Anda di halaman 1dari 24

MANFAAT

PEKARANGAN
Sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan


Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian
Www.pusat-pkkp.bkp.deptan.go.id

KEMENTERIAN PERTANIAN RI
BADAN KETAHANAN PANGAN
www.bkp.deptan.go.id

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Manfaat Pekarangan
Sebagai Sumber Pangan dan Gizi
Copyright@2013

Mari Kita Hijaukan Bumi yang dimulai dari rumah


kita sendiri...
melalui pemanfaatan lahan pekarangan
Penanggung Jawab : Ir. Sri Sulihanti, M.Sc
Tim Penyusun
: Ir. Liek Irianti, MM
Rinna Syawal, SP, MP
Dhany Hermansyah
Ratih Rosyiati
Diterbitkan
: Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian RI

sebagai sumber pangan keluarga dengan menaman


buah, sayur atau umbi-umbian...

Kalau tidak dimulai dari sekarang,


kapan lagi...
Kalau bukan kita, siapa Lagi...

41

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Buku Saku Sayuran. Direktorat Budidaya dan Pasca panen
Sayuran dan Tanaman Obat. Jakarta
Arifin, Hadi Susilo. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Pedesaan. Departemen

Daftar Isi
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

2.

Tujuan

Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, IPB


Ashari, Saptana, Tri Bastuti Purwantini. 2012. Potensi dan prospek Pemanfaatan

PERAN LAHAN PEKARANGAN DAN KEBUN SEKOLAH

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KEBUN SEKOLAH

1.

Memilih Jenis Tanaman

2.

Lahan

Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan

3.

Pembibitan

17

Kesejahteraan Keluarga Pusat. Jakarta

4.

Pengelolaan Tanaman

18

PENGEMBANGAN KEBUN BIBIT

21

1.

Tujuan Kebun Bibit

21

2.

Pengelolaan Kebun Bibit

21

Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Pusat Sosial


Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor
AVRDC, 2012. Juklak Pengembangan School Garden untuk BPTP Bali dan Jawa
Timur
Badan Ketahanan Pangan. 2009. Buku Pegangan Kader Pangan, Badan

Badan Ketahanan Pangan. 2013. Pedoman Umum Gerakan Percepatan


Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tahun 2013. Jakarta
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian Bengkulu. 2012. Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan
Pekarangan di Provinsi Bengkulu
Sukprakarn, Sutevee, Sunata Juntakool, Rukui Huang, Tom Kalb. 2012. Saving

BUDIDAYA BEBERAPA KOMODITAS TANAMAN DI PEKARANGAN

Your Own Vegetable Seed-A gude for Farmers. AVRDC. Taiwan

40

ii

28

LANJUTAN
NO

4.

KELOMPOK LAHAN

Pekarangan dengan lahan


luas

MODEL BUDIDAYA

KOMODITAS

Pot/polybag/tanam
langsung

Sayuran : cabai, terong, tomat,


kacang panjang, mentimun,
kenikir, bayam
Toga : jahe, kencur, kunyit,
temulawak, kumis kucing

Tanaman buah

Pepaya, jambu biji, srikaya,


mangga, belimbing, jeruk
limau.

Bedengan, surjan

Talas, ubi jalar, garut, ganyong

Kolam mini

Terpal gantung, terpal tanam,


drum dengan budidaya lele,
gurame/nila

Ternak

Itik, ayam

Vertikultur (model
gantung, tempel,
tegak, rak)

Sayuran : sawi, kucai,


kangkung, bayam, kemangi,
caisim, selederi, selada bokor,
bawang daun,
Toga : Kencur, gempur batu,
jinten, jahe merah, sirih

Pot/polybag/tanam
langsung/bedengan

Sayuran : cabai, terong, tomat,


kacang panjang, mentimun,
kenikir, bayam, labu
Toga : jahe, kencur, kunyit,
temulawak, kumis kucing, lidah
buaya

Tanaman buah

Pepaya, jambu biji, srikaya,


mangga, belimbing, jeruk
limau, pisang, srikaya, sirsak,
mangga, jambu

Bedengan, surjan

Talas, ubi jalar, garut,


ganyong, singkong,

Kolam

Tanam, Terpal gantung, terpal


tanam, drum dengan budidaya
lele, gurame/nila

Ternak

Itik, ayam kampung, kambing/


domba
39

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

CONTOH KOMODITAS DAN MODEL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MAUPUN


KEBUN SEKOLAH BERDASARKAN LUAS LAHAN

NO
1.

KELOMPOK LAHAN
Pekarangan Lahan sangat
sempit/tanpa halaman

MODEL BUDIDAYA

Vertikultur (model Sayuran : sawi, kucai,


gantung, tempel, kangkung, bayam, kemangi,
tegak, rak)
caisim, selederi, selada bokor,
bawang daun
Toga : Kencur, gempur batu,
jinten, jahe merah, sirih
Pot/polybag

2.

3.

Pekarangan dengan halaman


sempit

Pekarangan dengan lahan


sedang

Kata Pengantar

KOMODITAS

Sayuran : cabai, terong, tomat,


buncis tegak, mentimun
Toga : jahe, kencur, kunyit,
temulawak, kumis kucing

Vertikultur (model Sayuran : sawi, kucai,


gantung, tempel, kangkung, bayam, kemangi,
tegak, rak)
caisim, selederi, selada bokor,
bawang daun
Toga : Kencur, gempur batu,
jinten, jahe merah, sirih
Pot/polybag/
tanam lansung

Sayuran : cabai, terong, tomat,


kacang panjang, mentimun,
kenikir, bayam, kangkung.
Toga : jahe, kencur, kunyit,
temulawak, kumis kucing

Halaman

Buah : jambu, mangga,


rambutan, belimbing, pepaya

Kolam mini
(drum/terpal)

Pemeliharaan ikan nila, lele,


gurame.

erakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan


(P2KP) merupakan upaya untuk memantapkan dan
membudayakan pola konsumsi pangan masyarakat yang
beragam, bergizi seimbang dan aman guna memenuhi kebutuhan gizi untuk
mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam menyukseskan Gerakan tersebut adalah dengan melaksanakan
kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL).
KRPL merupakan konsep untuk mengusahakan pekarangan rumah
secara intensif dan bersama-sama sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
sumber pangan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan potensi
wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat. Disamping itu, kegiatan
pemanfaatan pekarangan juga dilaksanakan di sekolah untuk mengenalkan pola
konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui kegiatan
pengembangan kebun sekolah.
Buku ini memuat informasi tentang teknik pengelolaan dan
pengembangan lahan pekarangan, kebun sekolah, serta kebun bibit yang
merupakan komponen penting dalam kegiatan optimalisasi pemanfaatan
pekarangan melalui konsep KRPL, dengan metode yang praktis sehingga
memudahkan para pelaksana kegiatan khususnya kelompok wanita sebagai
penerima manfaat dan pelaksana kegiatan tersebut di lapangan.

