi dan kelembaban di dalam
screen rendah, tanaman kentang akan mengalami kekeringan dan layu.
3.2.4 Pemeliharaan
1. Sanitasi Screen
Pada kegiatan ini dilakukan pembersihan gulma, sampah serta sisa-sisa
tanaman di dalam screenhouse yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
kentang. Kegiatan ini dilakukan setiap hari agar lingkungan di dalam screen
tetap terjaga kebersihannya dan tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yang ditujukan untuk mengatur
kelembaban di sekitar pertanaman kentang.Penyiraman tersebut dilakukan pada
sekitar lantai screenhouse bukan langsung pada tanamannya. Apabila
kelembaban di dalam screen rendah tanaman akan mengalami kekeringan.
15
3. Pemeriksaan Nozle
Pemeriksaan nozle dilakukan setiap hari dengan mengecek nozle yang ada
di dalam bak fiber apakah ada yang tersumbat atau tidak, jika ada yang
tersumbat dilakukan pencabutan nozle dari selang PE lalu dibersihkan dengan
menggunakan lidi.Setelah dilakukan pembersihan, nozle dipasang kembali ke
selang PE. Kegiatan ini sangat penting karena apabila terdapat nozle yang
tersumbat tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi.
4. Pemberian nutrisi
Nutrisi yang diberikan merupakan larutan nutrisi untuk tanaman
hortikultura yaitu buana A dan B mix yang memiliki kepekatan 200
konsentrasi. Dalam larutan nutrisi tersebut terkandung unsur hara makro dan
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam
buana A:NO3, NH4, CaNO4, dan tenso Fe.Unsur hara yang terkandung dalam
buana B: H2PO4, K2SO4,SO4,Mg, NO3, H3BO3, Mo, Cu, Mn, dan Zn.
16
Gambar 6.EC meter Gambar 7. Thermo hygrometer
6. Pengajiran
Pemberian ajir dilakukan agar tanaman kentang tidak mudah robah dan
berdiri tegak.Ajir diberikan pada saat benih kentang berumur sekitar 25 - 30
HST untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman tegak ke atas.Ajir terbuat
dari potongan bambu atau kayu yang ditancapkan di sebelah lubang tanam.
7. Pengikatan batang
Pengecekan batang pada tanaman kentang dilakukan setiap hari untuk
memastikan tanaman tidak robah dan tetap tegak.Jika terdapat tanaman yang
tidak tegak dan belum diikat pada ajir, dilakukan pengikatan batang pada ajir
agar tanaman tidak rebah.
17
Gambar 9. Pengikatan batang pada tanaman kentang
8. Perompesan daun
Perompesan daun dilakukan jika ditemukan daun yang sudah tua dan daun
yang terserang hama dan penyakit. Pengecekan daun dilakukan setiap hari
untuk menjaga pertumbuhan tanaman tetap optimal.
9. Pengendalian HPT
Pengecekan tanaman yang terserang oleh hama dan penyakit dilakukan
setiap hari dan pengendalian dilakukan dengan pemberian pestisida dua kali
seminggu pada sore hari. Pada pertanaman kentang aeroponik ini ditemukan
hama trips dan penyakit yang ditemukan adalah penyakit hawar daun atau
busuk daun.
3.2.5 Pemanenan
1. Pengeringan dan Penjemuran
Penjemuran bertujuan untuk menurunkan kadar air tanaman sampai titik
tertentu untuk mencegah pembusukan. Sebelum dijemur, dilakukan
pengeringan dengan menghentikan pemberian nutrisi sehingga tanaman
akanmengalami stress dan akan mengering. Pengeringan ini dilakukan pada
18
tanggal 5 Juli 2014 dalam jangka waktu satu minggu dilanjutkan dengan
pemanenan pada tanggal 11 juli dan penjemuran selama 2 hari.
3.3 Pembahasan
20
Gambar 13.Bak pada sistem aeroponik Gambar 14.Nozle di dalam bak.
21
Adapun cara pembuatan media aklimatisasi adalah sebagai berikut :
1. Mediayang digunakan adalah arang sekam yang sebelumnya sudah di
sterilkan
2. Media arang sekam kemudian dimasukkan ke dalam tray persemaian
3.3.4 Penyulaman
Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dengan
tanaman yang baru, sejenis dan seragam pertumbuhannya.Penyulaman
bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi optimal dalam satu luasan
lahan.Penyulaman dilakukan 1 – 2 minggu setelah tanam agar pertumbuhan
tanaman seragam. Apabila tidak dilakukan penyulaman, populasi tanaman akan
berkurang sehingga hasil produksi menurun.
