Anda di halaman 1dari 6

DAUR ULANG SAMPAH ORGANIK

DENGAN TEKNOLOGI VERMICOMPOSTING


Oleh : Sri Wahyono *)

Abstract
Organic material from municipal solid wastes can be recycled by composting
technology become organic fertilizer. One kind of composting technologies is
vermicomposting that use earthworm as ‘machine” of composting process. There
are two products from the process: biomass of worm and casting.
Vermicomposting consists of three phases of activities such as preparation,
processing, and nursing phase. Preparation phase consists of choosing of
location, system, building, and equipment. Processing phase consists of making of
worm media, preparation of worm and planting. Nursing phase consists of feeding,
turning, cropping of casting and controlling of the disease. This article talk about
those phases and the classification and characterization of earthworm.

Kata kunci : vermicomposting, sampah organik, kascing, kompos

1. PENDAHULUAN kegagalan yang tinggi apabila pengelolaanya


tidak tekun dan profesional.
Vermicomposting berasal dari bahasa Namun demikian, penerapan
Inggris vermes (cacing) dan composting teknologi vermicomposting untuk menangani
(pengkomposan). Dengan demikian vermi sampah organik kota skala kecil atau skala
composting sering diartikan sebagai proses rumah tangga masih memungkinkan. Para
pembuatan kompos melalui budidaya cacing. penghuni rumah tangga dapat melakukannya
Dalam budidaya tersebut diperoleh dua sendiri. Pengetahuan atau informasi menge-
produk yaitu biomassa cacing dan casting nai vermicomposting skala rumah tangga
(produk seperti kompos yang dalam bahasa sekarang relatif mudah didapatkan. Pelatihan
Indonesia disebut kascing). budidaya cacing sudah sering dilakukan dan
Pada awalnya teknologi vermi buku-buku petunjuk budidaya cacing atau
composting digunakan untuk menangani vermicomposting juga mudah didapatkan di
limbah padat organik yang berasal dari toko-toko buku. Bibit cacing saat ini banyak
peternakan. Limbah padat peternakan tersedia di beberapa pengusaha cacing.
khususnya kotoran ternak cocok untuk Di beberapa negara seperti Kanada,
budidaya cacing karena strukturnya relatif Australia, Kuba dan India, aktifitas kegiatan
halus, dan kaya akan nutrisi. Dalam vermicomposting pada tingkat rumah tangga
perkembangannya, vermicomposting tidak dan gardener sudah cukup populer.
hanya terbatas untuk menangani limbah Lebih jauh, tulisan ini akan mengetengahkan
peternakan, tetapi juga untuk menangani hal-ikhwal teknologi sederhana vermi
sampah organik rumah tangga dan sampah composting dan cara penerapannya untuk
kota. menangani sampah. Namun sebelumnya
Namun apabila dibandingkan dengan akan diperkenalkan terlebih dahulu tentang
budidaya cacing melalui media kotoran dunia cacing, karena cacing adalah “mesin
ternak, Vermicomposting sampah organik biologis” proses pengkomposan. Dengan
kota kurang populer karena membutuhkan mengenal sifat-sifatnya diharapkan akan
relatif banyak biaya, tenaga, peralatan, dan memudahkan kegiatan vermicomposting
perhatian yang intensif dibandingkan dengan selanjutnya.
sistem penanganan sampah organik lainnya,
seperti pengkomposan sistem open windrow.
Selain itu penanganan sampah organik kota
dengan vermicomposting juga memiliki risiko