Kepala Pusat Penganekaragaman


Konsumsi dan Keamanan Pangan

Vertikultur (model Sayuran : sawi, kucai,


gantung, tempel, kangkung, bayam, kemangi,
tegak, rak)
caisim, selederi, selada bokor,
bawang daun,
Toga : Kencur, gempur batu,
jinten, jahe merah, sirih

Sri Sulihanti

Bersambung...........

38

iii

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Tips Penanganan Hasil Pekarangan yang Baik

Panenlah sayuran dan buah pada saat yang tepat, yaitu cukup umur agar
jumlah nilai kandungan gizi yang diperoleh cukup baik.

Saat ini ada 1 milyar orang tidur dengan perut lapar.

Untuk menghindari dari obat tanaman, maka seminggu sebelum dipanen,


tanaman tidak disemprot dengan obat-obatan.

Masyarakat miskin di pedesaan, perkotaan dan para korban


bencana adalah kelompok terbesar yang menderita kelaparan.

Penenlah secukupnya/sebanyak yang diperlukan sehari, agar bahan


makanan selalu segar, disamping juga untuk mengatasi kebosanan menu
yang disajikan.

Tinggalkan beberapa tanaman untuk dituakan sebagai penghasil benih, agar


tanaman dapat diusahakan terus menerus.

Ambilah ikan minimal setiap tiga bulan dipelihara, sehingga sudah cukup
besar untuk dikomsumsi

Disamping telurnya, apabila akan dikonsumsi dagingnya, pilihlah unggas


jantan atau betina yang sudah tidak menghasilkan keturunan atau tidak
produktif lagi.

Makanan semakin sulit didapat karena harga yang semakin mahal


dan distribusi yang tidak merata

Ayo !!!
Mulailah dari halaman rumahmu untuk
menghasilkan pangan keluargamu yang
sehat, beragam, bergizi, seimbang dan
aman

Gambar 33.. Menteri Pertanian


Panen ikan di kolam pekarangan
rumah

Gambar 34.. Menteri Pertanian


Panen cabe pekarangan rumah

iii

37

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Tips Pengadaan Benih dari Tanaman yang ada di Pekarangan

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Cara 1

Pilih tanaman yang kuat dan sehat

Pelihara
secara
menghasilkan biji

Biarkan bijinya tua dan kering di pohon,


misalnya biji bayam

khusus

sampai

Gambar 30. Biji Bayam yang


akan dijadikan benih

Cara 2

Gambar 31. Biji yang siap ditanam

Pilih buah yang besar dan baik

Biarkan buah tua di pohon

Buah tua dipetik, dikeringkan/diangin-anginkan


(tidak dijemur di terik matahari)

Misalnya: cabe., kacang panjang, tomat, terong,


pepaya

ndonesia memiliki kekayaan aneka sumber daya alam yang berlimpah.


Dari sumber daya tersebut tersedia sumber daya pangan yang beraneka
ragam sesuai dengan potensi wilayahnya, baik sebagai sumber
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, maupun mineral. Sumber daya pangan
tersebut antara lain berasal dari kelompok tanaman padi-padian, umbi-umbian,
kacang-kacangan, sayuran, hingga buah. Berdasarkan hasil Survey Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011 dan Triwulan I tahun 2012, bahwa
selama tahun 2011-2012 terjadi penurunan kuantitas konsumsi energi sebesar
99 kkal/kapita/hari (dari 1952 kkal/kap/hari menjadi 1853 kkal/kap/hari).
Penurunan hampir diseluruh kelompok pangan kecuali kelompok minyak dan
lemak. Proporsi penurunan konsumsi terbesar tahun 2012 terhadap tahun 2011
terdapat pada komoditas beras (2,3%), terigu (1,3%) dan umbi-umbian (0,6
%). Penurunan konsumsi energi selama tahun 2011-2012, menyebabkan
penurunan kualitas konsumsi (skor PPH) sebesar 1,9 poin (dari 77,3 menjadi
75,4).

Cara 3
Dengan stek misalnya katuk, ubi jalar, ubi
kayu, beluntas

Cara 4

Gambar 32. Ubi kayu


dibudidayakan dengan stek batang

Dengan cangkok misalnya jambu, rambutan,


mangga
36

Gambar 1. Aneka ragam sumber pangan


Gambar 32. cara budidaya dengan
sistem cangkok

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan masyarakat masih


rendah dan bahkan menunjukkan penurunan yang disebabkan konsumsi
pangan sumber karbohidrat (terutama beras dan terigu) sudah diatas anjuran,
sehingga kualitas konsumsi pangan tidak meningkat meskipun terjadi
peningkatan konsumsi beras dan terigu; dan masih rendahnya konsumsi protein
hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan buah. Disamping itu juga
diakibatkan oleh daya beli dan pengetahuan masyarakat terhadap pangan dan
gizi masih rendah.

Gambar 2. Pemanfaatan lahan pekarangan

Sebagai jawaban atas permasalahan


tersebut, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kecukupan
pangan dan gizi bagi keluarga adalah
dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia disekitar rumah melalui
pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat
dikelola dan dikembangkan oleh keluarga.
Dengan memanfaatkan lahan pekarangan
secara intensif, maka diharapkan akan
dapat membantu memenuhi kebutuhan
konsumsi pangan di tingkat rumah tangga
dan menambah pendapatan bagi keluarga
tersebut dari hasil pekarangan.

Gambar 3. Hasil panen pekarangan

5. Bayam
a. Persiapan
Penanaman di lahan dilakukan dengan cara lahan
dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur.
Sedangkan penanaman di lahan sempit dapat
dilakukan dengan pembuatan bedengan dengan cara
Gambar 29. Bayam
menumpuk bata berkeliling membentuk persegi
yang siap dipanen
(seperti membuat kolam), kemudian isi dengan
campuran tanah dan pupuk kandang (1 : 1), dan pastikan kondisinya
gembur. Atau bisa pula di pot/polibag berdiameter 30 cm.
b. Pemupukan Bayam
Setelah bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam berikan pupuk dasar
kotoran ayam/kambing yang telah difermentasi dengan dosis 4 kg/m2.
Sebagai starter tambahkan Urea 150 kg/ha (15 g/m2) diaduk dengan air
dan disiramkan kepada tanaman pada sore hari 10 hari setelah penaburan
benih, jika perlu berikan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/ m2) pada umur 2
minggu setelah penaburan benih.
c. .Penanaman Benih Bayam
Penanaman dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Ditebar langsung di atas bedengan, yaitu biji dicampur dengan pasir/abu
dapur/pupuk organik yang telah dihancurkan dan ditebar secara merata
di atas bedengan.
2. Ditebar pada larikan/barisan dengan jarak 10-15 cm, kemudian ditutup
dengan lapisan tanah.
3. Disemai setelah tumbuh (sekitar 10 hari) bibit dibumbun dan dipelihara
selama + 3 minggu. Selanjutnya dipindahkan ke bedengan dengan jarak
tanam 50 x 30 cm. Biasanya untuk bayam petik.
4. Bila anda ingin menanamnya di pot, maka sebaiknya jumlah tanaman per
pot tidak terlalu banyak agar bayam tidak kerdil.
d. Pemeliharaan Bayam
Bayam dapat berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanahnya selalu
dipertahankan, misalnya dengan pemupukan organik yang teratur dan
kecukupan air, untuk tanaman muda (sampai satu minggu setelah tanam)
membutuhkan air 4 l/m2/hari dan menjelang dewasa tanaman ini
membutuhkan air sekitar 8 l/ m2/hari.
e. Pemanenan
Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira 20 cm,
yaitu pada umur 3 sampai 4 minggu setelah tanam. Tanaman ini dapat
dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya. Sedangkan bayam
petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1 sampai dengan 1,5 bulan
dengan interval pemetikan seminggu sekali.
35