22
relatif pendek dapat berpengaruh baik terhadap pembentukan dan
perkembangan umbi kentang (Hendra Gunawan, 2009).Apabila suhu tinggi dan
kelembaban di dalam screen rendah, tanaman kentang akan mengalami
kekeringan dan layu.Sehingga kegiatan penutupan paranet perlu diperhatikan
untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk.
3.3.6 Pemeliharaan
3.3.6.2 Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yang ditujukan untuk mengatur
kelembaban di sekitar pertanaman kentang.Penyiraman tersebut dilakukan pada
sekitar lantai screenhouse bukan langsung pada tanamannya.Kelembaban yang
di kehendaki oleh tanaman kentang agar dapat tumbuh optimum berkisar antara
70-90%.Apabila kelembaban di dalam screen rendah tanaman akan mengalami
stress karena kekeringan.
23
dengan udara semakin banyak, sehingga kemungkinan penambatan oksigen
oleh butiran air semakin besar. Selama perjalanan dari nozle ke akar, butiran air
akan menambat oksigen dari udara sehingga jumlah oksigen dalam butiran air
meningkat dan baik untuk perkembangan tanaman (Agus Suryono dan Ratna
Sari Dewi 2012).
25
3.3.6.6 Pengajiran
Pemberian ajir dilakukan agar tanaman kentang tidak mudah rebah sehingga
dapat berdiri tegak.Ajir diberikan pada saat benih kentang berumur sekitar 25 -
30 HST untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman tegak ke atas.Ajir
terbuat dari potongan bambu atau kayu yang ditancapkan di sebelah lubang
tanam.
26
Pengendalian yang dilakukan dalam screen untuk mengendalikan hama dan
penyakit yang ada pada tanaman kentang yaitu pengendalian mekanik
menggunakan tangan dan pengendalian kimiawi dengan menggunakan
pestisida. Pestisida yang digunakan dalam mengendalikan hama dan penyakit
terdiri dari fungsida dan insektisida.
27
1) Pemilihan Bibit
2) Sanitasi Lapangan
3) Pengaturan Jarak Tanam
4) Mencabut dan membakar tanaman sakit
5) Penanaman varietas kentang yang tahan
6) Penyemprotan dengan fungisida
28
3. Pengendalian biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator
kumbang macan Coccinellidae.
3.3.7 Pemanenan
3. Penyimpanan
29
penyimpanan harus diperhatikan. Ventilasi sebaiknya ditutup dengan kasa agar
hama tidak dapat masuk.Ruang penyimpanan harus di tutup dari pagi hingga
malam supaya udara di ruangan tetap sejuk.
Setelah dipanen dari screen house dan dilakukan sortasi serta grading, benih
kentang G0 disimpan di dalam ruangan penyimpanan inkubator agribisnis.
Terdapat beberapa kekurangan di dalam ruang penyimpanan tersebut, seperti:
ruangan yang kurang bersih dan terawat, ventilasi tidak menggunakan kasa anti
serangga, pintu yang seringkali terbuka dan kondisi ruangan yang sempit serta
banyaknya barang-barang yang tidak terpakai.Ruangan penyimpanan benih
kentang G0 yang ada di inkubator agribisnis BBPP lembang dapat dikatakan
tidak sesuai dengan kriteria kondisi penyimpanan yang baik.
30
2. Pemasaran
Pemasaran pada benih kentang tidak menjadi prioritas utama ,biasanya
dilakukan sesuai dengan permintaan. Benih kentang dari generasi G0 tidak
selalu dipasarkan, melainkan juga di tanam kembali menjadi generasi
selanjutnya dalam lahan-lahan di sekitar balai yang telah dibuat khusus untuk
tanaman kentang .Alur permintaan dalam pemasaran benih kentang biasanya
dikirim pada penangkar benih yang telah mengadakan kontak kerja
sebelumnya.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
32
disimpan dalam ruangan tanpa pendingin, kira-kira 3-6 bulan dengan suhu 16-
25oC dan ruangan harus steril dari hama penyakit.
4.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Asandhi, A.A. 1996. Laporan Hasil Penelitian Perbaikan Varietas dan BudidayaKentang
Menunjang Kelestarian Lingkungan dan Industri.BalitsaLembang.Hal.3, 81.
