Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

BIODIVERSITAS CACING TANAH


Peran Cacing Tanah dalam
Membalik Lapisan Tanah dan Membentuk Pori

Foto Oleh :
Kurniatun Hairiah

Oleh :
Nina Dwi Lestari, SP

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013

1. LATAR BELAKANG
Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif diduga menjadi salah satu
penyebab permasalahan lingkungan yang sangat merugikan bagi kehidupan masyakat.
Pengurangan tutupan lahan oleh vegetasi terutama pohon meningkatkan konsentrasi gas
rumah kaca (CO2, CH4 dan N2O) yang mengakibatkan suhu bumi semakin meningkat dan
ketidakpastian kondisi iklim yang dikenal dengan efek pemanasan global. Bencana alam
yang sering terjadi akhir-akhir ini seperti banjir, longsor dan kekeringan merupakan salah
satu contoh dampak yang timbul karena . Guna memperoleh hasil produksi tanaman yang
tinggi, aktivitas pertanian intensif cenderung mengikuti pola monokultur. Pertanian yang
diusahakan secara monokultur dan intensif umumnya melibatkan pengolahan tanah,
pengairan, pemupukan, penanaman bibit unggul dan pembakaran sisa panen sehingga
tanah cepat sekali mengalami pemadatan. Proses pemadatan tanah lapisan atas tersebut
akan menurunkan infiltrasi air tanah dan meningkatkan terjadinya erosi dan limpasan
permukaan (Suprayogo, 2011).
Cacing tanah merupakan salah satu makrofauna tanah yang mempunyai peranan
sangat penting dalam menurunkan besarnya erosi dan limpasan permukaan serta mampu
menjaga kesuburan tanah. Aktivitas cacing penggali tanah menghasilkan lubang-lubang
dalam tanah yang dapat memperbaiki aerasi tanah dan membantu pertumbuhan akar.
Selain itu, aktivitas cacing juga dapat menyuburkan tanah misalnya dengan kotoran/ kascing
yang dihasilkan. Melihat pentingnya peran cacing dalam tanah, maka perlu dilakukan
pengamatan seberapa besar kepadatan populasi dan biomassa cacing yang hidup dalam
suatu area baik area yang digunakan sebagai lahan konservasi, pertanian hingga lahan
pertanian super intensif. Pemahaman akan peran cacing tanah sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki strategi pengelolaan sumberdaya lahan (Hairiah, 2011).

2. TINJAUAN TENTANG CACING TANAH


Cacing tanah merupakan hewan tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada
tanah yang lembab dengan sirkulasi udara yang bagus, cacing tanah ada pula yang tahan
terhadap kondisi genangan air berlebih pada kondisi dan waktu tertentu sehingga sering
disebut spesies semiaquatic namun demikian tetap butuh oksigen. Pada tanah berpasir dan
kering, populasi cacing tanah sangat sedkit. Sinar matahari (sinar ultra violet) akan
membunuh cacing tanah.
Cacing tanah memakan tanah dan bahan organik, memperoleh nutrisi dari
mikroorganisma yang hidup di dalam lapisan organik, kemudian mengeluarkan cast atau
kotoran yang merupakan campuran tanah dan bahan organik. Bila populasi cacing tanah
cukup banyak, kebanyakan tanah disekitarnya sudah pernah dicerna dan melalui saluran
pencernaan cacing tanah.
Cacing tanah grup anecic berperanan penting dalam membalik tanah, dimana
lapisan bawah di bawa ke lapisan atas dan sebaliknya. Cacing tersebut tinggal di dalam
tanah, tetapi dia memakan bahan organik setengah lapuk yang ada di permukaan tanah,
dibawa ke lapisan bawah. Dengan demikian telah terjadi distribusi bahan organik dan
partikel tanah di lapisan atas, masuk ke lapisan bawah. Kegiatan pembalikan lapisan tanah
secara biologi ini biasa disebut sebagai BIOTURBASI. Cacing tanah dari grup anesic dan
endoeic (makan dan hidup dalam tanah) beraktivitas dalam tanah baik secara vertical
maupun horizontal, sehingga terbentuk liang (saluran)dalam tanah. Dengan demikian jumlah
pori makro tanah bertambah, infiltrasi tanah meningkat. Pada musim penghujan,
peningkatan jumlah infiltrasi air tanah merupakan factor penting untuk mengendalikan
limpasan permukaan dan pengangkutan partikel tanah (erosi).
Secara ekologi hewan ini dibagi menjadi 3 kelopok:
1. Kelompok epigeik: kelompok cacing yang hidup dan makan bahan organik di
lapisan organik (permukaan), bergerak horizontal, tidak membentuk saluran (channl),
tubuhnya berwarna gelap.
2. Kelompok endogeik: kelompok cacing yang hidup di lapisan tanah bawah, makan
tanah mineral, membuat lubang saluran dan tinggal menetap di dalamnya, cast
dibentuk di dalam saluran tersebut. Warna tubuh merah muda.
3. Kelompol anesik: kelompok cacing yang hidup di dalam tanah, tetapi makanannya
diperoleh dari lapisan organik (atas), membentuk lubang saluran dalam tanah
dengan bgian ujung terbuka ke permukaan tanah, meninggalkan cast pada