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

4. Sawi
a. Persemaian

Benih di semai di bedengan yang berukuran


kecil 0.5 x 1 m atau luas ukuran sesuai dengan
kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai di
wadah plastik dengan luas ukuran wadah sesuai
kebutuhan bibit;
Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama 2 jam. Selama perendaman,
benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang.
Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai;
Gambar 28. Tanaman Sawi
Benih disebar secara merata diatas bedeng
dalam Polybag
persemaian dengan tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang 1:1, (media tanam) setebal 7 cm;
Benih yang telah disebar disiram sampai basah kemudian ditutup dengan
daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari.
Bibit siap ditanam setelah berumur 2-3 minggu.
b. Penanaman
Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan kompos
dengan perbandingan 1:1;
Bibit yang ditanam dalam polybag berjumlah 2-3 bibit (untuk polybag
yang berukuran sekitar 30 x 30 cm);
Bagian bawah pot/polybag harus dilubangi agar kelebihan air tidang
tergenang;
Apabila ditanam di rak vertikultur dari bekas talang air, tanam dalam
satu baris dengan jarak tanam 15 cm.
c. Pemeliharaan
Penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim
penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air
yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus
menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi
hari;
Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi,
disesuaikan dengan kondisi tanaman.
d. Pemanenan
Sawi dapat dipanen setelah berumur 45-50 hari setelah tanam;
Panen dapat dilakukan dengan mencabut atau memotong pangkal
batang.

34

Gambar 4. Pemanfaatan pekarangan dengan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di masyarakat adalah


masih rendahnya konsumsi sayuran dan buah yang merupakan sumber gizi
masyarakat. Sayuran dan buah merupakan salah satu dari kelompok pangan
yang memberikan sumbangan terbesar dalam menu beragam, bergizi
seimbang, dan aman (B2SA) yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi keluarga
agar hidup sehat, aktif, dan produktif. Dari segi ekonomi, hasil pekarangan
berupa sayuran dan buah dapat mengurangi pengeluaran keluarga untuk
membeli bahan makanan yang bergizi. Hasil pemanfaatan pekarangan yang
berlebih setelah dikonsumsi, dapat juga dijual sehingga memberikan tambahan
pendapatan bagi keluarga. Fungsi inilah yang disebut pekarangan sebagai
warung hidup karena dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga tanpa
mengeluarkan uang dimana sebagian rumah tangga harus membelinya dengan
uang tunai.
Beberapa upaya dapat dilakukan dalam memproduksi sayuran dan buah
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi B2SA bagi keluarga, antara lain dengan
memanfaatkan lahan pekarangan rumah, kebun sekolah dan lahan perkantoran.

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Pengembangan pertanian di lingkungan pekarangan, kebun sekolah, dan kantor


secara langsung maupun tidak langsung telah menerapkan prinsip-prinsip keunggulan komparatif dan kompetitif. Hal ini diakibatkan oleh kenyataan antara
lain: (a) berusaha tani dalam lingkungan pekarangan rumah dan kebun sekolah
dengan cepat dapat memberikan sosialisasi kepada banyak pihak untuk memahami pertanian karena adanya informasi yang dapat disebarkan oleh masyarakat maupun anak-anak sekolah, (b) mampu mengelola sumber daya lahan yang
terbatas dengan produksi berkelanjutan, (c) secara umum mengembangkan
budidaya sayuran dan buah yang merupakan kebutuhan sehari-hari serta sumber nutrisi bagi keluarga.

Gambar 5 Hidroponik, sistem budidaya sayuran


dengan menggunakan media air mengalir, biasa
dikembangkan di wilayah perkotaan

Gambar 5 Hidroponik sederhana, menggunakan


kayu dan barang bekas

Dalam melakukan usaha budidaya sayuran dan buah pada lahan


yang sempit di pekarangan dan kebun sekolah, ada beberapa kaidah
yang perlu diperhatikan antara lain:
(a) tanaman yang dikembangkan
adalah sayuran dan buah yang mudah dipelihara, mudah dikonsumsi
serta tidak membutuhkan modal
yang besar;
(b) mudah diaplikasikan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Sedangkan untuk pertanian di wilayah perkotaan
yang disebut dengan istilah Urban
Fringe
Agriculture
mempunyai
karakteristik khusus antara lain
membutuhkan
teknologi
tinggi,
memperhatikan
aspek
estetika,
tanaman yang dikembangkan yang
masa tanamnya lebih pendek, serta
dapat ditanam di lahan yang sempit.

3. Terong
a. Persemaian

Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam


(1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan
masukkan dalam plastik persemaian;
Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis
tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang;
Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang dibuka.
Penyiraman dilakukan benih secukupnya, tidak terlalu basah tidak terlalu
kering;
Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah
membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm.
b. Penanaman
Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit;
Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan;
Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk
kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas
pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan,
kemudian diaduk dengan tanah.
Bedengan kemudian disiram air (lembab tapi tidak becek).
c. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari;
Selain pupuk kandang/kompos, dapat juga ditambahkan NPK sebanyak
10 gram yang dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan tersebut disiram
sebanyak 1 gelas air mineral per polybag, diusahakan tidak terkena
batang.
d. Pemanenan
Terong dapat dipanen pertama kali pada umur 70-80 hari setelah tanam;
Cara panen buah dipetik/dipotong bersama tangkainya;
Frekuensi panen 5-7 hari sekali sampai berumur 6 bulan.

