Anda di halaman 1dari 23

CACING TANAH SEBAGAI OBAT THYPUS

Karya Tulis

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir dan syarat mengikuti tes semester
Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2016 / 2017

Di susun oleh :
Febby Tiara Listy
01016108

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL


SEKOLAH TINGGI FARMASI CIREBON
ABSTRAK

Karya tulis yang berjudul Cacing Tanah Sebagai Obat Thypus, ini berisi mengenai
hasil penelitian para ahli dalam mengkaji senyawa-senyawa herbal yang dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk menunjang kesehatan manusia. Latar belakang karya tulis ini adalah
keadaan masyarakat yang kurang memahami dalam memanfaatkan lingkungan sekitar,
khususnya berupa komponen- komponen biotik seperti tanaman dan hewan. Karena dengan
mempelajari hal tersebut, penulis menjadi lebih mengetahui dan mengenal zat-zat yang akif
dalam proses penyembuhan suatu penyakit dengan nilai ekonomi yang mudah terjangkau.
Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode literature (kepustakaan),
adapun data-data tersebut penulis peroleh dari buku- buku maupun sumber referensi lain yaitu
dengan menggunakan metode internet, sehingga penulis dalam membuat karya tulis mampu
mengetahui dan mencari informasi secara langsung melalui internet maupun berasal dari sumber
buku.
Hendaknya kita sebagai makhluk tuhan yang diberikan kesempunaan berupa akal pikiran,
dapat digunakan untuk selalu giat dalam mengkaji manfaat-manfaat dari komponen yang ada di
sekeliling kita. Demikian penjelasan singkat dari penulis, semoga bermanfaat bagi penulis dan
pembaca yang budiman.
PENGESAHAN

Karya Tulis yang berjudul Cacing Tanah Sebagai Obat Thypus ini telah disetujui serta
disyahkan oleh Dosen Bahasa Indonesia selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
Hari :
Tanggal:

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Bahasa Indonesia

Drs. H. Djuhana . M Pd
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Kunci keberhasilan adalah kedisiplinan dan kejujuran
2. Sederhana dalam ucapan, luar biasa dalam tindakan
3. Tidak perlu melakukan sesuatu hal yang ekstrim untuk mendapatkan hal yang baru, tetapi
mulailah dari perkara yang kecil
4. Sebaik-baik manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain
5. Where there is a will, there is a way

PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini penulis persembahkan kepada;

1. Mamah dan Papah tercinta

2. Teman-teman kelas Reguler B di Sekolah Tinggi Farmasi Yayasan Pendidikan Imam Bonjol
(Cirebon)
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga karya tulis yang berjudul CACING TANAH SEBAGAI OBAT THYPUS ini,
dapat diselesaikan.
Karya tulis ini,disusun untuk melengkapi persyaratan guna memenuhi tugas semester
mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Tinggi Farmasi Yayasan Pendidikan Imam bonjol
Cirebon tahun pelajaran 2016/2017 serta menambah wawasan pembaca.
Penulisan karya tulis ini tidak akan pernah selesai tanpa dukungan dan bantuan dari
beberapa pihak.oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. H.Djuhana .M.Pd selaku Dosen Bahasa Indonesia, yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan makalah ini.
2. Mmah tercinta.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna.oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Cirebon,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


ABSTRAKSI .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
1.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 5


2.1 Klasifikasi Ilmiah ........................................................................... 5
2.2 Pengertian Cacing (VERMES)........................................................ 5
2.3 Struktur Tubuh Cacing Tanah ......................................................... 7
2.4 Reproduksi Cacing Tanah ............................................................... 8
2.5 Thypus ............................................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 9


3.1 Manfaat Lumbricus Rubellus .......................................................... 9
3.2 Kandungan Nutrisi Lumbicus Rubellus .......................................... 10
3.3 Zat Penyembuh Penyakit Thypus ................................................... 11
3.3.1 Senyawa Golongan Alkaloid ................................................. 12
3.4 Cara Pengolahan Cacing Tanah ...................................................... 12
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 14
4.1 Simpulan ......................................................................................... 14
4.2 Saran ............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak

digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Penggunaan organisme

tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mampu memberikan dampak penyembuhan

yang signifikan terhadap kondisi tubuh. Di era modern ini, dibutuhkan adanya penemuan-

penemuan baru untuk menunjang kesehatan manusia baik dari bahan-bahan alami maupun yang

sengaja dibuat oleh manusia.

