Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGAPLIKASIAN VERMIKOMPOS DAN JARAK


TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Oleh :
Cindy Lusiani
NIM C1051181008

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGAPLIKASIAN VERMIKOMPOS DAN JARAK


TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Oleh :
Cindy Lusiani
NIM C1051181008

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
PENGARUH PENGAPLIKASIAN VERMIKOMPOS DAN JARAK
TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Cindy Lusiani
NIM C1051181008

Jurusan Ilmu Tanah

Tim Pembimbing :
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

NIP : NIP :

Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan

NIP:
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan proposal selanjutnya.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pontianak, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) berasal dari daratan benua Amerika,
tepatnya dimAmerika Latin. Cabai rawit yang dulunya merupakan tanaman liar dan disebar
oleh burung (cabai burung) mempunyai nama ilmiah Capsicum frutesncens L., C. pendulum,
C. baccatum, dan C. chenese. Karena ukuran buahnya yang kecil, di Indonesia cabai ini
dikenal dengan nama cabai rawit (Setiadi, 2007). Cabai rawit merupakan salah satu jenis
sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk di kembangkan di daerah
tropica seperti di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa cabai rawit benar-benar merupakan
komunitas sayuran yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Cabai rawit juga
mampu berproduksi didataran rendah maupun dataran tinggi dan relatif tahan terhadap
serangan penyakit (Setiadi, 2007).
Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi
tanaman. Peningkatan produksi cabai rawit dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat
kerapatan tanam. Untuk meningkatkan hasil tanaman cabai rawit. Peningkatan tingkat
kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkat kan hasil, tetapi
penambahan jumlah tanaman menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi
matahari dan ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah buah per tanaman (Irfan,
1999). Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin
tinggi tingkat kerapatan suatu tanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan
antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu kesuburan tanah, jarak tanam yang tepat dan penggunaan pupuk yang
berimbang (Pradita, 2018). Selain mengatur jarak tanam yang tepat maka perlu usaha untuk
menambahkan unsur hara bagi tanaman yaitu dengan penambahan bahan organik.
Penambahan bahan organik pada tanah mempunyai pengaruh terhadap beberapa sifat kimia,
yang kemudian akan mempengaruhipertumbuhan dan produksi cabai rawit. Sumber pupuk
organic dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah (Sutanto, 2002).
Vermikompos merupakan salah satu pupuk organik yang sekarang ini sedang
dikembangkan oleh peneliti. Vermikompos tersebut terdiri dari campuran kotoran cacing
tanah dan bahan-bahan organik seperti limbah peternakan maupun limbah pertanian yang
kemudian mengalami proses pengomposan dengan bantuan cacing. (Marsono dan Sigit,
2002: 22-25). Mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan adalah
actinomycetes, bakteri, dan fungi (Domininguez et al. 1997: 57- 59). Cacing yang sering
digunakan dalam proses pengomposan adalah Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus. Kedua
cacing tersebut dapat digunakan dalam pembuatan vermikompos karena konsumsi bahan
organik yang tinggi dan mampu mentoleransi perubahan lingkungan secara luas (Edwards, et
al. 1998: 155-161). Cacing tanah tersebut termasuk dalam filum Annelida, Kelas Clitellata,
Sub Kelas Oligochaeta (Brusca dan Brusca, 2003: 45-46). Spesies Lumbricus rubellus
mampu merubah bahan organik menjadi bentuk yang lebih halus secara alami dan
mengandung humus. Humus yang terbentuk merupakan faktor utama meningkatnya
kesuburan tanah.
Nofianti (1999) berpendapat bahwa vermikompos memiliki peran penting dalam
meningkatkan kesuburan tanah, yaitu dengan cara membantu menyediakan unsur hara bagi
tanaman, memperbaiki kemampuan menahan air, dan memperbaiki struktur tanah.
Vermikompos adalah pupuk organik yang termasuk kategori aman bagi tanaman maupun
tanah, hal ini disebabkan karena cacing dapat memperbaiki penyatuan bahan organik di
bawah permukaan tanah, memperbaiki infiltrasi air, meningkatkan jumlah air tersimpan
dalam agregat tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan aerasi serta penetrasi akar
(Rekhina, 2012: 78-93).