Daegan Gonyer, Eric Ludovici, Laura Shaddak. 2010. Investigation Into Integrated
Aeroponic Growth Sistems. Laboratory Analysis. Lab-2. Clarkson.
University.Http://Highrisefarming.Northshoresolutions.Com/Wp-
/Uploads/2011/03/Laboratory.Pdf, diakses Juli 2014.
Duriat, A.S. 1994. Efikasi Fungisida terhadap Penyakit Antraknosa pada Buah Cabai
(Capsicum annuum L.). Bul. Penel.Hort. 19(2):112-120.
Jensen, M.H. and W.L. Collins. 1985. Hydroponic Vegetable Production. Horticultural
Reviews 7:483-558.
34
Julio, Leonardo. 2010. Bercocok Tanam Secara Aeroponik. http://aeroponik-
leo.blogspot.com. Diakses Juli 2014.
Mas Yamaguchi. 1983. World Vegetables. Principle, Production and Nutritive Values.
AVIPublishing Company, INC. West Port, Connecticut. Printed in The United Sates
of America.
Mueller , D.S., Li, S. hartman, G.L. dan W.L. Pedersen. 2002. Use of Aeroponic Chambers
and Grafting to Study Partial Resistance to Fusarium solani f.sp. glycines in
soybean. Department of Crop Science, University of Illionis, Urbana.
Plant.Dis.86:1223-1226.
Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat penggorokdaun,
Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae).Buletin Hama dan
Penyakit Tumbuhan 11(1):1-13. Bogor: FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/baijournal/Aunu_Rauf_pers
epsi_dan_tindakan_petani.pdf . Diakses, Juli 2014.
Ress, H.M. 2004. Hydroponic Food Production. Woodridge Press, Santa Barbara,
California.
Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Setiadi dan Surya Fitri N. 1994. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. PT Penebar
Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta.
Suryono, A dan Sari, Ratna. 2012. Budidaya Kentang Dengan Teknologi Aeroponik. Suara
Merdeka : Jawa Tengah.
35
Suyamto, Karyadi, K.A., dan S.U. Nugroho. 2005. Teknologi Produksi Benih Kentang.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta.
Victor Otazu. 2010. Manual and Quality Seed Potato Prouction sing Aeroponics.
International Potato Centre. USAID From The American People.
Zozimo Huaman.1986. Sistematic Botany and Morphology of The Potato. Training and
Communication Departement,CIP, Lima Peru. Copies Printed: 2000.
36
LAMPIRAN
Komoditi : Kentang
Varietas : Granola
Jarak Tanam : 20 x 15 cm
INPUT
A. Input Variabel
1. Sarana Produksi
a. Benih
1000 tanaman x Rp 1.000,00 = Rp 1.000.000,00
b. Nutrisi
1 paket = Rp 550.000,00
c. Pestisida
- Fungisida
Bion ½ kg = Rp 105.000,00
Ridomil ½ kg = Rp 115.000,00
- Insektisida
Calicron ½ kg = Rp 65.000,00
Agrimax ½ kg = Rp 110.000,00
d. Rockwool
1 bantal x Rp 50.000,00 = Rp 50.000,00
e. Kantong buah
100 m = Rp 50.000,00
f. Vitamin
- Ganasil D = Rp 45.000,00
- Ganasil B = Rp 45.000,00
- Atonik = Rp 45.000,00
37
g. Biaya listrik
3 Bulan x Rp 100.000,00 = Rp 300.000,00
h. Silet
1 Buah = Rp 1.000,00 +
Jumlah = Rp 2.481.000,00
B. Input Tetap
Biaya sewa tanah = Rp 2.000.00,00 / 300 m2 / tahun
Luas lahan 100 m2 =
Rp 666.667,00 / tahun
Screen house
100 m2 x Rp 150.000,00 = Rp 15.000.000,00
Nilai baru = Rp 15.000.000,00
Nilai akhir = Rp 1.500.000,00
JUE = 5 tahun
NB−NS 4
Penyusutan = × 12
JUE
Rp.15.000.000−Rp.1.500.000 4
= × 12
5
= Rp 900.000,00 / tahun
38
Thermohygrometer
Nilai baru = Rp 75.000,00
Nilai sisa = Rp 7.500,00
JUE = 3 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
75.000−7.500 4
= 𝑥 12
3
= Rp 7.500,00
EC meter
Nilai baru = Rp 1.500.000,00
Nilai sisa = Rp 150.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
1.500.000−150.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 90.000,00
Nozle
40 x Rp 2.500,00 = Rp 100.000,00
Nilai baru = Rp 100.000,00
Nilai sisa = Rp 10.000,00