Penggunaan teknologi yang serba canggih dan modern, cukup memaksa manusia untuk

mengikuti perkembangannya. Tidak terkecuali dalam dunia medis dan obat-obatan. Namun,

penggunaan obat herbal yaitu bahan-bahan atau organisme yang ada di sekeliling kita tidak

menutup kemungkinan untuk dijadikan jalan alternatif sebagai obat penyembuhan berbagai

macam penyakit.

Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama

ilmiah Lumbricus rubellus. Menurut kacamata manusia, cacing tanah termasuk hewan yang

menjijikkan. Tetapi, di balik itu cacing tanah menyimpan khasiat yang sangat besar bagi tubuh

manusia yang belum banyak kita mengetahuinya.

Cacing tanah dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit thypus yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella thyposa dan penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit tekanan darah rendah,

tekanan darah tinggi, kencing manis, reumatik dan penyakit kronis lainnya.

Maka dari itu penulis mengangkat judul Cacing Tanah sebagai Obat Thypus yang bertujuan

untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa cacing tanah


mempunyai manfaat yang sangat besar untuk menyembuhkan penyakit tersebut serta agar

masyarakat lebih mengetahui akan manfaat dari daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan berbagai masalah mengenai

pemanfaatan cacing tanah sebagai obat thypus. Adapun permasalahan yang penulis temukan

sebagai berikut:

1. Apa saja manfaat cacing tanah (Lumbricus rubellus)?

2. Bagaimana kandungan nutrisi cacing tanah (Lumbricus rubellus)?

3. Apakah zat yang terdapat dalam daging cacing tanah sehingga dapat menyembuhkan penyakit

thypus?

4. Bagaimana cara pengolahan cacing tanah sehingga dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi

bagi penderita penyakit thypus?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Guna memenuhi tugas semester mata pelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2016/2017.

2. Meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan pembaca mengenai manfaat yang

terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

3. Meneliti bagaimana proses pengolahan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai obat thypus.

4. Mengetahui kandungan nutrisi dan zat dalam daging cacing tanah yang berguna bagi kesehatan

manusia.

5. Sebagai salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit thypus.
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang dapat kita ambil dari kegiatan penulisan karya tulis ini antara

lain:

1. Untuk mengetahui manfaat cacing tanah bagi penyembuhan penyakit thypus.

2. Untuk mengetahui tentang cacing tanah, serta peranannya.

3. Untuk mengetahui zat dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam proses

penyembuhan penyakit thypus.

4. Masyarakat dapat mengetahui akan adanya obat herbal alami atau obat tradisional yang

terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode kepustakaan (literatur).

Metode literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara penulis membaca, menganalisa,

mengolah dan menulis buku-buku sebagai sumber referensi. Dengan demikian penulis mampu

untuk menganalisa manfaat cacing tanah tersebut dengan baik dan sistematis.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ini terdapat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan, sistematika penulisan.


BAB II LANDASAN TEORI

Terdiri dari : klasifikasi cacing tanah secara ilmiah, pengertian cacing, struktur tubuh cacing

tanah, reproduksi cacing tanah, penyakit thypus.

BAB III PEMBAHASAN

Terdiri dari : manfaat cacing tanah, kandungan nutrisi cacing tanah, zat yang terkandung dalam

cacing tanah sebagai obat thypus serta bagaimana cara pengolahan cacing tanah.

BAB IV PENUTUP

Terdiri dari : kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Clitellata

Ordo : Haplotaxida

Upaordo : Lumbricina

Families : Acanthodrilidae

Criodrilidae

Eudrilidae

Glossoscolecidae

Lumbricidae

Megascolecidae

2.2 Pengertian Cacing (Vermes)

Dalam kehidupan sehari-hari, cacing diartikan sebagai hewan kecil, bertubuh memanjang,

lunak, tidak berangka, dan tidak mempunyai kaki. Setiap tubuh cacing dapat dibedakan atas

ujung depan (anterior), ujung belakang (posterior), permukaan punggung (dorsal), dan

permukaan perut (ventral). Tubuh cacing bersifat simetris bilateral, artinya pada tubuh terdapat
satu bidang simetris yang terletak di pusat memanjang, membagi tubuh menjadi bagian kanan

dan kiri yang sama besar dan sama bentuknya.

Cacing atau vermes diklasifikasikan dalam filum annelida. Annelida (Yunani, annelus:

cincin), dapat diartikan sebagai cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin

atau gelang.

Perbedaan utama antara annelida dan filum cacing lainnya adalah tubuhnya yang

bersegmen-segmen. Setiap segmen menyerupai cincin atau ruas-ruas yang disebut somit.