Gambar 41. Terong yang telah siap dipanen

33

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

2. Tomat

2. Tujuan

a. Persemaian
Sebar benih di bedeng persemaian atau baki semai;
Selama dalam pemeliharaan bibit, dilakukan penyiraman yang cukup;
Setelah membentuk 2 helai daun sempurna, bibit dipindahkan ke
polybag;
Setelah membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi 5-10 cm, bibit
dipindahtanamkan.
b. Penanaman
Apabila menanam di polybag, siapkan media tanam lalu isi polybag
sampai bagian. Buat lubang tanam, lalu tanam bibit kedalamnya dan
diratakan kembali;
Apabila ditanam di bedengan, pindahkan bibit tanaman yang telah
berumur 3 minggu dengan jarak tanam 30-50 cm.

Tujuan dari pemanfaatan lahan pekarangan dan kebun sekolah ini adalah
untuk membantu menyediakan sumber pangan bagi keluarga yang beragam,
bergizi seimbang dan aman baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin
dan mineral.

Gambar 40. Tanaman CabaiTomat

c. Pemeliharaan
Lakukan penyiraman setiap hari;
Sebagai stimulant pertumbuhan, berikan tambahan pupuk NPK 1 gelas air
mineral dilarutkan dalam 1 ember air. Siramkan 1 gelas air mineral
larutan pupuk NPK tersebut di sekitar tanaman, lakukan hal yang sama
setelah 2 minggu.
d. Pemanenan
Tomat dapat dipanen pertama kali pada umur 75 hari setelah masa
tanam.
Frekuensi panen 3-5 hari sekali sampai tanaman berumur 6-7 bulan.
Buah yang rusak akibat lalat atau hama penyakit segera dimusnahkan

32

PERAN LAHAN PEKARANGAN DAN KEBUN SEKOLAH


Lahan pekarangan rumah (home garden) dan kebun sekolah (school
garden), adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan atau sekolah
yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai taman dengan berbagai ragam
tanaman termasuk pemanfaatan untuk ternak kecil dan kolam ikan, yang
merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan sebagai
bagian dari sistem integrasi. Lahan pekarangan rumah dan kebun sekolah dapat
memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai cadangan sumber pangan baik
sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, maupun ternak dan ikan. Selain itu
pekarangan juga dapat menyediakan berbagai jenis tanaman obat sehingga
memiliki fungsi sebagai apotek hidup.
Selain itu beberapa manfaat
yang bisa kita dapatkan dari
pekarangan dan kebun sekolah
antara lain adalah:
a. Sumber plasma nutfah dan
biodiversifikasi
b. Habitat berbagai jenis fatwa
c. P en gen dal i i k lim (u n tu k
kenyamanan)
d. Daerah resapan air
e. Penyerapan karbon
f. Mengkonversi tanah
g. Sumber tambahan pendapatan
keluarga
h. Sebagai sumber keindahan/
aestetika.
i. Tempat rekreasi dan belajar

Gambar 6 Lahan pekarangan rumah yang telah


dimanfaatkan

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Apabila dimanfaatkan sebagai lumbung hidup maka sebagian dapat pula


digunakan sebagai sumber penghasil benih. Karena lahan pekarangan dan
kebun sekolah sering dimanfaatkan sebagai taman maka lahan ini memiliki
fungsi keindahan, keasrian, dan akhirnya sebagai media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi. Secara umum lahan pekarangan rumah
maupun kebun sekolah biasanya memiliki luasan yang sempit serta
ketersediaan sarana (seperti media tanam, pupuk, dll) yang juga terbatas.
Dengan keterbatasan tersebut maka diperlukan langkah-langkah dan cara
mensiasati agar pemanfaatan lahan dapat optimal. Beberapa cara yang dapat
dilakukan antara lain melalui penggunaan lahan dengan teknik vertikultur,
tanaman pot/polybag, serta tanaman yang ditanam adalah yang mudah tumbuh
dan mudah dikonsumsi (seperti: terong, cabai, selada, sawi, pak coy, dll).
Dengan cara-cara tersebut akan mampu menghasilkan produk pangan yang
sehat dan cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumsi bagi
keluarga.
Pemanfaatan lahan pekarangan baik
di daerah pedesaan maupun
perkotaan dapat men du kun g
ketahanan pangan nasional dengan
memberdayakan potensi pangan
lokal yang dimiliki masing-masing
daerah.

Gambar 7. Kegiatan pengembangan kebun sekolah

Dalam menumbuhkembangkannya,
Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian sejak tahun
2010 telah men gem ban gkan
pemanfaatan pekarangan melalui
pemberdayaan kelompok wanita dan
pengembangan kebun sekolah.

Gambar 8. Kelompok wanita penerima manfaat


kegiatan KRPL

BUDIDAYA BEBERAPA KOMODITAS TANAMAN DI PEKARANGAN

1. Cabai

a. Persemaian
Sebar benih di bedeng atau baki
penyemaian;
Pemeliharaan bibit cukup dilakukan
dengan penyiraman yang cukup serta
membuang bibit yang sakit untuk
menghindari penularan ke benih lainnya.;
Setelah membentuk 2 helai daun yang
sempurna, bibit dipindahkan ke dalam
polybag;
Setelah membentuk 5-6 helai daun
Gambar 39. Tanaman Cabai
sempurna bibit dapat dipindahtanamkan
ke lahan atau ke media tanam yang lebih
besar.
b. Penanaman
Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit;
Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan;
Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk
kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas
pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan,
kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram air (lembab
tapi tidak becek).
c. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari;
Selain pupuk kandang/kompos, dapat juga ditambahkan NPK sebanyak
10 gram yang dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan tersebut disiram
sebanyak 1 gelas air mineral per polybag, diusahakan tidak terkena
batang;
Untuk menghindari serangan lalat buat, dapat menggunakan yellow trap,
karton berwarna kuning yg telah diolesi lem kedua sisinya lalu dipasang
dengan menggunakan kayu di sekitar tanaman.
d. Pemanenan
Cabai dapat dipanen pada umur 70-75 hari setelah tanam dengan ciri
buah sebagian besar bewarna merah;
Panen dengan cara dipetik, dengan frekuensi panen 3-4 hari sekali
sampai tanaman berumur 6-7 bulan.

31

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

e. Tindakan Karantina
Kebun bibit dapat memasukkan bibit dari luar, baik membeli, mendapat bantuan
atau bekerjasama dengan pihak lain. Sebelum memasuki lingkungan kebun
bibit, bibit dari luar tadi dilakukan tindakan karantina, yaitu:
Ditampung sementara di tempat transit, terutama apabila diperlukan masa
adaptasi atau pemindah-tanaman (transplanting) ke media lain, dan;
Dibebashamakan dengan insektisida dan/atau fungisida, untuk mencegah
terbawanya sumber hama/penyakit baru ke lingkungan kebun bibit;
Diletakkan di tempat yang sesuai dengan kondisi bibit untuk proses
adaptasi;
Diberi label yang mencantumkan: tanggal tanam, komoditas, dan varietas;

Dilakukan pencatatan identitas bibit, minimal tentang: komoditas, bentuk


(benih/ bibit), jumlah, tanggal terima, tanggal kadaluwarsa, sumber benih/
bibit, harga (jika membeli)

Setelah itu baru bisa dikumpulkan dengan bibit lain yang ada di kebun bibit.
Agar kebun bibit dapat berperan maksimal sebagai supplier benih/bibit maka
harus memiliki fungsi:

Fungsi produksi dan distribusi, tempat produksi benih/bibit yang dibutuhkan


oleh anggota kelompok maupun masyarakat.