B. Masalah Penelitian
Masalah yang sering di hadapi petani dalam budidaya tanaman cabai rawit yaitu salah
satunya defisiensi/kekurangan unsur hara sekunder/mikro seperti: Magnesium ( Mg), Sulfur
( S ), Calsium (Ca), Silica ( Si )Boron ( B), Zink ( Zn ) dan Cuprum ( Cu ) sering disalah
artikan sebagai serangan penyakit dan ketika dipakai berbagai fungisida ternyata tidak
memperbaiki dari gejala yang muncul. Defisiensi ini ditandai dengan banyak gejala, daun
menguning sebahagian atau semua, pertumbuhan kuncup/tunas terhenti dan jika berlanjut
daun akan mati atau gugur, daun memutih dan menggulung kedalam, pertumbuhan tunas
terhambat, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang gugur dan masak
sebelum waktunya, warna buah tidak sempurna atau terlihat busuk pada bagian bawah buah
serta kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Dan untuk mengatasi Hal tersebut maka
pupuk lah tanaman dari awal dengan NPK plus Mg, S, Ca, Si, Cu, Zn dan B. Kemudian
waktu mupuk dengan cara kocor dicampur tetap campur NPK ( 10-15 Kg ) plus Mg, S, Ca,Si,
Cu, Zn dan B ( total 30% dari total NPK.
Pada tanah pertanian sering digunakan pupuk buatan atau kimia.MPenggunaaan
pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan dan menyebabkan produktivitas tanah menurun. Untuk mengurangi
dampak kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia, petani dapat menggunakan
pupuk organik yang memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu
pupuk organik yang dapat digunakan tersebut adalah vermikompos. Pemupukan ini
dimaksudkan untuk menambahkan unsur hara tanah yang semakin lama semakin berkurang
karena terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaplikasian vermikompos dan
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit, serta nyata tidaknya
interaksi kedua faktor tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
1. Tanaman cabai rawit
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan
ketinggian 0 meter - 700 meter di atas permukaan laut. Daerah yang mempunyai suhu udara
16 0C pada malam hari dan minimal 23 0C pada siang hari sangat cocok untuk pertumbuhan
tanaman ini. Apabila suhu udara malam hari dibawah 16 0C dan siang hari diatas 32 0C,
proses pembungaan dan pembuahan tanaman cabai rawit mengalami kegagalan. Kelembaban
udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini yaitu 50 % - 80 % dengan curah hujan 600
mm - 1.250 mm per tahun (Cahyono, 2003).
Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah lempung
berpasir, karena dengan kondisi tanah tersebut dapat cepat berbuah sedangkan pada tanah liat
cenderung agak lambat. Tanaman cabai rawit tumbuh baik pada tanah yang subur (kaya
humus), gembur, porous, bebas dari nematoda dan bakteri layu, mempunyai pH 5,5 - 6,5 serta
cukup air (Cahyono, 2003). Menurut Gultom (2006), menyatakan bahwa tanah yang paling
ideal untuk tanaman cabai rawit adalah yang mengandung bahan organik sekitar 1,5 % dan
memerlukan sinar matahari penuh (tidak memerlukan naungan). Keadaan tanah dan iklim
adalah hal utama dalam menentukan lokasi penanaman cabai rawit (Pitojo, 2003).
Menurut Boer et al. (2001), menyatakan bahwa kesuburan tanah memegang peranan
yang sangat penting untuk tanaman cabai rawit dan tidak memerlukan struktur tanah yang
khusus. Tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus dan gembur), baik dari jenis
tanah liat atau tanah pasir sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk
organik, misalnya pupuk kandang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, menyangga
unsur hara dan air, sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah serta menyediakan
unsur hara.
2. Vermikompos
Vermikompos dari cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N
1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,80 mg/ 100g, Ca 34,99 mg/100g, Mg 21,43 mg/100g,
S 153,70 mg kg-1, Fe 13,50 mg kg-1, Mn 661,50 mg kg-1, AI 5,00 mg kg-1, Na 15,40 mg
kg-1, Cu 1,7 mg kg-1, Zn 33,55 mg kg-1, Bo 34,37 mg kg-1, dan pH 6,6-7,5. Sedangkan
vermikompos yang dihasilkan dengan menggunakan cacing tanah E. fetida mengandung
unsur-unsur hara seperti N-total 1,4-2,2%, P 0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2, Ca
1,3-1,6%, Mg 0,4-0,95, pH 6,5-6,8. Vermikompos yang berkualitas baik ditandai dengan
warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20)
(Mashur, 2001).
Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan kascing
pada media tanam akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi, dan berat
tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya
10-20% dari volume media tanaman( Mashur, 2001 ).
3. Jarak tanam
Jarak tanam merupakan ruang hidup tanaman atau populasi tanaman karena dengan
adanya jarak tanam, tanaman dapat hidup dan berfotosintesis dengan baik. Jarak tanam yang
digunakan tidak terlalu rapat, karena dapat menyebabkan tanah menjadi lembab dan dapat
merangsang berkembangnya cendawan ataupun penyakit yang dapat merugikan tanaman
cabai rawit. Jarak tanam yang rapat dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang dan
ranting tanaman. Hal ini dapat mempengaruhi produksi buah. Menurut Wiwin dkk.,(2007)
jarak tanam cabai rawit yang baik digunakan adalah 70 cm x 70 cm atau 70 cm x 60 cm.