Segmentasi ini terjadi tidak hanya pada struktur luarnya, tetapi sampai ke struktur alat dalamnya.

Ciri-ciri Annelida:

a. Tubuh bilateral simetris dan memiliki segmentasi tubuh yang jelas.

b. Telah memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya dan di dalamnya terdapat alat-alat dalam.

c. Permukaan tubuh tertutup lapisan kutikula yang lembab.

d. Alat tambahan (anggota tubuh) berupa rambut kecil menyerupai batang.

e. Alat pencernaan makanan telah berkembang sempurna.

f. Alat ekskresi berupa nefridium.

g. Memiliki alat peredaran darah tertutup.

h. Pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh.

i. Sistem saraf berupa sepasang ganglion otak yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal.

j. Bersifat hermafrodit.

Dinding tubuh Annelida terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan

endoderm.

Rongga tubuh Annelida terjadi karena adanya lipatan mesoderm pada masa diferensiasi

embrio. Lipatan mesoderm menyebabkan ada bagian mesoderm yang melekat pada endoderm
disebut lapisan splanknik. Lapisan ini membentuk dinding otot dan saluran pencernaan.

Sedangkan bagian yang menempel pada ektoderm disebut lapisan somatik yang merupakan

bagian dari dinding tubuh.

Annelida merupakan organisme triploblastik selomata, artinya organisme yang dinding

tubuh embrionya berlapis tiga dan telah mempunyai rongga tubuh sesungguhnya.

Klasifikasi Annelida

Annelida terbagi dalam tiga kelas, yaitu:

1. Oligochaeta atau cacing berbulu sedikit, contohnya cacing tanah.

2. Polychaeta atau cacing berbulu banyak, contohnya cacing wawo, dan

3. Hirudinea atau golongan lintah dan pacet.

Dengan demikian, cacing tanah termasuk ke dalam kelas Oligochaeta.

2.3 Struktur Tubuh Cacing Tanah

Bentuk tubuh cacing tanah bulat panjang, dengan segmen tubuh berjumlah 15 sampai 200

buah. Setiap segmen (somit) mempunyai alat ekskresi, otot-otot dan pembuluh sendiri. Susunan

tubuh semacam ini dikenal dengan nama metameri.

Pada somit ke-32 sampai 37 dari Lumbricus dan somit ke-10 sampai 11 dari Pheretima

terdapat penebalan kulit dan lebih cerah, disebut Klitelum atau Sadel. Klitelum berfungsi untuk

mengekskresikan materi-materi pembentuk kokon yang berisi telur.

2.4 Reproduksi Cacing Tanah


Cacing tanah berkembang biak secara kawin dan bersifat hermafrodit. Namun demikian, tidak

dapat terjadi pembuahan sendiri.

Dua cacing yang kawin saling menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan.

Mula-mula, alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelum cacing

pasangannya. Setelah itu, segera dibentuk kokon. Selanjutnya, di sebelah luar kokon terbentuk

tabung lendir. Sementara itu, sperma pada klitelum bergerak ke alat reproduksi betina dan

disimpan dalam seminal reseptakel. Pada saat ovum dikeluarkan dari ovarium dan melewati

seminal reseptakel, ovum akan dibuahi. Ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon.

Setelah itu, telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing. Telur menetas di dalam kokon dan

keluar sebagai individu baru.

2.5 Thypus

Penyakit types atau thypus disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa. Penyakit types atau

thypus dikarenakan infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah.

Gejala awal dari penyakit ini adalah demam tinggi dan tidak turun, warna lidah penderita

keabu-abuan, perut bagian bawah terasa sakit, nafsu makan berkurang karena lidah selalu

merasakan pahit.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Manfaat Lumbricus rubellus

Daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu organisme hidup yang dapat

digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi kehidupan manusia. Banyak khasiat daging cacing

tanah bagi kesehatan manusia. Lumbricus rubellus dapat menjadi obat yang manjur untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Di antaranya ialah penyakit tekanan darah rendah, tekanan

darah tinggi, kecing manis, penyakit thypus, reumatik, disentri, maagh, muntaber, asma dan

penyakit kronis lainnya.

Berbagai hasil penelitian pun telah menguak multimanfaat cacing tanah. Hewan ini

mengandung barbagai enzim penghasil antibiotik dan asam arhidonat yang berkhasiat

menurunkan demam. Sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing ini dimanfaatkan sebagai

penghambat pertumbuhan kanker. Di Jepang dan Australia, cacing tanah dijadikan sebagai bahan

baku kosmetika. Penelitian laboratorium mikrobiologi fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Unpad Bandung tahun 1996 menunjukkan bahwa ekstrak cacing rubellus mampu

menghambat pertumbuhan bakteri pathogen penyakit thypus dan diare.