permukaan tanah. Warna tubuhnya gelap di bagian atas (dorsal), dan terang di
bagian bawahnya (ventral).
Kelompok epigeik adalah kelompok penghancur seresah, dan kelompok endogeik
dan anesik adalah kelompok pencampur tanah dengan bahan organik dan memperbaiki
struktur tanah sehingga sering juga disebut pengolah tanah atau penggali tanah atau soil
engineering.
Mengapa cacing tanah disebut Ecosystem engineers?
Dapat memperbaiki habitat organisma lain
meredistribusikan bahan organik di dalam profil tanah
membatu formasi struktur tanah berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman.
Fungsi Cacing tanah
1. Dekomposer ~ mendekompose chitin & oligosacharida ~ pencernaannya
meningkatkan aktivitas celululase & mannanase (mis. Pontoscolex corethrurus)
2. Meningkatkan jumlah pori makro tanah ~ memperbaiki infiltrasi tanah
3. Bioturbasi, pembalikan tanah oleh aktivitas biologi misalnya karena aktivitas cacing
tanah dan akar tanaman.
Anecic

Endogeic

Pencilan Hutan

Linear (Anecic)

Jumlah pori makro, %

30
25

y = 2.162x + 2.4942
20

R = 0.6722

15
10
5
0

Berat Basah cacing, g per ekor

Karakteristik Cacing menurut Fungsinya

Cacing jenis ini memiliki ciri morfologi yang khas (Gambar 2) yaitu berwarna pucat,
bentuk kalung cacing (Clitellum) setengah lingkaran (shadle shape), punya ekor kasar
menyerupai buah nanas (quinchunk) dan gerakannya lambat (tipe pemakan tanah atau
masuk dalam group fungsional cacing Endogeik).

Gambar 2. Ciri-ciri cacing tanah yang digunakan dalam percobaan Planar Cage
(Foto oleh Prima dan Gilang dimodifikasi oleh Hairiah dan Nina, 2011 )

3. PROSEDUR KERJA

Pengambilan sampel cacing tanah di lapangan menggunakan metode monolit yang


diadopsi dari prosedur ASB (Swift and Bignell, 2001) yang sudah dimodifikasi (BGBD,
2005). Monolit atau lubang pengambilan sampel digali dengan ukuran standar 0,5 x 0,5 m2
dan kedalaman lapisan organik yang ditentukan (Gambar 1) di lapangan fungsinya adalah
untuk mengkoleksi cacing tanah dan makroarthropoda. Pada prinsipnya semakin banyak
monolit yang dibuat dalam plot pengamatan atau transek berukuran 40 x 5 m2 akan semakin
akurat untuk memberikan gambaran sebaran populasi dari sampel cacing tanah yang
diambil.

10 m

5m

5m

5m

10 m
5m

40 m

Gambar 1. Transek Pengambilan Sampel Cacing Tanah


Keterangan :
Monolit Cacing Tanah dengan ukuran (0,5 x 0,5) m2 diambil pada kedalaman 0-10 cm
dan 10-20 cm
Monolit Cacing Tanah dengan ukuran (0,3 x 0,3) m2 diambil pada kedalaman 0-10 cm,
10-20 cm dan 20-30 cm
Langkah kerja pengambilan sampel cacing tanah dan organisme tanah non cacing :
1. Disiapkan/ digali monolit cacing tanah pada kedalaman 0-10 cm dan 10-30 cm,
2. Teknik pengambilan sampel mengikuti prosedur ASB (Swift and Bignell, 2001) yang
sudah dimodifikasi (BGBD, 2005),
3. Dengan cara hand sorting method organisme tanah yang mudah dilihat secara
visual di lapangan dicuci dengan air dan dikoleksi serta disimpan dalam plastik yang
sudah diisi alcohol 70% dan formalin 5 %
4. Pilahkan antara sampel organisme tanahnya (cacing tanah dan non cacing),
5. Hitung jumlah populasi per unit volume (luas x kedalaman monolit)_K
6. Ditimbang berat basah total organisme yang ditemukan tiap volume tanah yang
diambil_B
7. Dihitung rasio B : K, sehingga diperoleh biomassa cacing tanah per ekor,
8. Diversitas organisme tanah non cacing tidak perlu ditimbang hanya dicatat saja jenis
dan jumlah masing-masing jenis.

Anda mungkin juga menyukai