Fungsi keberagaman, jenis komoditas yang beragam sehingga dapat


memenuhi kebutuhan benih/bibit anggota dan masyarakat.
Fungsi estetika, pengaturan penanaman memperhatikan aspek indah dan
teratur sehingga dapat memberikan pemandangan asri.
Fungsi lingkungan, memberikan nuansa yang nyaman, ramah, kreatif dan
sehat.
Fungsi pelayanan, mampu melayani dengan baik kebutuhan bibit bagi
anggota maupun masyarakat.

Fungsi keberlanjutan, dikelola secara profesional dan komersial sehingga


menjadi suatu usaha yang menarik dan menguntungkan.

30

Pada tahun 2013 pengembangan


pemanfaatan pekarangan dilaksanakan
dengan menggunakan konsep Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL
adalah sebuah konsep lingkungan
perumahan penduduk yang secara
bersama-sama
mengusahakan
pekarangannya secara intensif untuk
dimanfaatkan menjadi sumber pangan
secara
berkelanjutan
dengan
mempertimbangkan aspek potensi
wilayah dan kebutuhan gizi warga
setempat. Melihat peran penting dari
pekarangan maka selayaknya perlu
diciptakan perencanaan pemanfaatan
ruang dalam pekarangan sehingga lahan
tersebut dapat ditanami dengan optimal,
tetap asri dan sekaligus sebagai media
pembelajaran dan pendidikan bagi
keluarga, anak-anak sekolah maupun
masyarakat secara umum yang
selanjutnya dapat membantu pemenuhan
kebutuhan sumber pangan sehat untuk
keluarga.
Sehubungan dengan hal tersebut,
pengembangan
pekarangan
dapat
dilakukan secara holistik. Sistem holistik
yang diterapkan disini bermakna pada
setiap sub-komponen akan mampu
memberikan nilai manfaat terhadap
komponen lainnya. Dengan menerapkan
konsep tersebut maka akan terjadi
komposisi
yang
mengarah
pada
penanganan secara zero waste dan
mengarahkan
pemanfaatan
lahan
pekarangan maupun kebun sekolah lebih
efisien
dan
berwawasan
ramah
lingkungan.

Gambar 9. Pemanfaatan pekarangan


dengan konsep KRPL

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KEBUN SEKOLAH

alam
pemanfaatan
lahan
pekarangan
rumah
dan
kebun
sekolah guna membantu meningkatkan
ketersediaan pangan untuk konsumsi,
harus dirancang dengan baik serta
mempertimbangkan luas lahan yang
dimiliki karena kebanyakan rumah dan
sekolah di Indonesia tidak memiliki
halaman yang luas.
Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan untuk pengembangan
pemanfaatan lahan pekarangan rumah
dan kebun sekolah, adalah:

Gambar 11. Contoh peralatan yang


digunakan untuk mengelola pekarangan

1. Memilih Jenis Tanaman


Memilih jenis tanaman apa yang akan ditanam memerlukan beberapa
pertimbangan, yaitu (a) sesuai dengan yang biasa dikonsumsi masyarakat lokal;
(b) adaptasi terhadap suhu, ketinggian, musim, dan sifat-sifat agroekologi
setempat; (c) memiliki kandungan nutrisi untuk meningkatkan nilai gizi
masyarakat setempat; (d) memilih bibit tanaman yang bagus dan mudah
dibudidayakan. Beberapa jenis tanaman yang dapat dibudidayakan untuk
pekarangan dan kebun sekolah antara lain:
a. Sayuran: Terong, kacang panjang, ketimun, buncis, kangkung, sawi hijau,
cabe, pare, bawang daun, tomat, bawang merah, bayam, kemangi, dll.
b. Buah: pepaya, pisang, jambu,
belimbing, dll.
c. Umbi-umbian:
ubi
jalar,
singkong, talas, ganyong, dll.

Gambar 38. Suasana di dalam kebun bibit

d. Distribusi Bibit

Gambar 12. Tomat, merupakan


contoh tanaman yang populer untuk
ditanam di pekarangan

Distribusi bibit memprioritaskan pemenuhan riil bibit yang diajukan anggota


kelompok atau masyarakat yang membutuhkan. Distribusi bibit ke luar
kawasan hanya dilakukan apabila ada kelebihan setelah kebutuhan
terpenuhi;
Cara distribusi bibit kepada anggota kelompok/masyarakat dilakukan sesuai
dengan kesepakatan;
Untuk sayuran, semai benih dilakukan 2 minggu sebelum didistribusi-kan
kepada anggota dan disesuaikan untuk komoditas lainnya;
Jangan lupa untuk menambah jumlah benih yang disemai sebanyak 5%
untuk mengantisipasi bibit rusak/ mati saat proses penyemaian;
Batas toleransi maksimal bibit berada di kebun bibit adalah 3 minggu sejak
dari tanam benih;
Bila ada persediaan benih yang sudah berumur 3 minggu, segera lakukan
tindakan, ditawarkan kepada anggota yang masih membutuhkan, dijual,
atau diitanam di lingkungan sekitar kebun bibit.

29

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Untuk lahan/lokasi kebun bibit yang ideal adalah: (a) tidak ternaungi/
mendapat sinar matahari secara langsung, (b) dekat dengan sumber air, dan (c)
tersedia lahan yang cukup di sekitarnya sehingga mempermudah
pengembangan kebun bibit di masa datang. Luas yang diperlukan bergantung
kepada volume bibit yang akan diproduksi.

c. Pemeliharaan Semai

Setelah benih ditanam, segera


lakukan penyiraman;

Untuk selanjutanya, semai disiram


minimal 1 kali sehari pada pagi
hari. Lebih dianjurkan untuk
disiram 2 kali sehari, pada pagi
dan sore hari;
Jika semai sudah berumur 1
minggu,
lakukan
pemupukan
dengan menyiramkan larutan
pupuk NPK 5% (1 sendok makan
peres + 1 liter air);
Setelah itu lakukan penyiraman
kembali
dengan
air,
untuk
mencuci pupuk yang menempel di
daun semai;
Pengendalian hama dan penyakit
atau
organisme
pengganggu
tanaman (OPT) dengan pestiida
hanya
dilakukan
apabila
ditemukan adanya serangan OPT.

