Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

CONTOH PEMBUATAN SKRIPSI

Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Sebagai Substitusi Pakan


Pemacu Pertumbuhan dan Meningkatkan Sistem Imunitas Pada Ayam
Broiler

OLEH :
DENI MULYADI; 24032115114
MUHAMMAD IKBAL RAMADHAN; 24032115137

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2017
ABSTRAK
Cacing Tanah adalah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam
filum Annelida. Potensi tepung cacing tanah (Lumbricus sp.) sebagai pengganti
tepung ikan dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan, komposisi tubuh pada
ayama broiler. Cacing tanah mengandung beberapa kandungan yang tidak dimiliki
invertebrate lainnya, seperti protein sampai 76% 17 % karbohidrat, 45 % lemak
dan abu 1,5 %. Dari hasil laboratorium cacing tanah mengandung : Protein 68%,
Asam glutamat 8.98 %, Treonin 3.28%, Lisin 5.16%, Glycine 3.54%. (Auliah,
2008). Dengan demikian, tepung cacing tanah dapat menggantikan peranan
tepung ikan hingga 100% dalam formulasi pakan untuk ternak ayam broiler.

Kata kunci : Cacing Tanah pengganti tepung ikan.


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang mempunyai tanah yang subur,
didalamnya terdapat banyak mahluk hidup yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,
khusunya adalah mahluk hidup yang ada di dalam tanah. Cacing merupakan salah
satu mahluk hidup yang banyak digunakan pengobatan bagi manusia karena
kandungan didalamnya sangat baik, Cacing tidak hanya dibuat untuk pengobatan
saja tapi bisa digunakan sebagai Pakan Pemacu Pertumbuhan Pada ternak Ayam
dan juga Sebagai Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit.
Cacing Tanah adalah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam
filum Annelida. Mereka umumnya ditemukan hidup di tanah, memakan bahan
organik hidup dan mati. Sistem pencernaan berjalan melalui panjang tubuhnya.
Cacing tanah melakukan respirasi melalui kulitnya(Wikipedia)
Pakan yang berkualitas umumnya menggunakan tambahan bahan-bahan
aditif seperti enzim, vitamin, antibiotik, dan lain sebagainya Aditif untuk memacu
pertumbuhan pada ayam pedaging salah satunya adalah antibiotik (antibiotics
growth promoters) karena antibiotik selain dapat meningkatkan immunogenik
juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan meningkatkan berat
badan ayam broiler.
Protein yang dimiliki oleh Cacing Tanah memiliki mekanisme antimikroba
yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. Antibiotik membunuh mikrorganisme
tanpa merusak jaringan tubuh ternak. Antibiotik membunuh mikroganisme
dengan dua cara, yaitu dengan menghentikan jalur metabolik yang dapat
menghasilkan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menghambat
enzim spesifik yang dibutuhkan untuk membantu menyusun dindingsel bakteri.
Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing
tanah adalah dengan membuat poridi dinding sel bakteri. Hal ini menyebakan
sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan luar yang dapat
mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian. Dengan cara
ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi resisten karena yang dirusak adalah
struktur sel milik bakteri itu sendiri.
Tepung Cacing ini sangat bermanfaat untuk pertumbuhan pada ayam
sehingga dapat menekan biaya produksi baik itu pakan maupun obat antibiotic.
Dengan cara ini peternak akan untung dan ini bisa dilakukan oleh berbagai tingkat
peternak baik itu peternak skala kecil maupun peternak dalam sekala besar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pembuatan tepung cacing?
2. Bagaimana tingkat kecernaan pada ayam broiler?
3. Berapa persen yang harus diberikan terhadap ayam broiler dalam berbagai
tingkatan umur?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Adapun tujuannya adalah
1. Untuk menekan biaya produksi pakan ayam broiler
2. Untuk mengurangi tingkat mortalitas pada ayam broiler
3. Untuk meningkatkan imunitas pada tubuh ternak

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
khususnya peternak broiler sehingga dapat menekan biaya produksi dalam
menjalankan usaha mikro ataupun makro.

