MIKROBIOLOGI
Oleh:
MUHAMMAD RIDO
NPM. 1884105021
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
mikrobia tanah.
Baik secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dan jasad
dari manusia dan hewan, serta jaringan tumbuh-tumbuhan di buang atau di kubur
dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut akan diuraikan menjadi
komponen organik dan beberapa komponen anorganik tanah, penguraian tersebut
dilakukan oleh mikroorganisme yaitu penguraian bahan organik menjadi substansi
yang menyediakan nutrien bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktifitas mikroorganisme
tersebut segala ativitas di muka bumi ini lambat laun akan terhambat. Untuk itu,
hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini yaitu untuk menyajikan
apa saja jenis dan bagaimana peranan mikroorganisme tanah tersebut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian mikrobiologi tanah.
2. Untuk mengetahui macam-macam siklus nutrisi (hara) di lingkungan dan jenis-
jenis mikroba yang membantu proses kesuburan tanah.
3. Untuk mengetahui peranan mikroba dalam bidang pertanian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Siklus Nutrisi (hara)
Siklus nutrisi adalah sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana
nutrisi bergerak dari lingkungan fisik ke dalam organisme hidup, dan
kemudian didaur ulang kembali ke lingkungan fisik. Gerakan ini nutrisi,
penting bagi kehidupan, dari lingkungan ke dalam tanaman dan binatang dan
kembali lagi, adalah fungsi penting dari ekologi kawasan manapun. Dalam
lingkungan tertentu, siklus nutrisi harus seimbang dan stabil jika organisme
yang hidup di lingkungan yang berkembang dan dipertahankan dalam
populasi konstan.
Mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam siklus hara
karena:
1. Ukurannya sangat kecil sehingga mempunyai rasio permukaan : volume
yang sangat besar. Jadi, memungkinkan terjadinya pertukaran hara dari
sel ke lingkungannya sangat cepat.
2. Reproduksi yang sangat cepat.
3. Distribusi keberadaan yang sangat luas.
5
Pool N terbesar di udara sebagai gas N2
N menjadi tersedia melalui proses fiksasi (kimia maupun
mikrobiologis) (nitrogen fixer: rhizobium dll)
N organik (dalam jaringan makhluk hidup – bentuk protein, asam
amino dan asam nukleat) menjadi N anorganik melalui proses
mineralisasi NH4+ == (ammonium) MO dekomposer
NH4+ mengalami Nitrifikasi oleh Nitrosomonas, Nitrosococcus dan
Nitrosovibrio
NO2- menjadi NO3+ oleh Nitrobacter dan Nitrococcus NO3-
mengalami Denitrifikasi menjadi
NO2- oleh Pseudomonas, Bacillus dan Alcaligenes N anorganik
dapat diasimilasi oleh mikroorganisme == Imobilisasi
Pada siklus nitrogen, terdapat bakteri fiksasi nitrogen yang dapat berfungsi
untuk menyuburkan tanah.
Bakteri Fiksasi Nitrogen
Azotobacter
Berbagai jenis bakteri fiksasi N2 secara hayati, antara lain terdiri atas
rhizobia, sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri foto-autotrofik pada air
tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam tanah dan
zona akar (Ladha and Reddy 1995, Boddey et al. 1995, Kyuma 2004). Bakteri
tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara, baik secara simbiosis (root-
nodulating bacteria) maupun nonsimbiosis (free-living nitrogen-fixing
rhizobacteria). Pemanfaatan bakteri fiksasi N2, baik yang diaplikasikan
melalui tanah maupun disemprotkan pada tanaman, mampu meningkatkan
efisiensi pemupukan N. Dalam upaya mencapai tujuan pertanian ramah
6
lingkungan dan berkelanjutan, penggunaan bakteri fikasi N2 berpotensi
mengurangi kebutuhan pupuk N sintetis, meningkatkan produksi dan
pendapatan usahatani dengan masukan yang lebih murah.
Bakteri fiksasi N2 yang hidup bebas pada daerah perakaran dan
jaringan tanaman padi, seperti Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae,
Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, dan Herbaspirillum telah terbukti
mampu melakukan fiksasi N2 (James and Olivares 1997). Bakteri fiksasi N2
pada rizosfer tanaman gramineae, seperti Azotobacter paspali dan
Beijerinckia spp., termasuk salah satu dari kelompok bakteri aerobik yang
mengkolonisasi permukaan akar (Baldani et al. 1997). Di samping itu,
Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang mampu menghasilkan
substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol asetat,
sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander 1977). Populasi
Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.