JUE = 1 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝐽𝑈𝐸
𝑥 12
100.000−10.000 4
= 𝑥 12
1
= Rp 30.000,00
Pipa Paralon (1 inch)
8 x Rp 45.000,00 = Rp 360.000,00
Nilai baru = Rp 360.000,00
Nilai sisa = Rp 36.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
360.000−36.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 21.600,00
39
Paranet
Nilai baru = Rp 450.000,00
Nilai sisa = Rp 45.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
450.000−45.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 27.000,00
Drum 100 lt
2 x Rp 75.000,00 = Rp 150.000,00
Nilai baru = Rp 150.000,00
Nilai sisa = Rp 15.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
150.000−15.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 9.000,00
Gelas ukur
2 x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 1.800,00
Alat penyemprot
Nilai baru = Rp 550.000,00
Nilai sisa = Rp 55.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
550.000−55.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 33.000,00
40
Styrofoam
32 x Rp 35.000,00 = Rp 1.120.000,00
Nilai baru = Rp 1.120.000,00
Nilai sisa = Rp 112.000,00
JUE = 3 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
1.120.000−112.000 4
= 𝑥 12
3
= Rp 112.000,00
Fiber (bak)
8 x Rp 4.000.00,00 = Rp 32.000.000,00
Nilai baru = Rp 32.000.000,00
Nilai sisa = Rp 3.200.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
32.000.000−3.200.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 1.920.000,00
Selang air
20 m x Rp 3.000,00 = Rp 60.000,00
Nilai baru = Rp 60.000,00
Nilai sisa = Rp 6.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
60.000−6.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 3.600,00
Tali
2 ikat x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
5
41
= Rp 1.800,00
Bambu
2 x Rp 15.000,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2
= Rp 4.500,00
Mulsa
8 kg (32 m) x Rp 32.500,00 = Rp 260.000,00
Nilai baru = Rp 260.000,00
Nilai sisa = Rp 26.000,00
JUE = 1 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
260.000−26.000 4
= 𝑥 12
1
= Rp 78.000,00
Sambungan T
2 x Rp 7.500,00 = Rp 15.000,00
Nilai baru = Rp 15.000,00
Nilai sisa = Rp 1.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
15.000−1.500 4
= 𝑥 12
5
= Rp 900,00
Sambungan lurus
4 x Rp 6.500,00 = Rp 26.000,00
Nilai baru = Rp 26.000,00
Nilai sisa = Rp 2.600,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
42
26.000−2.600 4
= 𝑥 12
5
= Rp 1.560,00
Kni (1 inch)
10 x Rp 6.500,00 = Rp 65.000,00
Nilai baru = Rp 65.000,00
Nilai sisa = Rp 6.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
65.000−6.500 4
= 𝑥 12
5
= Rp 3.900,00
Kni (2 inch)
10 x Rp 8.000,00 = Rp 80.000,00
Nilai baru = Rp 80.000,00
Nilai sisa = Rp 8.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
80.000−8000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 4.800,00
Drum 500 lt
Nilai baru = Rp 500.000,00
Nilai sisa = Rp 50.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
500.000−50.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 30.000,00
Pipa PE (16 ml)
36 m x Rp 7.500,00 = Rp 270.000,00
Nilai baru = Rp 270.000,00
Nilai sisa = Rp 27.000,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
43
270.000−27.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 16.200,00
Gromet
4 x Rp 7.500,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2
= Rp 4.500,00
Takeoff
4 x Rp 7.500,00 = Rp 30.000,00
Nilai baru = Rp 30.000,00
Nilai sisa = Rp 3.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
30.000−3.000 4
= 𝑥 12
2
= Rp 4.500,00
Lbow
8 x Rp 7.500,00 = Rp 60.000,00
Nilai baru = Rp 60.000,00
Nilai sisa = Rp 6.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
60.000−6.000 4
= 𝑥 12
2