*)
Peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT

Daur Ulang Sampah Organik Dengan Teknologi Vermicomposting (Sri Wahyono) 87


2. KLASIFIKASI, JENIS, DAN SIFAT Kelompok warna merah antara lain adalah
CACING TANAH Lumbricus rubellus (the red woorm), L.
terestris (the night crawler), Eisenia foetida
2.1. Klasifikasi Secara Umum (the brandling worm), Dendroboena,
Perethima dan Perionix. Sedangkan
Dalam bahasa Inggris cacing sering kelompok abu-abu antara lain jenis
disebut dengan istilah worm, vermes, dan Allobopora (the field worm) dan Octolasium
helminth. Cacing, dalam kerajaan binatang (Listyawan, et.al. 1998). Pada dasarnya
termasuk hewan invertebrata atau tanpa cacing tanah adalah organisme saprofit,
tulang belakang. Cacing diklasifikasikan bukan parasit dan tidak butuh inang. Ia murni
kedalam tiga phylum, yaitu Platyhelminthes, organisme penghancur sampah.
Aschelminthes (Nemathelminthes), dan Jenis cacing yang umum
Annelida (Listyawan, et.al. 1998). dikembangkan di Indonesia adalah L.
Platyhelminthes merupakan kelompok rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa,
cacing yang berbentuk pipih, ada yang parasit ditemukan di dataran tingi Lembang -
dan ada yang tidak. Platyhelminthes dibagi Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada
dalam tiga kelas yakni Turbelaria, Trematoda tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing
dan Cestoda. Kelompok Turbelaria umumnya tersebut panjangnya antara 80 – 140 mm.
hidup bebas dan tidak bersifat parasit. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah
Contohnya adalah cacing planaria dan antara 85 – 140.
microstomum. Di alam, planaria merupakan Segmentasi tersebut tidak terlihat
hewan indikator perairan yang tidak tercemar. jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat
Kelompok Trematoda dan Cestoda umumnya jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum,
bersifat parasit. Contoh dari kelompok terletak antara segmen 26/27 – 32. Klitelum
Trematoda adalah cacing Fasciola hepatica merupakan organ pembentukan telur. Warna
(cacing hati), Eurytrema pancreaticum (cacing bagian punggung (dorsal) adalah coklat
kelenjar pankreas), dan Schistosoma merah sampai keunguan. Sedangkan warna
japonicum (cacing pembuluh darah). bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada
Sementara itu contoh dari kelompok Cestoda bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak
adalah cacing pita (Taenia saginata dan T. bergigi. Pada bagian belakang (posterior)
solium) (Listyawan, et.al. 1998). terdapat anus (Listyawan, et.al. 1998).
Phylum Aschelminthes terbagi
menjadi dua kelas yaitu Nematoda dan 2.3. Sifat Cacing Tanah
Rotifera. Cacing dari phylum ini berbentuk
silindris. Nematoda umumnya bersifat parasit, Cacing tanah tidak dapat dibedakan
contohnya adalah cacing yang hidup di usus jenis kelaminnya karena cacing bersifat
mamalia seperti Ascharis lumbricoides, A. hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat
suum, dan Ancylostoma duodenale dua alat kelamin, jantan dan betina. Namun
(Listyawan, et.al. 1998). cacing tanah tidak dapat melakukan
Phylum yang terakhir yaitu Annelida, perkawinan sendirian. Untuk kawin ia
yaitu cacing yang bersegmen seperti cincin. membutuhkan pasangan untuk pertukaran
Phylum ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu sperma (Simandjuntak, 1982).
Polychaeta, Hirudinea, dan Oligochaeta. Cacing tanah merupakan hewan
Polycaheta merupakan kelompok cacing yang nokturnal dan fototaksis negatif. Nokturnal
memiliki banyak seta atau sisir di tubuhnya, artinya aktivitas hidupnya lebih banyak pada
contohnya adalah Nereis dan Arenicola. malam hari sedangkan pada siang harinya
Sedangkan contoh dari kelompok Hirudinea istirahat. Fototaksis negatif artinya cacing
adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalis tanah selalu menghindar kalau ada cahaya,
dan Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir bersembunyi di dalam tanah. Bernafasnya
dari phylum Annelida adalah Oligochaeta tidak dengan paru-paru tetapi dengan
dimana cacing tanah termasuk di dalamnya permukaan tubuhnya. Oleh karena itu
(Listyawan, et.al. 1998). permukaan tubuhnya selalu dijaga
kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan
2.2. Jenis-jenis Cacing Tanah karbondioksida berjalan lancar.
Usia cacing tanah bisa mencapai 15
Cacing tanah oleh beberapa praktisi tahun, namun umur produktifnya hanya
dikelompokan berdasarkan warnanya yaitu sekitar 2 tahun. Cacing dewasa yang berumur
kelompok merah dan kelompok abu-abu. 3 bulan dapat menghasilkan kokon sebanyak

