PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Keberadaan mikroorganisme umumnya bersifat menguntungkan dan merugikan
organisme lainnya atau yang dikenal dengan istilah patogen. Mikroorganisme banyak
ditemukan hampir diseluruh media/tempat seperti tanah, udara, air, di tubuh makhluk hidup
dan sebagainya. (Rozirwan & Usup, G. 2004)
Beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, walaupun
demikian jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mikroorganisme yang
menguntungkan dalam arti dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan tanaman.
Mikroorganisme memiliki peranan kunci dalam menjaga, memulihkan, dan meningkatkan
kualitas tanah, serta memacu pertumbuhan tanaman. Di tanah banyak dijumpai
mikroorganisme yang mampu menyediakan Nitrogen, Fosfor, Sulfur, Logam-logam (Fe, Cu,
Mn), dan zat pemacu tumbuh bagi tanaman. Terdapat juga mikroorganisme yang mampu
menekan populasi mikroorganisme penyebab penyakit, dan mikroorganisme yang mampu
menghilangkan cemaran organik / anorganik. (Anonim, 2010)
1.3 Tujuan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, kehidupan dan penyebaran
jasad hidup yang termasuk mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Mikroba
berasal dari kata: micros: kecil/sangat kecil, bios= hidup/kehidupan. bidang ilmu biologi ini
mencangkup salah satu kelompok besar jasah hidup yang mempunyai bentuk dan ukuran
sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda dengan jasad lain umumnya (Suriawiria,1985).
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, kehidupan dan penyebaran
jasad hidup yang termasuk mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Mikroba
berasal dari kata: micros: kecil/sangat kecil, bios= hidup/kehidupan. bidang ilmu biologi ini
mencangkup salah satu kelompok besar jasah hidup yang mempunyai bentuk dan ukuran
sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda dengan jasad lain umumnya (Suriawiria,1985).
Beberapa reaksi redox dari nitrogen terjadi secara alami dan hampir eksklusif oleh
mikroorganisme, dan keterlibatan mikrobia di dalam siklus nitrogen mempunyai arti
penting. Secara termodinamis, gas nitrogen yang berbentuk N2 akan menjadi bentuk
bolak-balik dari nitrogen pada kondisi seimbang. Dijelaskan bahwa reservoir utama
untuk nitrogen di atas bumi ini adalah di atmosfir. Ini berbeda dengan karbon, di mana
atmosfir adalah suatu reservoir minor secara relatif (CO 2, CH4). Hanya suatu jumlah
relative kecil mikroorganisme bisa menggunakan N 2, prosesnya disebut fiksasi nitrogen,
pendauran ulang nitrogen di atas bumi melibatkan sejumlah perubahan bentuk, amoniak
dan nitrat. (Madigan et al.2000)
Komponen utama nitrogen di atas bumi adalah N2, yang mana dapat digunakan
sebagai sumber nitrogen oleh bakteri pengfiksasi nitrogen. Amoniak yang dihasilkan oleh
fiksasi nitrogen atau oleh ammonifikasi dari nitrogen bahan campuran organik dapat
berasimilasi ke bahan organik atau dapat dioksidasi ke nitrat oleh bakteri nitrifikasi.
Hilangnya nitrogen dari biosphere terjadi sebagai hasil denitrifikasi, di mana nitrat
dikompersikan kembali ke N2 . (Madigan et al.2000)
Salah satu contoh dari mikrobia pelarut fosfat adalah jamur Arbuscular
mycorrhizal pada simbiosisnya dengan akar tanaman. Penelitian tentang jamur
Arbuscular mycorrhizal telah menuju pada pengetahuan yang berharga. Ini telah diulang-
ulang dan di demonsrasikan bahwa simbiosis jamur ini dengan tanaman sangat
beragam,berubah secara drastis tergantung dengan perbedaan habitat,dalam satu habitat
berbeda waktu dan jenis tanaman juga berpengaruh. Bagaimanapun peran secara ekologis
dari Arbuscular mycorrhizal ini tidak mendapat perhatian hingga kita mengerti hubungan
antara keberagaman moorfologi,fungsional,dan molekular (Husband, 2014).
Selain vesikula dan arbuskula, terbentuk hifa eksternal yang dapat membantu
memperluas ruang penyerapan hara oleh akar. Pada bawang merah, misalnya, panjang
hifa eksternal dapat mencapai 80 cm per satu cm panjang akar. Di luar akar, hifa dapat
membentuk sporangium yang menghasilkan spora sebagai alat reproduksi
(Kabirun,2012).