B. Kerangka Konsep
Usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi, yaitu dengan memasukkan
faktor alam dengan faktor produksi lain untuk menghasilkan output pertanian (barang atau
jasa) dari suatu kegiatan. Penggunaan faktor-faktor produksi merupakan hal yang mutlak ada
dalam proses produksi. Keuntungan maksimum hanya akan tercapai dengan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi secara efesien. Faktor-faktor produksi yang diduga
berpengaruh terhadap produksi cabai merah adalah lahan, jumlah benih, pupuk kandang,
pupuk NPK, pupuk SP36, pestisida, dan tenaga kerja.Keuntungan maksimum akan diperoleh
petani jika petani mampu mengalokasikan dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi
secara optimal.
Vermikompos yaitu pupuk organik yang merupakan bahan pembenah tanah yang
paling baik dan alami daripada bahan buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik
mengandung hara makro N, P dan K rendah tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah
cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman. Pupuk organik mempunyai fungsi
penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan
populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya
dapat meningkatkan kesuburan tanah pula.
C. Hipotesis
1. Pengaplikasian vermikompos berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanamancabai
rawit.
2. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.
3. Terdapat interaksi antara pengaplikasian vermikompos dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak pada bulan September sampai Desember 2021.

B. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, sekrup, hand
spayer, gembor, meter, timbangan analitik, papan nama, dan alat- alat tulis lainnya.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat penelitian ini yaitu :
a. Benih
b. Kapur Dolomit
c. Vermikompos
d. Pupuk anorganik
e. Pestisida

C. Pelaksanaan Penelitian
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3
kali ulangan. Faktor pertama yaitu vermikompos 0,5 kg/media tanam, vermikompos
1kg/media tanam, dan vermikompos 1,5 kg/media tanam. Faktor kedua yaitu pengaturan
jarak tanam 60cm x 70cm, jarak tanam 60cm x 80cm, dan jarak tanam 60cm x 90cm
1. Perlakuan dan Penyemaian Benih
Benih terlebih dahulu direndam dengan air selama 5 menit. Kemudian benihtersebut
dipindahkan dalam babybag yang sudah disiapkan.
2. Pengolahan lahan
Lahan diolah terlebih dahulu menggunakan cangkul dengan membersihkan sisa-sisa
rerumputan atau tanaman sebelumnya, lalu dibuat bedengan dengan ukuran 2,7 m x 2,4 m
rata kiri kanan.
3. Pengapuran
Untuk menetralkan keasaman tanah maka dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan 7
hari sebelum tanam dengan cara menabur kapur dolomit di atas bedengan yang sudah
disiapkan dengan dosis 2,5 ton ha-1 (1,62 gr / bedengan).
4. Pemberian vermikompos
Vermikompos yang diberikan pada bedengan yaitu sesuai perlakuan. Vermikompos
tersebut diberikan 4 hari sebelum tanam dengan cara mencampurkan secara merata pada
permukaan tanah.
5. Pemupukan
Dosis pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk Urea 45 kg ha-1,KCl dan SP- 36 80 kg ha-
1. Pupuk dasar tersebut diberikan per tanaman, diberikan 1 hari sebelum tanam: Adapun
dosis pupuk dasar yang diberikan dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Dosis pupuk dasar yang diberikan pada tanaman cabai rawit.
Plot Dosis Pupuk dasar Dosis Pupuk dasar Jarak tanam (cm x
(gr/tanaman) (gr/tanaman) cm)
Urea SP-36 dan KCL
J1P0 1.89 3.36 60 x 70
J1P1 1.89 3.36
J1P2 1.89 3.36
J1P3 1.89 3.36
J2P0 2.16 3.84 60 x 80
J2P1 2.16 3.84
J2P2 2.16 3.84
J2P3 2.16 3.84
J3P0 2.43 4.32 60 x 90
J3P1 2.43 4.32
J3P2 2.43 4.32
J3P3 2.43 4.32

