oleh
Ludfia Windyasmara
05/185976/PT/04903
SKRIPSI
SARJANA PETERNAKAN
pada
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Ludfia Windyasmara
05/185976/PT/04903
29 Juni 2009
Prof. Dr. Ir. Suharjono Triatmodjo, MS. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si, Ph.D
NIP. 131 121 690 NIP. 131 898 313
2
HALAMAN PENGESAHAN
Ludfia Windyasmara
05/185976/PT/04903
Anggota
Anggota
Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
Dekan
3
PENGARUH PROSES BIODIGESTING DAN VERMICOMPOSTING
TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK
Ludfia Windyasmara
05/185976/PT/04903
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pupuk organik
dari limbah biogas (sludge) dengan memanfaatkan peranan cacing tanah
Pheretima sp. sehingga dapat diperoleh pupuk organik yang tidak hanya
dapat meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga untuk memperbaiki struktur
tanah. Perlakuan terdiri dari tiga level percobaan yaitu 0% sludge, 50%
sludge dan 50% kotoran sapi dan yang terakhir 100% sludge. Setiap level
akan dilakukan tiga kali pengulangan. Pengujian yang dilakukan dengan uji
kimia yaitu kadar air, C-organik, kandungan BO, N, P dan K serta ratio C/N.
Uji sifat fisik dilakukan dengan uji organoleptik yaitu meliputi warna,bau dan
tekstur, serta mengukur pH dan suhu kascing. Uji biologis dilakukan dengan
menanam kangkung (Ipomoea reptans). Pengolahan data penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dan perhitungan analisis variansi acak
lengkap pola searah, sedangkan perbedaan rerata diuji dengan Duncan’s
New Multiple Range Test. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa
kadar air, nitrogen, kalium dan rasio C/N menunjukkan hasil yang signifikan,
sedangkan karbon, bahan organik dan phosphor menunjukkan hasil yang
tidak signifikan. Pada percobaan dengan aplikasi terhadap tanaman
kangkung kascing dengan bahan dasar 100% feses menunjukkan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
4
THE INFLUENCE BIODIGESTING PROCESS AND VERMICOMPOSTING
ON QUALITY ORGANIC FERTILIZER
Ludfia Windyasmara
05/185976/PT/04903
ABSTRACT
This research aims to improve the quality of organic fertilizer from the
biogas waste (sludge) by utilizing the earthworm Pheretima sp. so it can be
organic fertilizer, which not only can improve soil fertility but also to improve
soil structure. Treatment consists of a three-level experiment that is 0%
sludge, 50% sludge and 50% cow dung and the last 100% sludge. Each level
will be conducted three times repetition. Tests conducted with the test
chemicals, namely water content, C-organic, womb BO, N, P and K and the
ratio C / N. Test done with the physical nature of test organoleptik include the
color, smell and texture, and measure the pH and temperature kascing.
Biological testing is done with the planting kangkung (Ipomoea reptans). Data
processing of this research using descriptive analysis and calculation analysis
variansi complete random pattern direction, while the Average differences
tested with Duncan's New Multiple Range Test. From the data obtained
shows that the degree of water, nitrogen, potassium and the ratio of C / N
showed significant results, whereas the carbon, phosphor and organic
materials show the results that are not significant. In the experiment with the
application of plant kangkung kascing with 100% of basic feses show better
results than treatment with the other.
5
PRAKATA
Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat kelulusan
yang harus dipenuhi oleh Mahasiswa Fakultas Peternakan Univesitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Tri Yuwanta, SU, DEA,
serta pihak dekanat Fakultas Peternakan UGM.
2. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si, Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Suharjono
Triatmodjo, MS. selaku dosen pembimbing skripsi.
3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Peternakan UGM.