Kelompok prokariotik fotosintetik, seperti sianobakter, mampu
mempertahankan kesuburan ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian
melalui kemampuannya mengikat N2 (Albrecht 1998). Demikian pula bakteri
diazotrof endofitik yang hidup dalam jaringan tanaman, dapat
mengeksploitasi substrat karbon yang disuplai oleh tanaman tanpa
berkompetisi dengan mikroba lain. Bakteri ini berlokasi dalam jaringan akar
atau berada pada jaringan yang kompak, seperti buku batang dan pembuluh
xilem, (James et al. 2000). sehingga mampu tumbuh pada lingkungan dengan
tekanan O2 yang rendah yang sangat penting bagi aktivitas enzim nitrogenase
(James and Olivers 1997). Beberapa bakteri diazotrof endofitik selain mampu
mengikat N2 juga mampu mensekresikan hormon pertumbuhan asam indol-3-
asetat (Ladha et al. 1997), dan umumnya tidak menyebabkan penyakit pada
tanaman.
Bakteri diazotrof endofitik, Herbaspirillum, yang diinokulasikan pada
benih padi dalam larutan Hoagland yang mengandung 15N-label dapat
meningkatkan 40% total N tanaman. Infeksi Herbaspirillum spp pada biji
7
tanaman padi terjadi melalui akar dan stomata, kemudian ditranslokasikan
melalui xilem ke seluruh bagian tanaman (Olivares et al. 1996).
Bakteri fiksasi N2 yang hidup bersimbiosis dengan tanaman
kacangkacangan (rhizobia) disebut juga sebagai bakteri bintil akar (root
nodulating bacteria). Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan pupuk hayati
dapat meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat mendukung
peningkatan produktivitas tanaman kacang-kacangan. Keefektivan inokulasi
rhizobia dipengaruhi oleh kesesuaian inokulan rhizobia dengan jenis dan
varietas tanaman dan jenis tanah yang diinokulasi, serta dipengaruhi oleh
faktor kompetisi dengan rhizobia indigenous.
Rhizobium yang dapat menodulasi tanaman kedelai secara efektif
dikenal sebagai Bradyrhizobium japonicum (Jordan 1982), meskipun pada
kenyataannya B. japonicum tidak selalu merupakan mikrosimbion tunggal
untuk tanaman kedelai. Strain lain yang mampu menodulasi tanaman kedelai
adalah B. elkanii (Kuykendall et al. 1992) dan Bradyrhizobium liaoningense
(Xu et al. 1995). Kemampuan menodulasi tanaman kedelai dari B. japonicum
lebih tinggi daripada B. elkanii.
b. Siklus Sulfur
8
Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan
Bacillus. Degradasi bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui
proses reduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Reduksi sulfat hampir mencapai
100% dari total emisi CO2 dari sediment mangrove (Kristensen et al. 1991).
Bakteri pereduksi sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio,
Desulfotomaculum, Desulfosarcina, dan Desulfococcus mempunyai
kemampuan memetabolisme senyawa sederhana, seperti laktat, asetat,
propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan populasi bakteri reduksi sulfat terhambat pada
ketersediaan sulfat di ambang batas 2-10 µM per liter. Ketersediaan Fe dan P
dalam sedimen mangrove bergantung pada aktivitas bakteri pereduksi sulfat
(Sherman et al. 1998). Pada saat sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat
maka senyawa sulfur H2S dan HS akan diproduksi dan bereaksi dengan Fe.
Fe direduksi dari Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan menghasilkan pirit (FeS2)
dan melepas P terlarut. Bakteri pereduksi sulfat merupakan perombak bahan
organik utama dalam sedimen anaerob, dan berperan penting dalam
mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan P mudah larut.
c. Siklus Fosfor
9
Fosfor di alam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-
fosfat, fitat atau protein. Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas,
Xanthomonas, Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia
bagi tanaman.
Mikroba Pelarut Fosfat
Bacillus
10
laktat, dan ketoglutarat (lllmer and Schinner 1992). Menurut Alexander
(1977), mekanisme pelarutan P yang terikat dengan Fe (ferric phosphate)
pada tanah sawah terjadi melalui peristiwa reduksi, sehingga Fe dan P
menjadi tersedia bagi tanaman. Proses utama pelarutan senyawa fosfat-sukar
larut karena adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik oleh
mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa P-sukar larut dari kompleks
Al-, Fe-, Mn-, dan Ca- (Basyaruddin 1982). Kemampuan cendawan
melarutkan P lebih besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P
hingga dua kali pada pH 4,6-2,9, dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1
(Goenadi dan Saraswati 1993).
Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu pemecahan
masalah peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman lingkungan, yang
sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk P.
11
2.Mikroba sebagai agen biokontrol
a.Mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis(BT),
Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus,
dan Metharizium anisopliae. Mikroba ini mampu menyerang dan
membunuh berbagai serangga hama.
b.Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya:
Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora
sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G,
Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.
12
pada tanaman tingkat tinggi.
3.Virologi Pertanian
Virus mozoik ( Tobacco Mozaic Virus ) yang menyebabkan penyakit
pada daun tanaman tembakau dan virus tungro yang menyerang
tanaman.
13
2. Manfaat
Berbicara mengenai manfaat kompos, maka manfaat kompos sebagai
berikut :
1. Manfaat Kompos Bagi Tanah
Manfaat kompos yang utama pada tanah yaitu untuk memperbaiki kondisi
fisik tanah dibandingkan untuk menyediakan unsur hara, walaupun dalam
kompos unsur hara sudah ada tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk kompos
berperan dalam menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah
dimanfaatkan oleh tanaman.
Cara terbaik memanfaatkan kompos adalah mengembalikan kompos
tersebut pada tanaman yang bersangkutan. Sebagai contoh, daun-daunan
dan ranting pohon mangga yang gugut di tanah dikembalikan lagi ke
pohon mangga dengan cara ditimbun dalam tanah dekat pohon mangga
agar menjadi kompos dan dapat dimanfaatkan. Dengan cara ini saja
tidaklah cukup untuk menyediakan unsur hara bagi pohon mangga. Untuk
itu perlu masukkan lain yang lebih banyak dengan cara memanfaatkan
kotoran hewan, sampah dapur atau pun bahan-bahan organik lainnya dari
luar yang diproses menjadi kompos.
14
sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B),
mangan (Mn) dan molibdenum (Mo).
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan untuk memupuk tanaman,
dimana mengandung sebagian besar unsur hara makro primer, makro
sekunder dan unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman.
b. Manfaat kompos memperbaiki struktur tanah
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang
mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara dan air
dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir
tanah tidak melekat satu sama lain (tanah pasir) atau saling melekat
(tanah liat).
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi
penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Kehadiran kompos pada
tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan
aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang pada mulanya keras
dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur
kembali akibat aktivitas mikroorganisme.
c. Manfaat kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat
dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi jauh lebih mampu
menyediakan unsur hara daripada tanah KTK rendah. Pupuk kompos
dapat menyediakan KTK dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pupuk organik.
d. Manfaat kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos
mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga
kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam
tanah. Erosi air secara langsung dapat ditahan dengan adanya kompos
pada tanah.
15
e. Manfaat kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Pada kompos terdapat mikroorganisme yang menguntungkan tanaman.
Dalam tanah, Kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme.
Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan
membuat tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembab dan tidak terlalu
kering.
Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal
ini misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar
organik tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah
dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi
tanaman.
f. Manfaat kompos meningkatkan pH pada tanah asam
Unsur hara dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman pada kondisi
pH tanah yang netral, yaitu 7. Pada nilai pH ini, unsur hara menjadi
mudah larut di dalam air. Semakin asam kondisi tanah (semakin rendah
pH) maka jumlah ion Al (alumunium) dan Mn (Mangan) dalam tanah
semakin meningkat. Jumlah Al dan Mn yang terlalu banyak akan
bersifat racun bagi tanaman.
Kondisi tanah yang asam dapat dinetralkan kembali dengan
pengapuran. Pemberian kompos ternyata membantu peningkatan pH
tanah.
g. Manfaat kompos menyediakan unsur mikro bagi tanaman
Tidak hanya unsur makro saja yang disediakan oleh kompos untuk
tanaman, tetapi juga unsur mikro. Unsur-unsur itu antara lain Zn, Mn,
Cu, Fe dan Mo.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari
kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah.
2. Ada beberapa jenis-jenis mikroorganisme tanah yaitu bakteri, jamur, alga,
protozoa.
4. Mikroorganisme tanah ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Contoh
peran yang menguntungkan adalah dalam siklus biogeokimia dan mikoriza.
Sedangkan peran merugikan diantaranya sebagai patogen pada manusia,
hewan, dan tumbuhan.
3.2 Saran
Adapun saran, produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada
aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang
menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah
organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat,
merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur
hara. Oleh karena itu, bioteknologi berbasis mikroba perlu dikembangkan dengan
memanfaatkan peran-peran penting mikroba-mikroba tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
J. Pelczar Michael dan Chan E.C.S. 2009, Dasar Dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Depdiknas. Jakarta.
18