= Rp 9.000,00
Ballvalve kecil (16 mm)
8 x Rp 35.000,00 = Rp 280.000,00
Nilai baru = Rp 280.000,00
Nilai sisa = Rp 28.000,00
JUE = 5 tahun
44
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
280.000−28.000 4
= 𝑥 12
5
= Rp 16.800,00
Ballvalve besar (1 inch)
3 x Rp 75.000,00 = Rp 225.000,00
Nilai baru = Rp 225.000,00
Nilai sisa = Rp 22.500,00
JUE = 5 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
225.000−22.500 4
= 𝑥 12
5
= Rp 13.500,00
Dop kecil
4 x Rp 5.000,00 = Rp 20.000,00
Nilai baru = Rp 20.000,00
Nilai sisa = Rp 2.000,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
20.000−2.000 4
= 𝑥 12
2
= Rp 3.000,00
Dop besar
2 x Rp 4.000,00 = Rp 8.000,00
Nilai baru = Rp 8.000,00
Nilai sisa = Rp 800,00
JUE = 2 tahun
𝑁𝑏−𝑁𝑠 4
Penyusutan = 𝑥 12
𝐽𝑈𝐸
8.000−800 4
= 𝑥 12
2
= Rp 1.200,00
45
Total input tetap = Rp 666.667,00 + Rp 900.000,00 + Rp 500.000,00 + Rp 7.500,00 +
Rp 90.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 21.600,00 + Rp 27.000,00 + Rp
9.000,00 + Rp 1.800,00 + Rp 33.000,00 + Rp 112.000,00 + Rp
1.920.000,00 + Rp 3.600,00 + Rp 1.800,00 + Rp 4.500,00 + Rp
78.000,00 + Rp 900,00 + Rp 1.560,00 + Rp 3.900,00 + Rp 4.800,00
+ Rp 30.000,00 + Rp 16.200,00 + Rp 4.500,00 + Rp 4.500,00 + Rp
9.000,00 + Rp 16.800,00 + Rp 13.500,00 + Rp 3.000,00 + Rp
1.200,00
= Rp 4.085.082,00
= Rp 836.608,00
= Rp 9.202.690,00
OUTPUT
Pada lahan seluas 100 m2 ini ditanami sebanyak 960 tanaman dengan resiko
kegagalan sebesar 10 % maka jumlah tanaman yang produktif sebanyak 864 tanaman.
Produksi yang dihasilkan adalah 10 umbi/ tanaman dengan harga Rp 1.500,00 /
umbi.Sehingga jumlah umbi yang dihasilkan dari 864 tanaman adalah 8640 umbi.
46
= Rp 8.679.000,00
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
D. R/C Ratio = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
Rp 12.960.000,00
= Rp 9.202.690,00
= Rp 1,41
Jika dilihat dari hasil perhitungan bahwa R/C ratio > 1 yang berarti setiap
menginvestasikan Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1.41 sehingga
kegiatan pembibitan kentang ini layak untuk dilakukan.
= 495.5
biaya tetap
BEP aspek produksi = harga per umbi−biaya variabel rata−rata
4.085.082
= 1500−495.5
4.085.082
= 1004.5
=4069
Artinya jika harga penjualan Rp 1.500,00/umbi maka titik impas produksi adalah
4069 umbi.
biaya tetap
BEP aspek penerimaan = biaya variabel
1−( )
total penerimaan
4.085.082
= 4281000
1−( )
12960000
4.085.082
= 1−0,33
=6097137
47
Artinya jika harga penjualan Rp 1.500,00/umbi maka titik impas penerimaan adalah
Rp 6.097.137,00
total biaya
BEP aspek harga = produksi
9.202.690
= 8640
= 1065
Artinya hasil produksi sebanyak 8640 umbi maka titik impas harganya adalah Rp
1.065,00/umbi
48
LOGBOOK
49
2014 dengan komoditas sebelumnya.
melon
50
pagi dan siang dengan
mencampurkan larutan
nutrisi buana A dan B mix.
Takaran pemberian nutrisi
ini adalah masing-masing
sebanyak 1 Liter pada 200
Liter air.
Pengecekan EC dilakukan
untuk mengetahui berapa
jumlah nutrisi yang akan
diberikan, biasanya pada
fase vegetatif kepekatan
yang dianjurkan adalah
1.5-2.5 mS (mili siemen),
sedangkan pada fase
generatif kepekatan
nutrisi yang dianjurkan
adalah 2-3 mS. Apabila
setelah dicek
menggunakan EC meter
kepekatan larutan nutrisi
kurang dari angka yang
dianjurkan diatas, maka
perlu dilakukan
penambahan larutan
nutrisi dengan cara
mencampurkan larutan A
dan B masing-masing
sebanyak 1 liter pada 200
liter air.
51
Kegiatan perompesan
daun dilakukan dengan
cara membuang daun
yang sudah tua/kuning
dan daun yang terkena
hama/penyakit yang dapat
menghambat
pertumbuhan bibit
kentang. Daun yang
terkena penyakit harus
segera dibuang agar tidak
cepat menyebar ke
tanaman yang lainnya.