Pupuk susulan diberikan pada umur 60 HST, yakni hanya pupuk Urea dengan dosis 45 kg
ha-1 (J1 = 1.89 gr/tanaman), (J2 = 2.16 gr/tanaman) dan (J3 = 2.43 gr/tanaman).
6. Penanaman
Penanaman yang dilakukan pada umur bibit 30 HST, dengan cara membuat lubang tanam
dengan tugal dan ditanam satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam sesuai dengan
perlakuan. Tanaman yang diambil sebagai sampel 3 tanaman dalam setiap plot percobaan.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman cabai rawit meliputi : penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma
dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, sesuai dengan
cuaca.
b. Penyulaman
penyulaman dilakukan pada umur 7 HST dengan bibit umur yang sama.
c. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput – rumput liar yang tumbuh di sekitar
tanaman cabai rawit dan di luar bedengan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara
mencabut rumput-rumput menggunakan tangan atau cangkul kecil.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dilakukan dengan cara
disemprot menggunakan pestisida pegasus.
8. Panen
Pemanenan pertama dilakukan pada umur 69 HST, panen berikutnya dilakukan sesuai
dengan tingkat kemasakan buah (85 – 90%). Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari
setelah embun menguap dari permukaan kulit buah. Hal ini dimaksudkan agar buah yang
dipetik tidak terkontaminasi oleh mikroba pembusuk.

D. Parameter Penelitian
Parameter yang digunakan pada masa vegetative :
1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Luas Daun (cm2)
3. Jumlah cabang
4. Bobot segar dan kering tanaman (g)
Parameter yang digunakan pada masa generative tanaman yaitu :
1. Panjang buah (cm)
2. Diameter buah
3. Jumlah buah
4. Berat buah per tanaman sampel (g)
E. Analisis Data
Desain penelitian menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAK) dengan 6
perlakuan dan tiga ulangan. Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
Analisis Varians (ANOVA) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Sudjana, 2005:
51-55).

DAFTAR PUSTAKA
Brusca C.R. Brusca G.J. (2003). Intvertebrates. Massachusetts (US). Sinauer Associates Inc
Publ.
Edwards, C.A, Dominguez, J. Neuhauser, E.F. (1998). Growth and reproduction of Perionyx
excavatus (Perr.) (Megascolecidae) as factors in organic waste management. Biol
Fertil Soils. 27: 155-161.
Irfan, M. 1999, Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan tanah dan
Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas
Sumatra Utara. Medan.
Nofianti, N. (1999). Kualitas Vermikompos Dari Dua Jenis Cacing (Eisenia foetida dan
Phretima sp) Pada Media Campuran Kotoran Sapi Perah. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Pradita dan Sumarni Titin, 2018, Pengaruh Jarak Tanam Cabai Rawit (Capsicum Frutescens
L.) dan Populasi Oyong (Luffa acutangula) dalam tumpang sari terhadap hasil
tanaman cabai rawit. Jurnal produksi tanaman vol. 6 No. 1, Januari 2018.
Rekhina, O. (2012). Pengaruh Pemberian Vermikompos Dan Kompos Daun Serta
Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Barssica
juncea ‘Toksakan’). Yogyakarta. Departemen Biologi. Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Setiadi, 2007. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Penebarswadaya, Jakarta.
Sutanto, 2002. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif

Anda mungkin juga menyukai