4. Seluruh teman-teman angkatan 2005 Fakultas Peternakan UGM.
5. Semua pihak yang banyak membantu dalam pelaksaan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna maka saran
dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
6
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ................................................. ii
PENGESAHAN ................................................. iii
INTISARI..................................................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................. v
PRAKATA.................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
PENDAHULUAN ................................................. 1
7
8
Halaman
RINGKASAN............................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 49
LAMPIRAN.................................................................................................. 54
9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
12
PENDAHULUAN
Permasalahan
(sludge) sebagai hasil sisa. Sludge ini terdiri dari dua bagian , yaitu padatan
dan cairan. Pada umumnya, hasil sisa (by product) dari pembuatan biogas ini
Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan limbah dari biogas menjadi
13
menghasilkan pupuk organik. Dengan begitu, hal ini dapat menjadi contoh
kandungan unsur hara yang masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan
sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas pupuk sludge tersebut. Salah satu
menghancurkan dan melahap segala sesuatu yang telah mati dan membusuk
kosmetika dan bahan makanan ternak maupun ikan. Peran cacing tanah
tersebut sangat mendukung sistem yang ada di dalam tanah sebagai Carbon
sink sehingga mampu mengurangi kadar CO2 yang ada di udara dan
14
Kascing yang merupakan hasil dari proses pengomposan bahan
bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan
pembenah buatan/sintetis.
sampai dapat digunakan sebagai media hidup cacing tanah. Oleh karena
itu, perlu adanya penelitian untuk membuat kascing dari sludge. Selain untuk
kepentingan masyarakat.
15
vermicomposting lebih efektif dibanding dengan metode pengomposan yang
kotoran sapi kini dapat diolah menjadi biogas terlebih dahulu, maka proses
pemanfaatannya.
dengan sludge dapat mencampurkan kotoran sapi. Hal ini dilakukan agar
Tujuan Penelitian
Pheretima sp. Dengan demikian, dapat diperoleh pupuk organik yang tidak
struktur tanah.
16
Manfaat Penelitian
17
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang
digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga
memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah
yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha
mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari
kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena
2006).
fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Pupuk mempunyai sifat
18
kandungan unsur hara yang tersedia untuk tanaman dan kemampuan
mikroba yang penting bagi medium tumbuh bibit. Mikroba yang terdapat pada
chitinase).
digunakan untuk menilai pupuk. Ini memang logis, karena kadar NPK
secara mutlak (absolute). Pada dasarnya semakin tinggi kadar unsur haranya
belum. Rasio C/N ini juga diatur di dalam SNI ataupun KepMenTan tentang
kualitas kompos. Di dalam SNI rasio C/N kompos yang diijinkan adalah 10 -
Pupuk organik
bahan organik pada kondisi lingkungan yang lembap oleh sejumlah mikrobia
19
ataupun organisme pengurai. Salah satu organisme pengurai adalah cacing
Kemampuan cacing tanah mengurai bahan organik 3-5 kali lebih cepat. Itulah
tanah yang mempunyai kandungan hara yang cukup banyak yang dapat
digunakan oleh tanaman serta salah satu pupuk organik yang mempunyai
kualitas yang baik. Hal ini disebabkan karena pada saat bahan organik dan
mineral yang melewati tubuh cacing tanah dibantu oleh mikroba dalam
(Anonim, 2008).
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik
S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
20
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak
struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk dan ukuran agregat.
agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri
(Handayani, 2002).
Sludge biogas
Lumpur ini terdiri dari dua bagian , yaitu padatan dan cairan. Bagian yang
21
padat dapat dijadikan kompos setelah dikeringanginkan beberapa hari,
sedangkan yang cair dapat dijadikan pupuk organik cair. Bagian padatan
yang telah kering sudah menjadi kompos dan siap digunakan. Namun,
(Suhut, 2006).
kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan karena pada
seperti ini yang membuat sludge (lumpur biogas) sudah menjadi pupuk
organik yang dapat dipisahkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk
Menurut Zuzuki (2001), sludge yang berasal dari biogas sangat baik
dibutuhkan oleh tumbuhan seperti fosfor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca),
kalium (K), tembaga (Cu) dan seng (Zn). Meskipun kandungan unsur hara
dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi pupuk organik mempunyai
tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, dan kapasitas tukar
22
renik serta meningkatkan daya serap dan daya simpan sehingga secara
mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang
nitrogen (N) 0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%,
magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng
(Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%,
41,23%, dan asam humus 13,88%. Unsur-unsur kimia tersebut siap diserap
tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa
23
mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi
yang ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel tanah biasa sehingga lebih
kondisi panas bakteri yang hidup di daerah yang panas yang akan
berkembang. Selain itu, kascing juga mengandung unsur hara penting seperti
24
a. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S. Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan
25
yang kompleks, terdiri atas bahan-bahan yang berwarna gelap yang
tidak larut dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan zat
oleh kadar humus pada lapisan olah tanah. Makin tinggi kadar humus
26
vermikompos selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan
organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang
27
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik
meningkatkan daya serap dan daya simpan sehingga secara keseluruhan air
Sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk
seperti fosfor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K), tembaga (Cu)
dan seng (Zn). Meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak
terlalu tinggi, tetapi pupuk organik mempunyai keistemewaan lain yaitu dapat
tanah, daya menahan air, dan kapasitas tukar kation tanah). Penggunaan
lumpur dari biogas (sludge) sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik
pupuk organik dari sludge karena cacing ini dapat menghancurkan bahan
28
Pemanfaatan cacing Pheretima sp. dapat digunakan untuk
kotoran cacing atau bekas cacing yang dikenal dengan istilah kascing.
ukurannya lebih kecil dari partikel tanah biasa sehingga lebih cocok untuk
baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Hipotesis
kimia, fisik dan biologis pupuk, selain itu dengan bantuan cacing tanah dapat
29
MATERI DAN METODE
diambil dari salah satu warga yang memiliki biodigester. Sampel diambil saat
pengisian rutin biodigester dengan mengambil sludge yang keluar dari lubang
Materi
Metode
limbah cairnya hilang. Jika sludge tersebut sudah bertekstur seperti tanah
telah berumur beberapa hari, sehingga kondisi feses sudah tidak panas dan
30
dapat digunakan sebagai media hidup cacing tanah, P2 yaitu dengan
campuran sludge 50% (5 kg) dan feses kotoran sapi 50% (5 kg), sedangkan
suhu dan pH nya. Cacing Pheretima sp. dimasukkan ke dalam baskom atau
ember sebanyak 200 gram untuk setiap 5 kg media. Setiap minggu diukur
suhu dan pH-nya. Setelah 3 minggu dan kascing siap untuk dipanen, kascing
di kemas dalam plastik berukuran 3 kg. Cacing dan telur cacing kemudian
adalah kadar air dan kadar unsur hara N, P, K, C, BO serta C/N ratio.
organoleptik yang meliputi warna, bau dan tekstur kascing. Setelah uji kimia
dan fisik dilakukan uji biologis yaitu untuk mengetahui pengaruh kualitas
31
Uji kualitas kimia kascing
pupuk halus (<2 mm) ke dalam cawan porselin bertutup yang sudah diketahui
semalam pada suhu 105oC. Lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
keterangan:
(dihitung dari kadar air contoh pupuk halus dan digunakan sebagai faktor
koreksi dalam perhitungan hasil analisis selainkadar air dan bahan ikutan).
pada suhu 3000C selama 1,5 jam dan selanjutnya pada suhu 550 – 600 oC
32
Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar bahan organic
keterangan :
lalu dimasukkan ke dalam labu takar volume 100 ml. kemudian ditambahkan
standar 5 ppm C lalu dimasukkan ke dalam labu takar volume 100 ml,
seperti diatas. Kerjakan pula blanko yang digunakan sebagai standar 0 ppm
volume ditepatkan hingga tanda tera 100 ml, dikocok hingga homogeny dan
33
keterangan :
Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antar
kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi
blanko.