88 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 87-92


3 kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat tersebut disesuaikan dengan kemudahan
telur dengan jumlah antara 2 – 20 butir. Telur para pekerja dalam penanganan, perawatan,
tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi pengontrolan dan pendugaan produksi cacing
cacing) setelah 2 – 5 minggu. Rata-rata hidup dan casting.
cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing akan Kelebihan sistem rak dibandingkan
menjadi dewasa dan siap kawin wetelah dengan sistem larikan atau bak/lubang antara
berumur 2 – 3 bulan (Maskana, 1990). lain adalah lebih hemat lahan, pengontorolan
Dalam pertumbuhannya, lebih mudah, produksi cacing lebih mudah
pertambahan berat cacing sampai berumur diatur, serangan hama mudah dicegah, kokon
satu bulan adalah sekitar 400 persen, 1 – 2 yang dihasilkan tidak banyak terbuang.
bulan 300 persen, dan 2 –3 bulan 100 persen. Sedangkan kekurangannya adalah modal
Dalam satu siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing yang diperlukan relatif tinggi karena perlu
menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing dibangun sistem rak. Kebutuhan tenaga kerja
terdapat sekitar 2000 ekor. Sedangkan berat juga tinggi.
keringnya adalah sekitar 20 persen dari berat Sedangkan kelebihan sistem larikan
basah (Maskana, 1990). atau bak/lubang dibandingkan dengan sistem
rak bertingkat adalah produksi kascing lebih
3. TAHAPAN VERMICOMPOSTING besar, modal rendah, tenaga kerja lebih
sedikit, dan pemanenan lebih mudah.
Terdapat tiga fase dalam tata laksana Sedangkan kekurangannya adalah butuh
vermicomposting, yaitu fase persiapan, lahan yang banyak dan kokon banyak
pelaksanaan, dan perawatan. Fase persiapan terbuang.
meliputi penentuan lokasi, pemilihan sistem,
pembuatan bangunan, dan pengadaan alat. 3.1.3. Pembuatan Bangunan.
Fase pelaksanaan meliputi pembuatan media,
pengadaan bibit, dan penanaman. Pada prinsipnya vermicomposting itu
Sedangkan fase perawatan meliputi sebaiknya tidak terkena sinar matahari dan air
pemberian pakan, pembalikan, penggantian hujan secara langsung. Untuk usaha skala
media, pemanenan media, pengontrolan kecil, vermicomposting dapat dilakukan di
media, dan pengontrolan hama. emperan rumah atau di bawah naungan
pohon. Sedangkan untuk usaha skala lebih
3.1. Fase Persiapan besar diperlukan bangunan los terbuka
beratap. Bangunan sebaiknya dipagar untuk
3.1.1. Penentuan Lokasi. menghindari hewan pengganggu. Lantai
sebaiknya bersemen dan ada sistem drainase
Lokasi vermicomposting sebaiknya agar terlihat rapi dan bersih.
sedekat mungkin dengan sumber sampah
yang akan ditangani sehingga akan 3.1.4. Pengadaan alat.
menghemat ongkos angkut sampah. Di sana
diperlukan pula sumber air untuk keperluan Beberapa alat bantu yang diperlukan
penyiraman pada saat pembuatan media dalam vermicomposting antara lain cangkul
cacing. Untuk itu dibutuhkan pula biasa, cangkul garpu, golok, timbangan,
penerangan. plastik terpal, sarung tangan, ember, karung
dan gerobak dorong. Sedang alat analisa
3.1.2. Pemilihan Sistem. yang diperlukan antara lain termometer, soil
tester dan pH meter.
Sistem vermicomposting meliputi
sistem rak bertingkat, sistem larikan dan 3.2. Fase Pelaksanaan
sistem bak atau lubang. Pada sistem rak,
cacing tanah dipelihara dalam wadah yang 3.2.1. Pembuatan media.
diletakan pada rak. Wadah dapat berupa bak
plastik, kayu, bambu, dsb. Sistem larikan Media dapat dibuat dari “sampah
dilakukan dengan menempatkan media basah” seperti sampah pasar, sampah kebun,
pemeliharaan cacing dalam suatu larikan sampah rumah tangga, dll. Bahan baku media
memanjang di atas lahan tanpa pembatas tersebut akan lebih baik apabila dicampur
pada bagian pinggirnya. Sedangkan pada dengan kotoran ternak. Bahan tersebut
sistem bak atau lubang cacing ditempatkan di kemudian dibuat sebagai media melalui cara
dalam bak atau lubang. Ketiga sistem pengkomposan selama 15 – 21 hari.