1.5 Kerangka Pemikiran


Salah satu tujuan pembuatan Tepung Cacing adalah untuk mengurangi
penekanan terhadap produksi ternak, harga pakan saat ini tidak sesuai dengan
harga ayam pada umumnya, hal ini banyak dirasakan khususnya peternak kecil,
dalam peternakan ayam mempunyai dua aspek yaiu aktivitas dan lingkungan. dari
proses aktivitas dimulai dari adanya masukan. Masukan yang digunakan tersebut
adalah pakan, tenaga kerja, peralatan, bibit, obat-obatan yang termasuk ke dalam
biaya produksi.
Cacing Tanah adalah sumber protein sangat tinggi. Cacing Tanah juga
mengandung beberapa asam amino dengan kadar yang tinggi. Salah satunya,
Cacing Lumbricus rubellus yang mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar
76% (istiqomah at al., 2009) dari bobot kering, 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan
abu 1,5 %. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan
(50%). Cacing tanah termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Ia
hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Selain itu cacing tanah juga
mengandung 9 asam amino esensial dan 8 asam amino non-esensial. Asam
amino esensial tersebut antara lain: arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin,
valin, metionin, fenilalanin, dan treonin. Sementara asam amino non-esensial
ialah sistin, glisin, serin, tirosin, alanine, prolin, asam asparat, dan asam glutamate
(Auliah, 2008).
Hasil penelitian terhadap cacing tanah menyatakan bahwa cacing tanah
memiliki senyawa aktif yang mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya
Eschericia coli berlebih penyebab diare. Tingginya kandungan protein tepung
cacing tanah memungkinkan pemanfaatan cacing tanah sebagai pakan buatan
oleh (Wahyudi.,2010), Sejauh ini belum diketahui secara pasti komposisi
tepung cacing tanah yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ayam
broiler. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian tentang
pemberian tepung cacing tanah dengan proporsi yang tepat dalam pakan
buatan perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ayam broiler.

Peternakan ayam broiler

Pakan komersil

Bahan baku alternatif

Protein Hewani Protein Nabati

Tepung Ikan Tepung Cacing Tanah

Pakan Berkualitas

Pertumbuhan Cepat dan mortalitas


rendah

Tabel. 1 Skema Pakan


1.6 Hipotesis
Cacing memang berbahaya bagi kesehatan manusia, khususnya jenis
cacing parasit, sebagia contoh cacing pita, cacing gelang, cacing perut dan lain
sebagainya. Tapi ada juga cacing yang sangat berguna bagi kita dan lingkungan,
yaitu cacing tanah, cacing merah, cacing laut. Cacing tanah di samping sebagai
penyubur tanah juga sebagai pengganti tepung ikan pada ransum ayam Broiler
ataupun pellet ikan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Cacing Tanah Lumbricus rubellus


Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati
bagian permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah
karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Berikut adalah
klasifikasi cacing tanah (Lumbricus rubellus) :
Phylum: Annelida
Kelas : Clitellata
Sub Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili: Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 27)
Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida atau
hewan beruas-ruas atau bergelang-gelang. Cirinya yaitu tubuh simetris
bilateral, silindris memanjang, bersegmen-segmen (sekitar 115-200 segmen), dan
pada bagian permukaan tubuh terdapat sederetan sekat atau dinding tipis.Filum
Annelida, terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan
Oligochaeta. Polychaeta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak
seta atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola.
Sedangkan contoh dari kelompok Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo
medicinalis dan Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida
adalah Oligochaeta dimana cacing tanah termasuk di dalamnya lantaran
jumlah seta (rambut keras berukuran pendek) pada tubuh cacing tanah sangat
sedikit. Selain itu, cacing tanah oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan
berdasarkan warnanya, yakni kelompok merah dan kelompok abu-abu.
Kelompok merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red worm),
L. terrestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm),
Daendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara
lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Sugiantoro, 2012:
1315).
1. Morfologi
Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar
dan dalam, berambut, tidak mempunyaikerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh
kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan binatang,
dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus menggunakan
otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari tubuhnya. Adanya
lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dapat
mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar. Lendir
itupun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat lubang di tanah sehingga
cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang. Selain fungsi tersebut, lender
pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena tubuhnya licin,
cacing tanah sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya.Pada tubuhnya, terdapat
organ yang disebut seta. Seta yang terdapat pada setiap segmen ini berupa rambut
yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya lekat organ ini sangat kuat
sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan benda. Daya lekat ini akan
melemah saat cacing akan bergerak maju. Seta ini pun dapat membantu cacing
tanah saat melakukan perkawinan (Palungkun, 2010: 8)

Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat


psrostomium. Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk
seperti bibir. Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang
mulut. Prostomium terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini
membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya. Itulah
sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi
makanannya walaupun tidak memiliki mata. Di bagian akhir tubuhnya terdapat
anus. Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang
dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut sangat berguna bagi tanaman
karena sangat kaya dengan unsur hara. Kotoran tersebut dikenal dengan istilah
kascing. Untuk dapat bernapas, cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya karena
tidak memiliki alat pernapasan. Oksigen yang digunakan untuk proses
metabolisme tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang
terdapat di bagian bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi
melepaskan karbondioksida (CO2) sebagai sisa hasil metabolisme. Namun,
agar proses bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik,
kelembaban lingkungannya harus cukup tinggi.

Cacing tanah dewasa memiliki klitelum yang merupakan alat yang dapat
membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang
menebal dan warnanya lebih terang dari warna tubuhnya. Pada cacing yang masih
muda, organ ini belum tampak karena hanya terbentuk saat cacing mencapai
dewasa kelamin, sekitar 2-3 bulan (Palungkun, 2010: 8-9)

2. Habitat

Di habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembangbiak di dalam


tanahyang lembab dengan suhu sekitar 15-25oC. Cacing tanah merupakan hewan
nokturnal yakni aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada
siang harinya istirahat. Cacing tanah juga hewan fototaksis negatif artinya cacing
tanah selalu menghindar setiap ada cahaya, dan segera menutuplubang sarang.
Cacing tanah tidak dapat tinggal di tempat yang terlalu banyak air karena
ketersediaan oksigen di dalamnya sangat sedikit (anaerob). Karena itulah, di saat
curah hujan sedang tinggi, cacing tanah akan banyak berada di lapisan tanah
paling atas (Sugiantoro, 2012: 15-16

3. Sistem Pencernaan, Makanan, dan Sistem Ekskresi

System pencernaan cacing yaitu Makanan masuk ke mulut dan faring


melalui prostomium yang kemudian dihisap dan masuk ke esofagus. Di dalam
esofagus makanan tercampur dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur yang
terdapat pada dinding esofagus. Dari esofagus makanan terus masuk ke dalam
tembolok untuk disimpan sementara waktu. Selanjutnya makanan masuk ke dalam
lambung untuk dicerna menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan dapat
diabsorpsi. Dinding usus mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan
enzim-

enzim untuk mencernakan partikel-partikel makanan menjadi karbohidrat, lemak,


dan protein.Senyawa-senyawa tersebut masuk ke sistem sirkulasi darah untuk
diangkut ke seluruh tubuh. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus dan
diletakkan di atas permukaan tanah di dekat lubang dari liang tempat cacing itu
berada (Rukmana, 1999:18)
Makanan cacing tanah adalah baha-bahan organik yang telah mengalami
proses pembusukan. Setiap cacing tanah bisa menghabiskan bahan-bahan organic
seberat hingga dua kali berat tubuhnya dalam tempo 24 jam. Sistem ekskresi
cacing tanah adalah nephridia yang berada pada segmen-segmen tubuhnya. Untuk
sisa-sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui anus yang terdapat di
belakang tubuhnya yang kemudian dikenal sebagai kascing (bekas cacing)
(Sugiantoro, 2012: 18)
DAFTAR PUSTAKA

Siti Aslamyah, Muh. Yusri Karim, 2013. Potensial of earthworm Lumbricus


sp. flour to substitute fish meal in the diet on growth, body
composition, liver and muscle glycogen of milkfish Chanos chanos,
Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1):67-76.
Julendra H, Zuprizal, Supadmo. 2010. Penggunaan tepung cacing tanah
(Lumbricus ru- bellus) sebagai aditif pakan terhadap penampilan
produksi ayam pedaging, profil darah, dan kecernaan protein. Buletin
Peternakan, 34(1):21-29
Muhammad Ridho Taris,2017. Pengaruh Penggunaan Tepung Cacing Tanah
(Lumbricus Sp.) Sebagai Bahan Baku Pakan Terhadap Pertumbuhan
Benur Udang Windu (Penaeus Monodon).skripsi

Anda mungkin juga menyukai