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
kadar bahan organik (%) = 100/58 x kadar C-org (%)
100/58 adalah faktor Van Bemmelen
selenium mixture dan 3 ml H2SO4 pa, dikocok hingga campuran merata dan
sempurna dengan suhu bertahap dari 150oC hingga akhirnya suhu maksimal
350oC dan diperoleh cairan jernih (3 – 3,5 jam). Setelah dingin diencerkan
larutan secara kuantitatif ke dalam labu didih destilator volume 250 ml. lalu
ditambahkan air bebas ion hingga setengah volume labu didih dan sedikit
Jika destilasi selesai maka volume cairan dalam erlenmeyer sudah mencapai
sekitar 75 ml. Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,05 N, hingga titik akhir (warna
larutan berubah dari hijau menjadi merah jambu muda) = A ml, penetapan
34
blanko dikerjakan = A1 ml. Perhitungan kadar N-total dapat dihitung dengan
keterangan :
Kadar P-total (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg sampel x
fp x 31/95 x fk
35
keterangan :
Kadar K-total (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg sampel x
fp x fk
keterangan :
36
7. Uji C/N (AOAC, 2002)
untuk menghitung kadar C/N rasio, yaitu dengan cara sebagai berikut:
tumpukan.
Uji biologis
campuran dari pupuk kascing dan tanah dengan perbandingan 1:1. Pada
setiap polybag diberi 10 butir bibit kangkung. Pada hari ke-40 kangkung
37
anginkan, di oven 550C dan kemudian di oven 1050C secara bertahap
Analisis Data
Perbedaan rerata diuji dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT)
(Astuti, 2004).
38
HASIL PEMBAHASAN
pada pupuk kascing, yang terdiri dari kadar air, C (karbon), BO (bahan
organik), N, P, K, dan rasio C/N. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut
Keterangan:
a, b, c
superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunujukkan perbedaan (P<
0,05)
P0 : Kontrol/tanpa perlakuan (tanpa cacing pada media 100% sludge)
P1 : Perlakuan dengan diberi cacing pada media 0% sludge (100% kotoran sapi)
P2 : Perlakuan dengan diberi cacing pada media 50% sludge dengan 50 kotoran
sapi
P3 : Perlakuan dengan diberi cacing pada media 100% sludge
campuran sludge dan feses serta kascing dari sludge pada tabel diatas dapat
39
Grafik menunjukkan besarnya nilai persentase kadar air, karbon,
bahan organik, nitrogen, phosphor, kalium dan rasio C/N pada masing-
persentase kadar air, karbon, bahan organik, nitrogen, phosphor, kalium dan
40
Berdasarkan dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa kascing dari
sludge mempunyai kandungan nilai nitrogen dan karbon yang lebih tinggi
nilai rasio C/N yang paling bagus dibandingkan perlakuan lainnya yaitu
Kadar air
Kandungan kadar air pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
17,24 ± 7,57 untuk P0 atau kontrol, 54,01 ± 1,12 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 62,45 ± 2,23 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 59,13 ± 2,12 untuk P3 atau kascing dari 100%
kascing idealnya berkisar pada angka 57,26%. Dari hasil rerata tersebut
kemampuan menahan air sebesar 40 – 60%, hal ini karena struktur kascing
41
Karbon
Kandungan karbon pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
42,01 ± 8,26 untuk P0 atau kontrol, 40,58 ± 0,65 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 47,23 ± 0,92 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 48,60 ± 0,53 untuk P3 atau kascing dari 100%
sludge. Dari hasil rerata tersebut, dapat diketahui jika pengaruh penggunaan
cacing tanah Pheretyma sp. tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap
kandungan karbon (C) dalam kascing. Menurut Isnin (2008), hal ini
Bahan organik
Kandungan bahan organik pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 72,44 ± 14,24 untuk P0 atau kontrol, 69,96 ± 1,12 untuk P1 atau kascing
dari100% feses (0% sludge), 81,44 ± 1,60 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 83,79 ± 0,93 untuk P3 atau kascing dari
100% sludge. Menurut Sutanto (2002), kandungan total bahan organik paling
tidak 20%, tetapi dapat lebih tinggi apabila produk organik tidak digunakan
sebagai pupuk organik tetapi sebagai bahan pembenah tanah, dan dengan
42
dalam tanah. Dari hasil rerata tersebut, dapat diketahui jika pengaruh
disebabkan karena, bahan organik dalam pupuk atau kascing berasal dari
tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
atau kascing adalah bahan dasar pembuatan pupuk atau kascing tersebut.
kascing.