1.3 Mikrobia Pengoksidasi Sulfur dan Logam-Logam (Fe, Cu, Mn, dan Al)
Kelompok mikrobia tanah yang terlibat dalam proses oksidasi biologi dari sulfur
anorganik berasal dari kelompok bakteri yang tergolong khemoautotrof dan heterotrof. Di
samping itu terdapat dari golongan bakteri yang membentuk benang dan bakteri sulfur
hijau dan ungu. Kelompok bakteri khemoautotrof terutama berasal dari
genus Thiobacillus.Terdapat lima spesies Thiobacillus yang telah banyak dipelajari yaitu
(Mashum, 2003) :
1. Thiobacillus thiooxidans, termasuk khemoauototrof yang mengoksidasi S elemen dan
tumbuh aktif pada pH 3 atau lebih rendah. Oleh karenanya oksidasi sulfur oleh bakteri
ini berlangsung sangat cepat pada kebanyakan tanah bereaksi masam. Persamaan
reaksi oksidasi S anorganik yang dikatalis oleh spesies ini adalah :
S + 1 O2 + H2O ----------------------> H2SO4
5. Thiobacillus ferroxidans, dapat menggunakan garam fero atau sulfur sebagai sumber
energinya. Reaksi tanah optimum untuk bakteri ini sekitar 2 sampai 3,5.
Dalam Proses oksidasi S anorganik menjadi sulfat oleh Thiobacillus, terdapat tiga
lintasan yaitu : Lintasan pertama S elemen diubah menjadi sulfit; lintasan kedua beberapa
sulfit bereaksi dengan sisa-sisa sulfur menjadi tiosulfat; lintasan ketiga tiosulfat mungkin
dipecah menjadi sulfit dan sulfur atau diubah menjadi tetrationat kemudian tetrationat
dapat dimetabolik menjadi sulfur dan sulfit, yang selanjutnya dioksidasi menjadi sulfat.
Sulfat akan tereduksi menjadi bentuk sulfida pada kondisi air tergenang (anaerobik), atau
sebagai S elementer pada lingkungan yang kondisi aerobik dan anaerobiknya yang terjadi
bergantian. Sulfur elementer merupakan sumber S yang baik, tetapi dia harus teroksidasi
dulu secara biologi menjadi SO4 2-, dipacu oleh bakteri Thiobacillus thiooxidans, sebelum
dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Munawar, 2011).
Kelompok mikrobia heterotrof yang juga mengoksidir senyawa S anorganik
berasal dari kelompok bakteri, aktinomisetes dan fungi. Sebagai contoh, bakteri yang
terlibat dari golongan ini adalah dari genus Arthrobacter, Bacillus,
Flavobatrium danPseudomonas. Bakteri-bakteri ini mengoksidasi tiosulfat menjadi
tetrationat apabila ada nutrisi organik. Kecepatan reaksi ini lebih lambat dari pada reaksi
yang dikatalisir oleh juga mengoksidir senyawa S anorganik. Selanjutnya fungi yang
berfilamen dapat pula menghasilkan sulfat dari substrat organik seperti sestein, thiourea,
metionin. Fungi-fungi tersebut berasal dari genus Aspergillus, Penicillium dan
Microsporum (Mashum, 2003).
Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industri dan
teknologi, terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga sebagai
pengontrol sampah/limbah buangan. Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus
ferrooxidans merupakan salah satu mikroorganisme penting. Thiobacillus ferrooxidans
merupakan kelompok acidophilik kemolithotropik yang toleran terhadap logam-logam toksik
dan hidup pada lingkungan masam dengan temperatur panas, retakan bahan volkanik, dan
deposit bijih sulfida dengan konsentrasi asam sulfurik tinggi. Bakteri Thiobacillus
ferrooxidans memperoleh energi untuk pertumbuhannya dari oksidasi zat inorganik besi atau
sulfur. Bakteri ini berfungsi sebagai katalis dalam mengoksidasi logam sulfida yang larut
seperti : Cu2S 2Cu+ + SO4 2- . Secara alami Cu2S akan teroksidasi di alam dengan adanya
udara (O2) dalam lingkungan masam, tetapi sangat lambat. Namun dengan adanya T.
ferrooxidans, proses ini akan berlangsung 100 kali lebih cepat dari proses alami. Selain
berfungsi sebagai katalisor dalam oksidasi logam sulfida, juga mengoksidasi ion ferro (Fe2+)
menjadi ion ferri (Fe3+) berbentuk endapan keras. Persamaan reaksi : 4FeSO4 + 2H2SO4 +
O2 2Fe2(SO4)3 + 2H2O pada pH 1,0 dan 4,5, dengan pengucualian tidak terdapat CaCO3
sebagai agent. Selain Thiobacillus ferrooxidans sebagai pelarut logam-logam berat, terdapat
pula Thiobacillus thioxidans yang tumbuh dan berkembang dari unsur sulfur dan beberapa
senyawa sulfur dapat larut. (Taberima,2004)
Golongan mikroorganisme atau jasad renik yang menyebabkan serangga sakit dan
akhirnya mati. Patogen adalah salah satu faktor hayati yang turut serta dalam mempengaruhi
dan menekan perkembangan serangga hama. Karena mikroorganisme ini dapat menyerang
dan menyebabkan kematian serangga hama, maka patogen disebut sebagai salah satu musuh
alami serangga hama selain predator dan parasitoid dan juga dimanfaatkan dalam kegiatan
pengendalian. Beberapa patogen dalam kondisi lingkungan tertentu dapat menjadi faktor
mortalitas utama bagi populasi serangga tetapi ada banyak patogen pengaruhnya kecil
terhadap gejolak populasi serangga. Oleh karena kemampuanya membunuh serangga hama
sejak lama patogen digunakan sebagai Agen Penendali hayati (biological control agens).