Gambar 37. Bibit yang telah siap ditanam

28

2. Lahan
Untuk menentukan letak Lahan, dipilih: (a) lahan yang memperoleh sinar
matahari sepanjang hari dan tidak ternaungi; (b) jika mungkin, pilihlah lahan
yang tanahnya subur dan dengan drainase yang baik; (c) jika tanahnya tidak
subur, dapat diperbaiki dengan pemupukan atau penambahan bahan-bahan
untuk memperbaiki sifat tanah (misalnya kompos, kapur, dsb).
Sebagai contoh, pemanfaatan lahan yang memiliki ukuran 6m x 6m yang
dibagi menjadi 5 lahan berukuran 6m x 1m. Meskipun tata letak lahan dapat
dibuat secara fleksibel, jumlah luas lahan sebaiknya tetap berkisar sekitar 36
m2. Jika keluarga atau sekolah tidak memiliki lahan seluas 36 m 2 di satu tempat,
letak pekarangan dapat di rancang dibeberapa tempat, misalnya 2 lahan
berukuran 6 x 1m2 terletak di belakang rumah atau sekolah sedangkan 3 lahan
berikutnya terletak di samping rumah atau gedung sekolah.

Gambar 36. Penanaman bibit ke lahan


pekarangan
Gambar 13. Contoh Pembagian lahan di pekarangan

Lima lahan berukuran 6m x 1m ditata dan diolah dengan saluran pengairan


berukuran 25 cm di antara dua lahan. Satu lahan dapat ditanami 2 atau 3 jenis
sayuran, sehingga dibagi menjadi 2 sub-lahan berukuran 1m x 3m. Tanggul/
pematang dibuat mengelilingi kebun sehingga pengairan tidak melimpah ke luar
areal kebun. Lahan dibajak dua atau tiga kali dan diberi pupuk kandang yang
dicampurkan kedalam tanah. Bahan-bahan untuk perbaikan sifat tanah juga
dapat ditambahkan seperlunya. Jenis-jenis sayuran yang telah dipilih ditanam
kedalam 10 sub-lahan menurut urutan yang disesuaikan dengan musim tanam.
9

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Tabel 1. Beberapa jenis komoditas tanaman dan cara penyemaiannya

Jadwal tanam selama satu tahun dirancang seperti bagan di bawah:

No

Gambar 14. Contoh kalender tanam (1)

10

Kelompok/komoditas

Cara semai/perbanyakan

Sayuran:
Sayuran yang diperbanyak
dengan biji (sayuran buah,
sayuran daun,
sayuran
merambat)
Sayuran umbi: kentang,
bawang
merah,
dan
bawang putih.
Tanaman buah :

Biji disemai lalu dipindah tanam


(transplanting)

Tanaman buah yang diperbanyak dengan biji (melon,


semangka, dan waluh)
Tahunan: jeruk, mangga,
dan pisang dll.
Umbi-umbian
Umbi rimpang : Garut, Ganyong

Biji disemai lalu dipindah tanam


(transplanting)

Perbanyakan dengan umbi dan/


atau siung

Umbi ubi: Talas, Suweg,


Bentoel, Mbote, Porang,
Uwi, Gadung
Ubi jalar dan Casava

Okulasi, tempel atau sambung,


multiplikasi bonggol
Memisahkan anakan atau rimpang
dari induknya, kemduain:
Disemai terlebih dahulu,
Atau langsung ditanam di lahan
dengan mengurangi sedikit
daunnya
Menggandakan dengan membelah umbi induk berdasarkan mata
tunas
Tanam stek

Kacang-kacangan

Tanam biji langsung

27

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembibitan adalah
yang terkait dengan sarana dan prasarana pendukung. Sarana adalah segala
sesuatu kebutuhan produksi bibit yang habis pakai. Sarana yang diperlukan
kebun bibit antara lain adalah:

Benih/bibit yang akan disemai atau diperbanyak lebih lanjut;


Media tanam yang digunakan, dapat berupa campuran tanah, pupuk
kandang dan pasir halus dengan perbandingan 1:1:1 dan atau komposisi
yang lain sesuai jenis tanaman;
Kantong plastik;

pestisida nabati;
Air.
Sedangkan yang dimaksud dengan
prasarana adalah segala sesuatu
kebutuhan produksi bibit yang tidak
habis pakai, atau disebut juga
peralatan. Prasarana yang diperlukan
antara lain adalah:
Prasarana pengairan; sumber air,
instalasi pengairan,selang.

Rumah

Gambar 35. Bibit di dalam kebun bibit


yang sudah siap untuk dipindahtanamkan

26

bibit; dapat berupa


bangunan semi permanen atau
menggunakan para net atau
bangunan sederhana lainnya yang
dapat digunakan sebagai tempat
produksi dan penyimpanan bibit
yang aman. Dalam rumah bibit
juga terdapat meja atau rak untuk
meletakkan bibit.
Peralatan pendukung, seperti:
gunting, pisau, alat penyemprot,
cangkul,
ember/bak,
alat
penyiram, sekop kecil, dll.

Gambar 15. Contoh kalender tanam (2)

Pupuk NPK;
Pestisida (insektisida dan fungisida), lebih disarankan bio-pestisida atau

11

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Di wilayah pedesaan, biasanya lahan pekarangannya lebih luas daripada di


wilayah perkotaan. Untuk wilayah perkotaan luas pekarangan biasanya kurang
dari 100m2 dan sebagian besar lahannya sudah dicor dengan semen/di-paving.
Sedangkan di wilayah pedesaan, luas pekarangannya bisa mencapai lebih dari
100m2 dan sebagian besar lahannya masih berupa tanah. Oleh karena itu
pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan kondisi lahan. Misalnya dalam
gambar berikut ini :

b. Pelaksanaan Pembibitan

Tanamlah satu atau dua biji ke dalam satu lubang. Letakkan nampan

pembibitan di atas meja/rak, kemudian tutuplah dengan jaring nilon untuk


menghindari masuknya serangga penyebar penyakit;
Biji disiram air setiap hari (lebih baik dilakukan di pagi hari), tergantung
suhu dan kelembaban udara. Berilah pupuk larutan NPK (19:19:19) 5 ml per
lubang, 2 kali selama pembibitan, sebelum tanam di lahan;
Catatlah tanggal penanaman biji dan tanggal tanam bibit di lahan.

Bibit tanaman yang diproduksi adalah yang biasa dikonsumsi dan disukai
masyarakat setempat serta menggunakan pupuk dan pestisida yang aman bagi
lingkungan dan kesehatan. Agar bibit yang diproduksi dapat digunakan secara
optimal, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola kebun
bibit yaitu:

Tepat Jenis
Bibit
yang
akan
diproduksi
diharapkan tersedia stok induk/
sumber benihnya serta sesuai
dengan
kebutuhan
anggota/
pengguna bibit tersebut yang akan
menggunakannya untuk ditanam di
pekarangan.