Nitrogen
Kandungan nitrogen pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
1,33 ± 0,20 untuk P0 atau kontrol, 0,83 ± 0,04 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 1,17 ± 0,90 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 1,61 ± 0,07 untuk P3 atau kascing dari 100%
pada angka 0,63%. Dari hasil rerata tersebut dapat diketahui bahwa
43
kandungan nitrogen dalam vermikompos berasal dari perombakan bahan
organik yang kaya nitrogen dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan
mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin
yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya nitrogen (Isnin,
2008).
Phosphor
Kandungan phospor pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
0,17 ± 0,12 untuk P0 atau control, 0,15 ± 0,04 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 1,14 ± 0,05 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 0,21 ± 0,29 untuk P3 atau kascing dari 100%
44
Kalium
Kandungan kalium pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah 0,86
± 0,85 untuk P0 atau kontrol, 0,40 ± 0,31 untuk P1 atau kascing dari 100%
feses (0% sludge), 1,13 ± 0,08 untuk P2 atau kascing dari campuran feses
dengan sludge dan 0,80 ± 0,28 untuk P3 atau kascing dari 100% sludge. Dari
digunakan.
Rasio C/N
Kandungan rasio C/N pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
32,38 ± 1,64 untuk P0 atau kontrol, 48,94 ± 1,88 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 40,68 ± 3,75 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 30,28 ± 0,99 untuk P3 atau kascing dari 100%
terhadap kandungan rasio C/N dalam kascing. Hal ini disebabkan karena
45
presentase rasio C/N ditentukan oleh komponen bahan dasar yang akan
kascing masih terlalu tinggi, hal ini disebabkan karena bahan organik dalam
kompos belum sepenuhnya matang, oleh karena itu dapat diatasi dengan
perubahan suhu, dan uji organoleptik yang terdiri atas pengamatan terhadap
warna, bau dan tekstur. Data yang diperoleh dari pengamatan parameter fisik
dan kascing dengan bahan dasar 100% feses. pH kascing pada minggu
kascing dilakukan setiap seminggu sekali, hal ini dilakukan karena pada
46
dilakukan pengukuran tiap hari. Grafik perubahan pH kascing dapat dilihat
penurunan pH, hal ini menurut Kartini (2008), disebabkan karena cacing
tanah dapat menurunkan pH jika hidup pada media berkadar garam tinggi,
namun sebaliknya dapat meningkatkan nilai pH jika pada media asam, ini
(CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Pada grafik
47
Perubahan Suhu pada Proses Vermicomposting
pengukuran suhu setiap hari, namun dapat dilakukan setiap minggu. Feses
mempunyai suhu yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan suhu sludge.
secara konstan yang tidak signifikan tidak berpengaruh terhadap siklus hidup
proses vermicomposting.
48
Pengamatan suhu pada proses vermicomposting menunjukkan bahwa
suhu kascing bervariasi mulai dari 26,87oC sampai 28oC dengan suhu rata-
rata 27,4oC. Menurut Mulat (2003), cacing tanah dapat membantu proses
Kartini (2008), cacing dapat hidup dengan suhu maksimum pada media 31 oC.
Organoleptik
terhadap warna, tekstur dan bau dari pupuk kascing. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa secara umum kascing yang matang dan siap dipanen
dan baunya menyerupai atau sama seperti bau tanah. Menurut Kartini
(2008), ciri-ciri kascing yang siap panen adalah jika kascing itu mempunyai
49
warna kehitam-hitaman dan mempunyai tekstur berupa serpih-serpihan yang
reptans), berat basah, berat kering angin, berat kangkung setelah oven 55 oC,
berat kangkung setalah oven 105oC, kadar air dan kadar abu tanaman
kangkung yang telah dipanen. Dari data tersebut maka akan diketahui
reptans) paling bagus pula, karena kebutuhan yang diperlukan untuk tumbuh
50
setiap tanaman berbeda-beda. Dari pengamatan tersebut, diperoleh data
sebagai berikut:
Keterangan:
T1SO1 : Media penanaman dengan tanah dan kascing kontrol 1
T1SO2 : Media penanaman dengan tanah dan kascing kontrol 2
T1SO3 : Media penanaman dengan tanah dan kascing kontrol 3
T1F1 : Media penanaman dengan tanah dan kascing feses 1
T1F2 : Media penanaman dengan tanah dan kascing fesess 2
T1F3 : Media penanaman dengan tanah dan kascing feses 3
T1SF1 : Media penanaman dengan tanah dan kascing campuran feses dan sludge 1
T1SF2 : Media penanaman dengan tanah dan kascing campuran feses dan sludge 2
T1SF3 : Media penanaman dengan tanah dan kascing campuran feses dan
sludge 3
T1S1 : Media penanaman dengan tanah dan kascing sludge 1
T1S2 : Media penanaman dengan tanah dan kascing sludge 2
T1S3 : Media penanaman dengan tanah dan kascing sludge
Dari data yang diperoleh rata-rata tinggi tanaman, berat basah dan
basah dan berat kering tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian
51
pupuk kascing dengan bahan dari 100% feses. Pertumbuhan kangkung
Pada tanaman yang tanpa kascing unsur hara yang dikandung dalam
tanah tidak bertambah, oleh sebab itu tanaman menjadi lebih pendek karena
daun menjadi lebih sedikit dibanding pada tanaman yang diberi kascing.