Kegiatan pengikatan
batang bibit kentang
bertujuan untuk
mempertahankan
pertumbuhan bibit agar
tetap tegak dan tidak
rebah, seiring dengan
pertumbuhan bibit yang
semakin tinggi. Jarak antar
ikatan batang pada ajir,
umumnya adalah sekitar
dua ruas batang tanaman.
52
hama/penyakit pada
pertanaman bibit kentang.
Pemberian pestisida ini
dilakukan sebanyak dua
kali seminggu, tetapi
tergantung intensitas
serangan yang terjadi,
apabila sudah berat,
pengendalian/penyemprot
an pestisida bisa dilakukan
setiap hari.
Pada pertanaman bibit
kentang G0 ini ditemukan
hama kutu daun,
sedangkan penyakit yang
ditemukan adalah
penyakit busuk daun.
Pestisida yang digunakan
adalah jenis fungisida dan
insektisida. Fungisida yang
digunakan berbahan aktif
mankozeb dengan
pemberian dosis 1.25-2.5
gram/liter, sedangkan
Insektisida yang digunakan
berbahan aktif profenofos
dengan dosis 0.5 ml/liter
air.
53
dialirkan ke perakaran
kentang. Cara
mengeceknya adalah
dengan mencabut nozle
dari selang lalu
dibersihkan dengan
menggunakan lidi.
13 Senin, 7 Juli 2014 Tahap awal panen Idealnya umbi baru bisa
benih kentang G0 dipanen setelah 3 bulan
ditanam, tetapi karena
pertanaman bibit kentang
G0 sudah terkena penyakit
dan umbi pun tidak dapat
berkembang lagi, maka
diputuskan untuk
memanen bibit kentang
G0 ini.
Langkah awal pemanenan
dilakukan dengan
menghentikan aliran hara
ke akar selama 5-6 hari,
tujuan dari kegiatan ini
adalah agar tanaman
menjadi layu dan kering
sehingga KA dari benih
kentang dapat menurun.
54
sekitar 40-45% selama 2-3
hari.
Cara membalikan posisi
umbi adalah dengan cara
membuang batang
tanaman kentang beserta
ajirnya dengan
menggunakan
pisau/cutter, selanjutnya
fiber penopang tanaman
dibalikkan, sehingga umbi
yang semula berada
dibawah berganti posisi
menjadi diatas.
55
baik dan yang busuk serta
umbi yang masih hijau
juga dipisahkan.
Selanjutnya dilakukan
proses grading menurut
ukurannya, umbi
dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu yang
ukurannya sedang sampai
besar dan umbi yang
memiliki ukuran yang
kecil.
Setelah tahap sortasi dan
grading selesai dilakukan,
selanjutnya umbi disimpan
untuk kemudian
dipasarkan. Tempat
penyimpanan umbi
kentang memiliki
kelembaban sekitar 70-
85%, sirkulasi udara baik
dan suhu yang rendah
sekitar 40C (dalam
ruangan pendingin). Lama
penyimpanan terbaik
antara 6-7 bulan, akan
tetapi jika disimpan dalam
ruangan tanpa pendingin,
kira-kira 3-6 bulan dengan
suhu 16-250C. Sebelum
penyimpanan, harus
dipastikan tidak terdapat
hama dan penyakit yang
terbawa pada benih
kentang. Karena saat
penyimpanan, resiko
terserang hama dan
penyakit cukup tinggi.
56
19 Senin, 14 Juli 2014 Materi dari Presentasi materi
widyaiswara mengenai perkuliahan dari
kedelai edamame widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang
57
23 Jumat, 18 Juli 2014 Materi dari Presentasi materi
widyaiswara mengenai perkuliahan dari
... widyaiswara untuk
menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa
magang mengenai
beberapa komoditas yang
dibudidayakan di Pusat
Inkubator Agribisnis
Lembang
58
DOKUMENTASI KEGIATAN
59
NUTRISI “A” NUTRISI ‘B” MESIN POMPA AIR
60
BATANG AJIR LUBANG TANAM PENGIKATAN BATANG
61
PENGERINGAN TANAMAN KENTANG PEMOTONGAN BATANG
KENTANG YANG
TELAH DIPANEN KENTANG DORMANSI
62
KEADAAN RUANG PENYIMPANAN KENTANG
63