Daur Ulang Sampah Organik Dengan Teknologi Vermicomposting (Sri Wahyono) 89


Sebelumnya bahan-bahan tersebut dicacah 2 Di dalam perawatan cacing tanah
– 3 cm. media harus dibalik agar tetap porous.
Setelah dikomposkan setengah Pembalikan sebaiknya dilakukan dengan
matang, media tersebut diangin-anginkan tangan secara langsung seminggu sekali
selama 2 hari. Media yang baik warnanya apabila sudah terlihat memadat.
tidak terlalu gelap, baunya tidak menyengat,
kandungan airnya 60 persen, pH 6,8 – 7,2, 3.3.3. Pengontrolan Media.
temperatur 26 – 32oC, berongga dan
mengandung zat pakan yang cukup Media perlu dikontrol apabila terjadi
(Maskana, 1990). hal-hal yang tidak wajar terhadap cacing,
misalnya cacing tidak betah di media itu.
3.2.2. Pembuatan pakan. Biasanya faktor yang harus dikontrol adalah
kadar keasaman (pH), kelembaban dan suhu.
Pakan dapat berasal dari sampah pH yang cocok untuk cacing tanah yaitu
organik, kotoran ternak atau gabungan sekitar 6,8 – 7,2, kelembaban 28 – 42% atau
keduanya. Untuk sampah organik perlu kandungan kadar air 60% dan suhu 26o –
diblender terlebih dahulu kemudian diperam 32oC. Pemeriksaan kelembaban dan suhu
selama sehari-semalam. Untuk kotoran dilakukan setiap hari, sedangkan ph cukup 7
ternak, kotoran tersebut didiamkan dahulu – 15 hari sekali (Maskana, 1990).
selama 3 hari, kemudian di tambahkan air
menjadi bubur. 3.3.4. Pengontrolan hama.