52
berat kering tanaman. Berat kering tanaman budidaya merupakan
2006).
mengandung unsur hara utama (N, P, K, Mg dan Ca), kascing juga banyak
disertai fitohormon tinggi tanaman dapat tumbuh lebih baik dan pertumbuhan
vegetatif akan lebih baik pula. Dengan pemberian kascing maka diasumsikan
tinggi tanaman dapat tumbuh lebih baik dan pertumbuhan vegetatif akan
53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
mempunyai kualitas kimia dan fisik yang lebih bagus daripada bahan organik
kascing pada tanaman. Selain itu dengan kondisi fisik kascing yang remah
dalam pupuk. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kascing
dari 100% sludge mempunyai rata-rata kandungan nitrogen yang lebih tinggi
Saran
54
Ringkasan
yang dapat meningkatkan kualitas pupuk sludge tersebut. Salah satu caranya
menghancurkan dan melahap segala sesuatu yang telah mati dan membusuk
diambil dari salah satu warga yang memiliki biodigester. Sampel diambil saat
penelitian.
atau baskom, sekop, termometer, kertas pH, sarung tangan, plastik, polybag,
yang digunakan berupa sludge (limbah biogas), kotoran sapi, cacing tanah
55
Metode yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini yaitu dengan,
pertama sludge yang sudah ditampung, dikeringkan sehingga kadar air atau
dengan campuran sludge 50% (5 kg) dan feses kotoran sapi 50% (5 kg),
sudah tidak panas dan dapat digunakan sebagai media hidup cacing tanah
sp. dimasukkan ke dalam baskom atau ember sebanyak 200 gram untuk
setiap 5 kg media. Setiap minggu diukur suhu dan pH-nya. Setelah 3 minggu
dan kascing siap untuk dipanen, kascing di kemas dalam plastik berukuran 3
kg. Cacing dan telur cacing kemudian diberi media baru untuk selanjutnya
proses vermicomposting ini adalah kadar air dan kadar unsur hara N, P, K,
dan dilakukan uji organoleptik yang meliputi warna, bau dan tekstur kascing.