Menurut Bambang Sudiarto, peneliti dari Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran Bandung,

cacing adalah sumber protein sangat tinggi, sekitar 76 %. Itu berarti lebih tinggi dibanding yang

hanya 65 %, dan kacang kedelai yang hanya 45 %. Cacing tanah juga mengandung 15 jenis asam

amino esensial dengan kadar yang sangat tinggi. Zat ini biasa digunakan untuk menyempitkan

atau melebarkan pembuluh darah.


Cacing rubellus mempunyai beberapa kandungan yang bermanfaat bagi manusia jika

dimakan, penyembuhan dengan memanfaatkan daging cacing dilakukan pada saat kita sehat.

Penyembuhan itu harus melalui proses jauh sebelum sakit itu tiba, mereka yang sering menderita

thypus, demam, batuk, flu dan lain-lain perlu banyak mengkonsumsi cacing agar memiliki

ketahanan.

Memang tak ada informasi yang jelas, kapan cacing dianggap berkhasiat. Tapi, Lumbricus

punya manfaat medis. Sudah diteliti para ilmuwan Amerika. Dari sanalah ditemukan bahwa

Lumbricus punya kemampuan mengubah omega-6 menjadi omega-3. Omega-3 ini dapat

mencegah terjadinya pengerasan pembuluh darah yang diakibatkan oleh lemak. Dalam penelitian

itu juga dilakukan percobaan dengan mengisolasi bahan kimia yang ada pada tubuh Lumbricus

rubellus. Kemudian menumbuhkannhya ke sel tubuh manusia. Ternyata bahan kimia itu dapat

mengurangi gangguan di pembuluh arteri yang dapat mengakibatkan serangan jantung.

3.2 Kandungan Nutrisi Lumbricus rubellus

Daging Lumbricus rubellus memiliki beberapa kandungan nutrisi, di antaranya mengandung

kadar protein sangat tinggi, yaitu sekitar 76 %. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan dengan

daging mamalia 65 % atau ikan 50 %. Begitu juga dengan asam-asam amino esensialnya. Selain

itu bahan tersebut diketahui pula mengandunng alfa tokoferol atau vitamin f yang berfungsi

sebagai antioksidan.

Selain itu menurut Laverach (1963) kandungan nutrisi daging Lumbricus rubellus terdiri dari

16 % protein, 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan abu 1,5 %. Sedangkan kadar bahan keringnya

16,38 %, kandungan protein 53,5-71,5 % dimiliki Lumoricus terrestris dengan kadar bahan
antara 15-20 %. Hewan-hewan ini juga mengandung protein asam amino berkadar tinggi yang

sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh melawan berbagai macam penyakit.

3.3 Zat Penyembuh Penyakit Thypus

Demam merupakan gejala awal berbagai penyakit manusia. Penyebab demam bisa berbagai

macam, tetapi umumnya gejala peningkatan suhu tubuh harus segera diatasi karena dapat

mengakibatkan efek lain yang lebih berbahaya.

Demam dapat terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Jika sel tubuh

terluka oleh rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, atau parasit, membran sel yang tersusun

oleh fosfolipid akan rusak.

Salah satu komponen asam lemak fosfolipid, yaitu asam arakidonat, akan terputus dari ikatan

molekul fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat akan membentuk

prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin inilah yang merangsang

hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Gejala demam dapat diatasi dengan obat yang

mengandung zat antipiretik. Ketika gejala demam muncul, umumnya orang akan menggunakan

parasetamol untuk mencegah kenaikan suhu tubuh lebih lanjut.

Parasetamol memang obat antipiretik umum. Harganya terjangkau dan mudah didapat. Hanya

saja, obat ini juga cukup banyak efek sampingnya. Selain itu, parasetamol hanya mengurangi

gejala demam saja tanpa membunuh akar penyebab demam tersebut.

Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena tidak menimbulkan efek toksik

bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah cacing

tanah dapat mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing tanah
dapat menoleransi logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Namun, hal ini dapat

diatasi dengan vermikultur, yaitu membuat media tumbuh yang baik bagi cacing tanah.

Penampakan tubuh cacing tanah yang tercemar pun mudah dibedakan dengan yang normal.

Pengujian ekstrak cacing untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukan

menggunakan hewan coba tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak.