3.2.3. Pengadaan bibit. Hama cacing bermacam-macam. Ada


yang memakannya ada pula yang
Bibit cacing yang baik berumur sekitar memanfaatkan media menjadi sarangnya. Di
3 bulan. Biasanya klitelumnya sudah terlihat, antara mereka adalah unggas ( ayam,
warnanya cerah, gerakannya aktif dan gesit, burung, bebek, dll.), tikus, katak, kadal, tupai,
peka terhadap sentuhan, bentuk tubuh berisi semut, kecoa, dan lipan. Untuk mengontrol
dan tidak cacat. hama pemangsa, alternatif terbaiknya adalah
dengan membuat pagar atau penghalang
3.2.4. Penanaman. yang dapat mencegah masuknya hama
tersebut. Sedangkan untuk hama
Cacing tanah ditabur sedikit demi pengganggu dilakukan dengan cara
sedikit secara merata di atas media. 20 liter mengontrol media agar tidak terlalu kering
media membutuhkan cacing sekitar 1 kg dan teknik perawatan lainnya serta menjaga
(Maskana, 1990). Setelah dilakukan kebersihan kandang (Soenanto, 2000 dan
penanaman media harus ditutup agar Listyawan et.al. 1998).
suasananya gelap bagi cacing. Jika medianya
cocok cacing akan betah di dalamnya. 3.3.5. Pemanenan.
Sedangkan kalau tidak cocok, cacing
akan muncul ke permukaan dan mengumpul. Penggantian media atau pemanenan
Hal itu dapat disebabkan antara lain karena biasanya dilakukan setelah 30 hari
media masih terlalu panas, kandungan airnya penanaman di mana kondisi media sudah
terlalu tinggi atau media tersebut seperti tanah. Pemanenan kascing dapat
mengandung minyak, pestisida atau sabun. dilakukan dengan berbagai cara. Untuk
vermicomposting yang dilakukan di dalam
3.3. Fase Perawatan wadah cara yang mudah adalah dengan
sistem piramid. Sedangkan untuk skala besar
3.3.1. Pemberian pakan. dilakukan dengan sistem blok (horisontal),
sistem tangga (vertikal) dan sistem pancingan
Banyaknya pakan yang diperlukan (Maskana, 1990; Listyawan et.al. 1998).
cacing secara teoritis adalah seberat Sistem piramid dilakukan dengan cara
badannya. Pakan ditaruh di atas media menggembur-gemburkan media dan
secara merata. Pemberian pakan dapat membentuknya menjadi seperti piramid dan
dilakukan sehari sekali atau dua hari sekali. secara alamiah cacing akan berkumpul di
bagian bawah piramid sehingga bagian atas
3.3.2. Pembalikan. piramid tersebut dapat dipanen.