Tepat Waktu

Gambar 34. Contoh Kebun Bibit Desa

Bibit yang diproduksi diharapkan


sesuai waktu kebutuhannya serta
menyesuaikan dengan kalender
tanam atau semai, sehingga bibit
dapat digunakan sesuai kebutuhan.

Tepat Jumlah
Gambar 16. Contoh desain pekarangan rumah dengan lahan luas
(biasanya di wilayah pedesaan)

12

Bibit yang diproduksi jumlahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat/


anggota kelompok sehingga kegiatan budidaya di pekarangan tidak terhenti
karena kekurangan bibit.

25

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

a. Persiapan Pembibitan

Pakailah nampan pembibitan yang memiliki 50 lubang untuk menanam biji

(lubang berukuran dalam 4 cm dan diameter 4.6 cm). Jika nampan


pembibitan tidak tersedia, biji dapat ditanam di wadah-wadah yang mirip.
Misalnya, contong yang dibuat dari daun pisang, cangkir plastik yang
dipotong setengah dan diberi lubang supaya air dapat menetes keluar, atau
dengan media penyemaian bibit model lontong, dsb.
Pakailah tanah untuk pembibitan yang berisi campuran kompos, sekam padi,
pasir dengan perbandingan 3:1:1. Sebaiknya tanah yang digunakan untuk
campuran tersebut adalah tanah bersih. Jika memungkinan, tanah campuran
dapat disterilisasi dengan cara diratakan kemudian ditutup dengan jerami
padi setebal 5 cm dan dibakar. Cara ini akan sedikit menambah kandungan
P dan K tanah.

Gambar 17. Contoh desain pekarangan rumah dengan lahan sempit


(biasanya di wilayah perkotaan)

Gambar 33. Media tanam kompos,


sekam padi, dan pasir dengan

komposisi perbandingan 3:1:1


Gambar 32. Pembuatan media
penyemaian bibit model lontong

24

Untuk menyiasati ukuran lahan yang sempit, budidaya tanaman di


pekarangan dapat menggunakan teknik vertikultur. Sesuai asal katanya,
vertikultur berasal dari kata vertical dan culture yang artinya sistem budidaya
pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Model vertikultur ini
selain menghemat tempat juga dapat menambah nilai estetika di pekarangan.
Model, ukuran, dan bahan yang digunakan dapat bermacam-macam sesuai
kondisi dan keinginan.
13

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

1. Tujuan Kebun Bibit


Tujuan membangun kebun bibit adalah untuk: (a) memproduksi bibit
sayuran, buah dan umbi-umbian yang biasa dikonsumsi dan disukai oleh
masyarakat setempat dan mempunyai nilai gizi yang baik; (b) menyuplai bibit
untuk anggota kelompok, kebun sekolah dan masyarakat sekitarnya; serta (c)
menjaga keberlanjutan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.

Gambar 18. Vertikultur menggunakan bekas talang air dengan rangka kayu

Pada umumnya model vertikultur dibentuk mirip seperti anak tangga


dengan beberapa undakan-undakan atau sejumlah rak. Bahan yang digunakan
dapat berupa pipa paralon, bambu, belahan batang pohon yang besar, bekas
talang air, botol bekas atau barang bekas pakai lainnya yang dapat
dimanfaatkan. Tanaman yang ditanam dengan teknik vertikultur sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan, berumur pendek dan berakar pendek. Beberapa
contoh tanamannya antara lain: selada, sawi, pakcoy, bayam, kemangi, dll.

2. Pengelolaan Kebun Bibit


Tidak semua jenis tanaman
dapat disimpan benihnya. Jenis
tanaman yang benihnya dapat
dipanen dan disimpan adalah
jenis tanaman yang memiliki
penyerbukan sendiri (misalnya
kacang-kacangan) dan varietas
OP
(Open
Pollinated/
penyerbukan
terbuka)
dari
tanaman
yang
memiliki
penyerbukan silang. Sedangkan
untuk varietas hibrida benihnya
tidak dapat disimpan untuk
ditanam kembali, karena benih
dari tanaman hibrida bersifat
mandul atau akan tumbuh
menjadi tanaman yang cirricirinya berbeda dari tanaman
induknya.

Gambar 30. contoh kebun


bibit sederhana

Gambar 31. Nampan


untuk pembibitan 50 lubang

Gambar 19. Vertikultur menggunakan polybag dengan rangka bambu

14

23

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

PENGEMBANGAN KEBUN BIBIT


Kebun Bibit adalah: (a) area/kebun milik masyarakat/desa beserta
kelengkapan dan bangunannya yang difungsikan sebagai tempat untuk
pembibitan; (b) dibangun dan dikelola atas inisiatif atau partisipasi aktif
masyarakat setempat; (c) untuk memproduksi bibit kebutuhan masyarakat atau
wilayah disekitarnya, sehingga ada kesinambungan budidaya komoditas yang
mereka pilih dan tentukan sendiri serta diperoleh kemudahan serta keuntungan
ekonomi dalam pengelolaannya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
membangaun kebun bibit:
a. Aspek Sosial
Dibangun dari, oleh dan untuk
kepentingan masyarakat dalam
kawasan tertentu sesuai dengan
kesepakatan masyarakat;
Dikelola secara terorganisir oleh
masyarakat
sendiri
dalam
semangat
kekeluargaan
dan
mengedepankan
musyawarah
mufakat.
b. Aspek Teknis
Menerapkan teknologi terbaru
yang efektif dan efisien dengan
bimbingan
petugas/penyuluh,
serta
memaksimalkan
pemanfaatan potensi lokal;

Berikut adalah cara membuat vertikultur


dengan menggunakan talang air:
a. Buat serangkaian rak dari kayu
dengan tinggi sekitar 1,5 m dan lebar
1 m, panjang disesuaikan kebutuhan;
b. Atur tiga atau empat rangkaian
berundak dengan jarak antar undakan
sekitar 30 cm, dan lebar masingmasing rak 25-30 cm;
c. Potong talang air sesuai panjang rak
yang dibuat lalu tutup ujung-ujungnya
dengan menggunakan penutup talang
dan dilem secara permanen;
d. Lubangi dasar talang dengan bor atau
pisau, diameter lubang sekitar 1 cm
dan jarak antar lubang sekitar 25 cm;
e. Isi talang dengan media tanam yang
telah disiapkan lalu susun diatas rak
yang telah dibuat. Media ini siap
ditanami bibit sesuai kebutuhan;

Memperhatikan

Gambar 29. Pembuatan bangunan sederhana


untuk kebun bibit

kelestarian
lingkungan dengan semaksimal
mungkin menggunakan bahanbahan ramah lingkungan.

c. Aspek Ekonomi
Pengelolaan kebun bibit dapat juga berorientasi pada keuntungan secara
ekonomis, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi masyarakat
juga dapat menambah pemasukan.
22

Gambar 20. Aneka model vertikultur

15

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

Gambar 21. Kolam ikan terpal


dengan menggali tanah

Selain
ditanami,
lahan
pekarangan
juga
dapat
dimanfaatkan untuk kolam ikan atau
kandang ternak unggas/ternak kecil
seperti ayam, itik, atau kelinci. Ikan
atau ternak ini merupakan pangan
sumber protein hewani yang juga
dapat diusahakan di pekarangan.
Jenis ikan yang biasa dibudidayakan
di pekarangan antara lain adalah
lele, ikan mas, nila, atau jenis ikan
air tawar lainnya yang disukai.