Setelah uji kimia dan fisik dilakukan uji biologis yaitu untuk mengetahui
56
pengaruh kualitas kascing terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman yang
Kandungan kadar air pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
17,24 ± 7,57 untuk P0 atau kontrol, 54,01 ± 1,12 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 62,45 ± 2,23 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 59,13 ± 2,12 untuk P3 atau kascing dari 100%
sludge. Kandungan karbon pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing ialah
42,01 ± 8,26 untuk P0 atau kontrol, 40,58 ± 0,65 untuk P1 atau kascing dari
100% feses (0% sludge), 47,23 ± 0,92 untuk P2 atau kascing dari campuran
feses dengan sludge dan 48,60 ± 0,53 untuk P3 atau kascing dari 100%
sludge. Kandungan bahan organik pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 72,44 ± 14,24 untuk P0 atau kontrol, 69,96 ± 1,12 untuk P1 atau kascing
dari100% feses (0% sludge), 81,44 ± 1,60 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 83,79 ± 0,93 untuk P3 atau kascing dari
100% sludge. Kandungan nitrogen pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 1,33 ± 0,20 untuk P0 atau kontrol, 0,83 ± 0,04 untuk P1 atau kascing
dari 100% feses (0% sludge), 1,17 ± 0,90 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 1,61 ± 0,07 untuk P3 atau kascing dari
100% sludge. Kandungan phospor pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 0,17 ± 0,12 untuk P0 atau control, 0,15 ± 0,04 untuk P1 atau kascing
dari 100% feses (0% sludge), 1,14 ± 0,05 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 0,21 ± 0,29 untuk P3 atau kascing dari
57
100% sludge. Kandungan kalium pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 0,86 ± 0,85 untuk P0 atau kontrol, 0,40 ± 0,31 untuk P1 atau kascing
dari 100% feses (0% sludge), 1,13 ± 0,08 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 0,80 ± 0,28 untuk P3 atau kascing dari
100% sludge. Kandungan rasio C/N pada rerata hasil uji kimia pupuk kascing
ialah 32,38 ± 1,64 untuk P0 atau kontrol, 48,94 ± 1,88 untuk P1 atau kascing
dari 100% feses (0% sludge), 40,68 ± 3,75 untuk P2 atau kascing dari
campuran feses dengan sludge dan 30,28 ± 0,99 untuk P3 atau kascing dari
dasar campuran sludge dengan feses dan kascing dengan bahan dasar
bahwa suhu kascing bervariasi mulai dari 26,87oC sampai 28oC dengan suhu
rata-rata 27,4oC. Menurut Mulat (2003), cacing tanah dapat membantu proses
Kartini (2008), cacing dapat hidup dengan suhu maksimum pada media 31 oC.
58
menunjukkan bahwa secara umum kascing yang matang dan siap dipanen
dan baunya menyerupai atau sama seperti bau tanah. Menurut Kartini
(2008), ciri-ciri kascing yang siap panen adalah jika kascing itu mempunyai
lembut.
Dari data yang diperoleh untuk uji biologis rata-rata tinggi tanaman,
berat basah dan berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan
sedangkan rata-rata berat basah dan berat kering tanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan pemberian pupuk kascing dengan bahan dari 100% feses.
Pada tanaman yang tanpa kascing unsur hara yang dikandung dalam
tanah tidak bertambah, oleh sebab itu tanaman menjadi lebih pendek karena
daun menjadi lebih sedikit dibanding pada tanaman yang diberi kascing.
pertumbuhan.
59
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sludge dari
hasil yang diperoleh, dapat diketahui kualitas kimia pupuk yang diproses
berat basah dan berat kering tanaman kangkung yang ditanam dengan
kascing.
60
DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, Nan,., Kristian, dan B.S Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat
Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.
61
Handayani, Suci. 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah Agihan Ukuran dan
Dispersitas Agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (1) (2002)
pp 10-17.
Haris, M. 2006. Kiat Mengatur C/N agar Tanaman Buah lebih Lebat.
Avalaible at www.sith.itb.ac.id/.../2008-S1-Muhammad Harris- April
2009.
62
Sutanto, Rachman.2002. Fungsi dan Manfaat Tanah. Avalaible at
elisa.ugm.ac.id/files/.../fungsi%20tanah%20hutan.doc –Juli 2009.
Suhut, S., Salundik, Sri Wahyuni, dan Surajudin. 2005. Membuat Biogas:
Pengganti Bahan Bakar Minyak & Gas dari Kotoran Ternak. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Zahid A, 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran
Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta,
Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pp. 6 –
14.
63
Ucapan Terima Kasih
kepada Rasulullah SAW yang telah mewarisakan keteladan yang baik dalam
Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat kelulusan
6. Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Tri Yuwanta, SU, DEA,
9. Kedua Orang tua ku atas dukungan spiritual dan materi hingga skripsi
skripsi ini.
64
11. Teman-teman penelitian Friki Cintya D, Kunty Novi G, Rakhman R,
semangat kebersamaannya.
satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna maka saran
dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
65