90 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 87-92


Sistem horisontal dilaksanakan 5.2. Biomassa Cacing
dengan cara menggeser media lama
sehingga terdapat ruangan kosong. Sedangkan biomassa cacing dapat
Kemudian ruangan kosong tersebut diisi dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani,
dengan media baru. Cacing sedikit demi dan bahan baku obat dan kosmetik, bahan
sedikit akan berpindah ke media baru, makanan dan minuman, serta sebagai pakan
meninggalkan media lama sehingga media ternak. Kandungan protein hewani cacing
lama yang sudah menjadi casting dapat antara 60% – 72% (PEC, 1982). Kandungan
dengan mudah dipanen. asam amino pergramnya lebih tinggi
Sistem vertikal prinsipnya seperti dibandingkan dengan tepung ikan dan
sistem horisontal, hanya saja media baru daging.
diletakan di bawah media lama. Cacing akan Cacing tanah sering digunakan
berpindah ke media baru, sehingga media sebagai obat penurun panas, darah tinggi,
lama yang berada di atas akan ditinggalkan rematik dan tifus. Untuk kosmetik, tepung
cacing. Sistem pancing dilakukan dengan cacing dimanfaatkan sebagai bahan lipstik
meletakan pakan di atas media. Cacing akan dan pelembab. Di beberapa negara cacing
berkumpul menyantap pakan yang berada di tanah bukan hanya untuk pakan ternak tetapi
permukaan media. Pada saat ini cacing dapat digunakan sebagai makanan seperti verne de
dipisahkan dengan media. tere (Perancis), perkedel lumbricus (Filipina),
vermiburger dan vermijuice.
4. PEMBIBITAN CACING
6. PENUTUP
Setelah berumur dua tahun
produktivitas cacing tanah sudah menurun Melakukan kegiatan vermicomposting
sehingga perlu diganti dengan cacing yang untuk menangani sampah organik seperti
masih produktif. Untuk itu aspek pembibitan sampah rumah tangga atau sampah kota
cacing menjadi penting untuk dilaksanakan. membutuhkan ketekunan dan keterampilan
Untuk pembibitan, cacing dewasa ditanam di tersendiri. Tanpa ketekunan proses
media baru untuk menghasilkan kokon (telur) vermicomposting tidak akan berjalan baik
selama 3 sampai 4 minggu. Setelah terdapat karena kegiatan tersebut tidak ada bedanya
banyak kokon, cacing induk dikeluarkan dan dengan kegiatan beternak. Yang diternakan
kokon tersebut dibiarkan menetas selama dalam hal ini adalah cacing tanah yang
sekitar 6 minggu. Setelah itu setiap 2 minggu notabene adalah hewan yang sensitif
sekali media diganti dengan media baru terhadap perubahan lingkungan, jenis pakan,
sampai anakan cacing berumur 1 – 3 bulan. dan hama pengganggu.
Sementara itu, vermicomposting
5. KASCING DAN BIOMASSA CACING sampah memerlukan perhatian yang lebih
serius daripada vermicomposting kotoran
5.1. Kascing ternak, karena sampah yang akan dijadikan
media atau pakan cacing perlu disortir dahulu
Dibandingkan dengan pupuk organik secara selektif.
kompos, secara khusus, casting strukturnya Pada pokoknya, ketekunan dan
lebih halus dan memiliki kandungan keterampilan sangat diperlukan dalam
fitohormon yang diperlukan bagi tanaman. kegiatan vermicomposting atau daur ulang
Namun secara umum manfaatnya tidak sampah organik menjadi kascing.
berbeda dengan kompos lainnya yakni
sebagai soil conditioner. DAFTAR PUSTAKA
Kascing mengandung berbagai unsur
hara dan mineral penting yang dibutuhkan 1. - . Pedoman Praktis dan Kiat-kiat Sukses
oleh tanaman. Kascing juga memperbaiki Budidaya cacing Tanah Jenis Lumbricus.
struktur dan tekstur lahan kritis dan tanah 1999. Koperas Daya Agro Makmur
pertanian. Kascing meningkatkan porositas, Gumilar.
aerasi dan komposisi keanekaragaman 2. Listyawan, B., Siddik, D.A., Badruzzaman,
mikroorganisma tanah. Selain itu, kascing Z., dan Sudrajat. Materi Dasar Program
juga meningkatkan daya ikat tanah terhadap Pendidikan dan Pelatihan Teknologi VAP-
air dan kompos dapat meningkatkan efisiensi BL. 1998. PT. Vermi Alam Primalestari.
pemakaian pupuk kimia.

Daur Ulang Sampah Organik Dengan Teknologi Vermicomposting (Sri Wahyono) 91


3. Maskana. Seri Terapan: Tanya Jawab
tentang Cacing Tanah dan Budidayanya.
1990 .Yayasan Kirai Indonesia.
4. Philipine Earthworm Center (PEC). A
Manual on Earthworm Raising. 1982.
Philipine Erathworm Center. Philipine.
5. Simandjuntak, A.K dan Waluyo, J. Cacing
Tanah Budidaya dan Pemanfaatannya.
1982. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
6. Soenanto, H. Budidaya Cacing Tanah
Lumbricus rubellus. 2000. CV. Aneka.
Solo.

RIWAYAT PENULIS

Sri Wahyono, lahir di Purwokerto, 8 Maret


1969. Menyelesaikan pendidikan sarjana
Biologi ITB, pada akhir tahun 1993. Pernah
mengikuti program training bidang
penanganan limbah padat di Jerman (tahun
1996). Menyelesaikan program magister di
bidang bioteknologi di ITB, Bandung dan
University of New South Wales (UNSW),
Australia pada tahun 2000. Sejak tahun 1994
sampai sekarang bekerja sebagai peneliti
pada bidang bioteknologi penanganan limbah
padat. Saat ini sebagai Koordinator Kelompok
Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat,
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan, BPP Teknologi.

92 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 87-92

Anda mungkin juga menyukai