Sedangkan untuk ternak kecil biasanya adalah ayam, itik, atau kelinci.
Ternak yang lainnya seperti kambing atau sapi sebenarnya juga bisa dipelihara
di pekarangan jika lahannya mencukupi, namun untuk ternak seperti ini
membutuhkan biaya yang cukup besar dan biasanya lebih berorientasi untuk
usaha/bisnis.

PEMBIBITAN

Bibit/benih adalah sumber kehidupan.


Awal dari ketersediaan pangan serta keberlanjutan kehidupan.
Pada sebiji bibit, diletakkan harapan agar kehidupan jadi lebih baik.
Lewat kerja keras dan ketekunan serta doa yang dikirim kepada Sang
Penguasa Kehidupan, berharap panen berlimpah ruah
Hingga akhirnya semakin banyak orang yang dapat tidur dengan perut
kenyang

Save your seeds.... !!

16

Gambar 22. Kolam ikan dan kandang ternak unggas di pekarangan

21

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

d. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh
atau membuang hama yang terdapat pada tanaman dan media tanam atau
dapat juga secara kimiawi dengan insektisida nabati. Apabila memungkinkan,
pestisida nabati dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sumberdaya yang
terdapat di dapur dan pekarangan.
Khusus untuk hama jenis serangga, dapat
menggunakan metode yellow trap yaitu
dengan menggunakan karton yang berwarna
kuning yang telah dilumuri lem kedua sisinya
kemudian dipasang dengan kayu di sekitar
tanaman. Untuk pengendalian penyakit, dapat
dilakukan dengan cara memusnakan tanaman
yang terserang sehingga tidak menulari
tanaman lainnya atau dengan aplikasi
pestisida nabati.
Gambar 27. Pengendalian hama
serangga dengan teknik yellow trap

e. Panen
Untuk tanaman sayuran daun seperti
kangkung, kemangi, kenikir, kucai, dan
seledri, pemanenan dapat dilakukan
secara berulang. Pemanenan sayuran
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
memotong batang atau pucuk daun atau
bagian daun yang sudah cukup tua.
Sebagian sayuran lainnya seperti selada,
bayam, sawi, kangkung cabut, dipanen
hanya sekali dengan cara mencabut
tanaman beserta akarnya. Sedangkan
untuk sayuran buah atau tanaman buah,
umumnya dipanen secara bertahap
sesuai dengan fase kematangan buah
atau sesuai keinginan.
20

Untuk membuat kolam ikan


yang lebih mudah dan murah, saat ini
banyak dikembangkan model kolam
ikan terpal. Kolam ikan terpal ini
dapat dibuat dengan cara menggali
tanah terlebih dahulu atau tanpa
penggalian (kolam langsung dibuat di
atas permukaan tanah), lalu dipasang
terpal yang dirangkai dengan rangka
dari kayu/besi sehingga bentuknya
menyerupai bak. Ukuran kolam
berkisar 1m x 2m, 2m x 3m, dengan
tinggi 0,5-1m atau menyesuaikan
dengan
lahan
yang
tersedia.
Sedangkan tinggi air di dalamnya
disesuaikan dengan jumlah dan
ukuran benih ikan yang akan
dipelihara.Media lain yang dapat
digunakan sebagai kolam ikan adalah
drum plastik yang dilubangi. Kolam
dari drum dapat dijadikan alternatif
pada lahan sempit.

Gambar 23. Pembuatan kolam ikan dari drum


plastik

Gambar 24. Kolam ikan terpal tanpa menggali


tanah (kolam gantung)

3. Pembibitan

Gambar 28. Tanaman yang telah siap


dipanen

Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil


dan berharga relatif mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali bayam
karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih berukuran
besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman. Pembibitan
menjadi kunci bagi keberlanjutan dan kelestarian pengembangan pekarangan.
Ketersediaan bibit sangat diperlukan agar kegiatan menanam dan
membudidayakan aneka ragam tanaman di pekarangan dapat terus berlanjut
walaupun hasilnya sudah dipanen. Dengan demikian keberadaan kebun bibit
menjadi penting untuk mensuplai kebutuhan bibit bagi masyarakat/rumah
tangga/sekolah yang akan mengembangkan pekarangannya. Proses pembibitan
lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian tersendiri dalam buku ini.
17

Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi

4. Pengelolaan Tanaman
a. Penanaman
Sebelum melakukan penanaman, disiapkan terlebih dahulu media tanam.
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran.
Dari sinilah tanaman menyerap unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang
digunakan adalah campuran antara tanah, kompos, dan sekam atau sekam
bakar dengan perbandingan 1:1:1 yang dicampur dan diaduk hingga merata.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam wadah tanam seperti
pot, polybag, rak/bambu vertikultur.
Bibit yang dipilih untuk ditanam adalah bibit yang telah memiliki daun
sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan ukurannya relatif seragam;

Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Jika menanam di pot atau polybag
sebaiknya satu pot untuk satu bibit. Sedangkan jika menanam di bambu/
talang air pada model vertikultur, buat jarak tanam sekitar 15-20 cm;
Keluarkan bibit dari wadahnya secara hati-hati agar tidak rusak;

Masukkan ke dalam lubah yang telah dibuat di wadah tanam, kemudian


tutup kembali lubang tersebut dengan media tanam;
Lakukan penyiraman secara merata hingga media tanam menjadi basah.

b. Pemupukan
Untuk sayuran yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah
maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam
dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih banyak
dalam media tanam, misalnya 2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan sekam.
Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di toko-toko
sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas pemberian
pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara melarutkan 10100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata pada media
tanam.
Sedangkan untuk budidaya
non organik, pemupukan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan pupuk kimia
seperti pupuk majemuk NPK;
campuran pupuk tunggal
Urea, TSP, dan KCL masingmasing satu bagian; atau
pupuk pelengkap cair. Jenis
pupuk kimia tersebut bayak
tersedia di toko sarana dan
prasarana pertanian ataupun
kios-kios tanaman.

Gambar 26. Aktivitas menyiram tanaman di pekarangan

Gambar 25. Pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai wadah tanam

18

C. Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam,
populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume
media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka
intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman
umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari.
19

Anda mungkin juga menyukai