Suhu normal tikus putih sama dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat

celcius. Tikus putih yang sudah demam diobati dengan ekstrak cacing tanah dan parasetamol

sebagai kontrol. Setelah didemamkan, suhu tubuh tikus putih diukur dan diamati pergerakan

suhunya. Kelompok tikus putih yang tidak diberi pengobatan, meningkat suhunya sebesar 0,8

derajat celcius. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tikus putih yang didemamkan dapat

ditahan oleh ekstrak cacing tanah karena di dalamnya terdapat zat antipiretik.

3.3.1 Senyawa Golongan Alkaloid

Dari serangkaian pengujian kimia, diketahui bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik

dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid. Pengujian memang belum dapat

menentukan nama senyawanya secara tepat. Golongan senyawa alkaloid mempunyai ciri

mengandung atom nitrogen (bandingkan dengan struktur parasetamol yang juga memiliki atom

nitrogen) dan bersifat basa (pH lebih dari 7).

Contoh alkaloid yang paling terkenal adalah nikotin dari tembakau. Seperti senyawa aktif

lainnya, jika dikonsumsi berlebihan, dapat menjadi racun juga. Golongan alkaloid memang

sudah banyak ditemukan dari ekstrak tumbuhan maupun hewan dan sebagian besar di antaranya

memiliki efek farmakologi.

3.4 Cara Pengolahan Cacing Tanah


Ada beberapa cara atau proses dalam mengolah daging Lumbricus rubellus, di antaranya

adalah:

A. Proses Sangan (menggoreng tanpa minyak)

Tata caranya sebagai berikut:

1. Ambil cacing tanah yang besar 3 atau 5 biji, cuci dengan air.

2. Ambil penggorengan (saya sarankan dari tanah liat agar tidak lengket), goring atau sangan

cacing tanah tersebut di atas penggorengan hingga gosong.

3. Setelah cacing tanah menjadi gosong, angkat dan tiriskan.

4. Ambil cacing tanah yang gosong tadi untuk dimakan bersama pisang.

5. Konsumsi lima kali sehari untuk kesembuhan lebih cepat.

B. Proses pengolahan kapsul cacing tanah yang dilakukan dengan sistem higroscopy, yaitu

kandungan air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa.

C. Rebusan Cacing Tanah

Tata caranya sebagai berikut:

1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil-kecil.

2. Besihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga

hiegenisnya saja.

3. Tuangkan air kira-kira tiga gelas untuk ukuran diminum tiga kali sehari.

4. Masukkan cacing dan rebus hingga mendidih.

5. Saring dan ambil airnya saja.

6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat-hangat.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Daging cacing tanah (lumbricus rubellus) adalah salah satu organisme yang dapat dijadikan

sebagai obat herbal alternatif dalam upaya penyembuhan berbagai penyakit khususnya penyakit

thypus. Terbukti dengan adanya berbagai riset yang dilakukan oleh para ahli tentang uji khasiat

daging cacing tanah dan telah disimpukan bahwa dalam tubuh cacing tanah mengandung zat

antipiretik yang berguna bagi proses penyembuhan penyakit thypus serta tidak menimbulkan

efek samping sehingga aman untuk dikonsumsi.

Daging cacing tanah mengandung berbagai nutrisi yaitu terdiri dari senyawa protein,

karbohidrat, lemak dan abu yang sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh dalam melawan

berbagai macam penyakit.

Pengolahan cacing tanah cukup mudah, sehingga bisa dilakukan sendiri sesuai dengan

petunjuk yang ada. Adapun cara pengolahannya, yaitu dengan proses sangan (menggoreng tanpa

minyak), menggunakan sistem hicroscopy (proses pengolahan dalam bentuk kapsul) dan air

rebusan cacing tanah. Sehingga bisa dikatakan cacing tanah mempunyai struktur tubuh yang

kecil tetapi memiliki manfaat yang kompleks.

4.2 Saran

Di zaman sekarang banyak orang cenderung mengkonsumsi obat dokter dalam upaya

penyembuhan berbagai penyakit serta mengesampingkan hal-hal kecil yang justru dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai penulis, saya berharap masyarakat bisa lebih mengkaji

manfaat-manfaat dari organisme di sekelilingnya yang cenderung lebih murah dan efisien serta

dapat menghidupkan kembali obat-obat tradisional yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi 1 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara

http: //biologi.blogsome.com

http: //isharmanto.blogspot.com

http: //wb3.itrademarket.com/pdimage/68/1248868 redworms2.jpg

http://kalemsblog.com

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0105107-125417

Anda mungkin juga menyukai