(sunarno, 2010)
Penggunaan patogen sebagai pengendali hama sejak abab ke-18 yaitu pengendali
hama kumbang moncong pada bit gula, Cleonus punctiventus dengan menggunakan sejenis
jamur. Kelompok serangga dalam kehidupan diserang banyak patogen atau penyakit yang
berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, riketzia dan nenatoda. Ini merupakan macam
patogenik yang dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati. (sunarno, 2010)
a) Bakteri
Bakteri yang biasa digunakan adalah bakteri yang menghasilkan spora. Bakteri
yang menyerang serangga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu bakteri
yang tidak membentuk spora dan bakteri yang membentuk spora. Bakteri
penghasil spora merupakan bakteri yang sangat penting yang saat ini banyak
digunakan sebagai insektisida mikrobia. Contoh bakteri yang biasa digunakan
sebagai berikut.
- Bacillus popiliae sebagai patogen dari kumbang jepang Popilie japonika dan
kumbang skarabia lainya
- Bacillus thuringiensis sangat efektif dalam mengendaliakan larva dari ordo
Lepidoptera dan larva nyamuk. (sunarno, 2010)
b) Jamur
Jamur yang menginfeksi serangga disebut Jamur Entopatogenik. Saat ini telah
dikenal lebih dari 750 spesies jamur entopatogenik dan sekitar 100 genera jamur.
Berbeda dengan virus, jamur patogen masuk kedalam tubuh serangga tidak
melalui saluran makanan tetapi langsung masuk kedalam tubuh melalui kulit atau
integumen. Setelah konodia jamur masuk kedalam tubuh serangga, jamur
memperbanyak diri melalui pembentukan hife dalam jaringan epicutikula,
epidermis, hemocoel serta jaringan-jaringan lainnya, dan pada akhirnya semua
jaringan dipenuhi oleh miselia jamur. Disamping itu juga ada beberapa jamur yang
dapat mempengaruhi pigmentasi serangga dan menghasilkan toksin yang sangat
mempengaruhi fisiologis serangga. Penyebaran dan infeksi jamur sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepadatan inang, kesediaan spora,
cuaca terutama angin dan kebasahan. Kebasahan tinggi dan angin kencang
sangant membantu penyebaran konidia dan pemerataan infeksi patogen pada
seluruh individu populasi inang.
Contoh jamur yang sering dipakai dalam pengendalian dengan patogen jamur
adalah : Jamur Metarhizium anisopliae digunakan untuk mengendaliakan hama
Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa dan juga hama awereng hijau yang
meyerang tanaman padi. (sunarno, 2010)
c) Virus
Saat ini kurang lebih 1500 virus telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi
dari serangga antropoda. Virus-virus antropoda sebagian besar masuk dalam
genera Nucleopolyhidrovirus, Granulavirus, Iridovirus, Entomopoxvirus,
Cypovirus dan Nodavirus. Diantara ke-6 genera ini jenis NPV
(Nucleopolyhidrovirus) merupakan genus terpenting karena 40 % jenis virus yang
dikenal menyerang serangga termasuk jenus ini. Selain NPV ada jenus lain yaitu
GV (Granulavirus), CPV ( Cytoplasmic Polyhidrosis Virus ) dan kelompok lain
yang lebih kecil jumlahnya. Contoh virus yang dapat dipakai untuk pengendalian
hayati adalah:
Cth. NPV ( Nucleopolyhedro virus ) paling banyak menyerang pada serangga ordo
lepidoptera, Hyminoptera, Diptera serta Coleoptera. (sunarno, 2010)
d) Nematoda
Disamping, virus, jamur dan bakteri juga ada banyak spesies nematoda
yang bersifat parasitik terhadap serangga hama, baik yang bersifat parasit obligat
maupun fakultatif. Dari 19 famili yang menyerang serangga Famili Mermithidae
merupakan famili yang paling banyak/terpenting terdiri atas 50 genera dan 200
spesies. Nematoda muda meninggalkan telur dan masuk kedalam tubuh serangga
melalui kutikula dan masuk kedalam homocoel, setelah berganti kulit beberapa
kali maka nematoda dewasa keluar dari tubuh serangga, dan serangga mati
sebelum atau sesudan nematoda keluar. Keuntungan menggunakan nematoda
entomopagen adalah kemampuan mematikan inang sangat cepat, karena serangan
nematoda akan mengalami kematian dalam waktu 24-48 jam setelah aplikasi.
Tubuh serangga akan lemas terjadi penurunan aktivitas dan terjadi perubahan
warna tubuh menjadi merah kecoklatan jika terserang Steinernema spp dan hitam
jika terserang Heterorhabditis spp.
Cth. Nenatoda Steinernema spp dapat mengendalikan hama dari Ordo Lepidoptera
dan Coleoptera (sunarno, 2010)
PENUTUP
1.1 Kesimpulan